Anda di halaman 1dari 9

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM

No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017


Tanggal : 04 Desember 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. DEFINISI
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik
merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J,
2001)
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan
nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan ( Brunner dan Suddarth, 2002).
Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal.
(Bambang Setiyohadi, 2006)

1.2. TUJUAN PEMASANGAN VENTILATOR


Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan dan manfaat penggunaan ventilasi mekanik ini
dan juga beberapa kriteria pasien yang perlu untuk segera dipasang ventilator.
Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :

· Mengurangi kerja pernapasan.


· Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
· Pemberian MV yang akurat.
· Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
· Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

1
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan ini ditetapkan pada pasien yang memerlukan alat bantuan hidup dasar (ventilator).
2. Pelaksana panduan ini adalah perawat ICU
3. Semua pasien pasien rawat inap atau IGD yang membutuhkan alat bantu harus
diidentifikasi dengan benar saat akan dilakukan prosedur
4. Kapanpun selama pasien menggunakan alat bantu hidup harus diobservasi
5. Pasien yang koma (mati batang otak) yang memerlukan alat bantu hidup dirujuk ke
rumah sakit yang lebih tinggi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
6. Yang berhak menyatakan pasien mati batang otak (MBO) adalah dokter spesialis syaraf,
dokter spesialis bedah, dan dokter spesialis anastesi.
7. Kapanpun Pelepasan ventilator dapat dilakukan apabila keluarga meminta ventilator
dilepas dibuktikan dengan penandatangan informed consent
8. Pasien dinyatakan dapat dilakukan penyapihan ventilator oleh dokter anestesi

2
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Indikasi Klinik


a. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
b. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
c. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
e. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

3.2. Klasifikasi
1) Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan
udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator
jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan
kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral
amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak
stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2) Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator
tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri
inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator
hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Ventilator tekanan bersiklus
dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan. Ventilator
waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah
waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh kepanjangan
inspirasi dan frekuensi aliran udara Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi.
Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada
setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada
klien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume
bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.

3
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :

a. Sederhana, mudah dan murah


b. Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas
hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
c. Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain.
d. Dapat dirangkai dengan PEEP
e. Dapat memonitor tekanan, volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal,
frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
i. Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya
f. Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
g. Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

3.3. Operasional ventilator


1. Tahap Persiapan :
a. Persiapan Alat :
1) Main unit ventilator
2) Set tubing ventilator
3) Humidifier
4) Test lung
5) Aquadest steril
6) Ambu bag
7) Emergency Trolley
b. Persiapan Pasien : Pasien sudah terintubasi
2. Tahap Pelaksanaan :
a. Pre check dan Pre setting
1) Cek apakah ventilator sudah dibersihkan dan sirkuit sudah disterilkan.
2) Set Mode ventilator sebagai berikut :
Mode : VOL. CONTROL
Lower Alarm : EXPIRED MINUTE VOL. 0 upper alarm 40
Lower Alarm O2 : 20, upper alarm : 100
Trig. Sensitivity : -20
Upper press limit : 80
Peep :0
Insp. Press. Level : 0
Range Scale pada posisi ADULTS

4
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

3) Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUME dan AIRWAY PRESSURE meter


pada posisi 0
b. Pemasangan
1) Pasang set tubing ventilator, humidifier, test lung.
2) Sambungkan ventilator ke sumber listrik
3) Set tombol utama di belakang ventilator dengan cara menarik dulu baru
menekan ke atas.
4) Yakinkan indicator lampu hijau menyala.
5) Yakinkan EXPIRED MINUTE VOLUME dan AIRWAY PRESSURE pada
posisi 0
6) Yakinkan GAS SUPPLY ALARM aktif ( lampu merah menyala )
7) Yakinkan SET. MIN. VOL. ALARM & SET O2 ALARM lampu menyala
8) Hubungkan selang O2 ke konektor O2 sentral
9) Hubungkan selang pressure air ke konektor sentral.
Set WORKING PRESSURE normal : 60 cm H2O
Set PRESET INSP. MIN. VOL. Pada 7,5 L/menit, constant flow,
BREATHS/MIN 10, INSP.TIME 25 % dan PAUSE TIME 30%.
Tutup Y-piece/servo humidifier
Yakinkan AIR PRESSURE meter menunjukkan nilai yang sama selama
inspirasi dan saat berhenti dengan WORKING PRESSURE, yaitu 60 cm H2O
10) Cek UPPER PRESS. LIMIT alarm dengan cara :
Set mode VOL. CONTROL
Tutup Y-piece/servo humidifier
Putar tombol UPPER PRESS LIMIT ke 55 cmH2O, yakinkan inspirasi
berhenti dan alarm menyala.
Kembalikan lagi tombol ke 80 cmH2O
11) Cek MINUTE VOLUME
Set frekuensi nafas ( BREATHS/MIN )pada 20 x/menit
Pasang test lung
Set tombol parameter pada posisi EXP. MIN. VOL. L/Min
Lihat pada display, EXPIRED MINUTE VOLUME meter akan terbaca
7,5 ± 0,5 l/menit setelah beberapa menit.
12) Cek MINUTE VOLUME alarm
Pada Lower alarm limit : Putar tombol LOWER ALARM LIMIT pada 7,5
l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,5 ± 0,5 l/menit.
Pada Upper Alarm Limit : Putar tombol UPPER ALARM LIMIT pada 7,5
l/menit, yakinkan alarm akan menyala pada kisaran 7,5 ± 0,5 l/menit
13) O2 alarm
Set tombol parameter pada O2 CONC. %

5
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

Set mixer O2 pada 40% sehingga terbaca pada display


Putar tombol LOWER ALARM LIMIT searah jarum jam , yakinkan alarm
menyala pada kisaran 36 – 44 %, lalu putar kembali ke 18%
Putar tombol UPPER ALARM LIMIT berlawanan arah jarum jam, yakinkan
alarm akan menyala pada kisaran 36-40%, lalu putar kembali ke 100%.
14) APNEU ALARM
Set mode CPAP
Alarm akan menyala setelah ± 15 detik setelah mode diubah
15) Digital Display
Set tombol parameter pada BREATHS/MIN
Nilai akan terbaca pada display sesuai dengan nilai yang di set pada tombol
BREATHS/MIN
16) Cek PRESSURE LEVEL
Set mode pada PRESS. CONTR.
Set BREATHS/Min pada nilai paling rendah
Set PEEP pada + 10 cmH2O
Set INSP. PRESS. LEVEL pada + 10 cmH2O
Yakinkan nilai yang terbaca pada AIRWAY PRESSURE meter pada kisaran
+20 ± 2 cmH2O.
Kembalikan posisi PEEP dan INSP.PRESS. LEVEL pada 0
Kembalikan set mode ke VOL. CONTR,
17) Set mode sesuai kebutuhan dan kondisi pasien ( sesuai indikasi )
18) Sambungkan ke pasien melalui ETT

3.4. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak
tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Pada sistem kardiovaskuler

6
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat
meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan
tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral
b. Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari
hiperventilasi.
c. Oedema cerebral
d. Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
e. Peningkatan tekanan intra kranial
f. Gangguan kesadaran
g. Gangguan tidur.
4. Pada sistem gastrointestinal
a. Distensi lambung, illeus
b. Perdarahan lambung
5. Gangguan lainnya
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
3.5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal
dan tanda-tanda vital yang adekuat
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah
sel darah putih.
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi
lainnya.
6. Penyapihan dari ventilasi mekanik
Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
a. Tes penyapihan

7
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

1) Kapasitas vital 10-15 cc / kg


2) Volume tidal 4-5 cc / kg
3) Ventilasi menit 6-10 l
4) Frekuensi permenit < 20 permenit
b. Pengaturan ventilator
1) FiO2 < 50%
2) Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
c. Gas darah arteri
1) PaCO2 normal
2) PaO2 60-70 mmHg
3) PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
d. Selang Endotrakeal
1) Posisi diatas karina pada foto Rontgen
2) Ukuran : diameter 8.5 mm
e. Nutrisi
1) Kalori perhari 2000-2500 kal
2) Waktu : 1 jam sebelum makan
f. Jalan nafas
1) Sekresi: antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan
(suction)
2) Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
3) Posisi : duduk, semi fowler
g. Obat-obatan
1) Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
2) Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
h. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan

8
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSFM
No. Kpts- 321/A.A1/RSFM/XII/2017
Tanggal : 04 Desember 2017

BAB IV
PENUTUP

4.1. DOKUMENTASI
1. Setiap kegiatan yang sudah dilakukan didokumentasikan ke dalam rekam medis
pasien.
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter yang mewakili (dokter
jaga) mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan kondisi pasien di Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
3. Perawat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien di Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT).
4. Untuk edukasi didokumentasikan dalam Formulir Edukasi Pasien dan
Keluarga Terintegrasi.
5. Untuk pemantauan atau monitoring pasien didokumentasikan di lembar
observasi pasien.

4.2. PENUTUP
Pasien yang menggunakan alat bantu hidup harus terus diobservasi guna membantu sebagian
atau mengambil alih semua pertukaran gas paru untuk mempertahankan oksigenasi.
Dokumen asuhan pasien dengan peralatan bantu hidup meliputi assesmen awal :pengkajian,
diagnosa / masalah, rencana, tindakan dan tindakan medis / keperawatan. Perkembangan
pasien dievaluasi dengan melakukan assesmen ulang secara berkala dan berkelanjutan.

Direktur,

dr. Asluchul Alif Maslichan

Anda mungkin juga menyukai