Tugas JIWA Kel.6 - HDR
Tugas JIWA Kel.6 - HDR
NAMA KELOMPOK 6 :
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan adalah perasaan sehat dan bahagia
serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang mana adanya, serta
mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes, 2005).
Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang orang
tersebut yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007).
World Health Organization (WHO) memperkerikan tidak kurang dari 450
juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Dari 50 juta populasi orang dewasa
Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) ada 1,74 juta orang
mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4% dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
kejiwaan ini, krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia dan Indonesia khusunya kian meningkat, diperkerikan sekitar
50 juta atau 25% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
(Nurdwiyanti, 2008).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, Iyus 2010).
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna mengalami
gangguan asuhan keperawatan, karena komunikasi terapeutik dapat
mengakomodasikan perkembangan status kesehatan yang dialami pasien.
Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic meliputi aspek positif
yang masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep harga diri rendah?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan makalah ini memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan,
khusunya bagi ilmu keperawatan
3. Bagi Institusi
Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan dan sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang telah diberikan
kepada mahasiswa
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Tanda danGejala
a. Mengejek dan mengkritikdiri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan
pengunaanzat.
d. Menundakeputusan.
e. Sulitbergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasapuas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga,
halusinasi.
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk
mengakhirihidup.
i. Merusak atau melukai oranglain.
j. Perasaan tidakmampu.
k. Pandangan hidup yangpesimitis.
l. Tidak menerimapujian.
m. Penurunanproduktivitas.
n. Penolakan terhadap kemampuandiri.
o. Kurang memperhatikan perawatandiri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang seleramakan.
r. Tidak berani menatap lawanbicara.
s. Lebih banyakmenunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suaralemah.
4. Proses TerjadinyaMasalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan
dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat
juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari
lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif untuk
mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor.Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga
timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena
kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif
atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus
akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendahkronis.
Rentang Respons
ResponAdaptif ResponMaladaptif
6. TerapiSomatik
Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik adalah
terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku
yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak
dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa seperti terapi somatik
restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan foto terapi.
a. ECT (Electro ConvulsifTherapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.
Indikasi ECT yaitu :
1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klienskizofrenia
stupor kotatonik dan gaduh gelisahkatatonik.
2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon
terhadap antidependen atau yang tidak dapat minumobat.
3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap
obat.
4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima
pengobatan untuk mencapai efekterapeutik.
Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu :
1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi
SPP).
2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal,
osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejanggrandma.
3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia,
hipertensi, aritmia, dananeurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asmabronkial.
5) Keadaanlemah.
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan ( Stuart& Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini:
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
indentitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton televisi secara obsesif)
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (
misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan atau genk)
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk
membuat identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat
ini ( misalnya, penyalahgunaan obat)
9. PenatalaksananMedis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah kronis adalah:
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan
terus merasa tidak berguna atau gagal terusmenerus.
1) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkantersebut.
2) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan
pada thalamus ini maka arus informasi sensori yangmasuk
tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan
yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dariklien.
3) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat digunakan adalah:
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan
fungsiotak.
2) CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tigadimensi.
3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT),
melihatwilayahotakdantanda-tandaabnormalitaspadaotak
dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang
terjadi.
Penyebab Penyebab
(Yosep, 2009).
3. DiagnosaKeperawatan
a. Harga diri rendahkronis.
b. Koping individu tidakefektif.
c. Isolasisosial.
d. Perubahan persepsi sensori :halusinasi.
e. Resiko perilakukekerasan
(Yosep, 2009).
4. Intervensi
Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan.Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian permasalahan dari diagnosis tertentu. Tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan
khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosis
tertentu.Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu
dicapai atau dimilki klien (Direja, 2011).
a. Harga diri rendahkronis.
1) Tum : Klien dapat meningkatkan hargadirinya.
2) Tuk :
a) Klien mampu membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yangdimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yangdigunakan.
d) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan
yangdimilki.
e) Klien dapat melakukankegiatan.
3) Intervensi:
a) Bina hubunganterapeutik.
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilki klien.
c) Beri kesempatan klien untukmencoba.
d) Setiap bertemu klien hindarkan penilaianagresif.
e) Utamakan memberikan pujianrealistik.
f) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa
digunakan.
g) Rencanakanbersama.
h) Beri reinforcement positif atas usahaklien.
c. Isolasisosial.
1) Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian
berhubungan dengan oranglain.
c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasisosial.
d) Klien dapatberkenalan.
e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
berkenalan dengan orang lain(perawat).
g) Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan
dengan orang kedua (pasienlain).
3) Intervensi :
a) Beri salam dan panggil namaklien.
b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabattangan.
c) Jelaskan tujuaninteraksi.
d) Jelaskan kontrak yang akandibuat.
e) Beri rasa aman dan tunjukan sikapempati.
f) Beri kesempatan klien mengungkapkanperasaannya.
g) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah
sakit.
h) Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan
berhubungan atauberinteraksi.
i) Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian
berhubungan atau berinteraksi dengan oranglain.
j) Beri kesempatan klien mencontohkan teknikberkenalan.
k) Beri kesempatan klien menerapkan teknikberkenalan.
l) Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik
pembicaraan.
m) Latih berhubungan sosial secara bertahap denganperawat.
n) Masukan dalam jadwal kegiatanklien.
o) Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan
teman satu ruangan atau sesama pasien.
p) Masukan dalam jadwal kegiatanklien.
d. Perubahan sensori persepsi :halusinasi
e. Resiko perilakukekerasan
1) Tum : Klien dapat mengontrol atau
mencegah perilaku kekerasaan baik secara fisik,
sosial, verbal, dan spiritual.
2) Tuk :
a) Bina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi perilakukekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
3) Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan
menerapkan komunikasiterapeutik.
b) Bantu klien mengungkapkanperasaan.
c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan.
d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan
kerugian perilaku kekerasan.
e) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
f) Anjurkan klien mempraktekanlatihan.
5. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan.Pada situasi nyata
implementasi seringkali jauh berbeda dengan rencana
(Direja, 2011).
6. Evaliasi
A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, Iyus 2010).
Dalam melakukan perawatan jiwa sangat penting sekali
membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan
kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawat).,
keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masyarakat)
terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun
perawat yang merawat tercapai.