Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram
menurut Dep. Kes. RI, 2005 (Marmi, Kukuh, 2015).

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR
dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir
kurang dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499
gram. ( Marmi, Kukuh. 2015). Menurut World Health Organization (WHO)
2015, Angka Kematian Bayi (AKB) pada negara Assocation of South East

Asia Nations (ASEAN) seperti di Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup,


Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup, dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dari negara ASEAN
lainnya. (scholar.unand.ac.id/20908/2/2.pdf, 2016).

Tren AKB yang terus meningkat merupakan suatu permasalahan


besar bagai suatu negara, dikarenakan AKB ini merupakan indikator yang
mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan yang berkualitas hidup
masyarakat dari suatu negara. Sejak 2015 lalu, dunia mulai bekerja keras
kearah agenda pengembangan global yang baru, yaitu Suistainable
Devlopment Goals (SDGs) yang bertujuan untuk menurunan AKB sekurang-
kurangnya 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030. (SDGs,2016)

Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun


2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun
2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20
per 1.000 kelahiran hidup. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang
artinya tujuan untuk menurunkan AKB pada target SDGs 12 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2030 masih tinggi (Pusdatin, 2016).

Berdasarkan laporan profil kesehatan Sumateran Utara tahun 2014


dari 277.135 bayi lahir hidup, jumlah bayi yang meninggal ada sebanyak
1.236 bayi sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara tahun 2014 terdapat
4,4/1.000 Kelahiran Hidup. (Profil Kesehatan Sumut, 2014).

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting,


untuk mengetahui kesehatan anak pada semua kelompok umur. Tulang, otot,
lemak, dan cairan tubuh merupakan salah satu hasil peningkatan/penurunan
dari pengukuran berat badan, sehingga berat badan merupakan indikator
terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbung kemabang anak,
dengan hasil penelitian dari 31 ibu bersalin di RS Mutiara Bunda, terdapat 5
bayi (16,1%) yang lahir dengan berat yang tidak normal dan 26 bayi (83,9%)
yang lahir dengan berat yang normal. Hal ini terjadi karena pertumbuhan dan
perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh kondisi plasenta. (Sistiarani,
2008), (Laila Rahmi, 2016 dalam Jurnal Kesehatan Medika Saintika Padang).

Menurut hasil penelitian Adam Moyosore Afodun, dkk. 2015, dengan


judul Placental Anthropometric Features:Maternal and Neonate
Characteristics in North Central Nigeria, yang menggunakan metode cross
sectional , menyatakan adanya hubungan yang segnifikan pengukuran
anatomi plasenta dengan antropometri bayi baru lahir dengan nilai berat
plasenta normal (529 g) dengan ratio 1 : 5.83 berdampak pada lingkar kepala
bayi baru lahir Pr=35,30 cm , Lk= 34,90 cm, yang memiliki kolerasi yang
linear. Analisis regresi menunjukkan hubungan negatif antara bayi Pr (2.99
kg) berat plasenta ( r=0,369;P≤0,05) berat lahir, dan panjang tali pusat (58,4
cm). Kolerasi berat plasenta dengan berat bayi Lk (3,14 kg) dengan ratio
berat plasenta 0,679, dengan lingkar kepala (r=0,05) batas bawah diameter
plasenta 22,80 ±1,76 cm (SD=4,8 cm), BMI ≤19,50 dan apgar skor 7/10.
Menurut hasil penelitian Mukhlisan, dkk 2013, beberapa faktor dapat
mempengaruhi berat badan lahir bayi yang terdiri dari faktor dari ibu, faktor
janin, dan faktor plasenta. Bahwa hasil analisis uji statistic menggunakan uji
korelasi pearson pada penelitian ini didapatkan nilai koefisien korelasi
Pearson (r) sebesar +0,784, yang menunjukkan derajat hubungan sedang
dengan tarif signifikansi (p) 0,00 (p < 0,05), dari hasil analisis uji statistik
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
berat plasenta dengan berat badan lahir bayi. (Mukhlisan, Hasra, dan Nur
Indrawaty Liputo, dalam Jurnal Kesehatan Andalas, 2013.)

Sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan


sangat tergantung kepada keutuhan dan kelancaran suplai vascular
uteroplasenta. Jika suplai uteroplasenta terganggu maka akan menyebabkan
gangguan fungsi plasenta dalam penyaluran bahan makanan dan nutrisi
yang diperlukan bagi janin, sehingg pasokan nutrisi yang dialirkan dari
plasenta ke janin menjadi berkurang dan bisa mengakibatkan kelahiran
BBLR. Menurut hasil penelitian Amy Widya Wahyuni, dkk. 2015 dari 35
responden, 30 responden memiliki berat plasenta normal seluruh nya
(100%) memiliki berat badan lahir normal, dan dari 5 orang responden yang
memiliki berat plasenta tidak normal lebih dari separoh (60%) memiliki berat
bayi lahir rendah. Hasil uji statistic didapatkan ada hubungan yang bermakna
antara berat plasenta dengan berat badan lahir bayi di BPM N, dengan nilai ρ
= 0,002.

Selama proses pertumbuhan janin plasenta juga mengalami


pertumbuhan yang terlihat dari pertambahan luas dan ketebalannya akibat
pembentukan cabang-cabang dari vilus yang akan mencapai luas permukaan
antara 4 – 14 m2. Bertambahnya luas dan ketebalan plasenta ini akan
menambah berat plasenta. Hal tersebut memperlihatkan bahwa salah satu
variabel dalam menentukan efektifitas plasenta sebagai organ penyalur
adalah berat plasenta karena berat plasenta mencerminkan luas daerah yang
tersedia untuk pertukaran melewati epitel trofoblas vilus yang mengalami
pertumbuhan tadi. Dari kenyataan diatas, ukuran plasenta terutama berat
plasenta dapat menunjukkan keadaan pasokan nutrisi dan oksigen ke janin.
Sehingga berat plasenta mencerminkan perkembangan plasenta, fungsi dan
berkolerasi dengan usia ibu, usia kehamilan, kenaikan BB selama hamil, IMT,
LILA.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan 27 November 2017 di klinik


Pratama Niar didapatkan pasien bersalin rata-rata sebanyak 40 ibu
bersalintiap bulannya,kemudianlahan tersebut tidak melakukan tindakan
pengukuran atau pemeriksaan terhadap antropometri plasenta setiap proses
persalinan, sehingga peneliti ingin melakukan peneneliti dilahan praktik
tersebut.Berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Antropometri Plasenta Bayi Baru Lahir dengan Antropometri Bayi
Baru Lahir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
Antropometri (berat plasenta, panjang tali pusat dan kotiledon,)Plasenta bayi
baru lahair dengan Antropometri ( berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, lingkar dada, dan lila) bayi baru lahir di klinik Pratama Niar Medan
Amplas 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan antropometri plasenta dengan antropometri bayi baru lahir di klinik
Pratama Niar Medan Amplas 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengeidentifikasi antropometri plasenta bayi baru lahirdi klinik
Pratama Niar Patumbak.
2. Untuk mengeidentifikasi antropometri bayi baru lahir di klinik Pratama
Niar Patumbak.
3. Untuk mengetahui hubungan antropometri plasenta bayi baru lahir
dengan antropometri bayi baru lahir di klinik Pratama Niar.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menambah dan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, menganalisa, menginformasikan
data temuan tentang hubungan antropometri plasenta bayi baru lahir dengan
antropometri bayi baru lahir.
1.4.2 Manfaat Praktik

Hasil penelitan ini dapat menjadi masukan bagi BPM Pratama Niar
Patumbak Medan Amplas dalam meningkatkan dan mengantisipasi adanya
hubungan antropometri plasenta dengan antropometri bayi baru lahir.

1.5 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Metode & Hasil


Sampel
1. Adam Moyosore Placental Cross- Adanya hubungan
Afodun, Anthropometric sectional yang segnifikan
Moyosore Salihu Features:Materna pengukuran anatomi
Ajao,and Bernard l and Neonate Sampel : plasenta dengan
Ufuoma Enaibe. Characteristics in Plasenta dan antropometri bayi baru
2015 North Central bbl. lahir dengan nilai berat
Nigeria plasenta norma (529 g )
dengan ratio 1 : 5.83
berdampak pada lingkar
kepala bayi baru lahir
Pr=35,30 cm , Lk=
34,90 cm, yang memiliki
kolerasi yang linear.
Analisis regresi
menunjukkan hubungan
negatif antara bayi Pr
(2.99 kg) berat plasenta
( r=0,369;P≤0,05) berat
lahir, dan panjang tali
pusat (58,4 cm).
Kolerasi berat plasenta
dengan berat bayi Lk
(3,14 kg) dengan ratio
berat plasenta 0,679,
dengan lingkar kepala
(r=0,05) batas bawah
diameter plasenta 22,80
±1,76 cm (SD=4,8 cm),
BMI ≤19,50 dan apgar
skor 7/10.

2. Laila Rahmi. Gambaran Berat Deskriptif terdapat: 5 orang bayi


2016 Plasenta (16,1%) yang lahir
Terhadap Berat Sampel: dengan berat yang tidak
Lahir Bayi seluruh bayi normal, dan terdapat 5
yang lahir 3 plasenta (16,1%) lahir
bulan terakhirdengan berat yang tidak
normal. Sebagian kecil
(16,1%) bayi lahir
dengan dengan berat
lahir tidak normal dan
sebagian kecil (16,1%)
plasenta lahir dengan
berat lahir tidak normal
di Rumah Sakit Bersalin
Mutiara Bunda Padang
Tahun 2015.
2. Murliyanti, Hari Hubungan Antara Observasion Hasil penelitian nilai π =
Basuki Notobroto, Status Gizi Ibu al Deskriftif 0,097, nilai ρ = 0,360
Siti Nurul Hamil Dengan ukuran LiLA, nilai ρ =
Hidayati. 2015 Berat Plasenta Sampel: Ibu 0,394 kadar Hb awal
Ibu Yang yang dan nilai ρ = 0,100 pada
Melahirkan Bayi melahirkan kadar Hb inpartu
Berat Lahir BBLR dengan berat plasenta
Rendah Di Rsud pada ibu yang
Rujukan Provinsi melahirkan BBLR.
Kalimantan
Selatan Tahun
2015
3. Amy Widya Hubungan Berat Deskriptif berat plasenta dengan
Wahyuni, Indah Plasenta Dengan Analitik berat badan lahir bayi di
Permatasari. Berat Badan BPM N, dengan nilai ρ
2015 Lahir Bayi Di Sampel: = 0,002 dan OR = 2.5.
Bpm N seluruh ibu
Panyalaian Kec. yang bersalin
X Koto Kab di BPM
Tanah Datar
Tahun 2015
4. Hasra Mukhlisan, Hubungan Berat Deskriptif 30 orang subjek dalam
Nur Indrawaty Plasenta Dengan dan Analitik penelitian ini,
Liputo, Ermawati. Berat Badan didapatkan berat badan
2013 Lahir Bayi di Kota Sampel: bayi lahir bayi rata-rata
Pariaman dan plasenta adalah 2.996,67 gram
(SD = 448,36), 4
diantaranya (13,33%)
memiliki berat badan
lahir rendah (BBLR)
berat plasenta
berhubungan dengan
berat badan lahir bayi di
Kota Pariaman dengan
p = 0,00 (<0,05) dan r =
0,784.
5. Syajaratuddur Hubungan Observasion Adanya hubungan yang
Faiqah. Tekanan Darah al Analitik segnifikan antara
Ibu Bersalin tekanan darah sistolik
Dengan Berat Sampel:ibu dan dyastole terhadap
Badan Bayi Baru bersalin di berat badan bayi
Lahir Di Rsup Ntb RSUP NTB (p=0,0001).
Tahun 2013
6. Kurniawan, Yanti Perbedaan Berat Observasion menunjukkan
Rosita. 2013 Badan Lahir Bayi al Analitik perbedaan yang
dan Berat bermakna antara berat
Plasenta Lahir Sampel: badan lahir bayi dari ibu
pada Ibu Hamil plasenta dan hamil aterm dengan
Aterm dengan bayi baru anemia dengan dari ibu
Anemia dan lahir hamil aterm tidak
Tidak Anemia di anemia (p=0,009),
RSUD namun tidak
Palembang Bari menemukan perbedaan
Tahun 2013 berat lahir plasenta
yang bermakna antara
plasenta yang lahir dari
ibu dengan anemia
dengan plasenta yang
lahir dari ibu tanpa
anemia (p=0,403).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Plasenta


Istilah hemokorial menunjuk pada plasenta manusia. Istilah ini berasal
dari kata hemo yang merujuk pada darah ibu, yang secara langsung
merendam sinsitiotrofblas, dan korio untuk korion (plasenta). Istilah lama,
hemokorioendotelial, muncul karena jaringan korionik dipisahkan dari
darah janin oleh dinding endothelial kapiler janin yang melintasi inti vilus.
Dalam tri mester pertama, pertumbuhan plasenta terjadi lebih cepat
dibandingkan janin. Namun pada sekitar minggu ke-17 pascamenstruasi,
berat janin dan plasenta kurang lebih sama. Saat aterm, berat plasenta
kurang lebih seperenam berat janin. Menurut Boyd dan Hamilton (1970),
diameter rata-rata plasenta saat aterm adalah 185 mm dan ketebalan
rata-ratanya 23 mm, dengan volume 497 ml dan berat 508 g. Nilai-nilai
pengukuran ini sangat bervariasi dan terdapat berbagai varian bentuk
plasenta serta beberapa tipe insersi tali pusat.
Bila dilihat permukaan maternal, jumlah area yang sedikit meninggi
yang dinamakan lobus, bervariasi antara 10-38. Lobus dipisahkan secara
tidak sempurna oleh celah dengan kedalaman bervariasi. Celah ini
terletak diatas septum placenta yang terbentuk dari pelipatan lempeng
basal. Meskipun lobus yang tampak secara makroskopik lazim disebut
sebagai kotiledon, hal ini tidaklah tepat. Sebenarnya lobulus atau
kotiledon, hal ini tidaklah tepat. Sebenarnya lobulus atau kotiledon
merupakan unit fungsional yang didarahi oleh satu vilus primer. Jumlah
total lobus plasenta tidak berubah sepanjang kehamilan, sedangkan
setiap lobus terus bertambah meskipun kurang aktif pada minggu terakhir.
Dengan bertambahnya percabangan vilus serta bertambah banyak
serta semakin kecilnya percabangan terminal, volume dan penonjolan
sitotrofoblas akan berkurang. Dengan menipisnya sinsitium, pembuluh
janin menjadi semakin menonjol dan terletak dekan permukaan. Stroma
vilus juga mengalami perubahan seiring berlanjutnya kehamilan. Pada
kehamilan dini, sel-sel jaringan penyambung yang bercabang dipisahkan
oleh matriks interseluler longgar yang sangat banyak. Kemudian, stroma
menjadi lebih padat serta sel menjadi lebih memanjang dan tersusun
lebih padat.
Beberapa perubahan histologis yang menyertai pertumbuhan dan
maturasi plasenta dapat meningkatkan efisiensi transpor dan pertukaran
zat untuk memenuhi kebutuhan metabolis janin. Pertumbuhan ini
mencakup penipisan sinsitiotrofoblas, penurunan sitotrofoblas secara
signifikan, berkurangnya stroma, dan bertambahnya jumlah serta semakin
dekatnya kapiler ke permukaan sinsitial.
Pada kehamilan 16 minggu, gambaran sitotrofoblas yang
berkesinambungan telah menghilang. Pada kehamilan aterm, selubung
telah menghilang. Pada kehamilan aterm, selubung vilus dapat berkurang
secara setempat menjadi lapisan tipis sinsitium dengan sedikit jaringan
penyambung. Didalam jaringa penyambung tipis ini, kapiler janin
berdinding tipis berjalan bersebelahan dengan rofoblas dan mendominasi
vuli.
Terdapat sejumlah perubahan pada arsitektur plasenta yang dapat
menyebabkan penurunan efisiensi pertukaran plasenta jika terjadi secara
signifikan. Perubahan ini meliputi penebalan lamina basalis trofoblas atau
kapiler, obliterasi pembuluh janin tertentu dan pengendapan vibrin pada
permukaan vilus.
Karena plasenta secara fungsional merupakan anyaman kapiler janin
yang berkontak dengan darah ibu, anatomi makroskopiknya terutama
terdiri atas hubungan vaskuler. Permukaan janin ditutupi oleh amnion
transparan, dibawah amnion tersebut berjalan pembuluh karionik. Irisan
melintang plasenta akan menunjukkan amnion, korion, vilus, karionik dan
ruang intervilus, lempeng desidual ( basal ) dan miometrium.
Permukaan maternal plasenta dibagi menjadi lobus-lobus ireguler
pada jalur yang dibentuk oleh septum yang terdiri atas jaringan fibrosa
disertai pembuluh darah yang jarang. Septum yang memiliki alas lebar ini
lazimnya tidak mencapai lempeng korionik, sehingga membagi plasenta
secara tidak sempurna.
2.1.2 Pengertian Bayi Baru Lahir

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir
sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengaan usia gestasi 38-42
minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat
lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis,
dan tidak ada kelainan congenital (cacata bawaan) yang berat. (Marmi,
Kukuh, 2015).

2.1.3 Ukuran Antropometrik Bayi Baru Lahir

Untuk menilai pertumbuhan fisik anakk, sering digunakan ukuran-


ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
a. Tergantung umur (age dependence)
 Berat badan (BB) terhadap umur.
 Tinggi/panjang badan (TB) terhadap umur.
 Lingkaran kepala (LK) terhadap umur.
 Lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.

Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan umur anak yang


tepat, karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai
tanggal lahirnya.

b. Tidak tergantung umur


 BB terhadap TB
 LILA terhadap TB
 Lain-lain: LILA dibandingkan dengan standar/baku, lipatan kulit
pada triseo, subskapuar, abdominal dibandingkan dengan baku.

Keumudian hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan


dengan suatu baku tertentu, misalnya baku Harvard, NCHS, atau
baku nasional.

Disamping itu, masih ada ukuran antropometrik lainnga, yang dipakai


untuk keperluan khusus, misalnya pada kasus-kasus dengan kelainan
bawaan atau menetukan jenis perawakan, antara lain:

a) Lingkaran dada, lingkaran perut dan lingkaran leher.


b) Panjang jaraj antara 2 titik tubuh, seperti biakromial untuk leher
bahu, bitrokanterik untuk lebar panggul bitemporal untuk lebar
kepala, dll.
1. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting,
dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok umur.
Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif
terhadap perubahan sedikit saja, penguukuran objektif dan dapat diulangi,
dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah, dan
tidak memerlukan banyak waktu. Kerugiannya, indikator berat badan ini
tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk atau tinggi
kurus.
Perlu diketahui, bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam sehari
sebagai akibat masukan (intake) makanan dan minuman, dengan
keluaran (output) melalui urin, fases, keringat dan bernapas. Besarnya
fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat individual,
yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000 gram bahkan lebih,
sehingga dapat memengaruhi hasil penelian.

Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk:

 Bahan informasih untuk menilai keadaan gizi, baik yang akut


maupun kronis, tumbuh kembang dan kesehatan.
 Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan
penyakit.
 Dasar perhitungan dosis obat dan makan yang perlu diberikan.
2. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang
penting. Keistimewaanya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa
pertumbuhan meningkat pesat kembali (pacu tumbuh adolense),
selanjutnya melambat lagi dan akhirnya berhenti pada umur 18-20 tahun.
Tulang-tulang anggota gerak berhenti bertambah panjang, tetapi ruas-
ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai umur 30 tahun, dengan
pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus-korpus ruas-ruas
tulang belakang, sehingga tinggi badan sedikit bertambah, yaitu sekitar 3-
5 mm, antara umur 30 sampai 45 tahun tinggi badan tetap statis,
kemudian menyusut.
Keuntungan tingg badan ini adalah pengukuran objektif dan dapat
diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibaw. Merupakan
indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat
(syuting), sebagai perbandingan terhadap perubahan-perubahan relatif,
seperti terhadap nilai BB dan LILA.
Kerugiannya adalah perubahan tinggi badan relatif pelan, sukar
mengukur tinggi badan yang tepat, bahkan kadang-kadang diperlukan
lebih dari seorang tenaga. Di samping itu, dibutuhkan 2 macam teknik
pengukuran, pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur
terlentang (panjang supinasi) dan pada umur lebih dari 2 tahun dengan
posisi berdiri. Panjang supinasi pada umumnya 1 cm lebih panjang dari
pada tinggi berdiri pada anak yang sama meski diukur dengan teknik
pengukuran yang terbaik dan secara cermat.
Peningkatan nilai rata-rata TB orang dewasa suatu bangsa
merupakan indikator pengingkatan kesejahteraan/kemakmuran
(perbaikan gizi, perawatan kesehatan, dan keadaan sosial ekonomi), jika
potensi genetik belum tercapai secara optimal. Demikian perkawinan
sebagai meluasnya migrasi ke bagian-bagian lain di suatu negeri maupun
dunia, kemungkinan besar mempunyai andil pula pada perubahan sekuler
tinggi badan ini.

3. Lingkar Kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intracranial. Dipakai untuk
menaksir pertumbuhan otak, apabila otak tidak tumbuh normal, maka
kepala akan kecil, sehingga pada Lingkar Kepala (LK) yang lebih kecil
dari normal ( mikrosefalia), maka menunjukkan adanya retardasi mental.
Sebaliknya, kalau ada penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal
pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga LK lebih
besar dari normal. Lalu yang dijadikan acun untuk LK adalah kurva LK
dari Nelhaus.
Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama
kehidupan, yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6
bulan. Sedangkan pada umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa
54 cm. Oleh karena itu, manfaat pengukuran LK terbatas pada 6 bulan
pertama sampai umur 2 tahun karena pertumbuhan otak yang pesat,
kecuali diperlukan seperti pada kasus hidrosefalus.

LK kepala yang kecil pada umumnya disebabkan:

 Variasi normal.
 Bayi kecil.
 Keturunan.
 Retardasi mental.
 Cranionsynostosis.

Sedangkan LK yang besar pada umumnya disebabkan oleh:

 Variasi normal.
 Bayi besar.
 Hidranensefali
 Tumor serebri.
 Keturunan.
 Efusi subdural
 Hidrosefalus.
 Penyakit canavana.
 Megalensefali.
4. Lingkar lengan atas
Lingkar Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruhi banyak oleh jaringan
keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LILA dapat
dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok
umur prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi
16 cm pada umur 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah 1-3 tahun.
Keuntungan penggunaan LILA ini adalah alatnya murah, bida dibuat
sendiri, mudah dibawa, cepat penggunaanya, dan dapat digunakan oleh
tenaga yang tidak terdidik. Sedangkan kerugiannya adalah LILA hanya
untuk diidentifikasi anak dengan gangguan gizi atau pertumbuhan yang
berat, sukar menentukan pertengahan LILA tanpa menekan jaringan, dan
hanya untuk anak umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan dapat
untuk anak mulai umur 6 bulan sampai dengan 5/6 tahun. (Armini, Wayan
dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta: CV. Andi)
2.2 Kerangka Teori

Dalam seksi ini, peneliti menggambarkan Kerangka Teori yang


menunjukkan hubungan Antropometri Plasenta dengan Antropometri Bayi
Baru Lahir, sebagai berikut :

Plasenta Bayi Baru Lahir

Antropometri Plasenta Antropometri Bayi Baru


Lahir
 Berat Plasenta
 Diameter Plasenta  Berat Badan Bayi
 Kotiledon  Panjang Bayi
 Lingkar Kepala
 Lingkar Dada
 LILA

Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Antropometri Plasenta dengan
Antropometri Bayi Baru Lahir

2.3 Kerangka Konsep

Dalam seksi ini, peneliti menggambarkan Kerangka Konsep dimana


Antropometri dioperasionalkan menjadi variabel Independen dan
Antropometri Bayi baru lahir dioperasionalkan menjadi variabel
dependen. Semua karakteristik dan faktor dapat dioperasionalkan,
sehingga semua dapat masuk kedalam Kerangka Konsep. Dengan
demikian Kerangka Konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


Antropometri Plasenta Antropometri BBL

- Berat Plasenta - Berat Badan Bayi


- Diameter Plasenta - Panjang Bayi
- Kotiledon Plasenta - Lingkar Kepala
- Lingkar Dada
- LILA
Bagan 2. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Antropometri Plasenta dengan
Antropometri Bayi Baru Lahir

2.4 Defenisi Operasional


Skala
Variabel Defenisi Indikator
Pengukuran
Antropometri Antropometri a. Baik, jika Ordinal
Plasenta Merupakan antropome
tindakan tri plasent
pengukuran dan normal
penilaian pada b. Kurang
tubuh. baik, jika
antropome
Plasenta tri plasenta
merupakan tidak
bagian normal.
terpenting bagi
janin.

Berat Plasenta < 400 gr


400-500 gr
≥500 gram
Diameter
Plasenta
Kotiledon
Antropometri Merupakan a. Baik, jika Ordinal
Bayi Baru Lahir tindakan untuk antropome
melakukan tri plasent
pengukuran dan normal
penilaian b. Kurang
pertumbuhan baik, jika
fisik anak. antropome
tri plasenta
tidak
normal
Berat Bayi Baru
Lahir
Panjang Badan
Lingkar Kepala
Bayi
Lingkar Dada
LILA

2.5 Hipotesis
Adanya Hubungan Antropometri Plasenta dengan Antropometri Bayi Baru
Lahir.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian


Observasi analitik dengan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Februari 2017 terhadap ibu yang akan
bersalin di Klinik Prarama Niar Medan. Klinik ini dipilih karena lahan
tersebut tidak melakukan tindakan pengukuran atau pemeriksaan
terhadap antropometri plasenta setiap proses persalinan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitin ini adalah 40 ibu hamil di Klinik Pratama


Niar Medan.Sampel penelitian ini sebesar 40sampel, tidak dilakukan
sampling pada penelitian ini karena semua populasi terjangkau yang
termasuk kriteria inklusi dijadikan sampel penelitian atau disebut total
sampling.
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer
yaitu berupa pengukuran terhadap berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, lingkar dada, LILA bayi baru lahir dan berat plasenta,
diameter plasenta, dan kotiledon. Data sekunder (diperoleh dari
Klinik Pratama Niar Medan 2017).

3.5 Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian

- Timbangan Bayi
- Timbangan Plasenta
- Piring plasenta
- Pita ukur
- Handscond
- APD
- Camera Digital
- Instrumen yang digunakan adalah Checklist

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.7 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan

3.8 Pengolahan dan Analisis Data


Pada penelitian ini,
3.9 Etika Penelitian

Anda mungkin juga menyukai