Anda di halaman 1dari 8

keperawatan dan

kesehatan
blog ini digunakan untuk berbagi ilmu tentang keperatan dan
kesehatan terkini. baik yang sedang berkembang atau trend
yang akan datang. serta bertujuan untuk membantu mahasiswa
untuk mendapatankan referensi dalam melaksanakan
kependidikannya. dan juga membantu masyarakat untuk
menjadi insan yang sehat.

Minggu, 07 Mei 2017


TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI SILANG

A. Definisi Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika patogen
berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry. 2005) Infeksi
merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang
menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intra selular,
atau respon antigen-antibodi Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan
mekaisme pertahanan tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut patogen.
Suatu patogen harus berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan infeksi.
Mikroorganisme dapat tumbuh pada seluruh tubuh (infeksi sistemik) atau terbatas pada area
tertentu.
B. Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi yang didapat di rumah sakit disebut infeksi nosokomial (dari bahasa Latin
nosokomium berarti rumah sakit). Teknik aseptik adalah metode terbaik untuk mencegah infeksi
nosokomial. Teknikk aseptik ini digunakan pada setiap prosedur dan peralatan invasif seperti
kateter urin. Prosedur ini harus dilaksanakan pada tempatnya untuk meminimalkan risiko infeksi,
diperkirakan 30% infeksi nosokomial dapat dicegah. Infeksi terjadi jika mikroorganisme
menyebar dari suatu reservoar infeksi ke penjamu yang rentan. Jalan masuk infeksi dapat berupa
kontak, aerosol, darah, makanan/air dan serangga. Reservoar infeksi adalah tempat
mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dan dapat berupa pasien itu sendiri
(infeksi terhadap diri sendiri) atau dari pasien lainnya, pengunjung, atau staf rumah sakit (infeksi
silang).

a. Indikator Infeksi Nosokomial ini dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Angka pasien dengan dekubitus (Dekubitus Ulcer Rate)
Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan/atau jaringan yang dibawahnya yang terjadi di
rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring. Luka dekubitus akan terjadi
bila pasien tidak dibolak-balik atau dimiringkan dalam waktu 2 x 24 jam. Angka pasien dengan
dekubitus adalah banyaknya pasien yang menderita dekubitus dan bukan banyaknya kejadian
dekubitus.
2. Angka Infeksi karena Jarum Infus/flebitis (Intravenous Canule Infection Rate)
Infeksi karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas
tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit
kecuali infeksi kulit karena sebab-sebab lain yang tidak didahului oleh pemberian infus atau
suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan kemerahan (kalor, tumor,
dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus) pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3
x 24 jam atau kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang.
3. Angka Kejadian Luka Operasi (Wound Infection Rate)
Adanya infeksi rumah sakit pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang
dilaksanakan di rumah sakit ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan
(tumor), dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam kecuali infeksi rumah
sakit yang terjadi bukan pada tempat luka.
b. Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial:
Penularan kuman penyebab infeksi rumah sakit dapat terjadi melalui :
1. Infeksi sendiri (self infection), yaitu infeksi rumah sakit berasal dari pasien sendiri (flora
endogen) yang berpindah ke tempat atau bagian tubuh lain, seperti kuman Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus, kuman tersebut dapat berpindah melalui benda yang dipakai, seperti
linen atau gesekan sendiri.
2. Infeksi silang (cross infection), yaitu infeksi rumah sakit terjadi akibat penularan dari
pasien/orang lain di rumah sakit.
3. Infeksi lingkungan (environmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan kuman yang
didapat di lingkungan rumah sakit.
c. Batasan-batasan Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial disebut juga dengan “Hospital Acquired Infection” apabila memenuhi
batasan/kriteria sebagai berikut :
1. Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari nfeksi sebelumya
5. Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi terbukti bahwa infeksi
didapat penderita waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokommial.
d. Transmisi Infeksi Nosokomial
Bakteri yang menyebabkan infeksi nosokomial dapat menyebar dalam berbagai cara :
1. Yang telah permanen atau hanya singgah sementara pada pasien (endogenous infection)
Bakteri ada dikeadaan normal yang menyebabkan transmisi baik dari habitat luar dan
dalam (system urinaria), merusak jaringan (melukai) atau penggunaan antiobiotik yang tidak
tepat. Sebagai contoh, bakteri gram negative yang menyerang saluran pencernaan sering kali
disebabkan daerah pembedahan atau bekas operasi yang terinfeksi setelah melakukan operasi di
bagian perut atau menyerang sisitem urinaria di salauran kencing.
2. Ke pasien yang lain atau para pegawai (exogenous cross-infection) Bakteri menular diantara
pasien :
1) kontak langsung diantara pasien (tangan, kelenjar saliva (air ludah).
2) dari udara (debu atau sirkulasi udara yang terkontaminasi oleh bakteri yang sudah menyerang
pasien).
3) melalui kontaminasi oleh pegawai/perawat (tangan, baju, hidung dan
tenggorokan/kerongkongan) yang dapat jadi itu terjadi untuk sementara atau karir permanen.
4) melalui objek yang terkontaminasi dari pasien (termasuk peralatan), tangan pegawai,
pengunjung atau sumber dari lingkungan itu sendiri (air, gas, makanan).
3. Ke lingkungan (endemic or epidemic exogenous environmental infections)
Beberapa tiper dari mikroorganisme yang selalu ada di lingkungan rumah sakit :
1) Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau tidak terinfeksi
(Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium)
2) Di peralatan yang digunakan untuk perawatan
3) Pada makanan
C. Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang
Peran penting perawat adalah mengetahui prosedur dan praktik yang mungkin
menyebabkan infeksi nosokomial, misalnya teknik-teknik invasif, jalur tindakan dan menyadari
faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi seperti kebersihan yang kurang,
status gizi kurang, dan imunosupresi. Mungkin faktor pencegahan terpenting adalah memastikan
dilaksanakannya prosedur pengontrolan infeksi, yang dilaksanakan di setiap rumah sakit.
Perawatan terpisah merupakan usaha mencegah penyebaran infeksi dengan isolasi protektif atau
mencegah infeksi dari pasien yang terinfeksi (isolasi sumber).

1. Mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur
pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi mikroorganisme.
Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan menurunkan infeksi pada ICU
dan infeksi saluran pencernaan. Kulit yang rusak pada tangan mengandung pathogen yang lebih
banyak, yang banyak menyebabkan infeksi nosokomial.
a. Faktor penting untuk mempertahankan hygiene yang baik dan mempertahankan integritas kulit
adalah :
a) Lama mencuci tangan
b) Paparan semua area tangan dan pergelangan tangan ke alat yang digunakan
c) Menggosok dengan keras hingga terjadi friksi
d) Pembilasan menyeluruh
e) Memastikan tangan telah dikeringkan
Hampir semua bakteri bakteri transien dapat diilangkan dengan sabun dan air, tetapi
bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya Hibiscrub , Povidone-
iodine, membuat prosedur ini lebih efektif karena menghilangkan bakteri residen. Yang perlu
perhatian khusus saat mencuci adalah area tempat berkumpulnya mikroorganisme, seperti di
sela-sela jari. Walaupun mencuci tangan dengan menggunakan bakterisida, namun tidak semua
bakteri dapat dihilangkan. Tangan tidak pernah steril, tanpa satupun mikroorganisme hidup di
atasnya, dan inilah sebabnya diperlukan sarung tangan steril sekali pakai (disposible) untuk
beberapa prosedur. Candida albicans, salah satu penyebab oral thrush (jamur pada mulut) pada
pasien kanker stadium lanjut, dapat menyebar dari pasien ke tangan perawat. Penyebaran ini
dapat dicegah dengan mengenakan sarung tangan steril saat kontak dengan mukosa oral.
Pakaian pelindung dikenakan untuk mencegah transfer mikroorganisme dari kamar ke
kamar melalui pakaian dan untuk mencegah transfer mikroorganisme dari pasien ke perawat dan
sebaliknya. Hal-hal seperti ini dapat membuat perbedaan besar terutama jika kontak erat dengan
pasien yang infeksius, seperti tindakan menggendong bayi baru lahir (neonatus). Apron plastic
impermeable sekali pakai lebih baik daripada baju katun karena mikroorganisme dapat melewati
bahan katun, terutama jika basah. Menurunkan risiko penyebaran infeksi melalui udara juga
dapat dilakukan dengan memastikan bahwa prosedur seperti merapikan dan membersihkan
tempat tidur tidak langsung dikerjakan sebelum membalut luka, karena prosedur membersihkan
tempat tidur dapat menyebarkan mikroorganisme di udara. Selain itu, membalut luka yang
terinfeksi sebaliknya dilakukan paling akhir.
2. Perawatan keteter vena sentral
Kateter vena sentral (central venous catheter, CVC) dapat diimplantasika
melaluipembedahan pada pasien yang membutuhkan terapi intavena jangka panjang atau dapat
diinsersi oada perifer untuk jangka pendek. Di Inggris, hampir 6000 pasien per tahun
mendapatkan infeksi pasa sirkulasi darah karena kateter (catheter-related bloodstream infection,
CR-BSI) , disebabkan pemasangan dan perawatan kateter vena sentral. Infeksi ini merupakan
salah satu komplikasi paling berbahaya pada pasien. Mikroorganisme penyebab yang tersering
adalah Staphylococcus epidermidis. Infeksi dapat disebarkan dari tangan tenaga medis saat
perawatan atau dari mikroorganisme kulit yang mengontaminasi kateter saat pemasangan . Maka
sangat penting melakukan tindakan penfhalang steril secara maksimal saat memasang kateter
vena sentral.
a. Rekomendasi dari pedoman pencegahan infeksi oleh tenaga medis menunjukkan bahwa
minimalisasi risiko infeksi dapat dilakukan dengan :
a) Memilih kateter yang tepat untuk pasien, misalnya kateter berlubang tunggal yang diberi zat
antimokroba
b) Tempat insersi terbaik, misalnya daerah subklavia (bahu) lebih disarankan daripada daerah
jungular (leher) atau femoral (paha)
c) Menggunakan teknik aseptic saat pemasangan kateter vena sentral, seperti baju, sarung tangan,
dan duk steril
d) Persiapan daerah insersi yang tepat, misalnya membersihkan kuit dengan larutan alcohol
klorheksidin glukonat dan dibiarkan mongering sebelum insersi.
e) Perawatan kateter dan daerah yang efektif, misalnya disinfeksi permukaan eksternal kateter dan
bagian sambungan, ditutup dengan menggunakan kasa steril atau balutan transparan
f) Menjalankan strategi penggaantian kateter vena sentral dengan memperhatikan metode dan
frekuensi penggantian
g) Tidak menggunakan antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi
3. Perawatan kateter uretra jangka pendek pada perawatan akut
Kateterisasi urin telah diketahui sebagai risiko utama infeksi noskomial. Pada pasien
dengan kateter urin, 20 sampai 30% pasien akan mengalami bakteriuria (bakteri di urin). Sekitar
2% dari pasien yang mengalami bakteriuria akan mengalami bacteremia dan sekitar 22% akan
meninggal. Telah pula ditunjukkan bahwa risiko infeksi meningkat dengan semakin lamanya
penggunaan kateter. Oleh karena itu, jelas bahwa praktik keperawatan yang baik sangat
diperlukan untuk prosedur ini.
a. Risiko infeksi dapat diminimalisasi dengan :
a) Hanya menggunakan kateter urin ketika tidak ada prosedur alternatif lain
b) Memilih kateter terkecil yang memungkinkan alran urin dengan baik
c) Menggunakan peralatan steril tertutup dan teknik aseptic saat pemasangan
d) Menggunakan system steril tertutup dan mencegah aliran baik urin dari kantung urin dengan
meletakkan kantung urin di bawah kandung kemih dan penjepitan (clamping) selang kantung
jika pasien bergerak.
4. Mencuci dan disinfeksi
Mencuci adalah proses menghilangkan kotoran yang kelihatan, sementara disinfeksi
adalah tindakan untuk membunuh atau mengurangi pertumbuhan mikroorganisme tergantung
dari resistensi alami mikroorganisme. Disinfeksi umumnya berbahaya untuk kulit dan harus
menggunakan pakaian pelindung saat memakainya. Antiseptic adalah agen antimikroba yang
menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup. Contoh antiseptic yang umum
adalah iodin dan hidrogen peroksida. Peralatan medis harus dibersihkan dan /atau didisinfeksi
sebelum digunakan dari pasien ke pasien lain. Secara umum setiap alat harus dibersihkan, tetapi
peralatan medis yang kontak dengan darah atau cairan tubuh atau digunakan pada pasien yang
menderita infeksi, seperti infeksi Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA), diare, maka
peralatan medis ini harus didisinfeksi. Disinfeksi zat pembunuh bakteri, kadang disebut juga
bakterisida, sedangkan zat yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik.
Disinfektan bakterisida dapat bersifat bakterostatik jika diencerkan. Sehingga penting untuk
menggunakan disinfektan dengan konsentrasi yang tepat. Begitu pula, disinfektan harus
digunakan dalam durasi waktu yang tepat dan dipastikan bahwa larutan disinfektan masih baru
agar prosedur disinfeksi efektif. Disinfektan yang paling efektif adalah senyawa aldehida,
peroksida, dan halogen tetapi tidak selalu tepat digunakan setiap saat karena efek sampingnya.
Semua zat tersebut adalah agen pengoksidasi kuat.
5. Sterilisasi
Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua organisme termasuk endospore dan
virus. Autoklaf (dapat dilakukan dengan alat masak bertekanan tinggi, presto) dapat digunakan
untuk sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan tinggi. Prosedur ini sering digunakan
untuk sterilisasi instrument bedah umum dan masker anestesi. Di pabrik, produk steril seperti
syringe disposable disterilisasi sebelum dikemas dengan menggunakan radiasi sinar gamma
untuk menghancurkan mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005.


https://www.scribd.com/mobile/doc/makalah-pencegaha-infeks-silang

di Mei 07, 2017


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

TEKNOLOGI INFORMATIKA KEPERAWATAN TENTANG SYIRINGE


PUMP

SYIRINGE PUMP A. Latar Belakang Dengan semakin banyaknya kasus malpraktik


dan seiring dengan perkembangan teknologi di bidang kedo...

 TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI SILANG


A . Definisi Infeksi Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau
mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infek...
 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA
A. Definisi Sistem reproduksi adalah kumpulan organ internal – eksternal pada pria
dan wanita yang bekerja sama untuk tujuan berprokr...
iklan

anda pengunjung ke:


who is online counter blog counter

Cari Blog Ini


Telusuri

Halaman
 Beranda

Mengenai Saya
jordanu yasa'a
Lihat profil lengkapku

Laporkan
Penyalahgunaan
Arsip Blog
 ▼ 2017 (5)
o ▼ Mei (5)
 TEKNOLOGI INFORMATIKA KEPERAWATAN TENTANG SYIRINGE...

 KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA DEWASA


 TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI SILANG
 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN W...

 apakah itu panu?


Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.
V

Anda mungkin juga menyukai