Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengenalan Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa
lainnya. Seluruh peradaban manusia dan makhluk lainnya akan lenyap jika kekurangan air
yang disebabkan oleh beberapa faktor. Kualitas air berhubungan dengan adanya bahan-
bahan lain terutama senyawa kimia baik dalam bentuk senyawa organic maupun anorganik
yang memegang peranan penting dalam menentukan komposisi kimia air (Hadi, 2014: 49).
Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup dan mencakup
70% atau lebih dari bobot hampir semua bentuk kehidupan. Lebih jauh lagi, kita telah
melihat bahwa organisme hidup pertama mungkin muncul dalam laut. Jadi, air merupakan
“induk” dari kita semua (Lehninger, 1988: 77 ).
Air permukaan berasal dari aliran langsung air hujan, lelehan salju, dan aliran yang
berasal dari air tanah. Air permukaan dapat berupa sungai, danau, rawa, sungai gletser dan
waduk (Hadi, 2014: 50)
B. Pencemaran Air
Pencemaran air terjadi karena adanya polutan air yang mengubah kualitas air. Secara
umum, sumber polutan air dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber titik (point source
discharge) dan sumber tak tentu (diffuse sources). Point source discharge merupakan sumber
polutan terpusat seperti yang berasal dari air buangan industri maupun domestik dan saluran
drainase. Sedangkan diffuse sources merupakan sumber polutan air yang tidak dapat
ditentukan lokasinya secara tepat, umumnya terdiri dari sejumlah besar sumber-sumber
individu yang relative kecil, seperti kegiatan pertanian, pemukiman, dan transportasi (Hadi,
2014: 58).
Polutan air yang berperan dalam pencemaran air terdiri dari beberapa komponen, yaitu
polutan organik, polutan anorganik, polutan termal, sedimen, dan bahan radioaktif. Polutan
organik merupakan bahan-bahan yang dapat di degradasi oleh mikroorganisme. Keberadaan
polutan diperairan dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroorganisme, peningkatan
jumlah mikroorganisme ini akan menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut yang
sangat penting bagi kehidupan akuatik. Polutan anorganik merupakan bahan-bahan yang
sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Polutan anorganik ini, terdiri dari garam anorganik,
mineral asam, logam, deterjen, dan lain-lain. Polutan termal merupakan bahan-bahan yang
dapat menyebabkan peningkatan suhu perairan, biasanya berasal dari limbah bahan bakar
batu bara dan bahan bakar nuklir. Polutan termal yang masuk di perairan menyebabkan
peningkatan laju reaksi ekosistem akuatik sehingga konsentrasi oksigen dalam air
berkurang. Adanya sedimen disuatu perairan disebabkan oleh erosi tanah atau pasir.
Sedimen tersebut mengandung material organic maupun anorganik berupa mineral-mineral.
Bahan-bahan tersebut dapat mengendap, larut, dan membentuk koloid dalam perairan yang
akan mengganggu ekosistem dalam air. Selain itu, sedimen tersebut akan mengurangi
penetrasi sinar matahari sehingga menghambat proses fotosintesis tumbuhan air sehingga
oksigen dalam air berkurang. Polutan radioaktif merupakan polutan yang dihasilkan dari
proses pertambangan bijih bahan radioaktif untuk menghasilkan zat radioaktif. Adanya
pembuangan sisa zat radioaktif ke air secara langsung sangat membahayakan bagi
lingkungan dan manusia. Zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan biologis baik bersifat
akut maupun kronis (Hadi, 2014: 58-60).
Pencemaran air oleh logam yang bersifat larut dalam air perlu mendapat perhatian karena
adanya sifat-sifat logam yang tahan pelapukan. Dalam kadar yang berlebih, logam
cenderung bersifat toksik dan terakumulasi di dalam jaringan tubuh organisme air. Banyak
kegiatan industri yang membuang limbah industri yang mengandung logam bersifat toksik
ke perairan. Hal ini akan mempengaruhi kehidupan biotik dan kualitas perairan (Hadi, 2014:
67).
Merkuri ditemukan sebagai komponen trace element dari banyak mineral dan merupakan
polutan logam berat karena toksisitas merkuri yaitu sebagai bentuk termetilasi oleh bakteri
anaerob dan faktor polusi lainnya. Merkuri masuk ke lingkungan dari berbagai sumber,
antara lain; pembuangan limbah laboratorium kimia, baterai, thermometer rusak, tambalan
amalgam gigi, dan produk farmasi (Hadi, 2014: 81).
C. Uji Kualitas Air
Indikator terjadinya pencemaran air dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (a)
pengamatan secara fisis, adalah pengamatan pencemaran air yang didasarkan pada tingkat
kejernihan/kekeruhan air, perubahan warna, suhu, dan bau air. (b) pengamatan secara
kimiawi, adalah pengamatan pencemaran air yang didasarkan pada adanya zat kimia yang
terlarut serta perubahan pH (Hadi, 2014: 60)
Derajat keasaman (pH) menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air
karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa zat dalam air sehingga
perairan berfungsi atau tidak dalam menunjang kehidupan organisme perairan. Nilai pH air
yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6-7,5. Fluktuasi nilai pH pada air sungai
dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain bahan organic atau limbah organik, bahan
anorganik atau limbah anorganik, basa dan garam basa dalam air, dan hujan asam akibat
emisi gas (Hadi, 2014: 62-63).
D. Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian baik bagi manusia, tumbuhan, hewan
secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan
mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta
mengurangi perkembangannya. Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-
macam antara lain; air sebagai media untuk hidup bakteri pathogen, air sebagai sarang
insekta penyebar penyakit, air sebagai media untuk hidup vector penyakit. Dengan semakin
banyaknya zat polutan yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan
semakin tercemar dan biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan
yang dapat mengurangi estetika lingkungan (Pencemaran air oleh logam yang bersifat larut
dalam air perlu mendapat perhatian karena adanya sifat-sifat logam yang tahan pelapukan.
Dalam kadar yang berlebih, logam cenderung bersifat toksik dan terakumulasi di dalam
jaringan tubuh organisme air. Banyak kegiatan industri yang membuang limbah industri
yang mengandung logam bersifat toksik ke perairan. Hal ini akan mempengaruhi kehidupan
biotik dan kualitas perairan (Hadi, 2014: 70-71).

Anda mungkin juga menyukai