Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO

A. Pengertian Luka Bakar (Combustio)


Combutsio (Luka bakar) adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas ( thermal), kimia, elektrik dan radiasi ( Suriadi, 2010).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air pana, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah (Arif Mansjoer dkk, 2002).
Apabila luka bakar digolongkan berdasarkan usia pasien dan jenis cedera maka
polanya adalah:
1. Toddler lebih sering menderita luka bakar akibat tersiram air panas
2. Anak-anak yang lebih besar lebih cenderung mengalami luka bakar akibat api
3. 20% dari semua kasus pediatrik dapat disebabkan oleh penganiaan anak (Herndon
dkk,2006)
4. Anak-anak yang bermain korek api atau pemantik api menyebabkan 1 dari 10 kasus
kebakaran rumah.
Luasnya destruksi jaringan ditentukan dengan mempertimbangkan intensitas
sumber panas, durasi kontak atau pajanan, konduktifitas jaringan yang terkena, dan
kecepatan energi panas meresap kedalam kulit. Pajanan singkat terhadap panas
berintensitas tinggi akibat api dapat mengakibatkan luka bakar yang sama dengan
luka bakar akibat pajanan lama terhadap panas berintensitas dalam air panas.( Wong,
2008)

1
B. Etiologi
Etiologi luka bakar dibagi dalam beberapa hal berdasarkan :
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Setelah mengalami luka bakar maka seorang penderita akan berada dalam tiga
tingkatan fase, yaitu :
1. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan jalan nafas (airway), mekanisme
bernafas (breathing), dan sirkulasi (circulation).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera
inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian
utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
Masalah sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya
ketidakseimbangan antara pasokan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan
jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik
yang masih ditingkahi dengan masalah instabilitas sirkulasi.
2. Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan proses inflamasi dan infeksi; masalah penutupan luka dengan titik

2
perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur
atau organ – organ fungsional, keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Masalah yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.

C. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh.
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas atau penyebabnya. Dalam luka bakar akan mempengaruhi kerusakan
atau gangguan kulit dan kematian sel-sel.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, natrium klorida, dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebakan
terjadi edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi.
Kehilangan cairan tubuh pada pasien luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa
factor yaitu:
1. Peningkatan mineral okartikoid (retensi air, natrium, klorida, dan ekskresi kalium).
2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah, keluarnya elektrolit, protein dan
pembuluh darah.
3. Perbedaan tekanan osmotic dan ekstra sel.
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit
tubuh. Luka bakar akn mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit tetapi juga
mempengaruhi seluruh system tubuh pasien. Seluruh system tubuh pasien. Seluruh
system tubuh menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi
terhadap luka bakar dan pada pasien luka bakar yang luasnya (mayor) tubuh tidak
mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi
diantaranya adalah syok hipovalemik. (Corwin, 2000).

3
Klasifikasi Luka Bakar
1. Dalamnya Luka Bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan Jilatan api,§ Kering tidak Bertambah merah. Nyeri
partial sinar ultra ada
superficial violet gelembung.
(tingkat I) (terbakar
§ Oedem
oleh
minimal atau
matahari).
tidak ada.

§ Pucat bila
ditekan dengan
ujung jari,
berisi kembali
bila tekanan
dilepas.

Lebih § Kontak § Blister besar Berbintik-bintik Sangat


dalam dari dengan dan lembab yang kurang jelas, nyeri
ketebalan bahan air yang putih, coklat, pink,
partial atau bahan ukurannya daerah merah
(tingkat II) padat. bertambah coklat.
Superfisial besar.
§ Jilatan api
Dalam
kepada § Pucat bial
pakaian. ditekan dengan
ujung jari, bila
§ Jilatan
tekanan
langsung
dilepas berisi
kimiawi.
kembali.

4
§ Sinar ultra
violet.

Ketebalan § Kontak § Kering disertai Putih, kering, Tidak


sepenuhnya dengan kulit hitam, coklat tua. sakit,
(tingkat III) bahan cair mengelupas. Hitam. sedikit
atau padat. Merah. sakit.
§ Pembuluh
Rambut
§ Nyala api. darah seperti
mudah
arang terlihat
§ Kimia. lepas bila
dibawah kulit
dicabut.
§ Kontak yang
dengan mengelupas.
arus
§ Gelembung
listrik.
jarang,
dindingnya
sangat tipis,
tidak
membesar.

§ Tidak pucat
bila ditekan.

2. Luas Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%

5
3. Berat Ringannya Luka Bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor
antara lain :
a. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b. Kedalaman luka bakar.
c. Anatomi lokasi luka bakar.
d. Umur klien.
e. Riwayat pengobatan yang lalu.
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

F. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

Tingkatan Hipovolemik Tingkatan Diuretic


( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)
Perubahan
Dampak
Mekanisme Dampak dari Mekanisme
dari
Pergeseran Vaskuler ke Hemokonsentrasi Interstitial ke Hemodilusi.
cairan insterstitial. oedem pada lokasi vaskuler.
ekstraseluler. luka bakar.

Fungsi renal. Aliran darah renal Oliguri. Peningkatan Diuresis.


berkurang karena aliran darah
desakan darah turun renal karena
dan CO berkurang. desakan darah
meningkat.
Kadar sodium Na+direabsorbsi oleh Defisit sodium. Kehilangan Defisit
/natrium. ginjal, tapi Na+melalui sodium.
kehilangan diuresis
Na+ melalui eksudat (normal

6
dan tertahan dalam kembali
cairan oedem. setelah 1
minggu).
Kadar K+ dilepas sebagai Hiperkalemi K+ bergerak Hipokalemi.
potassium. akibat cidera kembali ke
jarinagn sel-sel dalam sel,
darah merah, K+ terbuang
K+berkurang melalui
ekskresi karena diuresis (mulai
fungsi renal 4-5 hari setelah
berkurang. luka bakar).
Kadar protein. Kehilangan protein Hipoproteinemia. Kehilangan Hipoproteine
ke dalam jaringan protein waktu mia.
akibat kenaikan berlangsung
permeabilitas. terus
katabolisme.
Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan Katabolisme Keseimbanga
nitrogen. jaringan, kehilangan nitrogen negatif. jaringan, n nitrogen
protein dalam kehilangan negatif.
jaringan, lebih protein,
banyak kehilangan immobilitas.
dari masukan.
Keseimbangan Metabolisme Asidosis metabolik. Kehilangan Asidosis
asam basa. anaerob karena sodium metabolik.
perfusi jarinagn bicarbonas
berkurang melalui
peningkatan asam diuresis,
dari produk akhir, hipermetabolis
fungsi renal me disertai

7
berkurang peningkatan
(menyebabkan produk akhir
retensi produk akhir metabolisme.
tertahan), kehilangan
bikarbonas serum.
Respon stres. Terjadi karena Aliran darah renal Terjadi karena Stres karena
trauma, peningkatan berkurang. sifat cidera luka.
produksi cortison. berlangsung
lama dan
terancam
psikologi
pribadi.
Eritrosit Terjadi karena Luka bakar termal. Tidak terjadi Hemokonsent
panas, pecah pada hari-hari rasi.
menjadi fragil. pertama.
Lambung. Curling ulcer (ulkus Rangsangan central di Akut dilatasi Peningkatan
pada gaster), hipotalamus dan dan paralise jumlah
perdarahan lambung, peingkatan jumlah usus. cortison.
nyeri. cortison.
Jantung. MDF meningkat 2x Disfungsi jantung. Peningkatan CO menurun.
lipat, merupakan zat MDF
glikoprotein yang (miokard
toxic yang depresant
dihasilkan oleh kulit factor) sampai
yang terbakar. 26 unit,
bertanggung
jawab terhadap
syok spetic.

Anda mungkin juga menyukai