id
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERKERETAAPIAN
1. Pengertian3
a. Perkeretaapian
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana,
sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan
prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
b. Kereta Api
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait
dengan perjalanan kereta api.
c. Prasarana Perkeretaapian
Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
d. Stasiun Kereta Api
Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian
kereta api.
e. Jalur Kereta Api
Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang
meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan
commit to user
3
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.
commit to user
b. Kelas Sedang
Stasiun kereta api kelas sedang memiliki 4 sampai dengan 5 jalur rel kereta
api dan dapat digunakan untuk langsir, tidak memiliki depo lokomotif
tetapi memiliki depo penyimpanan kereta. Contoh stasiun kereta api
sedang di Indonesia antara lain Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Jebres,
Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Pemalang.
c. Kelas Kecil
Stasiun kereta api kecil berfungsi sebagai transit penumpang jarak dekat.
Stasiun kelas kecil hanya memiliki 3 jalur kereta api. Contoh stasiun kereta
api kecil antara lain, Stasiun Comal, Stasiun Palur, Stasiun Sragen dan
Stasiun Palur.
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan
Kegiatan di Stasiun Kereta Api
commit to user
4
Peraturan Menteri Perhubungan Nomorcommit
: PM. 33 to user2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di
Tahun
Stasiun Kereta Api Pasal 10, 11, 12, 13
commit to user
b. Persyaratan Bangunan
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011
Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api terdapat
beberapa ketentuan mengenai teknis pembangunan bangunan stasiun
kereta api, yaitu :
1) Konstruksi, material, disain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai
dengan standar kelayakan, keselamatan dan keamanan serta kelancaran
sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi secara handal.
2) Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya
banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekuatan
konstruksi.
3) Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan tentang bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung
(plumbing) bangunan yang berlaku.
4) Luas bangunan ditetapkan untuk:
a) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula sebagai berikut:
I L = 0,64 m2/orang x V x LF I
5 commit
Unit Station Maintenance, Preservation to user PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
and Architecture
Standardisasi Stasiun Tahun 2011
Gambar 2. 1 Ukuran umum orang dewasa dan ruang gerak bagi tuna netra
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011
Perkantoran
Perparkiran
Perhotelan
Ruang lain yang menunjang langsung kegiatan
stasiun kereta api
Ruang tunggu penumpang
Bongkar muat barang
Pergudangan
Kegiatan Jasa Parkir kendaraan
Pelayanan Khusus Penitipan barang
Ruang ATM
Ruang lain yang menunjang baik secara langsung
maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api
commit to user
6
Ibid
5) Ruang Keuangan
Ruang yang mempunyai fungsi utama sebagai ruang administrasi dan
perbendaharaan stasiun.
6) Ruang Serbaguna
Ruang yang disediakan untuk menunjang operasional stasiun atau bisa
dijadikan tempat untuk keperluan petugas.
7) Ruang Peralatan
Ruang yang disediakan untuk menyimpan alat-alat yang digunakan
untuk keperluan stasiun misal alat kebersihan, dan sebagainya.
8) Ruang UPT Kru KA
Ruang yang disediakan bagi Kru KA yang berdinas untuk
menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
9) Ruang Istirahat Kru KA
Ruang khusus istirahat yang dilengkapi dengan fasilitas tempat tidur
untuk kru KA yang akan atau selesai berdinas sehingga kondisinya
selalu dalam keadaan siap tugas.
10) Ruang Petugas Keamanan
Ruang petugas keamanan stasiun yang disediakan untuk tempat
koordinasi dan administrasi petugas keamanan termasuk tempat untuk
istirahat petugas keamanan stasiun.
11) Ruang Petugas Kebersihan
Ruang yang disediakan bagi petugas kebersihan stasiun untuk
menyiapkan dan melakukan tugasnya di stasiun.
Ukuran standar luas minimum ruang untuk kegiatan pokok yaitu sebagai
berikut,
Tabel 2. 4 Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun
Luas Ruangan (m2)
Ruang Berdasarkan Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
Ruang KS 30 24 20
Ruang WKS 15 15 -
Ruang PPKA 25 18 18
Ruang PAP 4 - -
Ruang Keuangan 20 16 -
Ruang Serbaguna 100 50 -
Ruang Peralatan 16 12 8
Ruang UPT Kru KA 24 - -
Ruang Istirahat Kru KA 30 25 -
Ruang Petugas Keamanan 15 12 9
Ruang Petugas Kebersihan 9 9 6
Ruang Hall 250 150 60
Ruang Loket 25 12 60
Ruang Pelayanan Informasi 15 12 9
Ruang Tunggu VIP 90 - -
Ruang Tunggu Eksekutif 75 60 -
Ruang Tunggu Umum 600 160 40
Ruang Layanan Kesehatan 25 15 15
Ruang Toilet Umum 54 45 30
Ruang Mushola 49 30 20
Ruang Ibu Menyusui 15 10 -
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011
commit to user
commit to user
g. Warna Bangunan
Secara umum, warna bangunan stasiun ditentukan oleh warna dasar
dinding bangunan, sedangkan warna elemen bangunan lainnya seperti
kusen, pintu dan lisplang disesuaikan sebagai kombinasi dan komposisi
warna.
1) Warna Eksterior Bangunan
Standar warna dinding eksterior bangunan stasiun dibedakan antara
standar warna untuk bangunan stasiun heritage dan non heritage.
commit to user
7
Ibid
1) Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian merupakan jalur yang dipakai untuk orang berjalan
kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pedestrian di
stasiun dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman,
nyaman dan tidak terhalang sehubungan dengan aktivitas pelayanan
dan penggunaan jasa angkutan kereta api di stasiun.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain jalur pedestrian
adalah sebagai berikut:
a) Ukuran
Jalur pedestrian didesain dengan lebar minimum 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas
dari halangan, misalnya pohon, tiang rambu, struktur bangunan,
lubang drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang
menghalangi.
b) Permukaan Lantai
Aspek yang harus diperhatikan pada permukaan lantai adalah
kestabilan, kekuatan, ketahanan cuaca, tekstur (halus tapi tidak
licin). Penggunaan sambungan atau gundukan pada permukaan
lantai harus dihindari, namun jika terpaksa, tingginya tidak boleh
lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, bagian tepinya
harus menggunakan konstruksi yang permanen.
c) Kemiringan Lantai
Perbandingan kemiringan maksimum 1:8 dan pada setiap jarak
maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal
120 cm.
d) Tepi Pengaman / Kanstin / Low Curb
Tepi pengaman penting bagi penghentian kursi roda dan tongkat
tuna netra ke arah yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi
commit to user
minimum 10 cm dengan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.
e) Jalur Pemandu
Jalur pemandu adalah jalur yang digunakan untuk memandu
penyandang cacat terutama penyandang tuna netra untuk berjalan
dengan
memanfaatkan tekstur ubin sebagai pengarah dan peringatan.
f) Pencahayaan
Pencahayaan di jalur pedestrian berkisar 200 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
g) Drainase
Drainase didesain tegak lurus arah jalur dengan kedalaman
maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang
dijauhkan dari tepi ramp.
2) Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal pada bangunan
yang dirancang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Dimensi pijakan dan tanjakan harus berukuran seragam.
b) Kemiringan maksimum 30°.
c) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
d) Tangga harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
sekurang-kurangnya pada salah satu sisi tangga.
e) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80
cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan
bagian ujungnya harus bulat atau dibelokan dengan baik ke arah
lantai, dinding atau tiang.
f) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungnya-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan panjang minimal 30
cm.
g) Tangga yang ditempatkan di luar bangunan harus didesain
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada
lantai tangga.
h) Disediakan bordes pada setiapa tangga per lantai.
3) Ramp
Ramp adalah jalur akses pergerakan vertikal dengan bidang rata yang
memiliki kemiringan tertentu yang digunakan sebagai jalur alternatif
bagi orang yang tidak memungkinkan untuk menggunakan tangga.
Beberapa persyaratan desain ramp adalah sebagai berikut:
a) Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak melebihi 1:8 dan di luar
bangunan didesain dengan kemiringan tidak melebihi 1:10.
b) Panjang mendatar dari suatu ramp dengan perbandingan antara
tinggi dan kelandaian 1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm. Ramp
dengan kemiringan yang lebih rendah dapat didesain lebih panjang.
c) Lebar minimum ramp tanpa tepi pengaman adalah 95 cm dan ramp
dengan tepi pengaman adalah 120 cm. Ramp yang digunakan
sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan lebarnya sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi
tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-
sendiri.
d) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan untuk memutar kursi roda
commit160
dengan ukuran minimum to user
cm.
commit to user
commit to user
commit to user
4) Pintu
Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada desain pintu di stasiun yaitu
sebagai berikut :
a) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup
termasuk oleh penyandang cacat.
b) Pintu masuk utama pada bangunan stasiun harus dipisahkan dengan
pintu keluar utama sehingga tidak terjadi perpotongan arus sirkulasi
orang.
c) Pintu masuk/keluar utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm,
sedangkan untuk pintu-pintu lainnya memiliki lebar bukaan minimal
80 cm.
d) Di daerah sekitar pintu sebaiknya dihindari adanya ramp ataupun
perbedaan ketinggian lantai.
e) Hindari penggunaan material lantai yang licin di sekitar pintu.
f) Jenis-jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan antara lain
sebagai berikut:
pintu geser (sliding door)
pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup
pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
pintu yang dapat terbuka ke dua arah (dorong dan tarik)
pintu dengan pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi
penyandang tuna netra.
g) Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya
kebakaran. Pintu ini tidak boleh membuka sepenuhnya kurang dari
5 detik sebelum menutup kembali.
h) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat
menutup dengan sempurna karena pintu yang tidak menutup dengan
sempurna dapat membahayakan bagi penyandang cacat.
i) Pada portal yang menggunakan pintu putar harus disediakan akses
berupa pintu khusus bagi pengguna kursi roda.
commit to user
commit to user
5) Kamar Kecil
Kamar kecil (toilet) di stasiun merupakan fasilitas sanitasi yang
diperuntukkan secara umum maupun khusus. Toilet yang
diperuntukkan secara umum merupakan fasilitas sanitasi yang aksesibel
bagi semua orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu hamil.
Sedangkan untuk toilet yang diperuntukkan secara khusus,
aksesibilitasnya disesuaikan dengan orang yang menggunakannya toilet
tersebut. Toilet yang diperuntukkan secara khusus misalnya toilet di
Ruang KS, Ruang PPKA, dan ruang kerja lainnya.
e) Letak kertas tissue, air, kran air, pancuran (shower), tempat sabun,
pengering dan perlengkapan lainnya harus dipasang sedemikian rupa
sehingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
fisik dan bisa dijangkau oleh pengguna kursi roda.
f) Kunci atau grendel pintu dipilih sedemikian rupa sehingga bisa
dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
Ukuran dan penerapan standar untuk toilet yang didesain aksesibel bagi
penyandang cacat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.
commit to user
2. Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta
api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron
rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di antara
dua jalur (island platform).
a. Ukuran Teknis Peron
Tabel 2. 6 Ukuran Teknis Peron
Jenis Peron
No. Uraian
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Peron, diukur dari kepala rel
1 100 cm 43 cm 18 cm
sampai dengan lantai peron
Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel
2 160 cm
Lurus
135 cm 120 cm
Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel
3 165 cm
Lengkung
Lebar Minimal untuk Peron di Antara
4 200 cm 250 cm 280 cm
Dua Jalur KA (Island Platform)
Lebar Minimal untuk Peron di Tepi
5 165 cm 190 cm 205 cm
Jalur KA (Side Platform)
Jarak Garis Batas Aman, diukur dari
6 35 cm 600 cm 750 cm
sisi tepi luar peron ke arah as peron
disesuaikan dengan rangkaian
7 Panjang Peron terpanjang KA penumpang
yang beroperasi
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011
commit to user
b. Kelengkapan Peron
Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kelengkapan di area
commit to user
peron adalah sebagai berikut:
dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet
pria dan wanita. Minimal jumlah ketersediaan jumlah toilet berdasarkan
kelas stasiun seperti dalam tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun
Kelas Stasiun
No Keterangan
Besar Sedang Kecil
Minimal Jumlah Toilet Pria 6 kamar Pria 5 kamar Pria 2 kamar
1
Normal Wanita 6 kamar Wanita 5 kamar Wanita 2 kamar
Minimal Jumlah Toilet Pria 2 kamar Pria 1 kamar Pria 1 kamar
2
untuk penyandang cacat Wanita 2 kamar Wanita 1 kamar Wanita 1 kamar
3 Minimal Jumlah wastafel 4 buah 2 buah 2 buah
4 Minimal Jumlah urinoar 6 buah 4 buah 2 buah
Minimal Petugas 3 orang 2 orang 1 orang
5
Kebersihan
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman
Standardisasi Stasiun Tahun 2011
c. Parkir Kendaraan
Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir
kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk memarkirkan
kendaraannya baik mobil, motor maupun sepeda roda dua yang ada di area
stasiun. Area parkir mempunyai ketersediaan lahan untuk bisa
menampung kendaraan umum seperti taxi dan bis dengan kapasitas seperti
dalam tabel 2-6 di bawah ini.
Tabel 2. 9 Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan
Kelas Stasiun
No. Jenis Kendaraan
Besar Sedang Kecil
1. Mobil pribadi 200 100 20
2. Taksi 20 10 5
3. Motor 300 150 100
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku
Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011
commit to user
4. Perangkat Stasiun
a. Instalasi Listtrik
Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi listrik yang
berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga listrik untuk
memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi listrik dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu
jaringan penyediaan listrik umum dan sumber tenaga listrik itu sendiri.
Komponen listrik terdiri atas :
1) Catu daya Tama
2) Catu daya cadangan
3) Panel listrik
4) Peralatan listrik lainnya
Persyaratan instalasi listrik pada stasiun kereta api, yaitu sebagai berikut8:
1) Ditempatkan di area di luar dan/atau di dalam gedung stasiun yang
memenuhi standar persyaratan umum instalasi listrik.
2) Peralatan dan komponen listrik yang dioperasikan harus aman dan tidak
membahayakan operasi stasiun, kereta api dan pengguna jasa.
3) Suplai listrik harus mampu mencukupi kebutuhan operasi bangunan
stasiun dan operasi kereta api.
b. Instalasi Air
Instalasi air merupakan peralatan, komponen dan instalasi air yang
berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi air untuk memenuhi
kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi air dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu
instalasi air bersih (jaringan penyediaan air umum dan olahan) dan
instalasi air kotor atau limbah. Penempatan instalasi air ini ditempatkan di
area yang strategis dan terjangkau serta dapat memenuhi persyaratan
instalasi air dengan memperhatikan letak tata ruang gedung agar tidak
8 commit
Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan to user
Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api
C. KONSERVASI
1. Konservasi secara Umum
a. Pengertian Konservasi
Secara umum konservasi mempunyai arti melestarikan atau
mengawetkan daya dukung, mutu fungsi dan kemampuan lingkungan
secara seimbang.
Beberapa pengertian konservasi menurut beberapa sumber referensi
adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan kesepakatan internasional yang telah dirumuskan dalam
Piagam Burra "The Burra Charter for the Conservation of Place of
Cultural Significance" tahun 1981, konservasi merupakan payung dari
semua kegiatan pelestarian. Secara luasnya konservasi adalah segenap
proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik yang meliputi seluruh kegiatan
pemeliharaan dan preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi serta
revitalisasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
2) Menurut Hartono, Harastoeti Dibyo (2011), konservasi adalah sebuah
proses yang bertujuan untuk memperpanjang umur warisan budaya
bersejarah dengan cara memelihara dan melindungi kekhasan dan
maknanya dari kerusakan, sehingga dapat digunakan kembali pada
commit to user
masa sekarang maupun masa yang akan datang.
5) Demolisi
Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang
sudah rusak atau membahayakan.
Tabel 2. 11 Jenis Kegiatan dan Tingkat Perubahan
Tingkat Perubahan
Kegiatan
Tidak Ada Sedikit Banyak Total
Konservasi * * * *
Preservasi *
Restorasi * *
Rekonstruksi * *
Adaptasi / Revitasliasi *
Demolisi *
Sumber : Sidharta dan Eko Budihardjo, Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah
di Surakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1989, hlm. 11
c. Lingkup Konservasi
Secara umum bentuk konservasi meliputi kota dan desa, distrik,
lingkungan perumahan serta garis cakrawala wajah jalan dan bangunan.
Lingkup konservasi dalam suatu lingkungan kota atau obyek, digolongkan
dalam beberapa luasan, yaitu sebagai berikut :
1) Satuan Areal
Satuan areal dalam kota dapat berwujud sub wilayah kota atau bahkan
keseluruhan kota itu sendiri sebagai suatu sistem kehidupan yang
dipandang mempunyai ciri-ciri atau nilai khas kota bersangkutan atau
daerah dimana kota tersebut berada.
2) Satuan Pandangan/Visual/Landscape
Satuan ini berupa aspek visual yang dapat memberi bayangan mental
atau image yang khas tentang lingkungan kota. Satuan Pandangan
memiliki lima unsur pokok, yaitu :
a) Jalur (path)
b) Tepian (edges)
c) Kawasan (district)
d) Pemusatan (node)
e) Tengeran (landmark)
commit to user
3) Satuan Fisik
Satuan fisik merupakan satuan yang berwujud bangunan, kelompok
atau deretan bangunan-bangunan, rangkaian bangunan yang
membentuk ruang umum atau dinding jalan, dan unsur-unsur bangunan
baik unsur fungsional, struktur atau entesis ornamental.
d. Sasaran Konservasi
Konservasi tidak dapat dilepaskan dari upaya kegiatan perlindungan dan
penataan serta tujuan perencanaan kota yang tidak hanya secara fisik saja,
namun juga stabilitas penduduk dan gaya hidup yang serasi yakni
pencegahan perubahan sosial. Sehingga untuk mencapai hal tersebut,
dalam upaya konservasi diperlukan sasaran yang tepat, antara lain :
1) Mengembalikan wajah atau image dari objek konservasi
2) Memanfaatkan peninggalan objek konservasi yang ada untuk
menunjang kehidupan masa kini
3) Mengarahkan keselarasan perkembangan masa kini dengan
perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek konservasi tersebut
4) Menampilkan sejarah pertumbuhan kota atau lingkungan dalam wujud
fisik tiga dimensi
commit to user
9
UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
1) Estetika
Tolak ukur estetika ini dikaitkan dengan nilai estetis dan arsitektonis
yang tinggi dalam hal bentuk, struktur, tata ruang dan ornamennya.
2) Kejamakan
Tolak ukur kejamakan ditekankan pada seberapa jauh karya arsitektur
tersebut mewakili suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik.
3) Kelangkaan
Kriteria kelangkaan ini ditekankan pada seberapa langka suatu karya
arsitektur yaitu bangunan yang hanya satu dari jenisnya atau contoh
terakhir yang masih ada, tidak dimiliki oleh daerah lain atau bahkan
satu-satunya yang ada di dunia.
4) Peranan Sejarah
Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang merupakan lokasi
bagi peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting untuk dilestarikan
sebagai ikatan simbolis antara peristiwa dahulu dan sekarang.
5) Memperkuat Kawasan di dekatnya
Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang karena investasi
di dalamnya, akan mempengaruhi kawasan-kawasan di dekatnya atau
kehadirannya sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra
lingkungan sekitarnya.
6) Keistimewaan
Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang dilindungi karena
memiliki keistimewaan, misalnya yang terpanjang, tertinggi, tertua,
terbesar, yang pertama dan sebagainya.
3. Kontekstualisme
Kontekstualisme selalu berhubungan dengan kegiatan konservasi dan
preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang
bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau
menciptakan hubungan yang simpatik, sehingga menghasilkan sebuah
kontinuitas visual. Kontekstualisme berusaha untuk menciptakan arsitektur
yang tidak hanya berdiri sendiri, namun mampu memberikan kontribusi
terhadap lingkungan sekitarnya.10
Menurut Brent C. Brolin dalam bukunya Architecture in Context
“Fitting New Building with Old”. 1980, kontekstual adalah kemungkinan
perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan
lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah
ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana
menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat.
Adapun ciri-ciri dari kontekstual adalah sebagai berikut :
a. Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar
b. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornamen dan lain
sebagainya terhadap bangunan sekitar lingkungan yang bertujuan untuk
menjaga karakter suatu tempat.
c. Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada
10
Siti Arfah A., Arsitektur Kontekstual diakses dari https://architecturejournals.wordpress.com/
2010/10/28/arsitektur-kontekstual/ padacommit
tanggal to
30 user
April 2016
11
Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007
b. Datum12
Datum diartikan sebagai garis, bidang atau ruang acuan untuk
menghubungkan unsur-unsur lain di dalam suatu komposisi dan
mengorganisir suatu pola acak unsur-unsur melalui keteraturan kontinuitas
dan kehadirannya konstan. Contohnya, garis-garis lagu yang berfungsi
sebagai datum yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama
secara relatif dari nada-nada lagu yang ada.
Pada sebuah ordinasi acak dari unsur-unsur yang tidak sama, datum dapat
mengorganisir unsur-unsur tersebut melalui cara-cara berikut, yaitu :
1) Garis
Sebuah garis dapat membentuk sisi-sisi bersama suatu pola dan garis-
garis grid dapat membentuk sebuah bidang penyatu yang netral dari
suatu pola.
2) Bidang
Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur-unsur di bawahnya
atau berfungsi sebagai latar belakang dan membatasi unsur-unsur di
dalam bidangnya.
3) Ruang
Sebuah ruang dapat mengumpulkan pola-pola di dalam batas-batasnya
atau mengorganisir pola-pola tersebut sepanjang sisi-sisinya.
commit to user
12
Ibid
D. PRESEDEN
1. Pengembangan dan Penataan Stasiun Semarang Poncol
Stasiun Semarang Poncol (kode SMC) adalah salah satu dari dua
stasiun kereta api di kota Semarang, yaitu Stasiun Semarang Poncol
dan Stasiun Semarang Tawang. Stasiun kereta api Poncol terletak di
Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Stasiun
ini dibangun pada tahun 1914. Stasiun ini semula milik SCS (Semarang-
Cheribon Stoomtram Maatschappij), terletak di jalan Poncol. Bangunan
stasiun ini dirancang oleh arsitek Henri Maclaine Pont, seorang
arsitek Belanda.
commit to user
commit to user
Gambar 2. 41 Peron (kiri) & Bangunan Overkapping (kanan) Stasiun Semarang Poncol
Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/
commit to user