Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Kharisma Fatwasari
3010126651
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
a Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar
progesterone menurun.
b Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
c Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
d Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin,akan timbul kontraksi rahim.
e Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan
sexio caesarea.
3
2.3 Faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang
disebut lightening
b. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
c. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan
menekan kandung kemih.
d. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria
e. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
sekalipun terdapat pembukaan
f. Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
- Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10
menit
- Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat
mulai muncul.
- Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
- Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his
semakin frekuen dan persalinan dapat dimulai.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum
4
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks. Tanda dan gejala inpartu sebagai berikut:
a Penipisan dan pembukaan serviks
b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
5
c Serviks membuka dan b Tidak keluar “show”
menipis. c Serviks tertutup dan tak ada
pembukaan.
2.5.1 Kala 1
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat, memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencaspai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
6
a Kesejahteraan janin, meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (setiap
½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan
sutura (setiap pemeriksaan dalam).
b Kemajuan persalinan, meliputi pemeriksaan frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam),
penurunan kepala (setiap 4 jam).
c Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam), tekanan
darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan
protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.
7
Berjalan menambah nyeri. Tidak keluar apa-apa.
Berhubungan dengan pengerasan Tidak ada perubahan.
uterus. Belum turun.
Keluar darah lendir. Kepala tetap bebas.
Serviks mendatar dan membuka Sedativa dapat menghentikan
Bagian terbawah sudah turun. mules-mules.
Kepala tidak dapat digerakkan pada
waktu mules.
Sedativa tidak menghentikan
mules-mules.
His
- Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3 kali/10 menit
pada akhir kala I.
- Lamanya : kurang lebih satu menit.
- Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka.
- Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
- Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan.
- Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan
uterus.
- Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran
darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan
menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat,
terlampau lama, atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin.
Darah lendir
- Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran
selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan seviks.
8
2.5.2 Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a. Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan
menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap,
pembukaan 10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his yang
sangat hebat, pasien merasa “ingin mengejan”; “darah-lendir”
bertambah banyak; selaput ketuban pecah; perasaan seperti “mau
buang air besar”; hemoroid fisiologik mulai tapak.
b. Berakhir dengan lahirnya janin.
c. Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara ½ jam.
d. Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum.
Berakibat meningkatnya tekanan intraabdominal yang memperkuat
kontraksi uterus. Jangan dibiarkan kalau serviks belum membuka
lengkap atau dilakukan di luar his, karena regangan yang
berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan
prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari.
e. Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin
mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap
kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan perineum,
kecuali kalau dilakukan episotomi.
f. Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).
g. Mekanisme persalinan.
2.5.3 Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a. Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan
berakhir dengan lahirnya plasenta.
b. Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit.
c. Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus
setelah lahirnya janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh
darah ibu. Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak
memanjang lagi ototnya).
9
d. Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar,
atau kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari
vagina
2.5.4 Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari
perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke
dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk
memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil
tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan
dalam menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut:
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 -
30 menit selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase
uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan.
- Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam
kedua.
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan
tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering.
- Anjurkan ibu untuk istirahat.
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayi.
- Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk
kedekatan bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan karena
uterus berkontraksi.
10
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam
pascapersalinan.
11
b. Descensus = penurunan
Descensus adalah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul.
Faktor-faktor yang mempengaruhi descensus adalah tekanan air ketuban,
dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot
abdomen, ekstensi badan janin.
c. Fleksi
Fleksi ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum
sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil suboksipito bregmatikus
(9,5cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian
menemui jalan lahir. Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari
atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah.
d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Putaran paksi dalam adalah berputarnya oksiput ke arah depan,
sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor
yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan
lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.
e. Defleksi
Defleksi ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor
yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah
depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka
kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar
(hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut lahir ubun –
ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar (external rotation) ialah berputarnya kepala
menyesuaikankembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai dengan
punggung bayi).
g. Expulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
13