Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEPANITERAAN

MODUL ENDODONTIK
PERAWATAN SALURAN AKAR TUNGGAL GIGI 11

Nama Pasien : Isti Sulistya


Nama : Rahmi Fitri Azizah
NIM : 20100340113
Pembimbing : drg. Yusrini P, Sp.KG

PRODI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
PERAWATAN SALURAN AKAR

Alat :
• Alat Diagnosis (Kaca mulut, sonde, pinset dan ekskavator)
• Bur diamond bulat dan bur fisure
• K- File
• H- File
• Lampu spiritus
• Sliding caliper
• Spreader
• Jarum ekstirpasi
• Jarum Milller
• Lampu spiritus
• Jarum irigasi, spuit
• Lentulo
• Endo block
Bahan :
• Gutta percha
• Paper point
• Pasta pengisi saluran akar (endometason, ZoE,)???
• Cavit
• Bahan irigasi (Salin, hidrogen peroksida)
• Bahan sterilisasi (dressing)

Tahapan kerja PSA :


1. Preoperative Radiograf (Rontgen foto indikasi)
2. Pembersihan jaringan karies
3. Open akses
4. Eksplorasi dan Negosiasi
5. Ekstirpasi jaringan pulpa
6. Pencarian panjang kerja
a. Pencarian panjang kerja estimasi (Rontgen Foto)
b. Pengukuran panjang kerja sebenarnya (Apek locator)
c. Konfirmasi panjang kerja.
7. Preparasi biomekanik (Preparasi saluran akar)
a. IAF (Initial Apikal File) -> preparasi 1/3 apikal
b. MAF (Master Apikal File)-> preparasi badan saluran akar
c. Apikal gauging
8. Rontgen Master Cone
9. Obturaasi saluran akar -> kondensasi lateral
10. Rontgen Foto hasil obturasi

TAHAPAN PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI AKAR TUNGGAL

Prosedur kerja PSA


a. Preoperative Radiograf

Preoperatif Radiograf dibutuhkan sebelum dilakukan perawatan saluran


akar untuk melihat kondisi gigi tersebut, jaringan pendukung, lesi, dan
anatomi gigi.

b. Kavitas dipreparasi dan dibersihkan dari jaringan karies terlebih dahulu


menggunakan bur bulat

Pada gigi vital/ pulpektomi maka dilakukan devitalisasi terlebih dahulu,


ada 2 teknik devitalisasi pulpa:

1) Menggunakan caustinerd rapid (arsen)


Yaitu dengan cara menempatkan sedikit arsen pada cotten pellet yang
sangat tipis lalu ditetesi eugenol dan diperas sampai kering karna yang
digunakan adalah uapnya saja, tempatkan arsen tersebut pada kavitas,
diusahakan sedekat mungkin dengan kamar pulpa agar devitalisasi
pulpa efektif, tutup kavitas menggunakan tumpatan sementara. Pasien
kontrol setelah 3 hari untuk diambil arsen dan melanjutkan perawatan
selanjutnya.
2) Menggunakan anastesi
Untuk mengambil jaringan pulpa yang masih hidup tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien maka perlu dilakukan anastesi
lokal, bisa menggunakan anastesi infiltrasi ataupun intrapulpa.
Teknik anastesi infiltrasi:
 Insersi kan jarum anastesi pada daerah mukobukal gigi yang
bersangkutan sepanjang panjang akar gigi yang akan dianastesi,
deponirkan larutan anastesi sebanyak kurang lebih 0,5ml. Lalu
setelah gigi teranastesi segera lakukan open akses dan ekstirpasi
jaringan pulpa.

Teknik anastesi intrapulpa:

 Lakukan teknik infiltrasi mukobukal terlebih dahulu, lalu buka


kavitas sampai oriface, deponirkan larutan anastesi tepat pada
pulpa gigi, setelah pulpa teranastesi lakukan ektirpasi jaringan
pulpa.

Sedangkan pada gigi nekrose tahapan devitalisasi pulpa tidak perlu


dilakukan.

c. Preparasi Akses
Preparasi akses merupakan fase yang paling penting dari perawatan
saluran akar. Akses merupakan kunci untuk keberhasilan tahap pembersihan,
pembentukan, dan obturasi saluran akar. Tujuan utama preparasi akses yaitu
memperoleh akses yang lurus, menghemat jaringan gigi dan membuka atap
pulpa untuk memajankan orifis dan membuang tanduk pulpa di gigi anterior.
Untuk mendapatkan akses yang lurus secara ideal adalah dengan melewatkan
instrumen ke kamar pulpa tanpa menyentuh dindingnya dan dapat lurus ke
saluran akar tanpa hambatan (Walton, 2003). Open akses dilakukan dengan
menggunakan endo akses bur untuk menghilangkan seluruh atap kamar pulpa
untuk mencegah terjadinya “gouging”, lalu dilebarkan menggunakan
diamendo bur, Dinding kavitas diratakan dengan bur fissure sampai
berbentuk divergen ke arah insisal (Chong,2010).

barberd broach endo akses diamendo


d. Eksplorasi dan Negosiasi
Eksplorasi adalah mencari jalan masuk ke saluran akar melalui oriface
dengan menggunakan eksplorer. Sedangkan untuk melakukan negosiasi
dengan menggunakan jarum miller smooth broach.
e. Ekstirpasi
Jaringan pulpa pada saluran akar dengan jarum ekstirpasi (barbed
broach). Broach diputar perlahan sampai jaringan pulpa menyangkut di
duri – durinya kemudian ditarik (gerakan pulled stroke) (Bakar, 2012).
Jarum ekstirpasi harus sesuai dengan dimensi saluran akar tetapi tidak
boleh terlalu pas sehingga dapat menyangkut pada dindingnya. Makin
besar instrumen semakin baik daya ambilnya terhadap jaringan. Namun
instrumen yang terlalu besar beresiko tersangkut di dentin dan mungkin
bisa patah. Penggunaan jarum ekstirpasi harus hati – hati karena beresiko
tersangkut didentin dan mungkin bisa patah. Jarum ekstirpasi ditusukkan
kedalam pulpa sampai sedikit lebih pendek dari panjang kerja. Gagangnya
kemudian diputar beberapa kali lalu ditarik. Jangan menggunakan lagi
jarum ini bila telah bengkok atau telah menyangkut. Jika jaringan pulpa
tidak terangkat coba ukuran yang lebih besar (Walton, 2003).
f. Pengukuran panjang kerja
1) Pengukuran panjang kerja estimasi
Pengukuran panjang kerja menggunakan metode observasi
langsung.Ukur panjang gigi yang akan dirawat pada rontgen foto
menggunakan sliding caliper. Misal panjang kerja yang didapat adalah
X mm, sehingga didapat panjang kerja (PK) perkiraan X – 1mm,
masukkan K-file dengan panjang kerja X-1mm tersebut dan dilakukan
pengambilan radiograf.
2) Pengukuran panjang kerja sebenarnya.

Pengukuran panjang kerja sebenarnya bisa menggunakan


elektronik apek locater. Secara garis besar, cara menggunakan Electronik
Apex Locator ialah :

File IAF dimasukkan ke dalam saluran akar

File dimasukkan sebagian dalam saluran sebelum ditempelkan pada


penjepit file

Gerakan file maju mundur (osilasi) pada saat perlahan- lahan masuk
menuju apeks

Pada saat file menuju apeks, posisi file terlihat dilayar unit menunjukan
file masih didalam saluran atau menembus.Misalnya didapatkan bahwa
Apex locator menunjukkan ujung file berhenti pada angka 0,5, maka itu
sudah dapat dijadikan panjang kerja. Range berhenti file pada apex locator
agar tidak perforasi adalah 0,2-1 mm.

Ulangi berkali – kali gerakan tersebut untuk membuktikan posisi dan


panjang yang benar. Apabila hasilnya sama, catat sebagai PK.

3) Konfirmasi panjang kerja


Ketika sudah ditemukan panjang kerja menggunakan elektronik apek
locater, maka hasilnya dapat dicek menggunakan rontgen foto. Apabila
hasil rontgen menunjukkan ujung file tepat berada pada apek gigi
maka panjang kerja cukup dikurangi 1 mm dan 2mm pada akar yang
bengkok.
g. Preparasi biomekanik (Preparasi saluran akar)

a. Preparasi saluran akar


1) Setelah mendapatkan panjang kerja yang sebenarnya, maka
dilakukan preparasi saluran akar menggunakan step back methode.
Keuntungan teknik Step Back :

Lebih efektif membersihkan saluran akar

Mempermudah obturasi

Pengisian lebih padat karena spreader dapat menembus sampai


dekat apeks pada metode obturasi kondensasi lateral sehingga
mengurangi kebocoran apikal.

2) Dimulai menggunakan initial file dengan putaran ¼ sampai ½


searah jarum jam, file digunakan dengan cara pull stroke

3) Setiap pergantian alat dari nomor kecil ke nomor berikutnya


dilakukan irigasi dengan 2 cc NaOCl 2,5% dengan menggunakan
jarum irigasi dan direkapitulasi, yaitu diulang kembali dengan file
nomor sebelumnya.

4) Lakukan preparasi sampai 3 nomor diatasnya untuk memulai


preparasi biomekanis (preparasi 1/3 apikal) atau bila sudah terdapat
white dentin. Tentukan MAF, preparasi selanjutnya adalah
preparasi badan saluran akar, dilakukan dengan menggunakan K
file sampai 3 nomor diatas MAF.

5) Untuk menghaluskan dinding saluran akar agar terbentuk corong


halus digunakan Head strome File sesuai nomor MAF dengan
panjang kerja sesuai IAF

6) Pelebaran saluran akar diakhiri bila dirasakan telah bersih


7) Saluran akar dikeringkan dengan paper point steril (bisa disterilkan
dengan cara memanaskannya pada api spirtus sekali lewat)
No File awal Panjang kerja Rekapitulasi

1 30 (IAF) 22 mm File 30 PK 22 mm

2 35 22 mm File 30 PK 22 mm

3 40 22 mm File 35 PK 22 mm

4 45 (MAF) 22 mm File 40 PK 22 mm

5 50 21 mm File 45 PK 22 mm

6 55 20 mm File 45 PK 22 mm

7 60 120 mm File 45 PK 22 mm

9 Headstrom file 45 22 mm Irigasi

Syarat bahan irigasi :

1) Memiliki antibiotik spektrum luas

2) Dapat melarutkan jaringan nekrotik atau debris

3) Toksisitas rendah

4) Lubrikasi saluran akar

5) Melarutkan smear layer

6) Tidak mengaktivasi endotoxin

Fungsi bahan irigasi:

1) Memiliki fungsi biologis dan sifat fisik sehingga debris tidak berkumpul di
apeks
2) Melumasi saluran akar bila instrumen tidak dapat menjangkau di saluran
akar yang kering

3) Membantu menghilangkan debris dari saluran akar tambahan

4) Meningkatkan keefisienan instrument

5) Membuka tubulus dentinalis dengan cara menghilangkan smear layer

Bahan irigasi Keuntungan Kerugian

NaOCl Debridement Tidak boleh digunakan


Pelumas terakhir karena akan
Antimikroba spektrum mengurangi ikatan siler
luas, tms bisa berbahan resin dengan dentin
mengeliminasi mikroba saluran akar sehingga harus
yang susah dihilangkan diakhiri dengan bahan
disaluran akar spt disinfektan lainnya misalnya
Enterococcus, EDTA.
Actinomyces, Candida Secaraminimal

Larutan NaOCL 5,25 % menghilangkan debris dan


butuh waktu 15 detik smear layer yang mempunyai
sampai 1 menit utk efek negatif bila digunakan
membunuh mikroba terlalu lama yaitu berpengaruh
Dapat melarutkan terhadap kekuatan flexural
jaringan lunak dari dentin, tapi tidak
berpengaruh terhadap
modulus elastisitas

EDTA Membersihkan dan Aplikasinya selama 1 – 2


melebarkan saluran aka menit
(Etylendiamine
Sebagai pengkhelasi, Menyebabkan kematian sel
Tetra-Acetid
menciptakan calcium
Acid) 17% kompleks yg stabil thd Tidak bisa bekerja
smear layer sehingga bisa dilingkungan asam
mencegah apikal bloakage Tidak sebagai pengganti
Antimikorba nya lebih NaOCl tapi sebagai kombinasi
bagus daripada salin
Lebih baik digunakan
diakhir prosedur untuk
menghilangkan smear
layer tapi tidak bisa
mencegah penetrasi
bakteri
Chlorheksidin Antibakteri luas, toksisitas rendah, Tidak mampu melarutkan
larut dalam air sisa – sisa jaringan nekrotik
Kurang efektif terhadap
bakteri gram negative
Bila digunakan bersama
NaOCl tidak meningkatkan
aktivitas mikroba dan juga
bisa membentuk endapan pada
saluran akar bila digunakan
tanpa dibilas salin terlebih
dahulu

Ca(OH)2 Mampu melarutkan Sebelum diaplikasikan,


jaringan lunak dan smear layer harus dihilangkan
jaringan nekrotik dulu krn bisa mengganggu
Menghambat difusi Ca(OH)2 ke tubulus
pertumbuhan bakteri dentin
Tidak efektif bila digunakan
dalam jangka waktu pendek
Tidak direkomendasikan
sebagai bahan irigasi
melainkan bahan dressing

Iodine Antimikroba spektrum Bisa menyebabkan alergi


Potassium luas terhadap beberapa pasien
Iodide (IKI) 2% Toksisitas rendah
- 5% Bekerja sebagai agen
oxidizing yang bereaksi
thd enzim sulfihidril dari
E.faecalis sehingga bisa
terapi infeksi periapikal
IKI + CHX efektif
membunuh bakteri yang
resisten thd Ca(OH)2
MTAD Lebih banyak mengerosi Kontroversial, karena
(Mixture of dentin daripada EDTA resisten terhadap bakteri
Tetrasiklin Acid karena kandungan asam enterococci
and Detergent) sitratnya Kandungan doxixiclin tidak
bisa membunuh mikroba

h. Dressing/sterilisasi
Tujuan dressing adalah:

 Untuk memelihara keadaan steril saluran akar setelah dilakukan


preparasi dan membunuh semua mikroorganisme
 Untuk mengurangi mikroflora dalam tubulus dentinalis yang tidak
terjangkau intrumen dan bahan irigasi.
 Mencegah terjadinya infeksi ulang.
Pertimbangan menentukan bahan dressing:

 Lihat kondisi gigi dan jaringan sekitarnya


 Pertimbangkan masa aktif bahan dressing dan waktu kunjungan
pasien

Macam-macam bahan dressing:


1) Formocresol
Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau
1:1.Formalin adalah disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin
membentuk suatu subtansi yang tidak dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi
busuk.Pada beberapa pengujian mampu menimbulkan efek nekrosis dan
inflamasi persisten pada jaringan vital. Selain itu juga menimbulkan respon
imun antara sel-sel. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah.
2) ChKM (Chlorphenol kemfer menthol)
a) Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya
disinfektan dan sifat mengiritasi lebih kecil dari pada Formocresol.
Mempunyai spektrum antibakteri luas dan efektif terhadap jamur.
b) Bahan utamanya para-klorophenol. Mampu memusnahkan berbagai
mikroorganisme dalam saluran akar.
c) Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi
dari para-klorophenol murni. Selain itu juga memperpanjang efek
antimikrobial.
d) Menthol mengurangi sifat iritasi clorophenol dan mengurangi rasa
sakit.
e) Masa aktif 1 hari.
3) Cresophene
a) Terdiri dari :chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan
dexamethasone, yaitu sebagai anti-phlogisticum.
b) Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis
apikalis akut yang dapat terjadi, misalnya pada peristiwa over
instrumentasi. Masa aktif antara 3-5 hari.

4) TKF (Trikresol Formalin)


Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin.
Bersifat merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi
nekrosis. Masa aktif 2 hari.
5) Cresatin
Bahan ini merupakan cairan jernih , stabil, berminyak dan tidak mudah
menguap. Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek
antimikrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi
jaringan periapikal lebih kecil dari pada ChKM. Sifat anodyne
cresatinterhadap jaringan vital baik sekali, sehingga sering dipakai sebagai
bahan dressing pasca pulpektomi.
6) CaOH
Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar.
Pengaruh antiseptiknya berhubungan dengan pH yang tinggi dan
pengaruhnya melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Ca(OH)2 menyebabkan
kenaikan signifikan pH dentin sirkum pulpal bila diletakkan pada saluran
akar. Pasta Ca(OH)2 paling baik digunakan pada perawatan antar kunjungan
dengan penundaan yang lama karena bahan ini tetap bekerja selama berada
di dalam saluran akar. Masa efektif Ca(OH)2 adalah 7-14 hari. Kalsium
hidroksid paling baik dicampur dengan glyserin karena menghasilkan zona
lambat daripada pelarut aqueous. Ini disebabkan kemampuan disosiasi
gliserin terhadap ion Ca+ dan OH- lebih lambat daripada pelarut aqueous
sehingga dapat betahan lebih lama disaluran akar.
7) Eugenol
Bahan ini adalah esens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan
mempunyai hubungan dengan fenol.Agak lebih mengiritasi dari minyak
cengkeh dan keduanya golongan anodyne. Masa aktif selama 3-5 hari.
1. Kunjungan Keempat (Tes Bakteri dan Obturasi)
a. Tes Bakteri
1) Setelah seminggu dari kunjungan sebelumnya, pasien kontrol
untuk dilakukan tes bakteri.
2) Tumpatan sementara dibuka dan bahan dressing dibuang.
Kemuadian masukkan paper point ke dalam saluran akar
3) Masukkan paper point tersebut ke dalam pehidrol. Jika ada
gelembung udara, maka tes bakteri positif
4) Irigasi saluran akar dengan NaOCL 2,5 %
5) Ulangi prosedur tes bakteri seperti diatas
6) Jika saluran akar belum steril, maka dilakukan dressing ulang. Jika
saluran akar sudah steril maka langsung dilakukan obturasi.
b. Obturasi
Syarat melakukan obturasi : Gigi asimptomatik, saluran akar kering,
tes bakteri negatif, fistula telah menutup, pemeriksaan objektif negatif.
Menurut Walton (2003), kondensasi lateral merupakan teknik yang paling
populer karena dapat digunakan pada hampir semua keadaan kecuali pada
saluran akar yang bengkok atau abnormal. Kelebihan dari kondensasi
lateral ialah relatif tidak rumit, peralatannya sederhana, mampu mengisi
serta memberikan kerapatan yang baik, dapat mengontrol dengan baik
panjang obturasinya, perawatan ulangnya mudah dilakukan, adaptasi ke
dinding saluran akar baik, stabilitas dimensi positif.

Teknik Obturasi.
1) Pengisisan saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral (lateral
condensation method).
2) Pilih gutta percha point dengan ukuran MAF, sebagai master cone
(gutta percha utama). Potong sesuai dengan panjang kerja
menggunakan gunting.
3) Saluran akar maupun gutta percha utama diolesi dengan pasta
saluran akar atau sealer (endhomethason atau eugenol)
4) Saluran akar diolesi sealer dengan menggunakan lentulo yang
diputar dengan putaran low spead contra angel. Gerakannya
dengan gerakan ditarik kearah koronal.
5) Gutta percha utama dimasukkan ke dalam saluran akar, kemudian
ditekan semaksimal mungkin ke arah lateral menggunakan
spreader. Sisa ruang saluran akar diisi dengan gutta percha
tambahan sampai penuh.
6) Kelebihan gutta percha dipotong sampai orifis menggunakan
pluggeryang dipanaskan, kemudian dipadatkan menggunakan
plugger.
7) Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara
(cavit).
8) Lakukan roentgen foto untuk mengetahui apakah pengisian saluran
akar sudah hermetis.

Macam – macam sealer :

1) Zinc Oxide dan Eugenol

Sealer ini bisa diabsorbsi bila masuk ke jaringan periradikular, memiliki sifat
lubrikasi yang bagus, working time 30 menit bila diaduk dengan
perbandingan 1 : 1, sangat cocok untuk kasus dengan iregularitas saluran
akar, mengurangi respon inflamasi dan memiliki aktivitas antimikroba.
Kekurangannya yaitu dapat mewarnai gigi bila tidak dihilangkan secara
sempurna sehingga harus dibilas dengan xylol, namun saat ini sudah diugrade
menjadi sealer non staining.

2) Ca (OH)2

Dikembangkan untuk aktivitas terapi tetapi belum terbukti.

3) Non- eugenol sealer

Dikembangkan dari periodontal dressing, tanpa ada iritan dari eugenol


4) Glass Ionomer Sealer

Dikembangkan karena ada sifat dentin – bonding. Keuntungannya yaitu


memiliki sifat kecairan yang optimal, sifat mekaniknya bagus.
Kekurangannya yaitu harus dibuang menyeluruh dengan larutan chlorofom
selama 1 menit bila butuh retreatment dan antimikrobanya minimal

5) Resin sealer

Kelebihannya yaitu adhesi bagus, dan tidak mengandung eugenol.

6) N2
Keuntungannya yaitu secara continue melepasnkan gas formaldehid
sehingga fiksasi menjadi lebih lama dan antiseptik nya terus berjalan

2. Kunjungan Kelima (Kontrol PSA) dan dilanjutkan dengan restorasi


permanen gigi.
DESKRIPSI KASUS
a. Identitas pasien
Nama : Isti Sulistya
Umur : 23 tahun
No RM : 031725
Alamat : Yogyakarta
b. Pemeriksaan Subyektif
Pasien datang mengeluhkan tambalannya yang sudah jelek pada gigi
seri depan kanan rahang atas. Keluhan dirasakan sudah sejak 1 tahun yang
lalu. Pasca dilakukan penambalan pada gigi depan tersebut, giginya ngilu
jika terkena dingin 1 tahun kemudian. Gigi tersebut lama kelamaan menjadi
sakit, sakit terasa terus menerus dan sangat menggangu. Pasien sudah tidak
merasakan sakit hebat tersebut sudah sejak 1 tahun yang lalau.
c. Pemeriksaan Obyektif
Gigi 11
Terdapat tumpatan sewarana gigi pada bagian distal.
Sondasi : -
Perkusi : -
Palpasi : -
CE : - (dingin)

GAMBARAN KLINIS
Foto Rontgen Periapikal gigi 11 :
a. Area radiolusen pada saluran akar (belum pernah dirawat
endodontik).
b. Lamina dura tidak terputus.
c. Area radiolusen pada mahkota gigi hingga kamar pulpa.
d. Apek telah menutup dan tidak mengalami resopsi dan terdapat area
radiolusen pada apeks.
e. Terdapat cabang saluran akar ke arah lateral pada 1/3 apikal

Dx : Nekrosis pulpa disertai lesi periapikal


Tx :Perawatan saluran akar
.
d. Rencana Perawatan
1. PSA akar tunggal multivisit
2. Pasak dan mahkota jaket
4. Kontrol
LEMBAR PENGESAHAN

Yogyakarta, November 2015


Mengetahui,

Operator Pembimbing

Rahmi Fitri azizah drg. Yusrini Pasril. Sp.KG


Sumber Pustaka

Bakar, Abu. 2008. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media

Chong, Bumsan. 2010. Harty’s Endodontic in Clinical Practise. China : Churchill


Livingstone Elsevier

Cohen, Stephen, Hargraves, Kenneth. 2011. Cohen’s Pathway of the pulp tenth
edition. China : Mosby Elsevier

Garg, Nisha. 2010. Texbook of Endodontics second edition. New Delhi : Jaypee
Brothers Medical Publishers

Kidd, Edwina. 1991. Dasar – dasar karies penyakit dan penanggulangannya


(Essensitials of dental caries : the disease and its management). Jakarta :
EGC

Putri, Megananda. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta : EGC

Tarigan, Rasinta. 2002. Penyakit Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC

Walton, Richard. 2003. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta :EGC

Yanti, Nevi. 2004. Biokompabilitas Larutan Irigasi Saluran Akar. Diunduh dari :
e-USU Repository Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai