PENDAHULUAN
C. PATOGENESIS SINUSITIS
Infundibulum etmoid dan prosesus frontal yang termasuk
bagian dari KOM. Berfungsi sebagai serambi depan sinus maksila
dan frontal, berperan penting pada patofisiologi sinusitis.
Permukaan mukosa di tempat ini, berdekatan satu sama
lain. Dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir
tidak dapat dialirkan. Maka, terjadi gangguan drainase dan
ventilasi dari sinus maksila dan sinus frontal, sehingga akibatnya
aktifitas silia terganggu dan terjadi genangan lendir. Sehingga
lendir menjadi kental dan merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus,
maka akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga bakteri
anaerob pun akan berkembangbiak. Bakteri juga memproduksi
toksin yang akan merusak silia. Selanjutnya, dapat terjadi
perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau terbentuk
polip dan kista.(3,8)
Patogenesis sinusitis dapat digambarkan sebagai suatu siklus
sinusitis :
3. Pemeriksaan penunjang
- Transiluminasi (diafanoskopi)
Dilakukan di kamar gelap, memakai sumber cahaya penlight
yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Pada
sinus normal tampak gambaran bulan sabit terang di
infraorbita. Pada sinusitis tampak suram.
- Pemeriksaan radiologik
Dengan x foto sinus paranasal posisi waters dan caldwell,
akan tampak penebalan mukosa (radioopaq), dapat disertai
gambaran air fluid level pada sinus maksilaris. Pemeriksaan
ini tidak dapat menampilkan kompleks ostiomeatal.
- CT scan
Gambaran sinus paranasal dan kompleks ostiomeatal tampak
jelas. Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai telah terdapat
komplikasi sinusitis.
- Pungsi sinus
Pungsi sinus dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
dan untuk terapi. Kultur dilakukan pada sekret yang keluar
dari pungsi ini.
- Endoskopi (Sinoskopi)
Pada saat dilakukan pungsi sinus melalui meatus inferior atau
fosa kanina, trokar yang terpasang dihubungkan dengan
endoskop.
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. T
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Alamat : Karang Anyar
Agama : Islam
No. CM : 554.935
Tenggorokan
• Orofaring
- Arcus Faring : simetris, hiperemis (-)
- Uvula : di tengah
- Palatum : merah muda, sama dengan
sekitarnya
- Dinding Retrofaring : granulasi (-), post nasal drip (+)
mukopurulen,
hiperemis (-)
- Tumor : (-)
• Tonsil Kanan
Kiri
- Ukuran T1
T1
- Warna merah muda
merah muda
- Kripte melebar (-)
melebar (-)
- Permukaan rata rata
- Detritus (-) (-)
- Peritonsil abses (-)
abses (-)
IV. RESUME
Keluhan Utama : Feator ex nasi sinistra
a. Anamnesis
± 3 bulan feator ex nasi sinistra, rinorhoe mukopurulen, Post
nasal drip ( + ), batuk ( + ), cephalgia ( + ), febris (-), canina
sinistra nyeri saat membungkuk, riwayat gangrene radix molar
2 dan 3 rahang atas kiri 6 bulan lalu tidak diperiksakan ke
dokter gigi
b. Pemeriksaan Fisik
Hidung dan Sinus Paranasal
Bentuk Hidung : Normal
1. Rhinoskopi Anterior Kanan
Kiri
• Sekret (-)
mukopurulen (+)
• Mukosa
- Hiperemis (-) (-)
• Konka Media
- Pembesaran (-)
(+)
- Hiperemis (-) (+)
• Konka Inferior
- Pembesaran (-)
(-)
- Hiperemis (-) (-)
• Meatus Media
- Sekret (-)
mukopurulen (+)
- Hiperemis (-) (+)
• Meatus Inferior
- Sekret (-)
(-)
- Hiperemis (-) (-)
• Septum Deviasi (-)
Deviasi (-)
• Tumor (-)
(-)
• Corpus Alienum (-)
(-)
2. Sinus Paranasal
- supraorbita : nyeri tekan (-); nyeri ketuk (-) nyeri
tekan (-); nyeri ketuk (-)
- canina : nyeri tekan (-); nyeri ketuk (-) nyeri tekan (+);
nyeri ketuk (+)
- glabela : nyeri tekan (-); nyeri ketuk (-) nyeri tekan (-);
nyeri ketuk (-)
3. Pemeriksaan Rutin Khusus :
- transiluminasi : pada pipi kiri terlihat lebih suram disbanding
pipi kanan.
4. Pemeriksaan Orofaring :
- dinding retrofaring : post nasal drip (+) mukopurulen.
5. Dentis
- 7 8 gangren radix molar 2 & 3 rahang atas kiri
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Foto rontgen SPN – waters & caldwell
• Sinoskopi
VI. DIAGNOSA BANDING
1. Sinusitis Maxillaris Kronis Sinistra
2. Sinusitis Ethmoidalis Kronis
VII. DIAGNOSA SEMENTARA
Sinusitis Maxillaris Kronis Sinistra
VIII. RENCANA PENGELOLAAN
a. Terapi
1) Irigasi Maxillaris Sinistra
2) Medikamentosa :
- Antibiotik
- Dekongestan
- Analgetik
- Mukolitik
3) Pengobatan Faktor penyebab odontogen setelah sinusitis
dikoreksi; dengan dikonsul ke dokter gigi untuk proekstraksi
gangren radix molar 2 dan 3 rahang atas kiri
IX. FOLLOW UP
- Keadaan Umum
- Perkembangan terapi
- Kemungkinan terjadinya komplikasi
X. PROGNOSA
Dubia ad Bonam apabila pengelolaan adekuat.
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Pengobatan pembedahan
Pengobatan pembedahan menjadi pertimbangan jika pasien
tidak berespon terhadap terapi konservatif. Tujuan umum
bedah sinus antara lain :
• mengeluarkan mukosa yang sakit dan menjamin
drainase ke dalam hidung
• menghilangkan obstruksi dan menciptakan hubungan
kontinu dari sinus yang terlibat ke dalam ruangan
intranasal.
• Ventilasi sinus yang adekuat
a. pembedahan radikal
Yaitu mengangkat mukosa yang patologik dan membuat
drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila
dilakukan operasi Caldwell-Luc. Pada prosedur bedah ini,
epitel rongga sinus maksila diangkat seluruhnya dan pada
akhir prosedur dilakukan antrostomi untuk drainase. Hasil
akhir memuaskan karena membran mukosa yang sakit telah
diisi oleh jaringan normal atau terisi dengan jaringan parut
lambat.
b. pembedahan non radikal
Metode yang lebih modern dan populer akhir-akhir ini
adalah Operasi sinus paranasal menggunakan endoskop
yang disebut Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF).
BSEF pada umumnya dilakukan untuk penatalaksanaan
sinusitis kronik dan sinusitis akut berulang, yang seringkali
telah disertai adanya poliposis di daerah meatus medius
atau adanya polip yang meluas ke rongga hidung.
Keuntungan BSEF ialah tindakan ini biasanya sudah cukup
untuk menyembuhkan kelainan sinus yang berat-berat
sehingga tidak perlu tindakan yang lebih radikal. Dengan
BSEF risiko lebih sedikit, gejala-gejala post operasi dapat
minimal, waktu pulih juga lebih cepat
Pasien yang dipersiapkan untuk operasi BSEF harus
diperiksa fisik secara lengkap termasuk tekanan darah,
laboratorium darah tepi dan fungsi hemostasis dan gula
darah serta urin lengkap. Menjelang operasi, selama 4 atau
5 hari pasien dibri antibiotik dan kortikosteroid sistemis dan
lokal. Hal ini penting untuk mengeliminasi bakteri dan
mengurangi inflamasi, karena inflamasi akan menyebabkan
edema dan perdarahan yang banyak, yang akan
mengganggu kelancaran operasi. Kortikosteroid juga
bermanfaat untuk mengecilkan polip sehingga operasinya
akan lebih mudah.
Prinsip BSEF ialah membuka dan membersihkan KOM,
dengan hanya mengangkat jaringan patologik sedangkan
jaringan sehat dipertahankan agar tetap berfungsi, sehingga
nantinya tidak ada lagi hambatan ventilasi dan drainase.
Hasil operasi pada umumnya didapati yang sukses lebih dari
90%.
Studi evaluasi Venkatachalam (2002), menyebutkan bahwa
dengan BSEF, sebanyak 76 % pasien terbebas sama sekali
dari gejala sinusitis, 16 % masih mengalami gejala parsial,
dan hanya 8 % yang tidak berhasil.
BAB V
KESIMPULAN
7.Sinusitis Management;
http://www.emedicine.com/radio/topic638.htm, dikutip 6
November 2008