Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

"ASKEP HARGA DIRI RENDAH”

NAMA KELOMPOK 6 :

1. KIKI MAYA WULANDARI (G2A217059)


2. FEBY FITRIADIN (G2A217060)
3. ULYA NAJIKHAH (G2A217062)
4. UMI HANIK RAHMAWATI (G2A217062)
5. MISBAKUL MUNIR (G2A217063)
6. RAHMA JULIA SETYANINGTYAS (G2A217066)
7. NOVIA DWI PARYANTI (G2A217070)

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan adalah perasaan sehat dan bahagia
serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang mana adanya, serta
mempunyai sifat positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes, 2005).
Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang orang
tersebut yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007).
World Health Organization (WHO) memperkerikan tidak kurang dari 450
juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Dari 50 juta populasi orang dewasa
Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) ada 1,74 juta orang
mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4% dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
kejiwaan ini, krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia dan Indonesia khusunya kian meningkat, diperkerikan sekitar
50 juta atau 25% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
(Nurdwiyanti, 2008).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, Iyus 2010).
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna mengalami
gangguan asuhan keperawatan, karena komunikasi terapeutik dapat
mengakomodasikan perkembangan status kesehatan yang dialami pasien.
Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic meliputi aspek positif
yang masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep harga diri rendah?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan makalah ini memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan,
khusunya bagi ilmu keperawatan
3. Bagi Institusi
Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan dan sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang telah diberikan
kepada mahasiswa
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TENTANG HARGA DIRIRENDAH


1. Pengertian
Pengertian tentang harga diri rendah disampaikan oleh beberapa
sumber.Harga diri rendah menurut Keliat (2006) digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri dan harga diri merasa gagal
mencapai keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah adalah evaluasi dari
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lam (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain
yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal,
tidak mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya
(Barry, dalam Fitria 2009).
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
gangguan harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri
merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan
merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang lain.
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap
dirinya; perasaan sadar atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi,
peran, dan tubuh (Kusumawati, 2010).
Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian
(Kehilangan,perubahan)
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan dalam waaktulama.
2. Etiologi
Menurut Stuart Gail (2007) :
a. Faktorpredisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak
realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
idealdiri yang tidakrealistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai
dengan jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap
kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat,
kurang ekspresif dibandimg wanita. Sesuai dengan standar
tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya
maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
Misal: seorang istri yang berperan sebagai kepala rumah tangga
atau seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan
menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai
muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap
wanita atau pria.Peran yang berlebihan muncul pada wanita
yang mempunyai sejumlahperan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya
dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga
pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya
diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa
bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua
yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan benci
pada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,
dan diakui olehkelompoknya.
4) Faktorbiologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak,
contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan
klien mengalami depresi dan pada pasiendepresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
b. Faktorpresipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap
situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan.
Situasi atas stresor dapat mempengaruhi komponen.
Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah
hilangnya bagian tubuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang,
prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat misalnya selalu dituntut, dituruti,
persaingan dengan sodara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-
cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawabsendiri.
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagaifrustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikandiri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan
oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan, atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan
tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu
gambaran diri, identitas diri, peran dan hargadiri.

3. Tanda danGejala
a. Mengejek dan mengkritikdiri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan
pengunaanzat.
d. Menundakeputusan.
e. Sulitbergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasapuas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga,
halusinasi.
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk
mengakhirihidup.
i. Merusak atau melukai oranglain.
j. Perasaan tidakmampu.
k. Pandangan hidup yangpesimitis.
l. Tidak menerimapujian.
m. Penurunanproduktivitas.
n. Penolakan terhadap kemampuandiri.
o. Kurang memperhatikan perawatandiri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang seleramakan.
r. Tidak berani menatap lawanbicara.
s. Lebih banyakmenunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suaralemah.

4. Proses TerjadinyaMasalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan
dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat
juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari
lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif untuk
mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor.Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga
timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena
kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif
atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus
akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendahkronis.

Tabel II.1 Rentang Respon Konsep Diri


Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri diri positif rendah identitas
5. Psikopatologi

Gambar II.1 Psikopatologi Harga Diri Rendah


Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi Faktor yangmempunyai
hargadiripenampilan peranidetitaspersonal
Ketidak percayaan
Penolakanorangtua, orang tuatekanan
Harapan orangtuayang Faktor presipitsi dari kelompok, sebaya
tidakrealsitis, perubahan struktur
Kegagalanyang Traumaketeganganperan
sosial.berulang,
Kurangmempunyai Penilaian stressor
tanggung jawabpersonal,
Ketergantunganpada Sumber koping
oranglain,
Ideal diriyangtidak Integritas ego
realistis.
Mekanisme koping

JangkaPendek JangkaPanjang Orientasi

Rentang Respons

ResponAdaptif ResponMaladaptif

Aktualisasi diriKonsepdiri Hargadirirendah KerancauanDepersonalisasi


Rendah
Menurut Stuart dan Laraia, (1998)
Keterangan :
a. Respon adaptif:
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat
membangun (konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif:
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam dirisendiri.
c. Aktualisasi diri:
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif:
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir
secara positif dan realistis.
e. Harga diri rendah:
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Kekacauan identitas:
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi:
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan.Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain, dan tubuhnya sendiri
terasa tidak nyata dan asing baginya.

6. TerapiSomatik
Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik adalah
terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku
yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak
dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa seperti terapi somatik
restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan foto terapi.
a. ECT (Electro ConvulsifTherapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.
Indikasi ECT yaitu :
1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klienskizofrenia
stupor kotatonik dan gaduh gelisahkatatonik.
2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon
terhadap antidependen atau yang tidak dapat minumobat.
3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap
obat.
4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima
pengobatan untuk mencapai efekterapeutik.
Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu :
1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi
SPP).
2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal,
osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejanggrandma.
3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia,
hipertensi, aritmia, dananeurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asmabronkial.
5) Keadaanlemah.

b. Foto Terapi atauSinar


Terapi somatik pilihan.Terapi ini diberiakan dengan
memaparkan klien pada sinar terang (5-20 kali lebih terang dari
sinar ruangan). Klien disuruh duduk dengan mata terbuka 1,5
meter, didepan klien diletakan lampu flouresen spectrum luas
setinggi mata. Waktu dan dosis terapi ini bervariasi pada tiap
individu.Beberapa klien berespons jika terapi diberikan pagi hari,
sementara klien ini lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada
waktu sore hari.Semakin sinar terang, semakin efektif terapi
perunitwaktu.
Terapi sinar berlangsung dalam waktu yang tidak lama
namun cepat menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa
sembuh 3-5 hari tetapi klien dapat kembali kambuh jikaterapi
dihentikan. Terapi ini dapat menurunkan 75% gejala depresi yang
dialami klien depresi minum dingin atau gangguan afektif
musiman.
Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat
berupa nyeri kepala, insomnia, kelelahan, mual, mata kering,
keluar sekresi dari hidung dan rasa lelah padamata.

7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan ( Stuart& Gail, 2007 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini:
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
indentitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton televisi secara obsesif)
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (
misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan atau genk)
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk
membuat identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat
ini ( misalnya, penyalahgunaan obat)

b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:


1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
atau potensi diriindividu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterimamasyarakat.
8. Sumber Koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya,
mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi :
Aktifitas olah raga dan aktifitas diluar rumah, hobi dan kerajinan
tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perwatan diri, pendidikan
atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu,
kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. (
Stuart& Gail,2007).

9. PenatalaksananMedis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah kronis adalah:
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan
terus merasa tidak berguna atau gagal terusmenerus.
1) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkantersebut.
2) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan
pada thalamus ini maka arus informasi sensori yangmasuk
tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan
yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dariklien.
3) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat digunakan adalah:
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan
fungsiotak.
2) CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tigadimensi.
3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT),
melihatwilayahotakdantanda-tandaabnormalitaspadaotak
dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang
terjadi.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi


dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer
untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat
mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium
untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan
ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
a. Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood,
mengalamipenurunan.
b. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; mengatur fight-flight dan proses pembelajaran dan
memori, mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan
dandepresi.
c. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidakberdaya.
d. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang
kurang energi, selalu terlihat mengantu. Selain
ituberdasarkandiagnosa medis klien yaitu skizofrenia yang
sering mengindikasikan adanya penurunanglutamat.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat
digunakan:
a. Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau
pancaran dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah
disuntik kedalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua
atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia tersebut
didalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran
aliran darah, oksigen, metabolisme glukosa dan konsentrasi obat
dalam jaringan otak. Yang merefleksikan aktivitas otak sehingga
dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan neuro-kimiawi
otak.
b. Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikan
dengan MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi
spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik dan
visual dan dapat menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak
dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguanjiwa.

B. KONSEP DASAR ASUHANKEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan (Direja, 2011). Data-data tersebut dikelompokan menjadi
faktor predisposisi, presipitasi, penilaian, terhadap stresor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimlilki klien.Data-data yang
diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokan menjadi data
subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan data yang
disampaikan secara lisan oleh klien maupun keluarga klien melalui
proses wawancara. Sedangkan data objektif adalah data yang
ditemukan secara nyata pada klien melalui observasi atau pemeriksaan
langsung oleh perawat (Keliat, Panjaitan & Helena, 2006).
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
a. Keluhan utama atau alasanmasuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di
rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang
sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalahini.
b. Faktorpresdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
c. Faktorpresipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas (Fitria, 2009).
d. Konsepdiri
1) Gambaran diri : Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang
tidak disukai dan bagian yangdisukai.
2) Idealdiri : Persepsi individu tentang bagaimana dia
seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan,
atau nilai personaltertentu.
3) Hargadiri : Penilai individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis sebagai seberapa perilaku
dirinya dengan idealdiri.
4) Identitas : Prinsip pengorganisasian kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,
konsentrasi, dan keunikanindividu.
5) Peran : Serangkaian pola perilaku yang diharapkan
oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompoksosial.
2. PohonMasalah

Gambar II.2 Pohon Masalah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan-----Akibat

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi-----Akibat


Isolasi Sosial-----Akibat

Harga Diri Rendah


-----Care Problem

Koping IndividuTidakEfektif Traumatik TumbuhKembang

Penyebab Penyebab
(Yosep, 2009).

3. DiagnosaKeperawatan
a. Harga diri rendahkronis.
b. Koping individu tidakefektif.
c. Isolasisosial.
d. Perubahan persepsi sensori :halusinasi.
e. Resiko perilakukekerasan
(Yosep, 2009).

4. Intervensi
Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan.Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian permasalahan dari diagnosis tertentu. Tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan
khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosis
tertentu.Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu
dicapai atau dimilki klien (Direja, 2011).
a. Harga diri rendahkronis.
1) Tum : Klien dapat meningkatkan hargadirinya.
2) Tuk :
a) Klien mampu membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yangdimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yangdigunakan.
d) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan
yangdimilki.
e) Klien dapat melakukankegiatan.
3) Intervensi:
a) Bina hubunganterapeutik.
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilki klien.
c) Beri kesempatan klien untukmencoba.
d) Setiap bertemu klien hindarkan penilaianagresif.
e) Utamakan memberikan pujianrealistik.
f) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa
digunakan.
g) Rencanakanbersama.
h) Beri reinforcement positif atas usahaklien.

b. Koping individu tidakefektif


1) Tuk : Klien dapat meningkatkan koping individu tidak
efektif.
2) Tik :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
b) Klien dapat mengenali dan mengekspresikanemosinya
c) Klien dapat memodifikasi pola kognitif yangnegatif
d) Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanismekoping
e) Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan
aktivitas yangterjadwal
3) Intervensi:
a) Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa
adanya dan bersifatempati
b) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi
diri perawat sendiri (Misalnya : Rasa marah, frustasi,
simpati)
c) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang
suportif
d) Beri waktu untuk klien beresponpujian
e) Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apa
adanya
f) Gunakan tehnik komunikasiterapeutik
g) Bantu klien mengekspresikanperasaanya
h) Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang
tidak berada dalam kemampuannya untukmengontrol
i) Diskusikan masalah yang dihadapiklien
j) Identifikasi pemikiran negatif, bantu menurunkan
interupsi/subsitusi
k) Bantu meningkatkan pemikiran yangpositif
l) Terima klien apa adanya, jangan menentangkeyakinannya
m) Kenalkanrealitas
n) Beri umpan balik tentang perilaku, stressor dan sumber
koping
o) Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan
kesehatan emosional
p) Beri batasan perilakumaladaptif
q) Beri klien aktivitas yangproduktif
r) Beri latihan fisik sesuai bakatnya
s) Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan
sehari –hari
t) Libatkan keluarga dan sistem pendukunglainnya

c. Isolasisosial.
1) Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian
berhubungan dengan oranglain.
c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasisosial.
d) Klien dapatberkenalan.
e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
berkenalan dengan orang lain(perawat).
g) Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan
dengan orang kedua (pasienlain).
3) Intervensi :
a) Beri salam dan panggil namaklien.
b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabattangan.
c) Jelaskan tujuaninteraksi.
d) Jelaskan kontrak yang akandibuat.
e) Beri rasa aman dan tunjukan sikapempati.
f) Beri kesempatan klien mengungkapkanperasaannya.
g) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah
sakit.
h) Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan
berhubungan atauberinteraksi.
i) Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian
berhubungan atau berinteraksi dengan oranglain.
j) Beri kesempatan klien mencontohkan teknikberkenalan.
k) Beri kesempatan klien menerapkan teknikberkenalan.
l) Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik
pembicaraan.
m) Latih berhubungan sosial secara bertahap denganperawat.
n) Masukan dalam jadwal kegiatanklien.
o) Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan
teman satu ruangan atau sesama pasien.
p) Masukan dalam jadwal kegiatanklien.
d. Perubahan sensori persepsi :halusinasi

1) Tum : Klien dapat mengontrol halusinasi


2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengenal halusinasi.
c) Klien dapat mengontrolhalusinasi.
d) Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah
didiskusikan.
e) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinansi.
f) Klien dapat memanfaatkan obat denganbaik.
3) KriteriaHasil :
a) Ekspresi wajahbersahabat
b) Menunjukan rasasenang
c) Ada kontakmata
d) Mau berjabattangan
e) Mau menyebutkannama
f) Mau menjawabsalam
g) Klien mau duduk berdampingan denganperawat
h) Mau mengutarakan masalah yangdihadapinya
i) Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidaknyata
j) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi
timbulnyahalusinasi
k) Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan untuk
mengontrolhalusinasinya.
l) Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan
perawat.
m) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan
tindakan untuk mengendalikanhalusinasi.
n) Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis,
dan efeksamping.
o) Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping
obat
p) Klien dapat memahami akibat pemakaian obat
tanpa konsultasi.
q) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar
penggunaanobat.
4) Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip komunikasiterapeutik.
b) Sapa klien denganramah
c) Perkenalkan diri dengansopan.
d) Tanya nama lengkapklien.
e) Jelaskan tujuanpertemuan.
f) Jujur dan tepatijanji.
g) Tujukan sikapempati.
h) Beri perhatian kepadaklien.
i) Observasi tingkah laku klien terkait
denganhalusinasi.
j) Bantu klien mengenalhalusinasi.
k) Diskusikan dengan klien situasi yang
menimbulkan halusinansi.
l) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadihalusinasi.
m) Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan
beri pujian padaklien.
n) Bantu klien melatih cara memutushalusinansi.
o) Beri kesempatan untuk melakukan cara yangdilatih
p) Anjurkan klien untuk memberi tahu
keluarga jika
mengalamihalusinansi.
q) Diskusikan dengan keluarga pada saat
berkunjung tentang gejala halusinasi
yangdialami.
r) Cara yang dapat dilakukan klien untuk
memutuskan halusinansi.
s) Cara merawat halusinansi dirumah, beri kegiatan,
jangan biarkansendiri.
t) Cara merawat halusinasi di rumah, beri kegiatan,
jangan biarkansendiri.
u) Beri reinforcement karena sudahberinteraksi.
v) Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaatobat.
w) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat
dan merasakanmanfaat.
x) Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang
manfaat, efek sampingobat
y) Bantu klien minumobat.
(Sumber Yosep, 2011)

e. Resiko perilakukekerasan
1) Tum : Klien dapat mengontrol atau
mencegah perilaku kekerasaan baik secara fisik,
sosial, verbal, dan spiritual.
2) Tuk :
a) Bina hubungan salingpercaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi perilakukekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
3) Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan
menerapkan komunikasiterapeutik.
b) Bantu klien mengungkapkanperasaan.
c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan.
d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan
kerugian perilaku kekerasan.
e) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
f) Anjurkan klien mempraktekanlatihan.

5. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan.Pada situasi nyata
implementasi seringkali jauh berbeda dengan rencana
(Direja, 2011).

6. Evaliasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai


efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan yang telah dilakukan.Evaluasi dapat dilakukan
menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif,
analisis, perencanaan pada klien dan perencanaan pada
perawat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, Iyus 2010).
Dalam melakukan perawatan jiwa sangat penting sekali
membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan
kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawat).,
keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masyarakat)
terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun
perawat yang merawat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai