Disusun Oleh:
Aiza Rizki
1104106010047
Bidang Keahlian Rekayasa Sistim Manufaktur
i
4. Keluarga tercinta Ayahanda Drs. H.Azhari Usman, M.Si, Ibunda Hj.Yulidar,
Kakanda Muttaqin S.TP., MM. dan Fakhrurrazi S.T serta Adinda Muhammad
Iqbal dan Irsalina Nabila;
5. Kepada Om Faisal, Cek Yusniar dan sepupu saya Kak Vina Agustina, Kak
Fertiannisa, Abang Ari Zuana, Alfi syahrin, Fajar Maulana, Wira Darsia, Putri
Jannah, yang tidak pernah putus memberikan semangat, dorongan dan doa
untuk keberhasilan penulis;
6. Industri kopi tempat penelitian yang telah memberi izin dan membantu
penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir serta memberikan banyak
tambahan ilmu pengetahuan kepada penulis;
7. Sahabat Terbaik Ummi Safrianti, Hevi Safrina, Syifa Andriani, Rizqina
Rosma, Zakiah Mourida, Irma Meutia, Cut Intan Maulida, Nur Fajrin
Ramadhani, dan Indah Kumala Sari yang selalu senantiasa memberikan
semangat, dorongan untuk keberhasilan penulisan serta menjadi tempat
sharing penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir;
8. Bapak/Ibu Dosen serta Asisten Dosen pada Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala, yang telah banyak membantu penulis sampai terselesaikannya buku
tugas akhir ini;
9. Staf Administrasi, Bang Heri dan Kak Agus yang selalu membantu dalam
setiap kesempatan;
10. Teman-teman Teknik Industri 2011 serta semuanya yang senantiasa
memfasilitasi penulis dengan buku, jurnal dan teori-teori yang menyangkut
judul tugas akhir ini serta senantiasa memberikan motivasi dalam
keberhasilan penulisan Tugas Akhir ini;
Akhirnya kepada Allah SWT juga kita berserah diri, karena tiada satupun
dapat terjadi jika tidak atas kehendakNya.
Darussalam, Desember 2015
Penulis
ii
ABSTRAK
Aceh merupakan daerah yang menghasilkan kopi dengan kualitas yang diminati
oleh konsumen, seiring dengan banyaknya industri pengolahan biji kopi, maka
industri ini harus memiliki competitive advantage yang bisa memberikan mutu yang
lebih baik serta aman bagi konsumen, dengan menerapkan GMP (Good
manufacturing practice) yang merupakan pedoman bagi industri pangan untuk
menjamin hasil produksinya, berupa keamanan dan kesehatan produk. Industri kopi
XYZ merupakan industri pengolahan kopi bubuk yang dipasarkan di Banda Aceh dan
sekitarnya, sehingga industri ini berkewajiban menjamin hak-hak terhadap produk
kopi yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini untuk menilai penerapan GMP dan risiko
dalam pemenuhan manajemen mutu pada produksi industri kopi XYZ, sehingga hasil
produksi higienis, bermutu, dan aman bagi konsumen. Persyaratan GMP terdiri dari
12 ruang lingkup mencakup 152 aspek. Persyaratan pedoman GMP yang tidak sesuai
menunjukkan adanya risiko negatif yang dapat mempengaruhi manajemen mutu
produksi XYZ. Hasil penilaian dengan menggunakan pendekatan QRM (quality risk
management), menunjukkan dari total aspek yang dinilai, 98 item atau 64.47% telah
sesuai dengan syarat GMP dan 54 atau 35.53 % item tidak sesuai. Dari 54 item yang
tidak sesuai menurut GMP teridentifikasi 40 risiko yang mempengaruhi penerapan
GMP di industri XYZ. Berdasarkan penilaian prioritas risiko menggunakan risk
mapping maka terdapat 12 risiko yang berada pada area orange yang harus dilakukan
pengendalian oleh pihak industri yang diusulkan dalam PHA (preliminary hazard
analysis) worksheet, sehingga diharapkan peningkatan penerapan GMP mencapai
lebih dari 80%.
Kata kunci : GMP (good manufacturing practice), QRM (quality risk management),
Risk Mapping, PHA (Preliminary Hazard Analysis)
iii
ABSTRACT
Aceh is a region that produces a good quality of coffee that attract the public,
along with the many coffee beans processing industry, therefore the industry should
have a competitive advantage that can provide better quality as well as safe for
consumers by applying GMP guidelines. Good manufacturing practice (GMP) is a
guideline for the food industry to guarantee its products in the form of security and
healthy products. XYZ coffee industry is an industry that produces coffee powder
which is sold in Banda Aceh and its surroundings, so the industry is obliged to
guarantee the rights of the coffee product that produces. The purpose of this study
was to assess the implementation of GMP and risk in compliance the quality
management in industrial production of coffee XYZ, so the product can be hygienic,
quality, and safety for consumers. GMP requirements consist of 12 scope covers 152
aspects. GMP requirements which do not fit the guidelines indicate downside risks
that could affect the quality management of production XYZ. Results of the
assessment using QRM approach (quality risk management), shows the total aspects
assessed, 98 items or 64.47% in accordance with the requirements of GMP and 54 or
35.53% of items are not appropriate. Those 54 items that are not appropriate
according to GMP identified 40 risks that affect the implementation of GMP in XYZ
industry. Based on the assessment of risk priority use of risk mapping, there are 12
who are at risk orange area should be done by controlling the industry company
proposed in PHA (preliminary hazard analysis) worksheet, so it is expected to
improve the implementation of GMP above 80%.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
vi
BAB V PENUTUP................................................................................................ 76
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 76
5.2 Saran ................................................................................................... 77
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Pabrik kopi XYZ yang merupakan salah satu produsen bubuk kopi yang
sudah beroperasi selama 39 tahun di Banda Aceh, industri kopi ini menggunakan
bahan baku biji kopi Robusta, yang dipasok dari para petani lokal Aceh baik dari
Takengon, Tangse dan Geumpang. Daya saing perusahaan tersebut dipengaruhi
oleh kualitas dari produk yang dihasilkan. Dalam beberapa dekade terakhir ini,
terutama industri pengolahan biji kopi harus memiliki visi, misi dan competitive
advantage agar bisa bertahan dalam persaingan yang begitu ketat. Produksi
industri kopi XYZ terbagi atas 7 jenis, hal ini berdasarkan ukuran kemasan kopi
XYZ, yaitu ukuran 200 gram, 500 gram, 200 gram, 250 gram, 150 gram, 250
gram dan sachet.
1
2
BAB I PENDAHULUAN
Menyajikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
2.1 Kopi
Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus coffea.
Kopi termasuk dalam famili Rubiaceae dan subfamili Ixoroideae. Menurut Bridson
dan Psilanthus, genus kopi dibagi dua sub genus yaitu coffea dan baracoffea, sub
genus coffea terdiri dari 88 spesies, sementara itu subgenus baracoffea terdapat
tujuh spesies. Berdasarkan geografis (tempat tumbuh) dan rekayasa genetik kopi
dapat dibedakan menjadi lima, kopi yang berasal dari Ethiopia, Madagaskar, benua
Afrika Barat, benua Afrika tengah, dan benua Afrika timur (Llly dan Rinantonio,
2005).
7
8
Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi dengan
lingkungan tumbuhnya (Siswoputrando, 1992)
Di Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC
(vereenigde oost indische compagnie) pada periode antara tahun 1969. Tanaman
kopi mula-mula hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan
dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka
VOC menyebarkan ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya (Najiyati dan
Danarti, 1997).
dari Arabia. Jenis kopi ini dikirim juga ke Batavia pada tahun 1699 oleh Gubernur
jenderal Belanda di Malabar. Karena tanaman ini kemudian mati oleh banjir, pada
tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang berkembang disekitar Jakarta dan
Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia. Kopi
Arabika hanya bisa bertahan di dataran dengan ketinggian lebih dari 1000 m yang
dapat mengurangi timbulnya penyakit pada tumbuhan kopi (Prastowo, 2010).
dengan menggunakan tekanan tertentu dan alat pengekstrak. Temperatur air yang
digunakan pada waktu mengambil ekstrak adalah 200ᵒ C. Komponen kering yang
terdapat pada kopi hasil ekstraksi adalah 15%. Kemudian hasil ekstraksi
dikeringkan dengan menggunakan spray dried atau freeze dried (Belitz dan Grosch,
1987).
Salah satu masalah yang sering dihadapi pada pengolahan kopi secara kering
adalah kadar air dari kopi yang akan dihasilkan. Lamanya proses pengeringan
tergantung pada cuaca, ukuran buah kopi, tingkat kematangan, dan kadar air dalam
buah kopi, biasanya proses pengeringan memakan waktu sekitar 3-4 minggu.
13
Setelah proses pengeringan kadar air akan menjadi sekitar 12% (Sivetz dan Foote,
1963). Berikut ini merupakan proses pengolahan kopi :
1. Sortasi
Sortasi merupakan proses untuk memisahkan kopi merah yang berbiji
dengan kopi yang hampa dan terserang penyakit. Caranya kopi merah
yang sudah ditimbang dimasukkan dalam sebuah alat yaitu bak
penerimaan atau bak sotasi. Bak ini dilengkapi dengan saringan serta
kran pemasukan dan pengeluaran air, setelah itu bak diisi air dengan
cara membuka kran untuk memasukkan air. Bila bak sudah hampir
penuh, kemudian diaduk, setelah diaduk gelendong yang terserang
penyakit dan hama akan mengapung. Sedang yang sehat dan berisi akan
tenggelam (Najiyanti dan Danarti, 1997).
2. Pengupasan kulit buah (pulping)
Pulping bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit buah (pulp),
sehingga diperoleh biji kopi yang masih terbungkus oleh lapisan lender.
Mesin yang digunakan untuk melepaskan kulit buah yaitu “Vis pulper”
mesin ini hanya dapat digunakan untuk melepaskan kulit buah.
Pengupasan kulit buah dan pencucian dapat digunakan mesin “Ruang
pulpe”. Perbedaan kedua alat pulping, mesin “Vis pulper” masih
memerlukan perlakuan fermentasi, sedang mesin “Ruang pulper” tidak
dilakukan fermentasi (Setyohadi, 2007).
3. Fermentasi biji kopi
Fermentasi diperlukan untuk menyingkirkan lapisan lendir pada kulit
tanduk kopi. Fermentasi dilakukan biasanya pada pengolahan kopi
arabika untuk mengurangi rasa pahit dan mempertahankan cita rasa
kopi. Fermentasi dilakukan dengan cara perendaman biji kedalam air
atau secara kering dengan memasukkan biji kopi ke dalam kantong
plastik dan menyimpan secara tertutup selama 12 sampai 72 jam
(Prastowo, 2010).
14
4. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa–sisa lendir hasil
fermentasi yang masih menempel pada kulit atau setelah keluar dari
mesin pulper. Pencucian dengan cara sederhana dilakukan pada bak
yang memanjang yang airnya terus mangalir. Cara yang lebih sederhana
lagi bisa dilakukan dalam bak yang dibawahnya diberi lubang sebagai
pengatur keluarnya air. Di dalam bak yang memanjang atau pada bak
yang lebih sederhana ini, kopi diaduk-aduk dengan tangan atau dengan
kaki untuk melepaskan sisa lender yang masih melekat (Najiyanti dan
Danarti, 1997).
5. Pengeringan kopi
Biji kopi yang baru dicuci masih mengandung air lebih kurang 55%
dengan jalan pengeringan kandungan air itu dapat diuapkan sehingga
kadar air yang terdapat pada kopi hanya 8-10%. Setelah dilakukan
pengeringan dilanjutkan perlakuan pemecahan kulit tanduk.
Pengeringan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut:
a. Pengeringan dengan panas matahari, semua biji kopi diletakkan
pada lantai penjemuran hingga merata. Tetapi cara ini kurang
efisien sebab memerlukan banyak tenaga dan menyulitkan
pekerjaan.
b. Dengan menggunakan bahan bakar, dalam proses panyaringan ini,
biji kopi yang masih basah disebarkan diatas lantai besi tipis-tipis
dengan merata dan selalu di bolak – balik.
c. Dengan menggunakan mesin pengering. Mesin tersebut terdiri dari
tromol besi yang besar dindingnya berlubang kecil.
(Aak, 1988).
6. Pemanggangan (Roasting)
Roasting merupakan proses pemanggangan biji kopi yang tergantung
pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang
signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas dan
15
2.7 Kualitas
Terdapat berberapa definisi mengenai kualitas, tetapi secara umum dapat
dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa
yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran
18
2.8.1 Risiko
Risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkan
kerugian (loss). Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan kerugian dalam
asuransi. Menurut (Abbas, 2005), ketidakpastian dapat kita kategorikan sebagai
berikut:
22
2. Risiko kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan
konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit
diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam
antara populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih
kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang
jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari
kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengendalian
asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan
pengoperasian dan aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat
terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko
terhadap masyakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
Dari Vaughan (1978) dikutip oleh (Herman, 2010) mengemukakan
beberapa defenisi tentang risiko sebagai berikut:
1. Risiko adalah kerugian
Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu
keadaan di mana terdapat kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika
disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistic “chance”
sering dipergunakan untuk menunjukan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
2. Risiko adalah kemungkinan kerugian
Istilah ”possibility” berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada
diantara nol atau satu. Defenisi ini barangkali sangat sangat mendekati
24
pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Akan tetapi defenisi ini agak
longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secera kuantitatif.
3. Risiko adalah ketidakpastian
Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi
risiko. Hal ini didasarkan atas pengetahuan dan sikap orang yang
memandang situasi itu. Ketidakpastian itu merupakan ilusi yang
diciptakan oleh orang karena ketidaksempurnaan pengetahuannya
dibidang itu. Misalnya dilaporkan oleh dinas pengamat cuaca, bahwa
besok “mungkin akan” hujan. Tidak ada ketidakpastian dalam alam,
hujan pasti atau tidak pasti akan datang. Pengetahuan peramalan
cuacalah yang tidak sempurna untuk dapat memastikan. Jadi
ketidakpastian seperti ini bersifat subjektif dan inilah yang
menimbulkan risiko dalam pengambilan keputusan.
b. Bahaya Listrik
Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik.
Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,
sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan
bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang
menggunakan energi listrik (Soehatman, 2010). Menurut data dari Dinas
Pemadam Kebakaran DKI antara tahun 1993-1997 terjadi 4.244 kasus
kebakaran, dimana 2.135 diantaranya disebabkan oleh listrik seperti hubungan
singkat atau peralatan listrik.
c. Bahaya Kimia
Bahaya kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat
dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimia. Bahaya
yang terdapat ditimbulakan oleh bahan-bahan kimia antara lain (Soehatman,
2010):
1. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun
2. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam
keras, cuka air aki dan lain-lainnya.
3. Kebakaran dan ledakan, beberapa bahan kimia memiliki sifat yang
mudah terbakar dan meledak misalnya gelombang senyawa hidrokarbon
seperti minyak tanah, premium, LPG dan lainnya.
4. Polusi dan pencemaran lingkungan.
1. Menentukan Konteks
Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat visi
misi perusahaan, ruang lingkup bisnis perusahaan mulai dari proses
kerja awal sampai akhir. Hal ini dilakukan karena konteks risiko
disetiap perusahaan berbeda-beda sesuai dengan kegiatan bisnis yang
dilakukan.
27
3. Penilaian Risiko
Penilaian risiko terdiri dari identifikasi bahaya, dan analisis serta
evaluasi risiko terkait dengan paparan bahaya. Penilaian risiko mutu
dimulai dengan penetapan masalah atau risiko yang dipersoalkan yang
diuraikan dengan baik. Ketika risiko yang dimaksud telah diuraikan
dengan baik, perangkat manajemen mutu yang layak dan jenis informasi
yang diperlukan untuk mengarahkan pertanyaan tentang risiko akan
lebih mudah teridentifikasi.
4. Pengendalian Risiko
Strategi pertama dalam pengendalian risiko adalah dengan menekan
kemungkinan (likelihood). Pengurangan kemungkinan ini dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu secara teknis,
administrative, dan pendekatan manusia (Soehatman, 2010).
pencapaian tujuan perusahaan. Menurut (HB 436:2004) terdapat berberapa hal yang
memiliki keterkaiatan dengan sebuah risiko yaitu:
a. Sumber Risiko
b. Insiden
c. Konsekuensi
d. Penyebab kejadian
e. Pengendalian
f. Waktu dan tempat
Dalam melakukan identifikasi risiko informasi yang baik dan berkualitas
sangat diperlukan, awal identifikasi diperoleh dari informasi masa lalu tentang
organisasi serupa, kemudian dilakukan diskusi dengan para pemegang kepentingan
mengenai topik yang berpengaruh. Dalam melakukan identifikasi risiko, sumber
infomasi yang dapat digunakan sebagai dasar identifikasi risiko berasal dari
pengalaman, saran para ahli, wawancara, diskusi, laporan klaim asuransi, survey,
kuisioner, checklist dan incient database (HB 436:2004).
Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui
potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Menurut Soehatman, (2010)
Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan berikut
merupakan penjelasan mengenai metode-metode tersebut:
a. Teknik Pasif
Bahaya ini dapat dikenal dengan mudah apabila jika mengalaminya seperti
secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lubang di jalan
setelah tersandung atau terperosok kedalamnya. Kita tahu adanya bahaya listrik
setelah tersengat aliran listrik. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena
kecelakaan telah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah pencegahan.
Metode ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukan
eksistensinya sehingga dapat terlihat. Sebagai contoh, di dalam suatu pabrik
kimia, terdapat beberapa jenis bahan dan peralatan yang berbahaya (Soehatman,
2010).
31
1. Teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi dan bentuk fasilitas atau
instalasi serta jenis bahaya yang ada dalam operasi.
2. Teknik tersebut dapat membantu dalam menentukan pilihan cara
pengendalian risiko.
33
Tabel 2.5 Tabel Penentuan Peringkat Risiko Matriks Consequences Dan Likelihood
Consequence
Likelihood I
II III IV V
(Sangat
(Kecil) (Sedang) (Besar) (Bencana)
Kecil)
A ( Sangat Besar ) Menengah Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
B ( Besar ) Menengah Menengah Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
C (Sedang) Rendah Menengah Tinggi Tinggi Tinggi
D ( Kecil ) Rendah Rendah Menengah Menengah Tinggi
E ( Sangat Kecil) Rendah Rendah Menengah Menengah Tinggi
(Sumber: Standar Australia, HB 436:2004, Risk Management Guideline: Companion to AS/NZS
4360:2004, Sydney, 2004,p.55)
41
42
ini dilakukan untuk mempertahankan citarasa kopi dan mutu produk. Bubuk kopi
dikemas dalam kemasan yang menarik dan berwarna. Harga produk bersifat
kompetitif, sesuai dengan daya beli pasar. Motto yang diterapkan yaitu ”Harum dan
Sedap”. Selain itu variasi produk yang dihasilkan dibedakan berdasarkan kualitas
produk, yaitu super dan standar.
pembuatan biji kopi menjadi kopi bubuk harus melalui berberapa tahapan yang
dijelaskan dalam gambar 3.2 sebagai berikut.
gambaran area penelitian dan faktor-faktor lain yang dapat membantu penelitian.
Pada studi pendahuluan dilakukan proses wawancara awal untuk mengetahui
permasalahan yang dapat diteliti.
51
52
Bedasarakan pada tabel 4.1 dapat dilihat penerapan antara ruang lingkup
pedoman GMP dengan lokasi pabrik kopi XYZ tidak semua tercapai dari poin-
poin yang telah ditetapkan oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia, dari
152 total item yang di amati ada tiga elemen yang telah memenuhi 100% dari
persyaratan GMP yaitu elemen pada produk akhir, pengemasan, dan label dan
keterangan produk. Namun terdapat 9 aspek lain yang belum tercapai secara
menyeluruh disebabkan beberapa alasan dari segi biaya, sumber daya manusia,
sumber daya alam dan lainya. Total item ruang lingkup yang sesuai adalah 98
item dari 152, sedangkan yang tidak sesuai adalah 54 item. Penilaian kesesuaian
ini dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung ke pabrik kopi XYZ,
hasil dari perhitungan pada tabel 4.1 merupakan jumlah hasil penilaian sesuai dan
tidak sesuai dengan melakukan pencarian persentase sehingga memudahkan tahap
selanjunya.
Dari hasil pengamatan terdapat beberapa bagian yang tidak mencukupi
semua persyaratan GMP yang telah ditetapkan, berikut merupakan grafik
persentase ruang lingkup yang sesuai untuk memudahkan dalam proses
identifikasi selanjutnya.
Tabel 4.4 Hasil Dari Identifikai Risiko Pada Industri Kopi XYZ (Lanjutan)
No
No. Elemen Kemungkinan Risiko
Risiko
Tidak ada pemberian tanda pemeriksaan, bahan baku yang
31. memenuhi syarat dan informasi first in first out pada
penyimpanan
Tidak ada dokumen yang menyebutkan informasi untuk setiap
32.
satuan pengolahan proses produksi
Tidak ada dokumen yang menyebutkan informasi dan
33.
petunjuk untuk setiap jenis produk
Tidak ada pengawasan terhadap bahan yang akan digunakan
34.
secara lab dan catatan mengenai bahan yang digunakan
Pengawasan
8. 35. Tidak ada pengawasan ketat terhadap kontaminasi
Proses
36. Tidak ada kebijakan dan penggunaan bahan gelas
37. Karyawan tidak menggunakan alat-alat pelindung kerja
Tidak ada pelindung lampu pada area pengolahan,
38.
penyimpanan dan pengemasan
Bahan pengemasan produk akhir tidak ada pengawasan secara
39.
khusus dan tidak ada tanda produk akhir yang sudah diperiksa
Alat pengangkut yang digunakan tidak terdapat pengaturan
9. Pengangkutan 40.
suhu dan kelembaman
Sumber: Hasil Pengamatan
Tabel 4.5 Bobot Nilai Likelihood Pada Industri Kopi XYZ (Lanjutan)
No
No. Elemen Kemungkinan Risiko Likelihood
Risiko
9. Terdapat atap yang bocor E
10. Ruang produksi tidak menggunakan cat anti air B
11. Pintu ruang produksi membuka ke samping C
12. Terdapat penumpukan debu di jendela D
13. Tidak ada kassa pencegah serangga masuk C
2. Bangunan Ventilasi tidak dapat menghilangkan uap, gas, asap
14. B
debu dan panas selama produksi
15. Ventilasi tidak bisa mengontrol suhu dan bau B
16. Ventilasi tidak dilengkapi kassa pecegah serangga B
17. Tidak ada kebijakan pengguanaan bahan gelas E
18. Ruang pengemasan terlihat tidak rapi B
Sistem pemipaan penggunaan air tidak dibedakan
19. A
dengan warna pipa ataupun dengan tanda
20. Sarana pembersihan tidak dilengkapi air panas B
Tidak ada tanda peringatan mencuci tangan setelah
Fasilitas 21. B
3. menggunakan toilet
Sanitasi 22. Toilet tidak terlihat bersih B
Tidak ada fasilitas higienis cuci tangan, ganti
23. B
pakaian dan sepatu karyawan
24. Toilet tidak sesuai dengan jumlah GMP A
Tidak ada alat pengendali kelembaman, aliran udara
4. Mesin/Peralatan 25. B
dan perlengkapan lainnya pada mesin
Tidak ada dokumen yang menyebutkan bentuk
5. Bahan 26. C
formula dasar jenis dan syarat bahan
Karyawan tidak menggunakan sarung tangan, tutup
27. C
kepala yang sesuai dengan tempat produksi
28. Karyawan tidak mencuci tangan B
6. Karyawan
Tidak ada persyaratan higienis khusus untuk
29. pengunjung dan karyawan ditempat pengemasan, A
gudang penyimpanan dan produksi
Area gudang penyimpanan bahan baku dan poduk
akhir tidak menggunakan informasi jelas dengan
30. menggunakan sistem kartu yang menyebutkan B
informasi bahan
7. Penyimpanan
Tidak ada pemberian tanda pemeriksaan, bahan baku
31. yang memenuhi syarat dan informasi first in first out B
pada penyimpanan
Tidak ada dokumen yang menyebutkan informasi
32. B
untuk setiap satuan pengolahan proses produksi
Tidak ada dokumen yang menyebutkan informasi
33. B
dan petunjuk untuk setiap jenis produk
Tidak ada pengawasan terhadap bahan yang akan
Pengawasan
8. 34. digunakan secara lab dan catatan mengenai bahan A
Proses
yang digunakan
35. Tidak ada pengawasan ketat terhadap kontaminasi A
36. Tidak ada kebijakan dan penggunaan bahan gelas E
Karyawan tidak menggunakan alat-alat pelindung
37. C
kerja
57
Tabel 4.5 Bobot Nilai Likelihood Pada Industri Kopi XYZ (Lanjutan)
No
No. Elemen Kemungkinan Risiko Likelihood
Risiko
Tidak ada pelindung lampu pada area pengolahan,
38. C
penyimpanan dan pengemasan
Bahan pengemasan produk akhir tidak ada
39. pengawasan secara khusus dan tidak ada tanda D
produk akhir yang sudah diperiksa
Alat pengangkut yang digunakan tidak terdapat
9. Pengangkutan 40. B
pengaturan suhu dan kelembaman
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 4.6 Bobot Nilai Consequence Pada Industri Kopi XYZ (Lanjutan)
No
No. Elemen Kemungkinan Risiko Consequence
Risiko
Tidak ada tempat fasilitas cuci tangan bagi
7. 2
karyawan
Dinding toilet, dan wastafeI tidak
8. 2
menggunakan keramik putih dan setinggi 2 m
9. Terdapat atap yang bocor 1
10. Ruang produksi tidak menggunakan cat anti air 1
11. Pintu ruang produksi membuka ke samping 1
12. Terdapat penumpukan debu di jendela 2
13. Tidak ada kassa pencegah serangga masuk 3
Ventilasi tidak dapat menghilangkan uap, gas,
14. 4
asap debu dan panas selama produksi
15. Ventilasi tidak bisa mengontrol suhu dan bau 2
Ventilasi tidak dilengkapi kassa pecegah
16. 2
serangga
17. Tidak ada kebijakan pengguanaan bahan gelas 4
18. Ruang pengemasan terlihat tidak rapi 4
Sistem pemipaan penggunaan air tidak
19. dibedakan dengan warna pipa ataupun dengan 2
tanda
20. Sarana pembersihan tidak dilengkapi air panas 1
Fasilitas Tidak ada tanda peringatan mencuci tangan
3. 21. 2
Sanitasi setelah menggunakan toilet
22. Toilet tidak terlihat bersih 2
Tidak ada fasilitas higienis cuci tangan, ganti
23. 2
pakaian dan sepatu karyawan
24. Toilet tidak sesuai dengan jumlah GMP 2
Tidak ada alat pengendali kelembaman, aliran
4. Mesin/Peralatan 25. 1
udara dan perlengkapan lainnya pada mesin
Tidak ada dokumen yang menyebutkan bentuk
5. Bahan 26. 2
formula dasar jenis dan syarat bahan
Karyawan tidak menggunakan sarung tangan,
27. tutup kepala yang sesuai dengan tempat 4
produksi
6. Karyawan 28. Karyawan tidak mencuci tangan 4
Tidak ada persyaratan higienis khusus untuk
29. pengunjung dan karyawan ditempat 2
pengemasan, gudang penyimpanan dan produksi
Area gudang penyimpanan bahan baku dan
poduk akhir tidak menggunakan informasi jelas
30. dengan menggunakan sistem kartu yang 4
menyebutkan informasi bahan
7. Penyimpanan
Tidak ada pemberian tanda pemeriksaan, bahan
31. baku yang memenuhi syarat dan informasi first 4
in first out pada penyimpanan
Tidak ada dokumen yang menyebutkan
32. informasi untuk setiap satuan pengolahan proses 2
Pengawasan produksi
8.
Proses Tidak ada dokumen yang menyebutkan
33. informasi dan petunjuk untuk setiap jenis 2
produk
59
Tabel 4.6 Bobot Nilai Consequence Pada Industri Kopi XYZ (Lanjutan)
No
No. Elemen Kemungkinan Risiko Consequence
Risiko
Tidak ada pengawasan terhadap bahan yang
34. akan digunakan secara lab dan catatan mengenai 1
bahan yang digunakan
Tidak ada pengawasan ketat terhadap
35. 2
kontaminasi
Tidak ada kebijakan dan penggunaan bahan
36. 2
gelas
Karyawan tidak menggunakan alat-alat
37. 4
pelindung kerja
Tidak ada pelindung lampu pada area
38. 3
pengolahan, penyimpanan dan pengemasan
Bahan pengemasan produk akhir tidak ada
39. pengawasan secara khusus dan tidak ada tanda 4
produk akhir yang sudah diperiksa
Alat pengangkut yang digunakan tidak terdapat
9. Pengangkutan 40. 1
pengaturan suhu dan kelembaman
Sumber : Hasil Pengamatan
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai RPI yaitu perkalian
dari likelihood dan consequence menggambarkan rangking dari setiap risiko yang
ada. Risiko tinggi terdiri dari 12 aspek yaitu risiko no 14, 18, 27, 28, 30, 31, 37,
13, 7, 19, 29, dan 35 sedangkan risiko menengah terdiri dari 23 aspek yang terdiri
dari risiko no 5, 24, 34, 40, 4, 10, 20, 25, 8, 15, 16, 21, 22, 23, 32, 33, 1, 2, 6, 26,
38, 39, dan 17 dan risiko rendah terdiri dari 5 aspek yaitu risiko no 11, 3, 9, 36,
dan 12.
Berikut ini merupakan setiap risiko yang berada pada area hijau:
1. Risiko nomor 11, pintu ruang produksi membuka ke samping.
2. Risiko nomor 3, tempat produksi berada pada daerah mudah tergenang
air.
3. Risiko nomor 9, terdapat atap yang bocor.
4. Risiko nomor 12, terdapat penumpukan debu di jendela.
5. Risiko nomor 36, tidak ada kebijakan dan penggunaan bahan gelas.
10. Risiko nomor 31, tidak ada pemberian tanda pemeriksaan, bahan baku
yang memenuhi syarat dan informasi first in first out pada penyimpanan.
11. Risiko nomor 27, karyawan tidak menggunakan sarung tangan, tutup
kepala yang sesuai dengan tempat produksi.
12. Risiko nomor 37, karyawan tidak menggunakan alat-alat pelindung kerja.
14.00%
Persentase Dampak
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Karyawan tidak…
Area gudang…
Tidak ada pemberian…
Sistem pemipaan…
14 18 27 28 30 31 37 13 7 19 29 35
Gambar 4.2 Persentase Dampak Risiko
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Ruang
Ketika Adanya tumpukan Membuat suatu kewajiban
pengemasan Risiko Area
18 11.49% proses peralatan yang tidak untuk menjaga kerapian dan Pengendalian
terlihat tidak C 3 Tinggi stress pengem
pengema diperlukan untuk mendesain ruang pengemasan Administratif
rapi pekerja asan
san proses pengemasan dengan menerapkan 5S
Karyawan tidak Area
Risiko
menggunakan produk Tidak ada kesadaran
kesela Melakukan pengadaan untuk
sarung tangan, si, Ketika dan pengetahuan
matan PPE (personal protecive PPE (personal
27 tutup kepala 11.49% pengem operasio dari pihak
B 4 Tinggi karyaw equipment) seperti sarung protective
yang sesuai asan nal manajemen dan
an dan tangan, pelindung kepala, equipment)
dengan tempat dan pabrik karyawan untuk
kontam pelindung kaki dan masker
produksi penyim keselamatan pekerja
inasi
panan
Area Tidak ada kesadaran Mendesain tanda peringatan
pengem Ketika dan pengetahuan sanitasi tangan sebelum masuk
Karyawan tidak Konta
28 11.49% asan operasio dari manajemen ruang proses produksi, setelah Pengendalian
mencuci tangan B 4 Tinggi minasi
dan nal untuk SOP keluar dari toilet, setelah makan Administratif
silang
penyim pabrik karyawan sebelum dan minum dan setiap tangan
panan bekerja terkena tanah atau lainnya
70
Tabel 4.13 PHA (preliminary hazard analysis ) worksheet Katagori Tinggi (Lanjutan)
Lik Nilai Kategori
No Conseq Risk Accidental Event Usulan Pengendalian
Risiko elih Risiko Penyebab Usulan
Risiko uence Map
ood Negatif What Where When
Mendesain kartu yang
Area gudang menyebutkan nama bahan,
penyimpanan Risiko tanggal penerimaan, asal
bahan baku dan kualitas bahan, tanggal pengeluaran,
poduk akhir bahan jumlah pengeluaran, dan
tidak baku Setiap informasi lain yang
Tumpukan bahan
menggunakan buruk pengamb diperlukan untuk
Area baku dan produk
30 informasi jelas 11.49% dan ilan penyimpanan bahan baku dan Pengendalian
A 2 Tinggi penyim akhir masih
dengan waktu bahan mendesain kartu yang Administratif
panan tradisional dan
menggunakan pekerja baku dari menyebutkan nama produk,
seadanya
sistem kartu mecari gudang tanggal produksi, kode
barang produksi, tanggal
yang
lebih pengeluaran, jumlah
menyebutkan
lama pengeluaran dan informasi
informasi bahan lain yang diperlukan untuk
produk akhir
Tidak ada
pemberian Mendesain area penyimpanan
tanda yang memisahkan antara :
Ketika 1. bahan baku /produk
pemeriksaan, Risiko
pengamb Kurangya akhir yang telah di
bahan baku dan cacat
Area ilan pemahaman dari periksa dan belum
31 produk akhir 11.49% bahan Pengendalian
C 4 Tinggi penyim bahan pihak manajemen diperiksa
yang memenuhi baku Administratif
panan baku dan dalam proses 2. memenuhi dan tidak
syarat dan dan
produk penyimpanan memenuhi syarat
informasi first produk
akhir 3. bahan yang lebih dulu
in first out pada masuk /diproduksi lebih
penyimpanan awal digunakan
71
Tabel 4.13 PHA (preliminary hazard analysis ) worksheet Katagori Tinggi (Lanjutan)
Lik Nilai Accidental Event Kategori
No Consequ Risk Usulan Pengendalian
Risiko elih Risiko Penyebab Usulan
Risiko ence Map What Where When
ood Negatif
Perlu dilakukan pengawasan
Risiko Area
Karyawan tidak terhadap kontaminasi
Konta produksi, Setiap Belum ada
menggunakan merujuk pada syarat Pengendalian
37 B 4 Tinggi 11.49% minasi pengema operasio pengadaan alat
pengawasan proses GMP Administratif
alat-alat oleh san dan nal untuk mencegah
pelindung kerja mengenai pelindung dan PPE
karyaw penyimp pabrik kontaminasi
karyawan dengan
an anan
menggunakan PPE
Tabel 4.15 PHA (preliminary hazard analysis ) worksheet Katagori Kecil (Lanjutan)
Nilai Accidental Event Kategori
No Likel Conseq Usulan Pengendalian
Risiko Risk Map Risiko Penyebab Usulan
Risiko ihood uence What Where When
Negatif
Sistem pemipaan Risiko
penggunaan air kontam Ketika Mendesain penggunaan aliran
tidak dibedakan inasi pabrik Kurang informasi pipa berdasarkan fungsi
19 3.45% Lokasi Pengendalian
dengan warna B 4 Tinggi dan aktif mengenai dengan menggunakan tanda
pabrik Administratif
pipa ataupun tidak beropera higienisasi atau warna yang digunakan
dengan tanda higieni si untuk produksi dan selain
s produksi
Tidak ada
persyaratan
higienis khusus Konta
minasi Area
untuk pengunjung Pengadaan fasilitas higienis
silang penyim
dan karyawan Belum ada untuk karyawan dan
29 3.45% oleh panan Lokasi
ditempat A 2 Tinggi pengadaan fasilitas pengunjung seperti pakaian PPE
karyaw dan pabrik
pengemasan, higienis dan menerapkan syarat
an dan pengem
gudang higienis
pengun asan
penyimpanan dan jung
produksi
Area
produk
Tidak ada
si, Kurangnya
pengawasan ketat Risiko Mendesain tanda peringatan
35 3.45% pengem Setiap informasi mengenai Pengendalian
terhadap C 4 Tinggi cacat higienis berdasarkan
asan saat penyebab-penyebab Administratif
kontaminasi produk pedoman GMP
dan kontaminasi
penyim
panan
Sumber: Hasil Pengolahan Data
73
masuk ruang proses produksi, setelah keluar dari toilet, setelah makan dan
minum dan setiap tangan terkena tanah atau lainnya.
5. Area gudang penyimpanan bahan baku dan poduk akhir tidak
menggunakan informasi jelas dengan menggunakan sistem kartu yang
menyebutkan informasi bahan. Pada area penyimpanan, bahan baku dan
produk akhir diletakkan diatas alas kayu tanpa informasi jelas mengenai
produk maka perlu dilakukan pembuatan kartu yang menyebutkan nama
bahan, tanggal penerimaan, asal bahan, tanggal pengeluaran, jumlah
pengeluaran, dan informasi lain yang diperlukan untuk penyimpanan
bahan baku dan mendesain kartu yang menyebutkan nama produk, tanggal
produksi, kode produksi, tanggal pengeluaran, jumlah pengeluaran dan
informasi lain yang diperlukan untuk produk akhir.
6. Tidak ada pemberian tanda pemeriksaan, bahan baku dan produk akhir
yang memenuhi syarat dan informasi first in first out pada penyimpanan,
hal ini diperlukan untuk menjaga kualitas bahan baku / produk akhir
sehingga karyawan tidak kebingungan dalam pemilihan bahan
baku/produk akhir, sehingga diperlukan untuk mendesain area
penyimpanan yang memisahkan antara :
1. bahan baku /produk akhir yang telah di periksa dan belum diperiksa.
2. memenuhi dan tidak memenuhi syarat.
3. bahan yang lebih dulu masuk /diproduksi lebih awal digunakan.
7. Karyawan tidak menggunakan alat-alat pelindung kerja, untuk itu perlu
dilakukan pengawasan terhadap kontaminasi merujuk pada syarat
pengawasan proses GMP mengenai pelindung karyawan dan dengan
menggunakan PPE (personal protective equiptment).
8. Tidak ada kassa pencegah serangga masuk, serangga seperti lalat, kecoa,
tikus dan semut merupakan binatang yang banyak dijumpai, binatang-
binatang tersebut akan memberikan dampak yang besar terhadap produk.
Lalat, kecoa dan tikus dapat membawa bakteri penyebab penyakit, oleh
sebab itu diperlukan mendesain pemasangan kassa pada jendela, ventilasi
dan pintu untuk menghindari masuknya serangga.
75
5.1 Kesimpulan
76
77
5.2 SARAN
1. Berdasarkan hasil riset dilapangan dan merujuk kepada GMP, kami sangat
menyarankan kepada Industri kopi XYZ untuk memenuhi dan
memperbaiki syarat GMP minimal 80% dari seluruh item sehingga dapat
meningkatan mutu produksi dan memberikan kenyamanan bagi konsumen
dalam memilih produk.
2. Disarankan kepada industri kopi XYZ untuk melakukan perencanaan
pengendalian risiko untuk meminimalisir kemungkinan risiko yang terjadi
dimana pihak manajemen harus memahami dan menetapkan prinsip-
prinsip lingkungan kerja yang sesuai GMP.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Salim. (2005). Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta : Raja Grafiindo
Persada.
AL Bahar, J.F. dan Crandall, K.C (1990) ; Systematic Risk Management Approach
For Construction Projects, Journal of Management and Engineering ASCE,
166(3), 533-546.
Clarke, R.J., and R.Macrae. 1985. Coffee Volume I : Chemistry. Elsevier Applied
Science Publishers, London.
Durianto, Darmadi. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas Dan
Perilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Djunaedi, Zulkifli. 2005. Prinsip Dasar Manajemen Risiko (Risk Management). FKM
UI, Depok
Illy, Andrea., Viani, Rinantonio, 2005. “Espresso Coffee, The Science of Quality”.
Elsevier Academic Press.
xi
Kolluru, Rao V. 1996. Risk Assessment and Management Handbook for
Environmental, Health, and Safety Professionals. McGraw-Hill. United
State of America.
Listyowati, Wiwin. 2010. Analisis Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses
Pemintalan(Spinning) Di Bagian Produksi PT Unitex Tbk. [Skripsi]. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
Per. 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Menteri Tenaga Kerja. Jakarta; 1996.
Najiyati, S., dan Danarti, 1997. Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Puspitasari, Nia Budi, dkk. 2010. Analisis Kualitas Pelayanan dengan Menggunakan
Integrasi Importance Performance Analysis (IPA) dan Model Kano (Studi
Kasus di PT. Perusahaan Air Minum Lyonnaise Jaya Jakarta). Vol V, No 3.
September 2010.
Prastowo, B., Karnawati, E., Rubijo., Siswanto., Indrawanto, C., Munarso, J.S., 2010
Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Kopi. Bogor
Sari, D.P., Purwanggono, B., dan Siti U., “Pemenuhan Kualitas Menggunakan
Pendekatan Quality Risk Management”, Jurnal Ekonomi Bisnis, No.2,
Volume 15, Hal.120-131, 2010
xii
Setyohadi, 2007. Diktat Agro Industri Hasil Tanaman Perkebunan. USU-
Press,Medan.
Sivetz, M., and H.E. Foote, 1963a. Coffee Processing Technology Volume 1.The Avi
Publishing Company, London.
Varnam, H.A. and Sutherland, J.P., 1994. Beverages (Technology, Chemestry and
Microbiology). Chapman and Hall, London.
Winarno, FG. 2002. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan. Bogor: M-
Brio Press.
xiii
78
Sesuai (S) /
Tidak
No Elemen Deskripsi Foto
Sesuai (TS)
1. Lokasi
a. Lokasi pabrik
dan tempat
produksi
2. Bangunan
b. Dinding
d. Pintu
e. Jendela dan
ventilasi
6. Produk Akhir
7. Karyawan
a. Syarat bagi
karyawan
8. Pengemasan
a. Harus melindungi dan mempertahankan mutu
a. Syarat kemasan
produk pangan olahan terhadap pengaruh dari -
untuk pengemas S
luar, terutama penyimpanan dalam jangka waktu
produk
lama
9. Label dan Keterangan Produk
a. Kemasan diberi label yang jelas dan informatif
untuk memudahkan konsumen dalam memilih, -
a. Umum S
menangani, menyimpan, mengolah, dan
mengkonsumsi produk
10. Penyimpanan
a. Cara Cara penyimpanan bahan dan produk akhir yang baik
penyimpanan adalah sebagai berikut:
85
11. Pengangkutan
Syarat wadah dan alat pengangkut seharusnya
didesain -
S
a. Persyaratan a. Tidak mencemari produk
wadah dan alat
pengangkut
b. Mampu mempertahankan suhu, kelembaman dan
TS -
kondisi penyimpanan
b. Pemeliharaan a. Wadah dan alat pengangkutan seharusnya bersih
wadah dan alat dan terawat dan tidak digunakan untuk S -
pengankutan mengangkut bahan berbahaya
12. Pengawasan Proses
a. Pengawasan Setiap proses produksi menyebutkan petunjuk yang
proses menyebutkan mengenai: TS Tidak Sesuai
a. Jenis dan jumlah seluruh bahan yang digunakan
d. Pengawasan
a. Mendapat pengawasan pada proses seperti
proses khusus TS
iradiasi, penggalengan, dan pengemasan vakum
87
Tidak
No Elemen Deskripsi Sesuai
Sesuai
1. Lokasi
a. Lokasi pabrik a. Pabrik/tempat produksi harus jauh dari daerah
dan tempat lingkungan yang tercemar atau daerah tempat kegiatan
produksi industri/usaha yang menimbulkan pencemaran terhadap
pangan olahan
b. Jalan menuju pabrik seharusnya tidak menimulkan debu
atau genangan air, dengan disemen, dipasang batu atau
paving block atau dibuat saluran air yang mudah
dibersihkan
c. Lingkungan pabrik harus bersih dan tidak ada sampah
d. Tempat produksi seharusnya tidak berada di daerah
yang mudah tergenang air/daerah banjir
e. Pabrik seharusnya bebas dari semak–semak dan sarang
hama
f. Pabrik seharusnya jauh dari tempat pembuangan
sampah umum, limbah atau pemukiman kumuh, tempat
rongsokan dan tempat yang menyebabkan sumber
pencemaran
g. Lingkungan diluar bangunan pabrik tidak seharusnya
digunakan untuk kegiatan produksi
2. Bangunan
Stuktur Ruangan: Stuktur ruangan terbuat dari bahan yang tahan lama, mudah
dipelihara dan mudah dibersihkan
a. Lantai a. Konstruksi lantai didesain sehingga memenuhi praktek
higienis yaitu: tahan lama, memudahkan pembuangan
air, air tidak tergenang, mudah dibersihkan dan mudah
didesinfeksi
b. Lantai produksi seharusnya kedap air, tahan terhadap
garam,basa, asam/bahan kimia lainnya, permukaan rata
tapi tidak licin dan mudah dibersihkan
c. Lantai ruangan produksi yang juga digunakan untuk
proses pencucian seharusnya mempuyai kemiringan
yang cukup sehingga memudahkan pengaliran air dan
mempunyai saluran air sehingga tidak menimbulkan
genangan/bau
d. Lantai dengan dinding seharusnya tidak membentuk
sudut mati, seharusnya sudut melengkung dan kedap air
e. Lantai ruangan untuk kamar mandi, tempat cuci tangan,
dan sarana toilet seharusnya mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran pembuangan sehingga tidak
menumbulkan genangan air
b. Dinding a. Dinding ruang produksi seharusnya dibuat dari bahan
yang tidak beracun
b. Permukaan dinding ruang produksi bagian dalam
seharusnya terbuat dari bahan yang halus, rata,
berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas,
dan mudah dibersihkan
c. Dinding ruang produksi seharusnya 2 m dari lantai dan
tidak menyerap air, tahan terhadap garam, asam basa
88
No
No. Elemen Kemungkinan Resiko Likelihood Consequence
Risiko
Jalan menuju pabrik yang menimbulkan
1. 3 2
debu atau genangan air
2. Terdapat sampah pada lingkungan pabrik 3 2
1. Lokasi Tempat produksi berada pada daerah mudah
3. 1 1
tergenang air
Terdapat semak-semak dan sarang hama di
4. 4 1
area pabrik
Memiliki sudut mati antara lantai dengan
5. 5 1
dinding, dinding dengan dinding
6. Terdapat genangan air pada toilet 3 2
Tidak ada tempat fasilitas cuci tangan bagi
7. 5 2
karyawan
Dinding toilet, dan wastafel tidak
8. menggunakan keramik putih dan setinggi 2 4 2
m
9. Terdapat atap yang bocor 1 1
Ruang produksi tidak menggunakan cat anti
10. 4 1
air
2. Bangunan 11. Pintu ruang produksi membuka ke samping 3 1
12. Terdapat penumpukan debu di jendela 2 2
13. Tidak ada kassa pencegah serangga masuk 3 3
Ventilasi tidak dapat menghilangkan uap,
14. 4 4
gas, asap debu dan panas selama produksi
Ventilasi tidak bisa mengontrol suhu dan
15. 4 2
bau
Ventilasi tidak dilengkapi kassa pecegah
16. 4 2
serangga
Tidak ada kebijakan pengguanaan bahan
17. 1 4
gelas
18. Ruang pengemasan terlihat tidak rapi 4 4
Sistem pemipaan penggunaan air tidak
3. Fasilitas Sanitasi 19. 5 2
dibedakan dengan warna pipa ataupun
96
dengan tanda
Sarana pembersihan tidak dilengkapi air
20. 4 1
panas
Tidak ada tanda peringatan mencuci tangan
21. 4 2
setelah menggunakan toilet
22. Toilet tidak terlihat bersih 4 2
Tidak ada fasilitas higienis cuci tangan,
23. 4 2
ganti pakaian dan sepatu karyawan
24. Toilet tidak sesuai dengan jumlah GMP 5 1
Tidak ada alat pengendali kelembaman,
4. Mesin/Peralatan 25. aliran udara dan perlengkapan lainnya pada 4 1
mesin
Tidak ada dokumen yang menyebutkan
5. Bahan 26. 3 2
bentuk formula dasar jenis dan syarat bahan
Karyawan tidak menggunakan sarung
27. tangan, tutup kepala yang sesuai dengan 3 4
tempat produksi
28. Karyawan tidak mencuci tangan 4 4
6. Karyawan
Tidak ada persyaratan higienis khusus untuk
pengunjung dan karyawan ditempat
29. 5 2
pengemasan, gudang penyimpanan dan
produksi
Area gudang penyimpanan bahan baku dan
poduk akhir tidak menggunakan informasi
30. 4 4
jelas dengan mengguakan sistem kartu yang
7. Penyimpanan menyebutkan informasi bahan
Tidak ada pemberian tanda pemeriksaan,
31. bahan baku yang memenuhi syarat dan 4 4
informasi first in first out pada penyimpanan
Tidak ada dokumen yang menyebutkan
32. informasi untuk setiap satuan pengolahan 4 2
proses produksi
Tidak ada dokumen yang menyebutkan
33. informasi dan petunjuk untuk setiap jenis 4 2
produk
Tidak ada pengawasan terhadap bahan yang
34. akan digunakan secara lab dan catatan 5 1
mengenai bahan yang digunakan
Pengawasan Tidak ada pengawasan ketat terhadap
8. 35. 5 2
Proses kontaminasi
Tidak ada kebijakan dan penggunaan bahan
36. 1 2
gelas
Karyawan tidak menggunakan alat-alat
37. 3 4
pelindung kerja
Tidak ada pelindung lampu pada area
38. 3 2
pengolahan, penyimpanan dan pengemasan
Bahan pengemasan produk akhir tidak ada
39. pengawasan secara khusus dan tidak ada 2 4
tanda produk akhir yang sudah diperiksa
Alat pengangkut yang digunakan tidak
9. Pengangkutan 40. 4 1
terdapat pengaturan suhu dan kelembaman