Anda di halaman 1dari 13

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM

PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PUBLIK*

Zainal Asikin**

Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas Mataram, Mataram


Jalan Majapahit Nomor 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat, 83125

Abstract
This research identifies several regulations related to public-private partnership (PPP) agreements such
as acts, government regulations, presidential regulations, and local byelaws. We find that in addition to
having some legal lacunae, the existing norms are either conflicting or obscure. In practice, this condition
opens chance for many interpretation which eventually result in a cornucopia of different variety of
inferior regulations. We will show that provisions pertaining to the designation of the contracting parties
in a PPP and its dispute settlement are conflicting.
Keywords: public-private partnership agreement, infrastructure.

Intisari
Penelitian ini berhasil menunjukkan beberapa peraturan hukum yang menjadi payung hukum perjanjian
kerjasama antara pemerintah dan swasta, antara lain dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, dan peraturan daerah. Ternyata masih terdapat kekosongan norma, konflik norma, dan
kekaburan norma dalam berbagai peraturan hukum tersebut sehingga menimbulkan berbagai penafsiran
dalam praktik, dan pada akhirnya berdampak pada berbagai ragam peraturan. Konflik norma berkisar
tentang siapa yang menjadi para pihak dalam perjanjian kerjasama antara pemerintah dan swasta serta
bagaimana penyelesaian sengketa atas sengketa hukum tersebut.
Kata Kunci: perjanjian kerjasama, infrastruktur.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 56
B. Metode Penelitian............................................................................................................................ 59
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................................................................... 59
1. Konsep Perjanjian Kerjasama ................................................................................................... 59
2. Bentuk-Bentuk Kerjasama ........................................................................................................ 60
3. Penafsiran terhadap Subyek Hukum ......................................................................................... 61
4. Penafsiran terhadap Pihak Ketiga (Government Contracting Agency) ..................................... 62
5. Permasalahan pada Kompetensi Penyelesaian Sengketa .......................................................... 64
D. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 66

*
Hasil Penelitian Fakultas Hukum Universitas Mataram Tahun 2011.
**
Email korespondensi: asikinzainal@yahoo.com
56 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 55 - 67

A. Latar Belakang oleh seluruh rakyat di atas maka pemerintah harus


Sebagaimana diketahui bahwa seiring dengan menyediakannya agar kesejahteraan seluruh
dinamisnya pelaksanaan otonomi daerah, maka masyarakat dapat ditingkatkan.1
pemerintah (daerah) memiliki peluang yang Karena kemampuan pemerintah terbatas
sangat besar untuk melaksanakan kerjasama maka tidak tertutup kemungkinan terjadinya
dengan pihak ketiga sebagaimana dijamin dalam government failure, dimana intervensi privat
Pasal 195 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dapat dimungkinkan dengan alasan sebagai
sebagai berikut: (1) Dalam rangka peningkatan berikut: (1) meningkatnya penduduk di perkotaan
kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan sementara sumber keuangan pemerintah terbatas;
kerjasama dengan daerah lain yang didasarkan pada (2) pelayanan yang diberikan sektor privat/
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan swasta dianggap lebih efisien; (3) banyak bidang
publik, sinergi dan saling menguntungkan; (2) pelayanan tidak ditangani pemerintah sehingga
Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sektor swasta/privat dapat memenuhi kebutuhan
dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama yang belum ditangani tanpa mengambil alih
antar daerah yang diatur dengan keputusan tanggung jawab pemerintah; (4) akan terjadi per-
bersama; (3) Dalam penyediaan pelayanan publik, saingan dan mendorong pendekatan yang bersifat
daerah dapat bekerjasama dengan pihak ketiga; kewiraswastaan dalam pembangunan nasional.
(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat Dari paparan di atas jelaslah bahwa dengan
(1) dan ayat (3) yang membebani masyarakat dan otonomi daerah membuka peluang bagi daerah
daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD. untuk memberikan pelayanan barang dan jasa
Perjanjian antara pemerintah daerah dengan kepada masyarakat dengan berbagai model, antara
pihak swasta dimungkinkan sepanjang yang lain:2
menyangkut public services. Public services 1. Governance service, pemerintah mem-
memiliki karakteristik sebagaimana yang dike- berikan semua jenis pelayanan publik ke-
pada masyarakat. Pemerintah menjalankan
mukakan oleh Olive Holtman, sebagai berikut: fungsi sebagai pengatur pelayanan (service
(1) generally cannot choose customer; (2) roles arranger) dan produsen pelayanan (service
limited by legislation; (3) politics institutionalizes producer);
conflict; (4) complex accountability; (5) very 2. Intergovernmental agreement, pemerintah
pusat dapat mendelegasikan kewenangan
open to security; (6) action must be justified; (7)
kepada pemerintah daerah untuk memberi-
objectives outputs difficult to state/measure. kan pelayanan. Dalam model ini konsumen
Di samping memiliki karakter di atas, public membayar secara langsung biaya pelayanan
services dicirikan dengan dua ciri, yaitu: (1) Non kepada pemerintah daerah atau yang men-
excludability, yaitu orang-orang yang membayar jalankan fungsi provisi, sedangkan fungsi
produksinya tetap berada pada pemerintah
diharapkan dapat menikmati barang itu dan tidak
pusat;
dapat dipisahkan dengan orang-orang yang tidak 3. Government vending, dalam hal ini kon-
membayar tetapi menikmati juga barang tersebut; sumen (individu/organisasi) bertindak
dan (2) Non rivalry consumption, yaitu seorang sebagai pengatur (service arranger) dan
yang mengkonsumsi barang itu, dan orang lain membayar kepada pemerintah atas sejum-
lah pelayanan publik. Misalnya seorang
mengkonsumsinya pula. Berhubung pemerintah individu dapat menggunakan tenaga polisi
tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan untuk mengontrol (mengawasi) penonton
barang public services yang akan dapat dinikmati dalam pertandingan olah raga yang dimiliki
secara pribadi;

1
Arsyad Nurdjaman, 1992, Keuangan Negara, Intermedia, Jakarta, hlm. 17.
2
Ibid., hlm. 38.
Asikin, Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Publik 57

4. Contract, pemerintah dapat mengontrak Model pelayanan publik di atas merupakan


atau memberikan mandat kepada perusa- ilustrasi aktivitas penyediaan pelayanan publik
haan negara (perusahaan daerah) untuk yang biasa dilakukan di Amerika. Sedangkan di
memberikan pelayanan. Pihak yang dikon-
trak adalah perusahaan swasta, misalnya Indonesia telah muncul berbagai pola alternatif
pemerintah mengontrak perusahaan swasta pemenuhan pelayanan publik dengan melibatkan
untuk penyapuan jalan, pemeliharaan sektor swasta, yaitu build operate and transfer
lampu jalan, pemeliharaan traffic light, (BOT), build operate and own (BOO), dan
dan lain-lain. Konsumen membayar secara
sebagainya. Secara ringkas akan dipaparkan tiga
langsung biaya pelayanan yang diterima
kepada produsen; model interaksi kerjasama antara pemerintah,
5. Grant, pemerintah memberikan subsidi swasta dan masyarakat, yaitu:
kepada produsen dengan tujuan menurunkan 1. Model classical public administration, yang
harga barang dan jasa pelayanan. Secara memberikan perhatian bagaimana pemerin-
umum misalnya pemerintah memberikan
tah melakukan tindakan administrasi secara
penurunan nilai pajak kepada produsen
agar nilai barang yang akan dibeli oleh demokrasi, efisien, efektif, dan bebas dari
konsumen akan murah; manipulasi kekuasaan, serta bagaimana peme-
6. Voucher, artinya konsumsi barang tertentu rintah dapat beroperasi secara tepat, cepat dan
diarahkan pada konsumen tertentu. berhasil.
Perusahaan yang memberikan pelayanan
dibayar secara langsung oleh pemerintah; 2. Model manajemen publik baru (new public
7. Franchise, pemerintah memberikan hak management), yaitu suatu model bagaimana
monopoli kepada suatu perusahaan swasta mentransformasikan manajemen sektor swas-
untuk memberikan pelayanan dalam suatu ta ke dalam organisasi publik serta mengem-
batas geografis tertentu, dan pemerintah
bangkan inisiatif pengaturan sistem seperti
memberikan tarif yang harus dibayar oleh
konsumen. Dalam kasus ini pemerintah deregulasi, privatisasi, dan kontrak manaje-
melakukan fungsi sebagai pengatur peru- men. Model new public management ini
sahaan swasta sedangkan konsumen mem- berkembang menjadi beberapa model, yaitu:
bayar secara langsung kepada perusahaan a. efficiency drive, yaitu model yang me-
swasta itu;
nekankan pentingnya efisiensi dengan
8. Market, yaitu suatu sistem di mana kon-
sumen memilih produsen barang dan jasa menekankan betapa pentingnya sektor
yang dikehendaki sesuai dengan kuali- publik berperilaku seperti swasta sehingga
tasnya tanpa campur tangan pemerintah. usaha ke arah itu harus dilakukan dengan
Pemerintah sama sekali tidak berperan baik cara meningkatkan pengawasan manajemen
sebagai penyedia jasa maupun sebagai pe-
ngatur pelayanan jasa (services arranger), keuangan, penghematan atau efisiensi,
semuanya tergantung pada konsumen dan penguatan fungsi penganggaran, dan
produsen; penciptaan sistem informasi. Model ini
9. Voluntary service, yaitu suatu sistem di terkait dengan gaya ekonomi politik Mar-
mana lembaga swadaya secara sukarela
garet Thatcher yang anti dan mengelimi-
memberikan pelayanan yang dibutuhkan
masyarakat. Lembaga swadaya tersebut nasi pemborosan dan pemerintahan yang
bertindak sebagai pengatur (service birokratis.
arranger) dan penyedia jasa (service b. Downsizing, yaitu model yang memperkecil
producer); dan lingkup sektor publik dengan menciptakan
10. Self-service yaitu penyediaan pelayanan
fleksibilitas organisasi, mengembangkan
dilakukan sendiri oleh individu/masya-
rakat. pola pelayanan yang fleksibel dan variatif,
memperkuat desentralisasi tanggung
jawab kegiatan dan anggaran ke tingkat
58 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 55 - 67

bawah. Model ini akan memberikan publik, tetapi upaya untuk menerapkan
perhatian terhadap pentingnya jaringan dan mengadopsi model dan gagasan di
kerja (network) dengan organisasi lain di atas ternyata masih diragukan. Keraguan
luar pemerintah, pentingnya pembentukan itu muncul diakibatkan oleh beberapa
aliansi strategis dengan badan-badan lain pertanyaan yaitu sejauh mana prinsip-
di luar pemerintah sebagai bentuk baru prinsip manajemen sektor swasta dapat
koordinasi yang lebih luas. diterapkan ke dalam manajemen sektor
c. In search of excellence, yaitu model publik, dan bagaimana menggeser peran dan
yang menekankan pentingnya pengaruh logika pemerintah serta mengembangkan
nilai, budaya, situs dan simbol yang hubungan kerja baru antara pemerintah,
dapat mempengaruhi perilaku individu swasta, dan masyarakat dalam kultur
dalam bekerja. Model ini memilik dua yang lebih egaliter dan partisipatif.
pendekatan utama yaitu pendekatan bottom- Pertanyaan pertama muncul karena pada
up dan pendekatan top-down. Pendekatan dasarnya terdapat perbedaan karakter
bottom-up memberikan penekanan pada antara sektor swasta dan pemerintah.
pengembangan organisasi sebagai organisasi Perbedaan itu berkaitan dengan pilihan
pembelajaran (learning organisation) publik (public choice), kepentingan publik
Sedangkan top-down menekankan upaya- (public interest), pemilikan publik (public
upaya untuk memperlancar perubahan ownership), dan kebutuhan kolektif dan
budaya organisasi, proyeksi visi secara top- keadilan. Terdapat pendapat yang sangat
down dan kepemimpinan secara karismatik, umum bahwa peran pemerintah seyogyanya
dan menekankan pada penekanan fungsi hanya dibatasi pada masalah-masalah
manajemen sumber daya manusia. yang tidak bisa ditangani swasta dan
d. Public service oriented suatu model masyarakat seperti masalah pertahanan
merefleksikan penyelarasan ide-ide dalam dan keamanan, penegakan hukum dan
manajemen sektor swasta ke dalam hubungan luar negeri. Sedangkan terhadap
manajemen sektor publik serta penguatan penyelenggaraan penyediaan pelayanan
kembali peran manajer sektor publik yang bersifat toll goods dapat diserahkan
dengan menerapkan manajemen yang kepada swasta dan masyarakat. Dalam
berkualitas tinggi secara lebih meyakinkan kondisi ini pemerintah akan lebih berperan
yang sebelumnya telah dirusak oleh sebagai regulator atau fasilitator dan bukan
berbagai malpraktik dan patologi. Karakter sebagai produser.
model ini adalah memberikan pelayanan Dari gambaran di atas nampaklah betapa
yang berkualitas tinggi (prima), proses masih adanya keraguan antara sikap
manajemen yang lebih merefleksikan pemerintah yang ingin melepaskan
kepentingan pengguna (user) lebih dari persoalan penyediaan sarana publik kepada
sekedar kepentingan konsumen, penekanan swasta dengan keinginan pemerintah untuk
pada pembelajaran masyarakat daripada mengatur secara lebih mendalam tentang
sekedar penyediaan pelayanan rutin, serta sistem pengadaan infrastruktur publik
menjamin partisipasi masyarakat dan tersebut. Keraguan itulah yang kemudian
prinsip akuntabilitas. memunculkan model lain yang disebut new
Beberapa gagasan di atas memiliki visioner governance.
yang baik dalam perbaikan pelayanan
Asikin, Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Publik 59

3. Model new governance,3 suatu model di mana beberapa hal yaitu pendekatan (approach) dalam
penyelenggaraan pemerintahan dibangun ber- penentuan bahan hukum dan analisa kritis terhadap
dasarkan pola interaksi baru antara pemerin- bahan hukum dengan melakukan penelusuran
tah dan masyarakat untuk mengembangkan (explorative), pengkajian mendalam (inquiry) dan
dan menyediakan kebijakan dan pelayanan penafsiran (interpretation). Dalam penelitian ini
publik. Jika pada model manajemen publik dikumpulkan berbagai bahan hukum perundang-
baru menekankan ide pembaharuan peran undangan dan beberapa kontrak kerjasama antara
pemerintah secara incremental melalui pen- pemerintah daerah di NTB dengan pihak swasta.
ingkatan efisiensi manajemen sektor publik
yang mengandalkan pola hubungan kerja an- C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
tar organisasi di dalam. Sedangkan pada new 1. Konsep Perjanjian Kerjasama
governance menekankan ide pembaharuan Sebelum mengemukakan konsep perjanjian
proses pemerintah secara transformatif me- kerjasama, maka terlebih dahulu akan diuraikan
lalui peningkatan kapasitas pemerintah dan apa yang dimaksud dengan perjanjian. Dalam
sistem pengaturan yang mengandalkan pola praktik, kontrak atau perjanjian terkadang masih
hubungan kerja dan interaksi antara organisa- dipahami secara rancu. Burgerlijk Wetboek
si pemerintah, swasta dan masyarakat secara (BW) menggunakan istilah overeenskommst
kooperatif atau kemitraan. dan contract untuk pengertian yang sama, hal
Interaksi antara pemerintah dengan swasta ini dapat disimak dari judul Buku III BW judul
dan masyarakat itulah kemudian memerlukan Kedua tentang Perikatan. Perikatan yang lahir dari
pengaturan hukum baik yang bersumber dari kontrak atau perjanjian yang dalam bahasa aslinya
undang-undang maupun melalui perjanjian atau (Belanda), “Van verbintenissen die uit contract of
kontrak yang dibuat oleh pemerintah dengan overeenkomst geboren worden”.
swasta. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis Oleh sebab itu, penulis berpendapat bahwa
tertarik untuk melakukan penelitian atau kajian konsep perjanjian atau kontrak adalah sebuah
hukum terhadap “Perjanjian antara Pemerintah konsep yang bermakna sama. Dalam makna yang
dengan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur sama maka perjanjian kerjasama antara pemer-
Publik”. Berdasarkan penjabaran di atas maka intah dengan pihak swasta dalam penelitian ini
permasalahan yang akan digali dalam penelitian adalah perjanjian yang memenuhi unsur-unsur
ini ialah: (1) Bagaimana pengaturan hukum Pasal 1320 BW dan terbatas pada perjanjian an-
perjanjian antara pemerintah dengan swasta dalam tara pemerintah daerah dengan pihak swasta se-
penyediaan infrastruktur publik di Indonesia? (2) bagaimana dimaksud dalam Pasal 192 huruf c
Masalah hukum apa saja yang muncul berkenaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
dengan kerjasama antara pemerintah dengan Pemerintahan Daerah, yaitu suatu perjanjian ker-
swasta tersebut? jasama yang terbatas pada penyediaan pelayanan
publik.
B. Metode Penelitian
Penelitian hukum ini dilakukan sesuai 2. Bentuk-Bentuk Kerjasama
dengan kekhasan yang dimiliki oleh ilmu hukum Secara konsepsional dikenal beberapa bentuk
yang tentunya berbeda dengan ilmu sosial dan kerjasama antara pemerintah dengan swasta,
ilmu alam.4 Metode penelitian ini akan meliputi yaitu:

3
Antonius Tarigan, “Transformasi Model New Governance sebagai Kunci Menuju Optimalisasi Pelayanan Publik di Indonesia”, Majalah
Usahawan, No. 02, Th. XXXII, Februari, 2003, hlm. 31.
4
Yohanes Sogar Simamora, 2005, Prinsip Hukum Kontrak dalam Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah, Universitas Airlangga,
Surabaya, hlm. 45.
60 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 55 - 67

1. Build and Transfer, adalah suatu perjanjian membangun di atas tanah pemerintah daerah;
di mana kedudukan kontraktor hanya (3) setelah pembangunan selesai pihak ketiga
membangun proyek tersebut, setelah selesai menyerahkan bangunan kepada pemerintah
dibangunnya proyek tersebut maka proyek daerah; (4) pihak ketiga mengelola bangunan
yang bersangkutan diserahkan kembali tersebut selama kerjasama; (5) pihak ketiga
kepada pihak bowler tanpa hak kontraktor memberikan imbalan berupa uang atau
untuk mengelola/memungut hasil dari proyek bangunan lain kepada pemerintah daerah
tersebut. Dalam praktik build and transfer sesuai kesepakatan; (6) risiko selama masa
ini disebut dan dipadankan dengan contract kerjasama ditanggung oleh pihak ketiga; (7)
design and build atau full finance sharing, setelah berakhirnya kerjasama, tanah dan
turnkey project. bangunan tersebut diserahkan kembali kepada
2. Build, Operate, Transfer (BOT), setelah pemerintah daerah;
membangun proyek tersebut pihak 5. Kerjasama Rehabilitasi, Guna, dan Serah
swasta kemudian berhak mengelola atau (Renovate, Operate, and Transfer) memiliki
mengoperasikan proyek tersebut dalam waktu syarat yang harus dipenuhi, sebagai berikut:
tertentu, dan dengan pengoperasian tersebut (1) pemerintah daerah memiliki aset (tanah
pihak swasta memperoleh keuntungan, dan dan bangunan); (2) pihak ketiga memiliki
setelah jangka waktu disepakati kemudian modal untuk merehabilitasi bangunan; (3)
proyek tersebut diserahkan kepada pihak pihak ketiga mengelola bangunan selama
swasta tanpa memperoleh pembayaran dari kerjasama; (4) hasil pengelolaan seluruhnya
pemerintah. menjadi hak pihak ketiga; (5) pihak ketiga
3. Kerjasama Bangun, Kelola, Sewa, dan Serah tidak boleh mengagunkan bangunan; (6)
(Build, Operate, Leasehold, and Transfer, jangka waktu kerjasama ditetapkan maksimal
(BOLT)) adalah perjanjian antara pemerintah lima tahun; (7) setelah berakhirnya masa
dengan pihak swasta dengan syarat, sebagai kerjasama, tanah dan bangunan diserahkan
berikut: (a) pemerintah daerah memiliki aset kepada pemerintah daerah dalam keadaan
(tanah); (b) pihak ketiga membangun di atas baik.
tanah milik pemerintah daerah; (c) pihak 6. Kerjasama Renovasi, Guna Sewa, dan Serah
ketiga mengelola, mengoperasikan dengan (Renovate, Operate, Leasehold, and Transfer
menyewakan kepada pihak lain atau kepada (ROLT)) adalah kerjasama antara pemerintah
pemerintah daerah itu sendiri; (d) pihak daerah dengan pihak ketiga dengan syarat-
ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa syarat sebagai berikut: (1) pemerintah daerah
kepada pemerintah daerah yang besarnya memiliki asset (tanah dan bangunan); (2) pihak
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan; (e) ketiga merenovasi bangunan; (3) pihak ketiga
jangka waktu kerjasama sesuai kesepakatan mengelola dan mengoperasikan bangunan
bersama; (f) setelah berakhirnya kerjasama dan dengan menyewa dari pemerintah daerah
pihak ketiga menyerahkan seluruh bangunan untuk disewakan lagi pada pihak lain atau
kepada pemerintah daerah. dipakai sendiri; (4) pihak ketiga memberikan
4. Kerjasama Bangun, Serah, dan Kelola (Build, kontribusi dari hasil sewa kepada pemerintah
Transfer, and Operate (BO)) adalah perjanjian daerah yang besarnya ditetapkan sesuai
antara pemerintah dengan pihak swasta kesepakatan; (5) pihak ketiga menanggung
dengan syarat, sebagai berikut: (1) pemerintah biaya pemeliharaan dan asuransi; (6) risiko
daerah memiliki aset (tanah); (2) pihak ketiga kerjasama sesuai kesepakatan.
Asikin, Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Publik 61

7. Kerjasama Bangun, Serah, dan Sewa (Build, dengan Pihak Ketiga dengan Badan Usaha dalam
Transfer, Leasehold (BTL)), adalah kerjasama Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah
antara pemerintah daerah dengan pihak diubah dengan Perpres No. 13 Tahun 2010 dan
ketiga dengan ketentuan: (1) pemerintah Perpres No. 56 Tahun 2011.
daerah memiliki aset (tanah); (2) pihak ketiga
membangunkan di atas tanah pemerintah; (3) 3. Penafsiran terhadap Subyek Hukum
pihak ketiga menyerahkan bangunan kepada Sebagaimana telah dipaparkan terdahulu
pemerintah daerah setelah selesai; (4) pihak bahwa sumber hukum yang mengatur perjanjian
ketiga mengelola, mengoperasikan bangunan kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak
dengan cara menyewakan pada orang lain; (5) swastaterdapatnormahukum(substansi)yangtidak
pihak ketiga memberikan kontribusi kepada jelas atau kabur. Substansi hukum oleh Lawrence
pemerintah daerah dari hasil sewa tersebut M. Friedman diartikan sebagai “the actual rules,
yang besarnya sesuai kesepakatan; (6) pihak norms, and behaviour patterns of people inside the
ketiga menanggung biaya pemeliharaan; (7) system”.5 Ketidakjelasan itu terlihat pada substansi
risiko selama masa kerjasama ditanggung hukum sehingga menimbulkan permasalahan dan
pihak ketiga. penafsiran (interpretasi) yang bermacam macam
Dari paparan di atas jelaslah betapa di dalam di dalam praktik. Untuk membuktikan hal tersebut
praktik hukum kontrak telah berkembang berbagai penulisan memaparkan dalam uraian di bawah
bentuk-bentuk kontrak, perjanjian dan kerjasama ini.
antara pemerintah (daerah) dengan pihak swasta Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5
yang sudah barang tentu memerlukan kajian hukum ayat (3) PP No. 6 Tahun 2006, “Gubernur, Bu-
yang mendalam sebagai bagian dari perkembangan pati, Walikota sebagai pemegang kekuasaan
hukum kontrak. Aturan hukum dalam lapangan pengelolaan pemanfaatan barang milik daerah.
publik yang menjadi payung bagi pemerintah Sekretaris Daerah sebagai pengelola barang milik
dalam membuat kontrak terutama adalah UU No. daerah”. Selanjutnya di dalam Pasal 8 ditegaskan
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU bahwa, “Kepala Dinas atau Satuan Kerja sebagai
No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. pengguna barang milik daerah”. Sementara itu di
Jika titik berat UU No. 17 Tahun 2003 mengatur dalam Perpes No. 13 Tahun 2010 tidak disebutkan
perihal penyusunan, penetapan, pengelolaan siapa yang berhak menandatangani perjanjian
dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan kerjasama antara pemerintah dengan BUMN,
dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD), karena dalam Pasal 3 ayat (2) Perpres tersebut
maka UU No. 1 Tahun 2004 difokuskan pada yang menjadi penanggungjawab adalah menteri/
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan kepala lembaga/kepala daerah. Bahkan dalam
yang ditetapkan dalam anggaran dan pendapatan Pasal 3 ayat (3) disebutkan BUMN/BUMD dapat
belanja negara/daerah (APBN/APBD). menjadi penanggung jawab proyek jika kerjasama
Di samping sumber hukum berupa undang- pemerintah dengan swasta itu menyangkut
undang, perjanjian kerjasama antara pemerintah infrastruktur.
dengan pihak swasta diatur dalam PP No. 6 Tahun Dengan adanya perbedaan tersebut maka
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ dalam praktik timbul berbagai permasalahan
Daerah, PP No. 50 Tahun 2007, dan Perpres No. dan penafsiran hukum (interpretasi) seolah-olah
67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah semua subyek hukum di atas memiliki wewenang

5
Lawrence M. Friedman, 1975, American Law: An Introduction, W.W. Norton & Co., New York, hlm. 6.
62 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 55 - 67

untuk menandatangani perjanjian yang bersifat adalah pengelola barang milik daerah”. Pengelola
keperdataan atau menjadi civil actor. Hal tersebut barang milik daerah berwenang dan bertanggung
yang kemudian menyebabkan kontrak kerjasama jawab: (a) menetapkan pejabat yang mengurus
antara pemerintah (daerah) dalam membuat dan menyimpan barang milik daerah; (b) meneliti
kerjasama seperti build and transfers atau full dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik
financiering yang dibuat antara pemerintah daerah daerah; (c) meneliti dan menyetujui rencana
ditandatangani oleh subyek hukum yang berbeda. kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik
Sejatinya kewenangan untuk menandatangani daerah; (d) mengatur pelaksanaan pemanfaatan,
perbuatan hukum keperdataan yang bersifat penghapusan dan pemindahtanganan barang
prinsipil seperti perjanjian kerjasama haruslah milik daerah yang telah disetujui oleh gubernur/
berada di tangan gubernur/bupati/walikota sebagai bupati/walikota atau DPRD; (e) melakukan
penanggung jawab tertinggi di daerah dalam koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi ba-
mengurus pemerintahan di daerah. Tanggung rang milik daerah; (f) melakukan pengawasan
jawab hukum tersebut akan terus melekat baik dan pengendalian atas pengelolaan barang milik
di dalam maupun di luar pengadilan, dan hal ini daerah. Pendapat penulis di atas sesuai dengan
terbukti jika terjadi sengketa keperdataan yang konsepsi teoritis dari perjanjian kerjasama kemi-
melibatkan daerah maka yang digugat adalah traan yang menyebutkan bahwa subyek hukum
gubernur, bupati maupun walikota. Padahal perjanjian adalah pemerintah (prinsipal), baik
perbuatan hukum keperdataan itu belum tentu pemerintah lokal maupun federal (a local or
dilakukan oleh pemerintah daerah. Pandangan federal government).6
penulis tersebut secara yuridis mengacu pada
ketentuan Pasal 24 dan Pasal 25 UU No. 32 4. Penafsiran terhadap Pihak Ketiga (Govern-
Tahun 2004 yang memberikan daerah status ment Contracting Agency)
sebagai badan hukum yang otonom melalui Persoalan yang muncul berikutnya ialah sia-
organnya (kepala daerah) untuk mengatur dan pa yang dimaksud dengan pihak ketiga sebagai
mengurus urusan pemerintahan demi kepentingan mitra dari pemerintah daerah dalam membuat
masyarakat setempat. Dengan demikian, segala kerjasama? Di dalam berbagai peraturan hukum
perbuatan hukum baik publik maupun privat yang ditemukan berbagai makna pihak ketiga tersebut,
akan membebani daerah dengan segala ikatan antara lain: (a) Badan Hukum Indonesia (PP No.
hukum haruslah dibuat dan ditandatangani oleh 50 Tahun 2007 jo. PP No. 38 Tahun 2008); (b)
kepala daerah. Sedangkan jika suatu perjanjian Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Hu-
ditandatangani oleh orang atau pejabat yang tidak kum Milik Daerah (BHMD), dan Badan Hukum
berwenang, maka akibat hukumnya perjanjian Lainnya (Peraturan Menteri Keuangan RI No. 96/
tersebut batal demi hukum. PMK.06/2007 jo. No. 97/PMK.06/2007); (c) Per-
Jika seandainya kepala daerah dan wakilnya seroan Terbatas, BUMN, BUMD, dan Koperasi
berhalangan untuk menandatangani perjanjian (Pasal 1 ayat (4) Perpres No. 13 Tahun 2010).
kerjasama tersebut, maka kepala daerah dapat Dengan perumusan di atas yang menyebut-
mendelegasikan kewenangan itu kepada sekretaris kan “badan hukum lainnya”, maka menimbulkan
daerah (sekda) sebagai pengelola barang milik penafsiran di daerah dalam membuat peraturan
daerah agar sesuai dengan Pasal 5 ayat (3) PP No. 6 daerah sehingga memasukkan “Perusahaan Swasta
Tahun 2006 yang menyebutkan, “Sekretaris daerah Asing, Koperasi, Yayasan, Lembaga Swadaya

6
M. Llanto Gilbero, 2008, E-Review of Build Operate and Transfer for Infrastructure Development Some Lessons for Policy Reform,
Philippine Institute for Development Studies, Philipina, hlm. 150.
Asikin, Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Publik 63

Masyarakat sebagai pihak yang dapat membuat (c) melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan
perjanjian kerjasama, termasuk build and transfer” peraturan perundang-undangan.
(Peraturan Daerah Subang No. 10 Tahun 2001, Dari uraian di atas jelaslah bahwa dalam
Peraturan Daerah Bantul No. 8 Tahun 2005). beberapa aturan hukum di Indonesia perusahaan
Menurut penulis bahwa tafsir yang dibuat oleh dalam bentuk penanaman modal asing dapat
pemerintah daerah yang dituangkan dalam berbagai turut serta dalam berbagai pembangunan proyek
peraturan daerah adalah tafsir yang terlalu luas dan kerjasama dengan pemerintah sepanjang
dan bertentangan dengan hakikat kerjasama antara perusahaan penanaman modal asing tersebut
pemerintah dengan swasta untuk membangun berbentuk perseroan terbatas (PT) yang dibuat
fasilitas publik yang murni dibangun oleh swasta. menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Dengan fasilitas pembiayaan oleh swasta tentunya Terbatas dengan mengambil bagian saham pada
kerjasama yang akan dilakukan oleh pemerintah saat pendiriannya, membeli saham dan cara lain
daerah adalah harus dengan perusahaan swasta sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
yang memiliki dana atau permodalan yang Dalam Perpres No. 13 Tahun 2010 juga
kuat. Oleh sebab itu dengan tidak bermaksud tidak secara tegas diatur tentang boleh tidaknya
mengecilkan keberadaan yayasan, koperasi dan perusahaan asing turut serta bekerja sama dalam
lembaga swadaya masyarakat, adalah suatu hal penyediaan infrastruktur. Hanya saja dalam
yang muskil apabila pembangunan infrastruktur Panduan Kerjasama Pemerintah dan Swasta yang
publik dengan nilai puluhan dan ratusan milyar dibuat oleh Menko Perekonomian ditegaskan
mampu dibangun oleh yayasan atau koperasi. sebagai berikut: “Berdasarkan peraturan tentang
Pertanyaan selanjutnya, apakah perusahaan daftar negatif investasi bagi investor asing sekarang
modal asing dapat turut serta dalam kerjasama ini, proyek-proyek infrastruktur pada umumnya
dengan pemerintah dalam penyediaan infra- dibuka untuk penanaman modal asing dengan
struktur publik? PP No. 50 Tahun 2007 jo. PP No. partisipasi asing sebanyak 95% kepemilikan
38 Tahun 2008 secara tegas menetapkan bahwa saham. Untuk sebagian sektor tertentu batasnya
yang dimaksud pihak ketiga adalah lembaga di adalah 49% oleh sebab itu investor asing harus
dalam negeri lainnya yang berbadan hukum. Apa bergabung dengan mitra lokal guna memiliki
yang tertuang dalam PP No. 50 Tahun 2007 jo. sedikitnya 5% saham di Badan Usaha”.7
PP No. 38 Tahun 2008 bertentangan dengan UU Keberadaan PP No. 50 Tahun 2007 jo. PP No.
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 38 Tahun 2007 yang mengatur tentang tata cara
Dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 pembuatan kerjasama Pemerintah dengan Pihak
ditegaskan “Penanaman Modal Asing wajib dalam Swasta dan Perpes No. 13 Tahun 2010 tentang
bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Perubahan atas Peraturan Presiden No. 67 Tahun
Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
oleh Undang-Undang”. Selanjutnya dalam ayat dimaksudkan untuk melindungi pengusaha Indo-
(3) ditentukan bahwa penanaman modal dalam nesia dan pengusaha lokal. Tetapi jika tujuan itu
negeri dan asing yang melakukan penanaman (perlindungan pengusaha nasional) yang ingin
modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan tercapai maka tujuan dan kemanfaatan yang
dengan: (a) mengambil bagian saham pada saat lebih besar tidak akan dapat tercapai secara
pendirian perseroan terbatas; (b) membeli saham; lebih cepat. Hukum memang bertujuan untuk

7
Menko Perekonomian, 2010, Buku Panduan bagi Investor dalam Investasi di Bidang Infrastruktur di Indonesia, Public Private Partnership
Investor Guide, Menko Perekonomian RI, Jakarta, hlm. 38.
64 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 55 - 67

terciptanya kepastian hukum dan melakukan Untuk menjawab permasalahan di atas maka
pembinaan terhadap kehidupan pengusaha. Akan terlebih dahulu dipaparkan beberapa temuan hasil
tetapi disamping itu yang harus diperhatikan riset penulis sebagai berikut:
adalah apakah kepastian hukum tersebut akan a. Di dalam beberapa surat keputusan kepala
cepat membawa manfaat dan perubahan bagi daerah tentang pemenang lelang pengadaan
masyarakat lokal yang mengharapkan percepatan badan usaha dalam rangka kerjasama
pembangunan. terdapat diktum yang berbunyi: “Hal-
Untuk itulah kita meminjam teori utility dari hal yang terkait dengan pelaksanaan
Jeremy Bentham, bahwa hukum harus membawa pembangunan akan dituangkan dalam
sebesar-besar kemanfaatan bagi masyarakat. MOU dan Perjanjian Kerjasama”.8 Surat
Oleh sebab itu, kehadiran pengusaha asing dalam keputusan bupati ini terkesan belum
perjanjian kerjasama haruslah dapat diterima mengikat pihak secara keperdataan karena
sebagai sebuah kebutuhan yang mendesak. para pihak belum menandatangani surat
Tentunya kehadiran pengusaha asing tersebut perjanjian kerjasama yang menjadi turunan
harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang atur dari Surat Keputusan Bupati tersebut.
oleh hukum Indonesia yaitu mengenai kualifikasi b. Di dalam perjanjian kerjasama, yang
badan usaha jika ingin mengikuti tender ataupun dibuat oleh kepala daerah tertuang klausula
melakukan kerjasama dengan pemerintah/ yang menentukan bahwa jangka waktu
pemerintah daerah. pelaksanaan adalah tiga ratus hari kalender
terhitung sejak dikeluarkannya SPMK.
5. Permasalahan pada Kompetensi Penye- Dengan adanya SPMK itulah kemudian
lesaian Sengketa seolah-olah mengesankan mulai melahirkan
Sebagaimana telah diuraikan dalam bahasan hak dan kewajiban bagi para pihak yang
sebelumnya bahwa di dalam melakukan perjanjian tertuang dalam perjanjian kerjasama dan
kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha Perjanjian Kerja. Apabila Pihak Kon-
(swasta), acapkali pemerintah/pemerintah daerah traktor melalaikan kewajibannya dalam
menetapkan badan usaha sebagai pemenang tender SPMK tersebut maka Pihak Pemerintah
maupun sebagai pelaksana kerjasama dilandasi dapat membatalkan Perjanjian Kerjasama
oleh adanya keputusan pemerintah/kepala daerah. tersebut.9
Kemudian setelah adanya keputusan kepala daerah Dari temuan di atas terkesan bahwa terjadinya
tersebut dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian yang melahirkan hak dan kewajiban
kerjasama (MOU), perjanjian kerja, dan Surat para pihak mulai terjadi sejak adanya SPMK
Perintah Mulai Kerja (SPMK). atau bukan sejak dikeluarkannya surat keputusan
Pertanyaannya adalah sejak kapan para pihak bupati tentang pemenang lelang. Akan tetapi di
terikat secara keperdataan terhadap produk hu- dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 176
kum tersebut di atas: apakah sejak dikeluarkannya K/TUN/2008 tanggal 27 Oktober 2008 yang
surat keputusan kepala daerah tentang pemenang menangani sengketa hukum antara Pemerintah
tender, ataukah sejak adanya perjanjian kerjasama Kabupaten Lombok Barat melawan PT Ampuh
dan perjanjian kerja, ataukah sejak adanya SPMK. Sejahtera berkenaan dengan pembatalan pemenang

8
Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor 050/671/Dpd/2006, tanggal 29 Juli 2006 jo. Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor 510/745/
Dpd/2006, tanggal 16 Oktober 2006.
9
Surat Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dengan PT Damai Indah Utama Nomor 047/816/Dpd/2006,
tanggal 21 Oktober 2006. Pasal 4 jo. Pasal 6 Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) Nomor 511/b17/Dpd/2006, tanggal 30 Oktober 2006.
Asikin, Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Publik 65

tender kerjasama, Mahkamah Agung RI dalam dengan proses penawaran (offer) secara ke-
pertimbangan hukumnya menyebutkan, sebagai perdataan oleh pihak badan usaha mengenai obyek
berikut:10 dan harga proyek tersebut dan diakhiri dengan
a. Bahwa Keputusan Bupati Lombok Barat penerimaan penawaran (acceptance) oleh kepala
No. 510/795/Dpd/2006 tanggal 16 Oktober daerah dengan menerbitkan keputusan sebagai
2006 masih harus ditindak lanjuti dengan
Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah manifestasi bentuk pernyataan atas persetujuannya.
Kabupaten Lombok Barat dengan PTDamai Keputusan kepala daerah yang melebur ke dalam
Indah Utama untuk pembangunan Pasar tindakan keperdataan dapat saja dibatalkan apabila
Umum Narmada, dan akan dilanjutkan dijumpai adanya unsur kekhilafan, tipuan dan
dengan Surat Perjanjian Kerja (Kontrak)
paksaan. Dengan demikian, jelaslah apa yang telah
dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
b. Keputusan Bupati Lombok Barat tersebut diputuskan oleh Mahkamah Agung bersesuaian
adalah akan melakukan suatu perbuatan dengan verklaring theorie, tentang terbentuknya
hukum perdata dengan demikian merupakan kesepakatan dalam perjanjian.
Keputusan Tata Usaha Negara yang melebur Jac Hijma secara panjang lebar mengemuka-
ke dalam Perjanjian Kerjasama;
kan bahwa terikatnya individu dilandaskan pada
c. Keputusan Bupati Lombok Barat (yang
menjadi obyek sengketa) bukan termasuk pernyataan yang dibuat individu yang bersangkut-
dalam pengertian Keputusan TUN yang an tanpa perlu memperhatikan kenyataan bahwa
menjadi kewenangan Pengadilan TUN dalam suatu perjanjian ada dua atau lebih orang
untuk mengadilinya, melainkan merupakan yang masing-masing membuat pernyataan. Per-
Keputusan TUN yang dikecualikan seperti
dimaksud dalam Pasal 2 huruf (a) UU No. 5 nyataan pilihan (tujuan) perbuatan itu sendiri
Tahun 1986 jo. UU No. 9 Tahun 2004, yaitu merupakan elemen yang melandasi adanya akibat
kategori keputusan tata usaha negara yang berupa keterikatan (kekuatan mengikat). Dengan
merupakan perbuatan hukum perdata. kata lain, hukum memunculkan akibat hukum dan
Berdasarkan pertimbangan di atas maka berdiri di belakang pilihan-pilihan yang dibuat
Mahkamah Agung menyatakan bahwa sengketa (pernyataan), tanpa (perlu) menelaah apakah hal
hukum yang menyangkut Keputusan Bupati tersebut bagi pihak yang berbuat betul bermakna
Lombok Barat bukan menjadi kewenangan atau tidak.
Pengadilan Tata Usaha Negara tetapi menjadi Untuk itulah pemerintah harus berhati hati
kewenangan dari Pengadilan Negeri. Dari hasil ketika memberikan keputusan yang menyangkut
kajian itu, seirama dengan Putusan Mahkamah pemenangan proyek di dalam tender karena dapat
Agung di atas karena keputusan kepala daerah dituntut dalam perkara perdata. Pejabat publik
yang berkaitan dengan pemenang lelang maupun menurut Ibrahim R. dalam melaksanakan tugas
penunjukan badan usaha untuk melakukan ker- dan wewenang harus berhati hati dalam mengambil
jasama merupakan perbuatan hukum yang melebur keputusan, karena bila keputusannya merugikan
ke dalam tindakan keperdataan, dan berarti pula pihak lain harus mengganti kerugian, yaitu: (1)
bahwa perjanjian kerjasama antara pemerintah Jika kesalahan yang dilakukan merupakan faute
daerah dengan pihak swasta (badan usaha) de service, ganti rugi dibebankan kepada APBN/
sejatinya sudah mulai terjadi sejak ditetapkannya APBD; dan (2) Jika kesalahan yang dilakukan
badan usaha tersebut sebagai pemenang lelang merupakan faute de personelle, ganti rugi harus
dan sebagai mitra kerjasama. Karena lahirnya ditanggung secara tanggung renteng oleh oknum
keputusan kepala daerah tersebut telah didahului pejabat yang bersangkutan.11

10
Putusan Mahkamah Agung Nomor 176 K/TUN/2008, tanggal 27 Oktober 2008, hlm. 11-12.
11
Ibrahim R., 2006, Pernak Pernik Yuridis dalam Nalar Hukum, UPT Penerbit Universitas Udayana, Denpasar, hlm. 27.
66 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 55 - 67

D. Kesimpulan dan kekaburan norma sehingga menimbulkan


Setelah melalui pembahasan dan pengkajian berbagai penafsiran dalam praktik, dan berdam-
secara mendalam dapat disimpulkan, sebagai pak pada berbagai ragam Peraturan Daerah yang
berikut: Pertama, praktik kerjasama antara dibuat oleh Daerah yang menyangkut kerjasama
pemerintah dengan pihak swasta dalam rangka antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Swasta.
pembangunan infrastruktur publik ternyata Untuk memberikan pedoman yang menyeluruh
telah menjadi suatu kebutuhan yang mendasar tentang pembuatan perjanjian kerjasama daerah
di Indonesia dalam upaya mempercepat laju dengan pihak swasta maka dipandang perlu untuk
pembangunan (di daerah) terutama untuk mem- melakukan pembentukan peraturan yang secara
bangunkan sarana prasarana yang mendukung khusus mengatur berbagai hal antara lain menge-
pelayanan kepada masyarakat seperti fasilitas nai subyek perjanjian, obyek perjanjian, prosedur
pendidikan, rumah sakit. pasar dan fasilitas umum pembuatan perjanjian, perlindungan hak dan ke-
lainnya. Hasil penelitian membuktikan terdapat wajiban, batas tanggung gugat serta mekanisme
beberapa peraturan hukum dan menjadi payung penyelesaian sengketa yang keseluruhannya ha-
hukum perjanjian kerjasama tersebut, antara lain rus mengacu pada prinsip universal dalam hukum
Keppres No. 7 Tahun 1998 tentang Kerjasama perjanjian terutama yang menyangkut adanya
Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam kebebasan berkontrak (konsensualisme), asas
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur, PP keseimbangan dan itikad baik (good faith) yang
No. 50 Tahun 2007 tentang Kerjasama Pemerintah selalu dimaknakan dengan pantas dan jujur (fair
dengan Pihak Ketiga, kesemuanya itu merupakan and honest). Substansi Peraturan Pemerintah yang
pelaksanaan dari UU No. 32 Tahun 2004. PP No. dibentuk harus mencerminkan harmonisasi per-
6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik aturan-peraturan hukum yang tersebar di berbagai
Negara/Daerah dan PP No. 38 Tahun 2008 sebagai Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, serta
pelaksanaan dari UU No.1 Tahun 2004 dan Perpres mengakomodir beberapa peraturan daerah yang
No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah secara baik telah mengatur tentang perjanjian ker-
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infra- jasama. Substansi Peraturan Pemerintah haruslah
struktur yang disempurnakan dengan Perpres benar-benar dapat menjamin percepatan pem-
No.13 Tahun 2010 sebagai pelaksanaan berbagai bangunan daerah dengan membuka peluang bagi
Undang-Undang yang lainnya. Perusahaan Modal Asing untuk turut serta dalam
Kedua, peraturan hukum di atas ternyata ma- pembangunan.
sih memiliki kekosongan norma, konflik norma

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Ibrahim R., 2006, Pernak Pernik Yuridis dalam


Friedman, Lawrence M., 1975, American Law: Nalar Hukum, UPT Penerbit Universitas
An Introduction, W.W. Norton & Co., New Udayana, Denpasar.
York. Menko Perekonomian, 2010, Buku Panduan bagi
Gilbero, M. Llanto, 2008, E-Review of Build Investor dalam Investasi di Bidang Infra-
Operate and Transfer for Infrastructure De- struktur di Indonesia, Public Private Partner-
velopment Some Lessons for Policy Reform, ship Investor Guide, Menko Perekonomian
Philippine Institute for Development Studies, RI, Jakarta.
Philipina. Nurdjaman, Arsyad, 1992, Keuangan Negara, In-
termedia, Jakarta.
Asikin, Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Publik 67

Simamora, Yohanes Sogar, 2005, Prinsip Hu- C. Dokumen Lainnya


kum Kontrak dalam Pengadaan Barang dan Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor 050/671/
Jasa oleh Pemerintah, Universitas Airlangga, Dpd/2006, tanggal 29 Juli 2006.
Surabaya. Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor 510/745/
Dpd/2006, tanggal 16 Oktober 2006.
B. Artikel Jurnal Putusan Mahkamah Agung Nomor 176 K/
Tarigan, Antonius, “Transformasi Model New TUN/2008, tanggal 27 Oktober 2008.
Governance sebagai Kunci Menuju Optima- Surat Perjanjian Kerja Nomor 511/b17/Dpd/2006,
lisasi Pelayanan Publik di Indonesia”, Maja- tanggal 30 Oktober 2006.
lah Usahawan, No. 02, Th. XXXII, Februari Surat Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah
2003. Kabupaten Lombok Barat dengan PT Damai
Indah Utama Nomor 047/816/Dpd/2006,
tanggal 21 Oktober 2006.

Anda mungkin juga menyukai