Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PENGELOLAAN

Obat Kewaspadaan Tinggi (High Alert Drugs)

TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk petugas rumah sakit baik medis,
keperawatan maupun penunjang medis mengenai kebijakan pengelolaan
dan pemberian obat-obatan yang tergolong dalam kategori obat
kewaspadaan tinggi.
2. Meningkatkan kewaspadaan akan obat kewaspadaan tinggi sehingga
meningkatkan keselamatan pasien.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan
meminimalisasi terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan
potensi risiko terhadap pasien.

DEFINISI
Obat kewaspadaan tinggi adalah obat-obatan yang memiliki risiko lebih
tinggi untuk menyebabkan / menimbulkan adanya komplikasi /
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan
(dosis, interval, dan pemilihannya).3

KEBIJAKAN
1. Obat kewaspadaan tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi dalam
menyebabkan komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini dapat
dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang
sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya kesalahan.4
2. Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi
seperti:
a. menyediakan akses informasi mengenai obat kewaspadaan
tinggi.
b. membatasi akses terhadap obat kewaspadaan tinggi.
c. menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk obat
kewaspadaan tinggi.
d. menstandarisasi prosedur instruksi / peresepan, penyimpanan,
persiapan, dan pemberian obat kewaspadaan tinggi.
e. melakukan prosedur pengecekan ganda.
3. obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya
akan ditinjau ulang dalam audit dan revisi obat kewaspadaan tinggi
oleh Panitia Farmasi dan Terapi RS Baptis Kediri.
4. Berikut adalah obat-obatan yang termasuk dalam kategori obat
kewaspadaan tinggi :

Tabel Obat-obatan dalam Kategori Obat kewaspadaan tinggi


Kategori / Kelas Obat-obatan Jenis obat
Agonis adnergik IV Epinefrin, norepinefrin
Antagonis adrenergic IV Propanolol, metoprolol, labetalol
Agen anestesi (umum, inhalasi, dan Propofol, ketamin
IV)

1
Anti-aritmia IV Lidokain, amiodaron
Anti-trombotik, termasuk:
a. Antikoagulan  Warfarin
b. Inhibitor faktor Xa  Fondaparinux
c. Trombolitik  Alteplase
d. Inhibitor glikoprotein IIb/IIIa  Rivaroxaban
Agen kemoterapi (parenteral dan
oral)
Dekstrosa hipertonik ( ≥ 20%)
Obat-obatan epidural atau intratekal
Obat hipoglikemik (oral)
Obat inotropik IV Digoksin, milrinone
Insulin (SC dan IV) Insulin regular, aspart, NPH, glargin
Agen sedasi moderat / sedang IV Midazolam
Agen sedasi moderat Ketamin, Midazolam
Opioid / narkotika
a. IV Morphine, Pethidin
b. Transdermal Fentanyl patch
c. Oral MST Continous, Codein
Agen blok neuromuskular Suksinilkolin, vekuronium,
pankuronium
Preparat nutrisi parenteral
Agen radiokontras IV Solumetrol iv
NaCl untuk injeksi, hipertonik, NS 3%
dengan konsentrasi > 0,9%
Konsentrat KCl untuk injeksi KCL 25ml
Injeksi Magnesium Sulfat (MgSO4) MgSO4 20% dan 40%
Digoksin IV
Metotreksat oral (non-onkologi)
Oksitosin IV
Antikonvulsan Benzodiazepin

5. Flakon yang mengandung konsentrat elektrolit (misalnya KCl) boleh


disimpan di lingkup ruang perawatan dengan akses terbatas hanya
oleh perawat dengan kategori PK-2 atau lebih tinggi. Pemberian obat
elektrolit pekat dilakukan berdasarkan permintaan Dokter Penanggung
Jawab Pasien.
6. Obat-obatan yang digunakan dalam emergensi medis (misalnya:
kondisi mengancam nyawa yang bersifat gawat darurat) tidak
diwajibkan untuk mengikuti pedoman dan prosedur penggunaan obat
kewaspadaan tinggi.

PRINSIP
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan.
Mengurangi jumlah obat kewaspadaan tinggi yang disimpan di unit
perawatan.

2
2. Lakukan pengecekan ganda mulai pada saat penyiapan obat sampai
dengan pemberian obat ke pasien.
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip dan
diberi penandaan khusus yang diatur dalam peraturan
tersendiri.
b. Minimalkan instruksi verbal dan hindarkan penggunaan
singkatan.
c. Batasi akses terhadap obat kewaspadaan tinggi.

PROSEDUR
Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan obat kewaspadaan
tinggi.
1. Peresepan
a. Sebisa mungkin jangan memberikan instruksi hanya secara
verbal mengenai obat kewaspadaan tinggi. Dan bila instruksi
diberikan secara verbal, maka yang menerima instruksi harus
mengulang instruksi dengan jelas.
b. Instruksi yang diberikan harus mencakup minimal:
1) Nama pasien, nomor rekam medis dan asal pasien dirawat
2) Tanggal dan waktu instruksi dibuat
3) Nama obat, dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian
setiap obat
4) Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi
penggunaan setiap obat kewaspadaan tinggi secara tertulis.
2. Persiapan dan Penyimpanan
a. Obat kewaspadaan tinggi diberikan berdasarkan perintah
Dokter, tertulis dalam lembar resep. Obat kewaspadaan tinggi
disimpan pada kotak obat tiap pasien.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label penandaan
yang jelas.
c. Infus intravena obat kewaspadaan tinggi harus diberikan label
khusus yang jelas dengan menggunakan huruf / tulisan yang
berbeda dengan sekitarnya.

3. Pemberian obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-
check) terhadap semua obat kewaspadaan tinggi sebelum
diberikan kepada pasien.
b. Pengecekan ganda terhadap obat kewaspadaan tinggi
1) Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan
verifikasi atau pengecekan ganda oleh petugas
kesehatan lainnya (sebagai orang kedua) sebelum
memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.
2) Kebijakan:

3
a) pengecekan ganda diperlukan sebelum
memberikan obat kewaspadaan tinggi dan di
saat pelaporan pergantian jaga atau saat
melakukan transfer pasien.
b) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam
medis pasien atau pada catatan pemberian
medikasi pasien dengan membubuhkan identitas
pemberi obat.
c) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan
ganda / verifikasi oleh orang kedua dilakukan
pada kondisi-kondisi seperti berikut:
o Setiap akan memberikan injeksi obat
o Untuk infuse:
 Saat terapi inisial
 Saat terdapat perubahan konsentrasi
obat
 Saat pemberian bolus
 Saat pergantian jaga perawat atau
transfer pasien
 Setiap terjadi perubahan dosis obat
d) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai
dengan instruksi dari dokter.3
3) Berikut adalah obat kewaspadaan tinggi yang
memerlukan pengecekan ganda:

Obat kewaspadaan tinggi yang Memerlukan Pengecekan Ganda


untuk Semua Dosis Termasuk Bolus3
Obat-obatan
Heparin
Insulin
Infuse Magnesium sulfat pada pasien obstetric

4) Prosedur:
a) Untuk dosis inisial atau inisiasi infus baru
o Petugas kesehatan mempersiapkan obat
dan hal-hal di bawah ini untuk menjalani
pengecekan ganda oleh petugas kedua:
 Obat-obatan pasien dengan label
atau penanda yang jelas
 Obat yang hendak diberikan lengkap
dengan labelnya.
o Petugas kedua akan memastikan hal-hal
berikut ini:
 Obat telah disiapkan dan sesuai
dengan instruksi.

4
 Perawat harus memverifikasi bahwa
obat yang hendak diberikan telah
sesuai dengan instruksi dokter.
 perawat memverifikasi proses 6
BENAR sebagai berikut :
 Tepat pasien.
 Tepat obat.
 Tepat dosis.
 Tepat waktu pemberian.
 Tepat rute pemberian.
 Tepat dokumentasi.
o Ketika petugas kedua telah selesai
melakukan pengecekan ganda, pembagian
obat baru boleh dilakukan.
o Pengecekan ganda akan dilakukan
sebelum obat diberikan kepada pasien
b) Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat
atau transfer pasien:
 serah terima kartu obat, termasuk
diantaranya obat apa yang dihentikan dengan
advis Dokter dan obat apa yang mungkin
tertunda pemberiannya.
 Obat yang diberikan harus memenuhi kaidah
6 TEPAT seperti yang telah disebutkan
diatas.
c. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat melakukan
identifikasi pasien, secara verbal dan mencocokkan dengan
gelang identitas pasien.
d. Pada situasi kegawat daruratan, di mana pelabelan dan
prosedur pengecekan ganda dapat menghambat / menunda
penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan
memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar-benar bersifat
emergensi dan perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa
sehingga pengecekan ganda dapat ditiadakan.
e. Obat yang sudah tidak digunakan, dikembalikan kepada depo
farmasi rawat inap untuk diretur.

5
PEMBERIAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI
LABEL KUNING (ISMP DRUGS)

1. Insulin IV
a. Singkatan ‘u’ untuk ‘unit’ tidak diperbolehkan.
b. Infus insulin : konsentrasi standar = 1 unit/ml, ikuti protokol
standar di IPI.
c. Vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu kadaluarsa dalam
30 hari setelah dibuka. Pastikan penyimpanan yang benar.
d. Vial insulin disimpan pada tempat terpisah di dalam kulkas dan
diberi label.
e. Pisahkan tempat penyimpanan insulin dan heparin (karena
sering tertukar).
f. Lakukan pengecekan ganda.
g. Perawat melakukan identifikasi pasien seperti biasa.
h. Distribusi dan penyimpanan vial insulin dengan beragam dosis :
1) Simpan dalam kulkas secara terpisah
2) label asli kemasan harus tetap ada selama penyimpanan
2. Elektrolit konsentrat : NaCl > 0,9% dan injeksi Kalium klorida ≥ 0,4
Eq/ml
a. Jika KCl diinjeksi terlalu cepat (misalnya pada kecepatan
melebihi 10 mEq/jam) atau dengan dosis yang terlalu tinggi,
dapat menyebabkan henti jantung.
b. KCl tidak boleh diberikan sebagai IV bolus.
c. Lakukan pengecekan ganda.
3. Infus Magnesium Sulfat 40%.
a. Tergolong sebagai obat kewaspadaan tinggi pada pemberian
konsentrasi melebihi standar, yaitu > 40 mg/ml dalam larutan
100 ml (4 g dalam 100 ml larutan isotonic / normal saline).
b. Perlu pengecekan ganda (perhitungan dosis, persiapan dosis,
pengaturan pompa infuse)
4. Infuse Alteplase (t-PA, activase) IV7
a. Semua infuse alteplase yang digunakan di rumah sakit harus
disiapkan dengan khusus dan kewaspadaan.
b. Untuk penggunaan dalam kondisi emergensi, 1 vial sediaan
alteplase akan disimpan di Depo Farmasi Rawat Inap Bawah
(telpon 8131/8125). Saat obat ini hendak digunakan, lakukanlah
pencatatan yang sesuai dan lengkap berisi identifikasi pasien
dan alasan / indikasi pemberian obat. Siapkan alteplase dengan
dosis spesifik untuk setiap pasien.
c. Beri label pada setiap dosis obat yang digunakan (di spuit dan
container infuse), dan harus meliputi minimal:
1) Identitas pasien
2) Kuantitas total obat / volume total larutan yang terkandung di
dalam sediaan
d. Pemberian obat tidak boleh diinterupsi dan dilakukan di area /
tempat yang bebas gangguan untuk meminimalkan kesalahan.
e. Perlu pengecekan ganda.

6
5. Agen blok neuromuscular (Suksinilkolin, vekuronium, atrakurium,
pankuronium)
a. Harus dan hanya disimpan di area khusus dan spesifik, yaitu :
Instalasi Bedah Sentral dan Instalasi Pelayanan Intensif.
b. Berikan label yang terlihat jelas dan dapat dibedakan dengan
obat-obatan lainnya.
c. Lakukan pengecekan ganda.
d. Perawat wajib mencatat jika ada perubahan instruksi, termasuk
perubahan kecepatan infus dan pengaturan pompa infus.
e. Jangan pernah menganggap obat-obatan ini sebagai ‘relaksan’
f. Harus dihentikan pemberiannya pada pasien yang di-ekstubasi
dan tidak menggunakan ventilator lagi atau sesuai dengan advis
dari Dokter Penanggung Jawab Pasien.
6. Obat-obatan inotropik IV (digoksin, milrinone)
a. Obat-obatan ini memiliki rentang terapeutik yang sempit dan
memiliki sejumlah interaksi obat, laporkan bila ada gejala diluar
indikasi utama.
b. Pasien yang harus mendapatkan pengawasan ekstra adalah :
lansia (geriatri) yang mendapat dosis tinggi obat inotropik dan
juga mengkonsumsi quinidine.
c. Dalam penggunaan obat, berikan edukasi kepada pasien
mengenai pentingnya kepatuhan pasien dalam hal dosis,
perlunya pemeriksaan darah perifer secara rutin, dan tanda-
tanda peringatan akan terjadinya potensi overdosis.

7
PEMBERIAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI PADA PEDIATRIK DAN
NEONATUS DI RUANG ANAK DAN PERINATAL RISTI.

1. Obat kewaspadaan tinggi pada neonatus dan pediatrik serupa


dengan obat-obatan pada dewasa, antara lain :
a. Insulin (semua jalur pemberian).
b. Digoksin (oral dan IV).
c. Infus dopamine, dobutamin, epinefrin, norepinefrin.
2. Prosedur pemberian obat:
a. Lakukan pengecekan ganda untuk serah terima obat dari depo
pelayanan farmasi ke petugas di unit perawatan oleh setidaknya
2 orang petugas kesehatan (perawat dan farmasis).
b. Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk
penggunaan secara kontinu infuse intravena untuk semua
pasien pediatrik yang dirawat dan perinatal risti. Berikan label
‘konsentrasi …….’ untuk spuit atau botol infus dengan
konsentrasi modifikasi.
Tabel konsentrasi standar obat-obatan untuk pediatrik dan perinatal
risti.
Obat Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 Konsentrasi
3
KCl 0,1 mEq/ml 0,2 mEq/ml
(10 mEq/100ml) (20 mEq/100ml),
hanya untuk infus vena
sentral
Spesifik untuk Pediatrik / Perinatal Risti
Dopamin 1600 mcg/ml 3200 mcg/ml
(400 mcg/250ml) (800 mcg/250ml)
Dobutamin 200 mcg/ml 4000 mcg/ml
(500 mcg/250ml) (1 mg g/250ml)
Epinefrin 16 mcg/ml 64 mcg/ml
(4 mg/250ml) (16 mg/250ml)
Norepinefrin 16 mcg/ml 32 mcg/ml 64 mcg/ml
(4 mg/250ml) (8 mg/250ml) (16
mg/250ml)
Insulin, 0,5 unit/ml 1 unit/ml
regular
Spesifik untuk NICU
Dopamine 400 mcg/ml 800 mcg/ml 1600 mcg/ml
Dobutamin 500 mcg/ml 1000 mcg/ml 2000 mcg/ml
Epinefrin 20 mcg/ml 40 mcg/ml
Insulin, 0,1 unit/ml 0,5 unit/ml
regular
Fentanil 4 mcg/ml 12,5 mcg/ml

c. Hanya perawat berpengalaman dan kompeten dengan setingkat


PK-2 atau lebih tinggi yang diperbolehkan memberikan obat.

8
d. Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh
menggunakan satuan milliliter

9
PANDUAN PENGELOLAAN
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirim (NORUM)
atau
Look alike Sound alike (LASA)

DEFINISI
1. Latar Belakang
Adanya nama-nama obat yang membingungkan merupakan
salah satu dari penyebab yang paling sering dala kesalahan obat.
Puluhan ribu jenis obat yang beredar menyebabkan potensi
kesalahan, antara lain disebabkan oleh :
a. Tulisan yang tidak jelas.
b. Pengetahuan yang tidak lengkap mengenai nama obat.
c. Produk baru yang tersedia.
d. Kemasan atau label yang mirip.
e. Fungsi klinis yang mirip.
f. Kekuatan atau dosis obat yang mirip.
g. Bentuk sediaan.
2. Tujuan
Menurunkan resiko kejadian kesalahan obat yang disebabkan karena
kesalahan pembacaan atau pendengaran karena obat rupa dan
ucapan mirip, sehingga meningkatkan keamanan bagi pasien.

TATA LAKSANA
Beberapa pendekatan dilakukan dalam upaya mengeliminasi terjadinya
kesalahan obat dikarenakan nama obat rupa dan ucapan mirip (Norum) atau
Look alike sound alike (LASA), antara lain :
1. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah antara lain :
a. Adanya aturan mengenai kemasan obat.
b. Adanya informasi obat.
c. Adanya aturan mengenai bentuk sediaan obat
2. Usaha yang dilakukan oleh industri farmasi antara lain :
a. Pembeda dalam desain obat dan kemasan.
b. Seleksi nomenklatur / tata nama obat (meliputi penulisan nama
generik secara jelas).
c. Mencantumkan bentuk sediaan obat pada kemasan.
d. Informasi pada profesional kesehatan bila terjadi perubahan
formula / kekuatan sediaan atau bentuk sediaan.
e. Penulisan masa kadaluarsa dengan tinta hitam dan bukan
dengan embose.
f. Obat dengan perhatian khusus dituliskan dengan jelas (jangan
digerus, jangan dikunyah, dan lain-lain).

10
Prinsip-prinsip utama dilakukan dalam pelayanan obat LASA/NORUM
dilingkungan RS Baptis Kediri, antara lain :
1. Untuk manajemen :
a. Pembuatan sistem informasi yang memadai dan mendukung
pencegahan kesalahan misalnya dengan teknologi SIM RS
yang terus di update.
b. Pengesahan Formularium RS yang menjadi acuan persediaan
farmasi yang beredar dan dipakai dilingkungan RS Baptis
Kediri.
c. Adanya komite dilingkungan RS Baptis Kediri yang terus
mengevaluasi laporan keselamatan pasien.
d. Adanya sistem edukasi pada pasien yang berkesinambungan
melalui integrated note.
2. Untuk Dokter penulis resep :
a. Mengikuti kebijakan Panitia Farmasi dan Terapi mengenai cara
penulisan resep dimana order / perintah harus ditulis dengan
lengkap dan jelas.
b. Perhatian pada order / permintaan obat secara verbal yang
disampaikan melalui telepon.
c. Menghindari penggunaan singkatan yang mudah berisiko
kesalahan interpretasi misalnya q.d keliru dengan q.i.d
d. Menghindari singkatan yang tidak baku, misalnya AZT untuk
azatrioprine atau aztreonam.
e. Menghindari penulisan angka 0 didepan desimal, dan lebih baik
menuliskan 500mg daripada 0.5g
3. Untuk petugas farmasi :
a. Memastikan bahwa resep dapat dibaca dengan benar, tidak
mengasumsikan. Apabila didapati tulisan yang menimbulkan
interpretasi ganda maka konsultasikan pada penanggung jawab
depo pelayanan dan bila dirasa perlu hubungi Dokter penulis
resep untuk memastikan.
b. Selalu Read Back apabila ada pesanan yang diberikan melalui
telepon dan atau bila permintaan tidak tertulis bentuk apapun.
c. Memberikan tanda peringatan pada obat yang memiliki
kesamaan rupa dan bentuk kemasan.
d. Menggunakan sistem Tallman Lettering yang sudah ditetapkan
oleh ISMP (Institute for Safe Medication Practices).
e. Training dan edukasi bagi tenaga kesehatan yang terlibat
(farmasi, perawat) mengenai daftar obat NORUM/LASA yang
ada dilingkungan RS Baptis Kediri, dan selalu memperbarui
daftar tersebut.

11
Daftar Obat dengan
Daftar Obat dengan Rupa Mirip
Nama / Ucapan Mirip
amiNOPHYlline amiTRIPtyline Alegyzal tetes Kary Uni tetes
mata mata
ceFOtaxime cefTRIaxone Aminofusin hepar Comafusin
Hepar
DULCOlax OPIlax Atorvastatin tab Rebamipide tab
EYEfresh CENfresh Boraginol N Boraginol S
HUMAlog HEMOlok Betoptima tts Azopt tts mata
mata
IRVask TRUvaz Clofritis tab Valdimex tab
KETricin CETIrizine Canderin tab Spasmomen tab
novoRAPID novoMIX Captopril 50mg Clonidin tab
tab
praNZA traNXA Cefriex vial inj Vellanin vial inj
GENTAMicyn KETRicin Cenfresh Eyefresh
ALPRAZolam LORazepam Neurotam 800 Neurotam 400
DOBUTamine DOPamine Cereton caps Isofem caps
EPHEDrine EPHINEPHrine Ecotrixon vial Tirdicef vial
humALOG humULIN Opigran iv Piralen iv
ketoROLAC ketALAR Ovidrel iv Gonal F iv
predniSONE prednisoLONE Pronalges suppo Poro suppo
cloNIDine cloZAPine Stesolid iv Impugan iv
proPRANolol BISOprolol Raivas iv Tramus iv
TENSIvask Divask Serlof tab Hexilon tab
diPHENhydramine diMENhydrinate Vomizole iv Cefratam iv
ephineprine NORephineprine Metronidazole iv Levofloxacin iv
opiMOX opiGRAN Nevox XR capl Nocid capl
VALesco ONDesco Kalnex iv Neurotam 1g iv
tensiVASK tensiPHAR Ephineprine iv Atropin iv
pepTISOL pepZOL Frego tab Vesitab tab
AMINOfusin COMAfusin hepar Furosemid tab Isosorbid tab
hepar

12
REFERENSI
1. Wisconsin Patient Safety Institute. Model high-alert medications policy
& procedures. Wisconsin: WPSI; 2004.
2. Institute for Safe Medication Practices (ISMP). ISMP’s list of high-alert
medications. ISMP; 2012.
3. The University of Kansas Hospital. High alert medication double-check.
Dalam: Medication management. Corporate Policy Manual. Volume 2.
Kansas; 2010.
4. John Dempsey Hospital-Department of Pharmacy. Obat
kewaspadaan tinggi. Dalam: Pharmacy practice manual. Connecticut:
University of Connecticut Health Center; 2008.
5. Cohen M, Kilo C. High-alert medications: safeguarding against errors.
Dalam: Cohen M, peny. Medication errors. USA: American Hospital
Association, Health Research & Educational Trust, Institute for Safe
Medication Practices; 2002.
6. Regional Pharmacy Nursing Committee. Regional high-alert
medication safety practices. Regional Pharmacy and Terapeutic
Committee; 2010.
7. Koczmara C. Obat kewaspadaan tinggi: no room for errors. Kanada:
ISMP; 2003.
8. Graham S, Clopp MP, Kostek NE, Crawford B. Implementation of a
high-alert medication program. The Permanente Journal. 2008;12:15-
22.
9. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations
(JCAHO). High-alert medications and patient safety. Int J Qual Health
Care. 2001;13:339-40.
10. Cabral K, Wendler L. Obat kewaspadaan tinggi, polypharmacy &
avoidable hospitalizations: Practice Improvement Series Meeting
(PRISM). 2011.
11. Kane J. Obat kewaspadaan tinggi policy. The University of Toledo
Medical Center. 2011.
12. Colorado Foundation for Medical Care. Campaign intervention fact
sheet: obat kewaspadaan tinggi.
13. Medication Use Quality Committee. Obat kewaspadaan tinggi:
identification, double-check and labeling. Saskatoon Health Region;
2009.

13

Anda mungkin juga menyukai