Anda di halaman 1dari 52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan-tinjauan teori yang


berkaitan dengan judul perencanaan dan perancangan yang dipilih, yaitu tinjauan
tentang perkeretaapian secara umum, pedoman standarisasi bangunan stasiun, dan
tinjauan mengenai aspek konservasi khususnya konservasi bangunan bersejarah.

A. PERKERETAAPIAN
1. Pengertian3
a. Perkeretaapian
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana,
sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan
prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
b. Kereta Api
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait
dengan perjalanan kereta api.
c. Prasarana Perkeretaapian
Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
d. Stasiun Kereta Api
Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian
kereta api.
e. Jalur Kereta Api
Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang
meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan

commit to user
3
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

DEA KARINA PUTRI | I0212030 11


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.

2. Jenis Stasiun Kereta Api


Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 33 Tahun 2011 tentang
Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, stasiun kereta api menurut
jenisnya dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Stasiun Penumpang
Stasiun penumpang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik
turun penumpang.
Pada stasiun penumpang paling sedikit harus dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas sebagai berikut :
1) Keselamatan
2) Keamanan
3) Kenyamanan
4) Naik turun penumpang
5) Penyandang cacat
6) Kesehatan
7) Fasilitas umum
8) Fasilitas pembuangan sampah
9) Fasilitas informasi
b. Stasiun Barang
Stasiun barang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan bongkar
muat barang.
Pada stasiun barang paling sedikit harus dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas sebagai berikut :
1) Keselamatan
2) Keamanan
3) Bongkar muat
Untuk keperluan bongkar muat di luar stasiun, dapat dibangun jalan rel
yang menghubungkan antara stasiun dan tempat bongkar muat barang
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 12


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

dimana pembangunan jalan rel dilaksanakan sesuai persyaratan teknis


jalan rel dan dilengkapi dengan fasilitas operasi kereta api.
4) Fasilitas umum
5) Pembuangan sampah
c. Stasiun Operasi
Stasiun operasi merupakan stasiun kereta api untuk keperluan
pengoperasian kereta api. Stasiun operasi ini harus dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan operasi kereta api.

3. Klasifikasi Stasiun Kereta Api Penumpang


Stasiun penumpang yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk naik turun
penumpang ke dan dari kereta api, kelas stasiun diklasifikasikan berdasarkan
kriteria-kriteria yang berhasil dicapai oleh sebuah stasiun melalui perhitungan
bobot dari setiap kriteria dan nilai komponen, kriteria tersebut yaitu sebagai
berikut :
a. Fasilitas operasi
b. Jumlah jalur
c. Fasilitas penunjang
d. Frekuensi lalu lintas
e. Jumlah penumpang
f. Jumlah barang
Klasifikasi stasiun kereta api dibagi menjadi tiga kelas, yaitu :
a. Kelas Besar
Stasiun kereta api kelas besar memiliki lebih dari 5 jalur rel yang juga
berguna untuk keperluan langsir, dilengkapi dengan depo penyimpanan
lokomotif dan depo penyimpanan kereta. Contoh stasiun kereta api besar
yaitu Stasiun Solo Balapan, Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Semarang
Poncol, Stasiun Gambir, Stasiun Pekalongan, Stasiun Tegal, Stasiun
Purwokerto dan Stasiun Surabaya Pasar Turi.

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 13


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

b. Kelas Sedang
Stasiun kereta api kelas sedang memiliki 4 sampai dengan 5 jalur rel kereta
api dan dapat digunakan untuk langsir, tidak memiliki depo lokomotif
tetapi memiliki depo penyimpanan kereta. Contoh stasiun kereta api
sedang di Indonesia antara lain Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Jebres,
Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Pemalang.
c. Kelas Kecil
Stasiun kereta api kecil berfungsi sebagai transit penumpang jarak dekat.
Stasiun kelas kecil hanya memiliki 3 jalur kereta api. Contoh stasiun kereta
api kecil antara lain, Stasiun Comal, Stasiun Palur, Stasiun Sragen dan
Stasiun Palur.

Tabel 2. 1 Rincian Angka Kredit Masing-Masing Komponen Kriteria

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan
Kegiatan di Stasiun Kereta Api

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 14


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

4. Kegiatan di Stasiun Kereta Api


Kegiatan di stasiun kereta api meliputi4 :
a. Kegiatan pokok
Kegiatan pokok di stasiun kereta api yaitu sebagai berikut :
1) Melakukan pengaturan perjalanan kereta api
2) Memberikan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api
3) Menjaga keamanan dan ketertiban
4) Menjaga kebersihan lingkungan
b. Kegiatan usaha penunjang
Kegiatan usaha penunjang dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan
perkeretaapian dan dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan
penyelenggara prasarana perkeretaapian, yaitu :
1) Tidak mengganggu pergerakan kereta api
2) Tidak mengganggu pergerakan penumpang dan/atau barang
3) Menjaga ketertiban dan keamanan
4) Menjaga kebersihan lingkungan
Penyelenggara prasarana perkeretaapian dalam melaksanakan kegiatan
usaha penunjang harus mengutamakan pemanfaatan ruang untuk
keperluan kegiatan pokok stasiun.
c. Kegiatan jasa pelayanan khusus
Kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun dapat dilakukan oleh pihak lain
dengan persetujuan penyelenggara prasarana perkeretaapian yang berupa
jasa pelayanan yaitu :
1) Ruang tunggu penumpang
2) Bongkar muat penumpang
3) Pergudangan
4) Parkir kendaraan
5) Penitipan barang

4
Peraturan Menteri Perhubungan Nomorcommit
: PM. 33 to user2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di
Tahun
Stasiun Kereta Api Pasal 10, 11, 12, 13

DEA KARINA PUTRI | I0212030 15


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Persetujuan dapat diberikan oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian


apabila fasilitas dasar stasiun telah terpenuhi. Penyelenggara prasarana
perkeretaapian dapat mengenakan tarif pengguna jasa pelayanan khusus.

B. PEDOMAN STANDARISASI STASIUN


Stasiun kereta merupakan tempat untuk pemberangkatan dan
pemberhentian kereta api yang akan mengangkut dan mengantarkan penumpang
menuju ke tujuannya. Stasiun kereta api terdiri atas emplasemen stasiun dan
bangunan stasiun, dimana emplasemen stasiun berupa jalan rel, fasilitas
pengoperasian kereta api dan drainase, sedangkan bangunan stasiun berupa
gedung, instalasi pendukung dan peron.
Pedoman standarisasi stasiun berisi tentang aturan-aturan dan acuan-acuan
yang digunakan dalam pelaksanaan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan
pembangunan stasiun..

1. Bangunan Stasiun Kereta Api


a. Pengertian dan Fungsi Gedung Stasiun KA
Gedung stasiun kereta api adalah gedung untuk operasional kereta api
yang digunakan untuk melayani pengaturan perjalanan kereta api dan
pengguna jasa kereta api.
Menurut kegiatannya, gedung pada bangunan stasiun memiliki tiga
komponen kegiatan, yaitu :
1) Gedung untuk kegiatan pokok
Gedung untuk kegiatan pokok merupakan tempat yang digunakan
untuk pengaturan jalan kereta api, pelayanan kepada pengguna jasa
kereta api, keamanan dan ketertiban serta kebersihan lingkungan.
2) Gedung untuk kegiatan penunjang
Gedung untuk kegiatan penunjang merupakan tempat yang digunakan
untuk mendukung kegiatan penyelenggaraan perkeretaapian.

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 16


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

3) Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus


Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus merupakan tempat yang
digunakan untuk mendukung kegiatan para penyedia jasa pelayanan
khusus.

b. Persyaratan Bangunan
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011
Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api terdapat
beberapa ketentuan mengenai teknis pembangunan bangunan stasiun
kereta api, yaitu :
1) Konstruksi, material, disain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai
dengan standar kelayakan, keselamatan dan keamanan serta kelancaran
sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi secara handal.
2) Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya
banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekuatan
konstruksi.
3) Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan tentang bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung
(plumbing) bangunan yang berlaku.
4) Luas bangunan ditetapkan untuk:
a) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula sebagai berikut:

I L = 0,64 m2/orang x V x LF I

L = Luas bangunan (m2)


V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu tahun
(orang)
LF = Load factor (80%).
b) Gedung kegiatan penunjang dan gedung jasa pelayanan khusus di
stasiun kereta api, ditetapkan berdasarkan kebutuhan.
5) Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi
tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana
commit tosecara
perkeretaapian dapat dilakukan user nyaman.

DEA KARINA PUTRI | I0212030 17


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

6) Komponen gedung meliputi :


a) Gedung atau ruangan
b) Media informasi (papan informasi atau audio)
c) Fasilitas umum, terdiri dari ruang ibadah, toilet, tempat sampah dan
ruang ibu menyusui
d) Fasilitas keselamatan
e) Fasilitas keamanan
f) Fasilitas penyandang cacat atau lansia
g) Fasilitas kesehatan

c. Ukuran Dasar Ruang5


Ukuran dasar ruang pada stasiun dibagi menjadi dua acuan dasar, yaitu :
1) Ukuran Dasar Umum
Ukuran dasar umum meliputi ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan
yang digunakan dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakannya.
Ukuran dasar umum diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi
ruang dan pengguna ruang. Ruang pelayanan dan publik harus
menerapkan ukuran dasar bagi semua orang termasuk penyandang
cacat. Sedangkan ruang-ruang seperti ruangan kantor, gudang peralatan
dan ruangan petugas, dapat disesuaikan tanpa menerapkan ukuran dasar
bagi penyandang cacat.

2) Ukuran Dasar Khusus


Ukuran dasar khusus disesuaikan dengan ukuran sarana dan prasarana
perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang dibutuhkan
untuk mewadahi pergerakan sarana yang berhubungan dengan kegiatan
operasional kereta api di stasiun.

5 commit
Unit Station Maintenance, Preservation to user PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
and Architecture
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

DEA KARINA PUTRI | I0212030 18


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 1 Ukuran umum orang dewasa dan ruang gerak bagi tuna netra
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

d. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun


Ruang-ruang di Stasiun merupakan bagian dari bangunan stasiun
yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan berbagai aktivitas dan
fasilitas pelayanan jasa angkutan kereta api yang terdapat di stasiun. Setiap
ruangan yang terdapat di stasiun memiliki fungsi tertentu sesuai dengan
aktivitas dan fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut.
Berdasarkan jenis kegiatannya jenis ruang dalam bangunan gedung
stasiun dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu seperti dijabarkan
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. 2 Jenis Ruang Gedung Stasiun KA
Jenis Kegiatan Jenis Ruang
Hall
Perkantoran kegiatan stasiun
Loket karcis
Ruang tunggu
Ruang informasi
Kegiatan Pokok
Ruang fasilitas umum
Ruang fasilitas keselamatan
Ruang fasilitas keamanan
Ruang fasilitas penyandang cacat dan lansia
Ruang fasilitas kesehatan
Pertokoan
Kegiatan Penunjang
commit to user
Restoran

DEA KARINA PUTRI | I0212030 19


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Perkantoran
Perparkiran
Perhotelan
Ruang lain yang menunjang langsung kegiatan
stasiun kereta api
Ruang tunggu penumpang
Bongkar muat barang
Pergudangan
Kegiatan Jasa Parkir kendaraan
Pelayanan Khusus Penitipan barang
Ruang ATM
Ruang lain yang menunjang baik secara langsung
maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api

Jenis-jenis ruang perkantoran kegiatan stasiun atau ruang petugas


operasional, meliputi :6
1) Ruang Kepala Stasiun (KS)
Ruang yang diperuntukkan bagi Kepala Stasiun untuk menjalankan
tugasnya dalam mengatur kegiatan pelayanan yang ada di stasiun.
2) Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS)
Ruang dinas Wakil Kepala Stasiun yang bertugas membantu tugas
Kepala Stasiun.
3) Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA)
Ruangan khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi
petugas untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh masinis,
serta bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini harus memadai
untuk penempatan peralatan operasional yang diperlukan oleh PPKA.
4) Ruang Pengawas Peron (PAP)
Ruang pengawas petugas stasiun yang berada pada posisi bisa melihat
arah datangnya kereta dan seluruh emplasemen yang fungsinya sebagai
tempat untuk memberika layanan informasi melalui pengeras suara
kepada calon penumpang kereta api.

commit to user
6
Ibid

DEA KARINA PUTRI | I0212030 20


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

5) Ruang Keuangan
Ruang yang mempunyai fungsi utama sebagai ruang administrasi dan
perbendaharaan stasiun.
6) Ruang Serbaguna
Ruang yang disediakan untuk menunjang operasional stasiun atau bisa
dijadikan tempat untuk keperluan petugas.
7) Ruang Peralatan
Ruang yang disediakan untuk menyimpan alat-alat yang digunakan
untuk keperluan stasiun misal alat kebersihan, dan sebagainya.
8) Ruang UPT Kru KA
Ruang yang disediakan bagi Kru KA yang berdinas untuk
menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
9) Ruang Istirahat Kru KA
Ruang khusus istirahat yang dilengkapi dengan fasilitas tempat tidur
untuk kru KA yang akan atau selesai berdinas sehingga kondisinya
selalu dalam keadaan siap tugas.
10) Ruang Petugas Keamanan
Ruang petugas keamanan stasiun yang disediakan untuk tempat
koordinasi dan administrasi petugas keamanan termasuk tempat untuk
istirahat petugas keamanan stasiun.
11) Ruang Petugas Kebersihan
Ruang yang disediakan bagi petugas kebersihan stasiun untuk
menyiapkan dan melakukan tugasnya di stasiun.

e. Persyaratan Penempatan Ruang


Tabel 2. 3 Persyaratan Penempatan Gedung Stasiun KA
Jenis Kegiatan Jenis Ruang
Kegiatan Pokok Lokasi sesuai dengan pola operasi perjalanan kereta
api
Menunjang operasional sistem perkeretaapian
Tata letak ruang sesuai dengan alur proses
kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta
api serta to
commit tidak
usermengganggu pengaturan perjalanan
kereta api

DEA KARINA PUTRI | I0212030 21


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Tidak mengganggu lingkungan


Terjamin keselamatan dan keamanan operasi kereta
api
Kegiatan Penunjang Lokasi sesuai dengan pola operasi stasiun kereta api
Tata letak ruang tidak mengganggu alur proses
kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta
api dan pengaturan perjalanan kereta api
Menunjang kegiatan stasiun kereta api dalam rangka
pelayanan pengguna jasa stasiun
Terjamin keselamatan dan keamanan operasi kereta
api
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api

f. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun


Ukuran setiap ruang pada stasiun ditentukan berdasarkan aktivitas dan
fasilitas pelayanan yang ditempatkan di dalamnya. Penentuan ukuran
ruang harus mempertimbangkan beberapa aspek seperti kapasitas, utilitas,
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna
ruangan.
Luas ruang pelayanan dan publik yang berkaitan dengan kapasitas ruang,
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
L = 0,64 m2/orang x V x LF

L = Luas ruang pelayanan dan publik (m2)


V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = Load Factor (100%) = 1

Penentuan luas ruang-ruang bagi kegiatan pokok mengikuti standar


minimum yang telah ditentukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero),
sedangkan penentuan luas minimum ruang-ruang bagi kegiatan penunjang
dan jasa pelayanan khusus di stasiun, disesuaikan dengan kebutuhannya
yang berhubungan dengan jenis pelayanan, kapasitas dan utilitas, serta
tetap memenuhi persyaratan ruang bangunan publik umumnya yang tetap
memperhatikan aspek-aspek aksesibilitas, kenyamanan, keamanan dan
keselamatan. commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 22


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Ukuran standar luas minimum ruang untuk kegiatan pokok yaitu sebagai
berikut,
Tabel 2. 4 Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun
Luas Ruangan (m2)
Ruang Berdasarkan Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
Ruang KS 30 24 20
Ruang WKS 15 15 -
Ruang PPKA 25 18 18
Ruang PAP 4 - -
Ruang Keuangan 20 16 -
Ruang Serbaguna 100 50 -
Ruang Peralatan 16 12 8
Ruang UPT Kru KA 24 - -
Ruang Istirahat Kru KA 30 25 -
Ruang Petugas Keamanan 15 12 9
Ruang Petugas Kebersihan 9 9 6
Ruang Hall 250 150 60
Ruang Loket 25 12 60
Ruang Pelayanan Informasi 15 12 9
Ruang Tunggu VIP 90 - -
Ruang Tunggu Eksekutif 75 60 -
Ruang Tunggu Umum 600 160 40
Ruang Layanan Kesehatan 25 15 15
Ruang Toilet Umum 54 45 30
Ruang Mushola 49 30 20
Ruang Ibu Menyusui 15 10 -
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 23


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Berikut adalah gambar contoh-contoh tipikal layout ruang untuk kegiatan


pokok,

Gambar 2. 2 Tipikal Ruang Kepala Stasiun


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 3 Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 24


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 4 Tipikal Ruang PPKA


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 5 Tipikal Ruang PAP


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 6 Tipikal Ruang UPT Kru KA


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
commit
Standardisasi to user
Stasiun Tahun 2011

DEA KARINA PUTRI | I0212030 25


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 7 Tipikal Ruang Istirahat Kru KA


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

g. Warna Bangunan
Secara umum, warna bangunan stasiun ditentukan oleh warna dasar
dinding bangunan, sedangkan warna elemen bangunan lainnya seperti
kusen, pintu dan lisplang disesuaikan sebagai kombinasi dan komposisi
warna.
1) Warna Eksterior Bangunan
Standar warna dinding eksterior bangunan stasiun dibedakan antara
standar warna untuk bangunan stasiun heritage dan non heritage.

Tabel 2. 5 Standar Warna Dinding Eksterior Bangunan Stasiun


Bangunan Bangunan
Jenis Warna
Non Heritage Heritage
Putih
Warna Dasar Putih
Krem
Kombinasi Warna Gradasi Warna Abu Tua Gradasi Warna Abu Tua
Aksen Warna Oranye
Oranye
(bila diperlukan) Abu Tua
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Khusus stasiun komuter yang bukan merupakan bangunan heritage,


warna dinding bangunan disesuaikan dengan tema tertentu yang
commit to user
mengindikasikan identitas stasiun.

DEA KARINA PUTRI | I0212030 26


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

2) Warna Interior Bangunan


Warna dasar yang digunakan untuk dinding interior bangunan adalah
warna terang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
desain. Kombinasi warna untuk dinding dan elemen interior lainnya
juga disesuaikan dengan kebutuhan desain.

3) Warna Bangunan Overkaping


Bentuk bangunan overkaping disesuaikan dengan keperluan desain
arsitekturnya. Atap overkaping menggunakan material dengan warna
abu-abu. Tiang dan rangka overkaping menggunakan cat dengan
kombinasi warna abu-abu tua.

h. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum


Aksesibilitas pada bangunan umum adalah kemudahan yang disediakan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat untuk mengakses fasilitas
pada bangunan umum. Terdapat 4 asas aksesibilitas pada bangunan umum,
yaitu:7
1) Kemudahan, yaitu setiap orang dengan mudah dapat mencapai semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
2) Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
3) Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang.
4) Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
alam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
Bangunan stasiun merupakan tempat bagi penyelenggaraan angkutan
publik dengan moda transportasi kereta api yang diperuntukkan bagi
masyarakat secara umum sehingga bangunan stasiun merupakan bangunan

commit to user
7
Ibid

DEA KARINA PUTRI | I0212030 27


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

umum yang didesain, dibangun dan dimanfaatkan dengan memperhatikan


aksesibilitas pada bangunan umum.

1) Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian merupakan jalur yang dipakai untuk orang berjalan
kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pedestrian di
stasiun dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman,
nyaman dan tidak terhalang sehubungan dengan aktivitas pelayanan
dan penggunaan jasa angkutan kereta api di stasiun.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain jalur pedestrian
adalah sebagai berikut:
a) Ukuran
Jalur pedestrian didesain dengan lebar minimum 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas
dari halangan, misalnya pohon, tiang rambu, struktur bangunan,
lubang drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang
menghalangi.
b) Permukaan Lantai
Aspek yang harus diperhatikan pada permukaan lantai adalah
kestabilan, kekuatan, ketahanan cuaca, tekstur (halus tapi tidak
licin). Penggunaan sambungan atau gundukan pada permukaan
lantai harus dihindari, namun jika terpaksa, tingginya tidak boleh
lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, bagian tepinya
harus menggunakan konstruksi yang permanen.
c) Kemiringan Lantai
Perbandingan kemiringan maksimum 1:8 dan pada setiap jarak
maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal
120 cm.
d) Tepi Pengaman / Kanstin / Low Curb
Tepi pengaman penting bagi penghentian kursi roda dan tongkat
tuna netra ke arah yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi
commit to user
minimum 10 cm dengan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.

DEA KARINA PUTRI | I0212030 28


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

e) Jalur Pemandu
Jalur pemandu adalah jalur yang digunakan untuk memandu
penyandang cacat terutama penyandang tuna netra untuk berjalan
dengan
memanfaatkan tekstur ubin sebagai pengarah dan peringatan.
f) Pencahayaan
Pencahayaan di jalur pedestrian berkisar 200 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
g) Drainase
Drainase didesain tegak lurus arah jalur dengan kedalaman
maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang
dijauhkan dari tepi ramp.

Gambar 2. 8 Prinsip Desain Jalur Pedestrian


commit toand
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation user
Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

DEA KARINA PUTRI | I0212030 29


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

2) Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal pada bangunan
yang dirancang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Dimensi pijakan dan tanjakan harus berukuran seragam.
b) Kemiringan maksimum 30°.
c) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
d) Tangga harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
sekurang-kurangnya pada salah satu sisi tangga.
e) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80
cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan
bagian ujungnya harus bulat atau dibelokan dengan baik ke arah
lantai, dinding atau tiang.
f) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungnya-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan panjang minimal 30
cm.
g) Tangga yang ditempatkan di luar bangunan harus didesain
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada
lantai tangga.
h) Disediakan bordes pada setiapa tangga per lantai.

Gambar 2. 9 Tipikal Tangga


commitPreservation
Sumber : Unit Station Maintenance, to user and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

DEA KARINA PUTRI | I0212030 30


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 10 Pegangan Rambat pada Tangga


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

3) Ramp
Ramp adalah jalur akses pergerakan vertikal dengan bidang rata yang
memiliki kemiringan tertentu yang digunakan sebagai jalur alternatif
bagi orang yang tidak memungkinkan untuk menggunakan tangga.
Beberapa persyaratan desain ramp adalah sebagai berikut:
a) Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak melebihi 1:8 dan di luar
bangunan didesain dengan kemiringan tidak melebihi 1:10.
b) Panjang mendatar dari suatu ramp dengan perbandingan antara
tinggi dan kelandaian 1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm. Ramp
dengan kemiringan yang lebih rendah dapat didesain lebih panjang.
c) Lebar minimum ramp tanpa tepi pengaman adalah 95 cm dan ramp
dengan tepi pengaman adalah 120 cm. Ramp yang digunakan
sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan lebarnya sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi
tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-
sendiri.
d) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan untuk memutar kursi roda
commit160
dengan ukuran minimum to user
cm.

DEA KARINA PUTRI | I0212030 31


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

e) Material yang digunakan untuk lantai ramp harus memiliki tekstur


sehingga tidak licin.
f) Tepi pengaman ramp (low curb) dirancang dengan lebar 10 cm untuk
menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari
jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan
umum atau persimpangan, ramp harus didesain agar tidak
mengganggu jalan umum.
g) Ramp harus dilengkapi dengan pencahayaan yang cukup sehingga
membantu pengguna ramp pada malam hari. Pencahayaan
disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki ketinggian
terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang
membahayakan.
h) Ramp harus dilengkapi dengan hand rail yang kekuatannya terjamin
dengan ketinggian yang sesuai yaitu sekitar 65 – 80 cm.

Gambar 2. 11 Tipikal Ramp


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 32


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 12 Contoh Bentuk-bentuk Ramp


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 13 Kemiringan Ramp


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 33


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 14 Kemiringan Melintang Ramp


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 15 Pintu di Ujung Ramp


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 16 Pegangan Rambat pada Ramp


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 34


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 17 Ramp untuk Trotoar


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 18 Bentuk Ramp yang Direkomendasikan


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 19 Detail Ramp Untuk Trotoar


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 35


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

4) Pintu
Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada desain pintu di stasiun yaitu
sebagai berikut :
a) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup
termasuk oleh penyandang cacat.
b) Pintu masuk utama pada bangunan stasiun harus dipisahkan dengan
pintu keluar utama sehingga tidak terjadi perpotongan arus sirkulasi
orang.
c) Pintu masuk/keluar utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm,
sedangkan untuk pintu-pintu lainnya memiliki lebar bukaan minimal
80 cm.
d) Di daerah sekitar pintu sebaiknya dihindari adanya ramp ataupun
perbedaan ketinggian lantai.
e) Hindari penggunaan material lantai yang licin di sekitar pintu.
f) Jenis-jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan antara lain
sebagai berikut:
 pintu geser (sliding door)
 pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup
 pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
 pintu yang dapat terbuka ke dua arah (dorong dan tarik)
 pintu dengan pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi
penyandang tuna netra.
g) Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya
kebakaran. Pintu ini tidak boleh membuka sepenuhnya kurang dari
5 detik sebelum menutup kembali.
h) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat
menutup dengan sempurna karena pintu yang tidak menutup dengan
sempurna dapat membahayakan bagi penyandang cacat.
i) Pada portal yang menggunakan pintu putar harus disediakan akses
berupa pintu khusus bagi pengguna kursi roda.
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 36


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

j) Diperlukan plat tendang di bagian bawah pintu bagi pengguna kursi


roda dan orang yang menggunakan tongkat tuna netra.

Gambar 2. 20 Pintu Gerbang Pagar


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 21 Ruang Bebas Pintu Satu Daun


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 22 Ruang Bebas Pintu Dua Daun


commit to user
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

DEA KARINA PUTRI | I0212030 37


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 23 Daun Pintu dengan Plat Tendang


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 24 Pintu Pada Portal


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 25 Pegangan Pintu yang Direkomendasikan


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 38


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

5) Kamar Kecil
Kamar kecil (toilet) di stasiun merupakan fasilitas sanitasi yang
diperuntukkan secara umum maupun khusus. Toilet yang
diperuntukkan secara umum merupakan fasilitas sanitasi yang aksesibel
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu hamil.
Sedangkan untuk toilet yang diperuntukkan secara khusus,
aksesibilitasnya disesuaikan dengan orang yang menggunakannya toilet
tersebut. Toilet yang diperuntukkan secara khusus misalnya toilet di
Ruang KS, Ruang PPKA, dan ruang kerja lainnya.

Persyaratan umum untuk fasilitas toilet adalah sebagai berikut:


a) Ruangan toilet untuk pria didesain terpisah dengan ruangan toilet
untuk wanita. Pemisahan ini juga termasuk pemisahan akses menuju
ruangan masing-masing dengan pintu masuk terpisah.
b) Masing-masing toilet dilengkapi dengan tanda toilet pria/wanita
pada bagian luar ruangan.
c) Wastafel sebaiknya menggunakan kran ungkit.
d) Lantai menggunakan material yang tidak licin.
e) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk dianjurkan untuk disediakan tombol pencahayaan darurat
(emergency light button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam.
Persyaratan khusus untuk fasilitas toilet sehubungan dengan
aksesibilitas bagi penyandang cacat adalah sebagai berikut:
a) Toilet harus dilengkapi dengan tanda aksesibilitas penyandang cacat
pada bagian luar ruangan.
b) Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk, keluar
dan manuver kursi roda.
c) Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda
membuka dan menutup pintu.
d) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
kursi roda, yaitu 45 – 50 cm.
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 39


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

e) Letak kertas tissue, air, kran air, pancuran (shower), tempat sabun,
pengering dan perlengkapan lainnya harus dipasang sedemikian rupa
sehingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
fisik dan bisa dijangkau oleh pengguna kursi roda.
f) Kunci atau grendel pintu dipilih sedemikian rupa sehingga bisa
dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.

Ukuran dan penerapan standar untuk toilet yang didesain aksesibel bagi
penyandang cacat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.

Gambar 2. 26 Ukuran Sirkulasi Masuk Toilet


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 27 Tinggi Perletakan Kloset


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
commit to user
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

DEA KARINA PUTRI | I0212030 40


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 28 Ruang Gerak di dalam Toilet


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 29 Simulasi Pergerakan di Toilet


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 30 Kran Wudhu bagi Penyandang Cacat


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 41


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

2. Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta
api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron
rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di antara
dua jalur (island platform).
a. Ukuran Teknis Peron
Tabel 2. 6 Ukuran Teknis Peron
Jenis Peron
No. Uraian
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Peron, diukur dari kepala rel
1 100 cm 43 cm 18 cm
sampai dengan lantai peron
Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel
2 160 cm
Lurus
135 cm 120 cm
Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel
3 165 cm
Lengkung
Lebar Minimal untuk Peron di Antara
4 200 cm 250 cm 280 cm
Dua Jalur KA (Island Platform)
Lebar Minimal untuk Peron di Tepi
5 165 cm 190 cm 205 cm
Jalur KA (Side Platform)
Jarak Garis Batas Aman, diukur dari
6 35 cm 600 cm 750 cm
sisi tepi luar peron ke arah as peron
disesuaikan dengan rangkaian
7 Panjang Peron terpanjang KA penumpang
yang beroperasi
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron dapat


dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
𝟎, 𝟔𝟒 𝐦𝟐/𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐱 𝐕 𝐱 𝐋𝐅
𝑏=
l
b = lebar peron (meter)
V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = load factor (80%)
l = panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang KA penumpang
yang beroperasi (meter)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 42


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Pembangunan peron baru harus menggunakan jenis peron tinggi


atau peron rendah. Peron sedang dipertimbangkan tidak memenuhi
aspek efisiensi utilitas karena operasionalnya masih harus menggunakan
tangga khusus (bancik) untuk naik turun penumpang.

Gambar 2. 31 Potongan Melintang Peron Tinggi


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 32 Potongan Melintang Peron Rendah


Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

b. Kelengkapan Peron
Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kelengkapan di area
commit to user
peron adalah sebagai berikut:

DEA KARINA PUTRI | I0212030 43


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

1) Area peron harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai,


papan nama peron, papan nama jalur KA, papan petunjuk arah,
petunjuk waktu, tanda batas aman peron dan papan
peringatan/larangan.
2) Untuk memenuhi aspek kenyamanan, peron di stasiun besar, stasiun
sedang dan stasiun komuter harus dilengkapi dengan overkaping.
3) Untuk akses pergerakan vertikal, peron tinggi dan peron sedang harus
dilengkapi dengan ramp sehingga aksesibel bagi penyandang cacat dan
memudahkan bagi orang yang membawa barang dengan alat bantu
angkut beroda.
c. Material Lantai Peron
Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan material lantai peron
adalah sebagai berikut:
1) Untuk memenuhi aspek keselamatan, lantai peron harus menggunakan
material yang tidak licin sehingga tidak menyebabkan orang terpeleset
atau tergelincir. Material yang digunakan juga harus mempunyai
permukaan yang rata sehingga tidak menyebabkan orang tersandung.
2) Jenis-jenis material yang dapat digunakan sebagai permukaan lantai
peron adalah sebagai berikut:
a) hotmix aspal
b) granit bertekstur
c) keramik bertekstur
d) plat lantai beton dengan permukaan bertekstur
3) Material sejenis paving block sebaiknya tidak digunakan karena
materialnya mudah bergeser sehingga permukaan peron menjadi tidak
rata. Material keramik yang digunakan harus berkualitas baik dengan
ketebalan yang cukup sehingga tidak mudah pecah.
4) Warna untuk material lantai yang digunakan adalah warna abu-abu tua
yang merupakan warna natural dari material beton, batu atau jalan
aspal. Sedangkan untuk garis tanda batas aman peron digunakan warna
putih. commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 44


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

3. Pelayanan Umum di Stasiun


a. Ruang Tunggu Stasiun
Pelayanan ruang tunggu merupakan pelayanan umum yang dipakai
penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api. Pelayanan ini dibagi
menjadi 3 macam yaitu :
1) Pelayanan Ruang Tunggu Umum
Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang kereta api.
2) Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif
Pelayanan ini diperuntukkan untuk penumpang kereta api kelas
eksekutif.
3) Pelayanan Ruang Tunggu VIP
Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api, dinas dari
lembaga pemerintahan dan tamu khusus.

Pelayanan ruang tunggu VIP, eksekutif dan umum hanya tersedia di


stasiun besar, sedangkan untuk stasiun kelas sedang dilengkapi pelayanan
ruang tunggu eksekutif dan umum serta stasiun kelas kecil hanya
mempunyai pelayanan ruang tunggu umum.
Tabel 2. 7 Fasilitas Ruang Tunggu
Ruang Tunggu Ruang Tunggu Ruang Tunggu
No Keterangan
VIP Eksekutif Umum
1 Kamar Mandi Ada - -
2 Toilet, wastafel Ada Ada Ada
3 Televisi Ada Ada Ada
4 Tempat duduk Sofa Sofa Kursi biasa
5 Meja Ada Ada -
6 Pendingin udara Ada Ada -
7 Kipas Angin - - ##
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Keterangan : ## = disesuaikan dengan kebutuha

b. Layanan Toilet dan Mushola


Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di stasiun
tanpa dipungut biaya/jasacommit
atas penggunaan
to user pelayanan tersebut yang dapat

DEA KARINA PUTRI | I0212030 45


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet
pria dan wanita. Minimal jumlah ketersediaan jumlah toilet berdasarkan
kelas stasiun seperti dalam tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun
Kelas Stasiun
No Keterangan
Besar Sedang Kecil
Minimal Jumlah Toilet Pria 6 kamar Pria 5 kamar Pria 2 kamar
1
Normal Wanita 6 kamar Wanita 5 kamar Wanita 2 kamar
Minimal Jumlah Toilet Pria 2 kamar Pria 1 kamar Pria 1 kamar
2
untuk penyandang cacat Wanita 2 kamar Wanita 1 kamar Wanita 1 kamar
3 Minimal Jumlah wastafel 4 buah 2 buah 2 buah
4 Minimal Jumlah urinoar 6 buah 4 buah 2 buah
Minimal Petugas 3 orang 2 orang 1 orang
5
Kebersihan
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011

c. Parkir Kendaraan
Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir
kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk memarkirkan
kendaraannya baik mobil, motor maupun sepeda roda dua yang ada di area
stasiun. Area parkir mempunyai ketersediaan lahan untuk bisa
menampung kendaraan umum seperti taxi dan bis dengan kapasitas seperti
dalam tabel 2-6 di bawah ini.
Tabel 2. 9 Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan
Kelas Stasiun
No. Jenis Kendaraan
Besar Sedang Kecil
1. Mobil pribadi 200 100 20
2. Taksi 20 10 5
3. Motor 300 150 100
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

d. Layanan Restoran, Pertokoan, ATM, Money Changer dan


1) Pelayanan restoran merupakan pelayanan yang ada di stasiun yang
melayani penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
penumpang dan menyediakan tempat untuk makan dan minum. Dimana
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 46


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

jam operasionalnya dapat disesuaikan dengan jam operasional kereta


api.
2) Pertokoan adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan minuman
atau kebutuhan yang lain (misal : bacaan, obat-obatan, souvenir dan
lain-lain) bagi penumpang tanpa disediakan tempat (meja dan kursi).
Dengan jam operasionalnya dapat menyesuaikan jam operasional
kereta api.
3) Pelayanan ATM adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai atau
non tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun besar dan
sedang minimal harus ada 1 ATM Center dimana minimal harus ada 3
merchant bank, dengan jenis banknya disesuaikan dengan kebutuhan di
stasiun. Untuk stasiun kecil pelayanan ATM disesuaikan dengan
occupancy penumpang.
4) Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana layanan
ini harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga pelayanan
terhadap penumpang bisa optimal.
5) adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat memilih layanan
penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.

e. Layanan Penitipan dan Pengantar Barang


Pelayanan penitipan barang merupakan pelayanan tambahan yang
harus ada di stasiun sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya adalah
untuk tempat penitipan barang sementara yang dapat dimanfaatkan oleh
penumpang kereta api, dengan membayar tarif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di stasiun.
Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke
dalam kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan dikoordinasikan oleh
Petugas stasiun agar keberadaannya dapat membantu penumpang dan
memperlancar arus penumpang dari luar ke dalam stasiun atau sebaliknya.

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 47


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

4. Perangkat Stasiun
a. Instalasi Listtrik
Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi listrik yang
berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga listrik untuk
memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi listrik dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu
jaringan penyediaan listrik umum dan sumber tenaga listrik itu sendiri.
Komponen listrik terdiri atas :
1) Catu daya Tama
2) Catu daya cadangan
3) Panel listrik
4) Peralatan listrik lainnya

Persyaratan instalasi listrik pada stasiun kereta api, yaitu sebagai berikut8:
1) Ditempatkan di area di luar dan/atau di dalam gedung stasiun yang
memenuhi standar persyaratan umum instalasi listrik.
2) Peralatan dan komponen listrik yang dioperasikan harus aman dan tidak
membahayakan operasi stasiun, kereta api dan pengguna jasa.
3) Suplai listrik harus mampu mencukupi kebutuhan operasi bangunan
stasiun dan operasi kereta api.

b. Instalasi Air
Instalasi air merupakan peralatan, komponen dan instalasi air yang
berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi air untuk memenuhi
kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi air dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu
instalasi air bersih (jaringan penyediaan air umum dan olahan) dan
instalasi air kotor atau limbah. Penempatan instalasi air ini ditempatkan di
area yang strategis dan terjangkau serta dapat memenuhi persyaratan
instalasi air dengan memperhatikan letak tata ruang gedung agar tidak

8 commit
Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan to user
Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api

DEA KARINA PUTRI | I0212030 48


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

mengganggu kegiatan penumpang maupun penyedia jasa dan kegiatan


operasional kereta api.
Komponen instalasi air terdiri atas pipa air, peralatan instalasi,
penampungan air dan fasilitas dan peralatan instalasi air lainnya.

Tabel 2. 10 Persyaratan Teknis Instalasi Pendukung pada Bangunan Stasiun KA


Jenis
Persyaratan Pemasangan Persyaratan Operasi
Instalasi
Dipasang dengan Ketersediaan air bersih harus
mempertimbangkan sumber dan mampu memenuhi kebutuhan
kualitas air bersih serta sistem operasi stasiun dan kereta api.
Instalasi Air distribusi dan penampungannya.
Bersih Sistem distribusi dalam
Standar komponen dan peralatan
bangunan stasiun KA harus
sesuai ketentuan pada gedung dan
memenuhi debit air dan tekanan
bangunan umumnya.
minimal yang disyaratkan.
Dipasang dengan Pertimbangan jenis air limbah
mempertimbangkan jenis dan dan/atau air kotor diwujudkan
tingkat bahayanya dalam bentuk pemilihan sistem
pengaliran/pembuangan dan
penggunaan peralatan yang
dibutuhkan.
Standar komponen dan peralatan Pertimbangan tingkat bahaya air
sesuai ketentuan pada gedung dan limbah dan/atau air kotor
bangunan umumnya. diwujudkan dalam bentuk sistem
pengolahan dan
pembuangannya.
Instalasi Air
Air limbah yang mengandung
Kotor
bahan beracun dan berbahaya
tidak boleh digabung dengan air
limbah domestik.
Air limbah yang berisi bahan
beracun dan berbahaya (B3)
harus diproses sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Air limbah domestik sebelum
dibuang ke saluran terbuka harus
diproses sesuai dengan pedoman
dan standar teknis yang berlaku
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 49


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

c. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran


1) Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinghuister)
Merupakan alat pemadam api ringan berupa tabung pemadam yang di
dalamnya berisi dry chemical powder yang dapat memadamkan api
yang tidak terlalu besar. Tabung pemadam harus ditempatkan pada
bangunan dalam area 100m2/buah.
2) Sistem Hydrant
Merupakan sistem terminal air darurat yang dapat digunakan untuk
mengatasi terjadinya kebakaran. Dalam penempatannya tidak boleh
terhalang atau terganggu oleh bangunan lain serta mudah terlihat dan
segera dapat digunakan.
Sistem hydrant dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a) Hydrant Box
Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor
Hydrant (terletak di dalam gedung) atau Outdoor Hydrant (terletak
di luar gedung). Untuk pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan
pada bagian atasnya (menempel pada dinding) harus disertai
pemasangan alarm bell. Pada Hydrant Box harus terdapat gulungan
selang atau Hose Reel.
b) Hydrant Pillar
Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR
gedung disalurkan ke mobil Pemadam Kebakaran agar Pemadam
Kebakaran dapat menyiram air mobil ke gedung yang sedang
terbakar. Alat ini diletakkan di bagian luar gedung yang jumlahnya
serta peletakannya disesuaikan dengan luas gedung stasiun.
3) Sistem Sprinkel Otomatik
Sistem sprinkel otomatik adalah kombinasi dari deteksi panas dan
pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau
sistem lain. Sehingga sistem ini merupakan sistem penanggulangan/
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem
hidrant dan lainnya. commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 50


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Pada stasiun besar jika dibutuhkan maka harus dilengkapi sistem


pemadam kebakaran dengan sistem sprinkle agar kebakaran dapat
diminimalkan dan mencegah kebakaran yang lebih besar.
4) Sistem Fire Alarm
Sistem fire alarm adalah metode alarm yang langsung dinyalakan
dengan cara menarik saklar/handel box pemadam kebakaran dan saat
itu juga alarm kebakaran akan berbunyi dan sistem sprinkel langsung
menyala, alarm ini terkoneksi dengan kantor pemadam kebakaran
sehingga petugas kebakaran bisa langsung mengetahui lokasi
kebakaran.

C. KONSERVASI
1. Konservasi secara Umum
a. Pengertian Konservasi
Secara umum konservasi mempunyai arti melestarikan atau
mengawetkan daya dukung, mutu fungsi dan kemampuan lingkungan
secara seimbang.
Beberapa pengertian konservasi menurut beberapa sumber referensi
adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan kesepakatan internasional yang telah dirumuskan dalam
Piagam Burra "The Burra Charter for the Conservation of Place of
Cultural Significance" tahun 1981, konservasi merupakan payung dari
semua kegiatan pelestarian. Secara luasnya konservasi adalah segenap
proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik yang meliputi seluruh kegiatan
pemeliharaan dan preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi serta
revitalisasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
2) Menurut Hartono, Harastoeti Dibyo (2011), konservasi adalah sebuah
proses yang bertujuan untuk memperpanjang umur warisan budaya
bersejarah dengan cara memelihara dan melindungi kekhasan dan
maknanya dari kerusakan, sehingga dapat digunakan kembali pada
commit to user
masa sekarang maupun masa yang akan datang.

DEA KARINA PUTRI | I0212030 51


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Konservasi lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk


melestarikan sumber daya alam yang diketahui mengalami degradasi mutu
secara tajam. Dampak degradasi tersebut menimbulkan kekhawatiran dan
kalau tidak diantisipasi akan membahayakan umat manusia, terutama
berimbas pada kehidupan generasi mendatang. Konservasi merupakan
upaya perubahan atau pembangunan yang tidak dilakukan secara drastis
dan serta merta, merupakan perubahan secara alami yang terseleksi. Ada
beberapa nilai yang terkandung dalam konsep konservasi, yaitu menanam,
melestarikan, memanfaatkan, dan mempelajari.

b. Istilah-istilah dalam Konservasi


Istilah-istilah dasar yang disepakati dalam Piagam Burra adalah sebagai
berikut :
1) Preservasi
Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan
aslinya tanpa ada perubahan. Bentuk pelestarian yang dilakukan dalam
preservasi selain menjaga eksisting obyek termasuk juga pelaksanaan
upaya mencegah penghancuran.
2) Restorasi/Rehabilitasi
Restorasi atau rehabilitasi adalah upaya pengembalian suatu tempat ke
keadaan semula dengan memasang komponen semula tanpa
menggunakan bahan baru serta menghilangkan tambahan-tambahan.
3) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah upaya mengembalikan suatu tempat semirip
mungkin dengan keadaan semula baik dengan bahan lama atau bahan
baru.
4) Adaptasi/Revitalisasi
Adaptasi atau rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan untuk
mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai
yaitu kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis atau yang hanya
memerlukan sedikit dampak minimal.
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 52


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

5) Demolisi
Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang
sudah rusak atau membahayakan.
Tabel 2. 11 Jenis Kegiatan dan Tingkat Perubahan
Tingkat Perubahan
Kegiatan
Tidak Ada Sedikit Banyak Total
Konservasi * * * *
Preservasi *   
Restorasi  * * 
Rekonstruksi   * *
Adaptasi / Revitasliasi  *  
Demolisi    *
Sumber : Sidharta dan Eko Budihardjo, Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah
di Surakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1989, hlm. 11

c. Lingkup Konservasi
Secara umum bentuk konservasi meliputi kota dan desa, distrik,
lingkungan perumahan serta garis cakrawala wajah jalan dan bangunan.
Lingkup konservasi dalam suatu lingkungan kota atau obyek, digolongkan
dalam beberapa luasan, yaitu sebagai berikut :
1) Satuan Areal
Satuan areal dalam kota dapat berwujud sub wilayah kota atau bahkan
keseluruhan kota itu sendiri sebagai suatu sistem kehidupan yang
dipandang mempunyai ciri-ciri atau nilai khas kota bersangkutan atau
daerah dimana kota tersebut berada.
2) Satuan Pandangan/Visual/Landscape
Satuan ini berupa aspek visual yang dapat memberi bayangan mental
atau image yang khas tentang lingkungan kota. Satuan Pandangan
memiliki lima unsur pokok, yaitu :
a) Jalur (path)
b) Tepian (edges)
c) Kawasan (district)
d) Pemusatan (node)
e) Tengeran (landmark)
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 53


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

f) Jaringan fungsional rute bersejarah atau jalur angkutan tradisional

3) Satuan Fisik
Satuan fisik merupakan satuan yang berwujud bangunan, kelompok
atau deretan bangunan-bangunan, rangkaian bangunan yang
membentuk ruang umum atau dinding jalan, dan unsur-unsur bangunan
baik unsur fungsional, struktur atau entesis ornamental.

d. Sasaran Konservasi
Konservasi tidak dapat dilepaskan dari upaya kegiatan perlindungan dan
penataan serta tujuan perencanaan kota yang tidak hanya secara fisik saja,
namun juga stabilitas penduduk dan gaya hidup yang serasi yakni
pencegahan perubahan sosial. Sehingga untuk mencapai hal tersebut,
dalam upaya konservasi diperlukan sasaran yang tepat, antara lain :
1) Mengembalikan wajah atau image dari objek konservasi
2) Memanfaatkan peninggalan objek konservasi yang ada untuk
menunjang kehidupan masa kini
3) Mengarahkan keselarasan perkembangan masa kini dengan
perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek konservasi tersebut
4) Menampilkan sejarah pertumbuhan kota atau lingkungan dalam wujud
fisik tiga dimensi

2. Konservasi Bangunan Bersejarah


Bangunan Bersejarah atau Bangunan Cagar Budaya adalah susunan
binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan
beratap.9
a. Kriteria Konservasi Bangunan Bersejarah
Dalam pelaksanaan kegiatan konservasi dibutuhkan sejumlah tolak ukur
atau kriteria untuk menentukan obyek yang perlu dilestarikan, antara lain
yaitu :

commit to user
9
UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

DEA KARINA PUTRI | I0212030 54


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

1) Estetika
Tolak ukur estetika ini dikaitkan dengan nilai estetis dan arsitektonis
yang tinggi dalam hal bentuk, struktur, tata ruang dan ornamennya.
2) Kejamakan
Tolak ukur kejamakan ditekankan pada seberapa jauh karya arsitektur
tersebut mewakili suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik.
3) Kelangkaan
Kriteria kelangkaan ini ditekankan pada seberapa langka suatu karya
arsitektur yaitu bangunan yang hanya satu dari jenisnya atau contoh
terakhir yang masih ada, tidak dimiliki oleh daerah lain atau bahkan
satu-satunya yang ada di dunia.
4) Peranan Sejarah
Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang merupakan lokasi
bagi peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting untuk dilestarikan
sebagai ikatan simbolis antara peristiwa dahulu dan sekarang.
5) Memperkuat Kawasan di dekatnya
Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang karena investasi
di dalamnya, akan mempengaruhi kawasan-kawasan di dekatnya atau
kehadirannya sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra
lingkungan sekitarnya.
6) Keistimewaan
Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang dilindungi karena
memiliki keistimewaan, misalnya yang terpanjang, tertinggi, tertua,
terbesar, yang pertama dan sebagainya.

b. Prinsip-prinsip Konservasi Bangunan Bersejarah


Beberapa prinsip konservasi yang perlu diperhatikan adalah :
1) Konservasi dilandasi dengan penghargaan terhadap keadaan semula
(eksisting) dari suatu bangunan dan seminimal mungkin melakukan
intervensi fisik bangunannya, supaya tidak menghilangkan bukti-bukti
sejarah yang dimilikinya.
commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 55


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

2) Konservasi bertujuan untuk menangkap kembali makna kultural dari


suatu bangunan dan harus bisa menjamin keamanan dan
pemeliharaannya di masa mendatang.
3) Konservasi harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan
dengan makna kulturalnya, tanpa menekankan pada salah satu aspek
saja dan meninggalkan aspek lainnya.
4) Bangunan atau hasil karya bersejarah harus tetap berada pada lokasi
historisnya. Pemindahan seluruh atau sebagian bangunannya tidak
diperkenankan kecuali bila hal tersebut merupakan satu-satunya cara
untuk menjamin kelestariannya.
5) Konservasi menjaga terpeliharanya latar visual yang cocok seperti
bentuk, skala, warna, tekstur dan material. Setiap perubahan baru yang
akan berakibat negatif terhadap latar visualnya harus dicegah.
6) Kebijaksanaan konservasi yang sesuai untuk bangunan harus
didasarkan atas pemahaman terhadap makna kultural dan kondisi fisik
bangunannya.

Gambarcommit to user/ Proses Konservasi


2. 33 Tahapan
Sumber : Sidharta dan Eko Budihardjo, 1989 hlm 16

DEA KARINA PUTRI | I0212030 56


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

3. Kontekstualisme
Kontekstualisme selalu berhubungan dengan kegiatan konservasi dan
preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang
bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau
menciptakan hubungan yang simpatik, sehingga menghasilkan sebuah
kontinuitas visual. Kontekstualisme berusaha untuk menciptakan arsitektur
yang tidak hanya berdiri sendiri, namun mampu memberikan kontribusi
terhadap lingkungan sekitarnya.10
Menurut Brent C. Brolin dalam bukunya Architecture in Context
“Fitting New Building with Old”. 1980, kontekstual adalah kemungkinan
perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan
lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah
ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana
menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat.
Adapun ciri-ciri dari kontekstual adalah sebagai berikut :
a. Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar
b. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornamen dan lain
sebagainya terhadap bangunan sekitar lingkungan yang bertujuan untuk
menjaga karakter suatu tempat.
c. Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kontekstual antara lain yaitu:


a. Irama
Irama dapat diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud atau
warna secara teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan mengelompokkan unsur-unsur di dalam suatu komposisi
acak berdasarkan kedekatan atau hubungan satu dengan lainnya dan
karakteristik visual yang dimiliki bersama. 11

10
Siti Arfah A., Arsitektur Kontekstual diakses dari https://architecturejournals.wordpress.com/
2010/10/28/arsitektur-kontekstual/ padacommit
tanggal to
30 user
April 2016
11
Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007

DEA KARINA PUTRI | I0212030 57


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

b. Datum12
Datum diartikan sebagai garis, bidang atau ruang acuan untuk
menghubungkan unsur-unsur lain di dalam suatu komposisi dan
mengorganisir suatu pola acak unsur-unsur melalui keteraturan kontinuitas
dan kehadirannya konstan. Contohnya, garis-garis lagu yang berfungsi
sebagai datum yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama
secara relatif dari nada-nada lagu yang ada.
Pada sebuah ordinasi acak dari unsur-unsur yang tidak sama, datum dapat
mengorganisir unsur-unsur tersebut melalui cara-cara berikut, yaitu :
1) Garis
Sebuah garis dapat membentuk sisi-sisi bersama suatu pola dan garis-
garis grid dapat membentuk sebuah bidang penyatu yang netral dari
suatu pola.
2) Bidang
Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur-unsur di bawahnya
atau berfungsi sebagai latar belakang dan membatasi unsur-unsur di
dalam bidangnya.
3) Ruang
Sebuah ruang dapat mengumpulkan pola-pola di dalam batas-batasnya
atau mengorganisir pola-pola tersebut sepanjang sisi-sisinya.

Arsitektur kontekstual dalam kaitannya dengan perancangan pengembangan


suatu bangunan bersejarah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Kontras (Berbeda)
Kontras dapat menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik
namun dalam pengaplikasiannya diperlukan kehati-hatian sehingga tidak
menimbulkan kekacauan.
Kontras bangunan modern dan kuno bisa menjadi sebuah harmoni, namun
apabila terlalu banyak juga dapat mengakibatkan “shock effect” sehingga

commit to user
12
Ibid

DEA KARINA PUTRI | I0212030 58


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

efektivitas yang dikehendaki akan menurun dan yang muncul adalah


chaos.13
b. Selaras
Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian / keselarasan, hal
tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan
yang sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan
konteks / lingkungan dimana bangunan itu berada. Sehingga kehadiran
satu atau sekelompok bangunan baru lebih menunjang daripada menyaingi
karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara
Kuantitatif).

D. PRESEDEN
1. Pengembangan dan Penataan Stasiun Semarang Poncol
Stasiun Semarang Poncol (kode SMC) adalah salah satu dari dua
stasiun kereta api di kota Semarang, yaitu Stasiun Semarang Poncol
dan Stasiun Semarang Tawang. Stasiun kereta api Poncol terletak di
Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Stasiun
ini dibangun pada tahun 1914. Stasiun ini semula milik SCS (Semarang-
Cheribon Stoomtram Maatschappij), terletak di jalan Poncol. Bangunan
stasiun ini dirancang oleh arsitek Henri Maclaine Pont, seorang
arsitek Belanda.

Gambar 2. 34 Lokasi Stasiun Semarang Poncol


Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/98/Citra_satelit_poncol.png/800px-
Citra_satelit_poncol.png
13
Brent C. Brolin, Architecture in Context “Fitting New Building With Old”, Van Nostrand
Reinhold Company, New York, 1980commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 59


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 35 Tampak Stasiun Semarang Poncol sebelum Pengembangan


Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/poncol-2.jpg

Saat ini seiring dengan pembenahan yang dilakukan oleh perusahaan,


stasiun ini juga mengalami perubahan diantaranya perapihan fisik bangunan
stasiun, pembuatan area bording dan peninggian sebagian area stasiun
tersebut agar dapat melayani penumpang lebih baik lagi.

Gambar 2. 36 Kondisi Stasiun Semarang Poncol sebelum Pengembangan


Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/07/Slide4-e1405585955997.jpg

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 60


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 37 Denah Stasiun Semarang Poncol sebelum Pengembangan


Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/07/Slide6.jpg

Gambar 2. 38 Rencana Usulan Penzoningan & Sirkulasi Penumpang Stasiun


Semarang Poncol
Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/07/Slide9.jpg

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 61


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang

Gambar 2. 39 Stasiun Semarang Poncol


Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/fasade-stasiun-semarang-
poncol.jpg

Gambar 2. 40 Ruang Tunggu Stasiun Semarang Poncol


Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Stasiun-Semarang-Poncol-
3.jpg

Gambar 2. 41 Peron (kiri) & Bangunan Overkapping (kanan) Stasiun Semarang Poncol
Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 62

Anda mungkin juga menyukai