TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:
jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang
dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.3
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya
yaitu meliputi:
Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1. Terus menerus merasa letih
2. Kesemutan
3. Muka tampak pucat
4. Kesulitan sewaktu melahirkan
5. Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga
bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1. Keguguran
2. pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
3. perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan
anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4. kematian bayi.7
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Pengukuran lingkar lengan atas dimaksudlkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia
subur umur 15 – 45 tahun dan ibu hamil yang mnederita Kurang Energi Protein (KEK).
Alat yang digunakan adalah pita LILA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau
meteran kain.
Persiapan :
1. Pastikan LILA tidak kusut, tidak terlipat – lipat atau tidak sobek.
3. Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta
otot lengan tidak tegang.
4. Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan
bagian atas tidak tertutup.
Pengukuran :
Sebelum pengukuranl, dengan sopan minta izin kepada responden bahwa petugas akan
menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal bahu. Bila responden
keberatan, minta izin pengukuran dilakukan dalam ruangan tertutup.
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat, dengan telapak tangan kearah
perut.
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dengan ujung siku dengan menggunakan
pita LILA atau meteran, dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan
sopan minta izin kepada responden). Bila mengunakan pita LiLA perhatikan titik
nolnya.
4. Lingkarkan pita LILA sesuai dengan tanda pulpen di sekeliling lengan responden
sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dengan siku).
5. Masukkan ujung pita LILA di lubang yang ada pada pita LILA.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA (kearah angka yang
lebih besar).
Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih baik dalam berfikir dan bekerja. Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh
sebab itu, yang sesuai dengan masa produktif sangat baik dan sangat mendukung dalam
pemenuhan gizi seimbang, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih
belum matang secara fisik, mental dan psikologisnya dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Jika umur lebih dari 35 tahun dianggap juga bahaya, dari segi fisik dan
psikologis.
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin / anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan Antara janin
dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan
yang sekarang diukur dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21 – 35 tahun, ≥35 tahun
(supariasa;2002).
Usia yang semakin bertambah akan menyebabkan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan aspek psikologis. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin
matang dan matang dan mampu berfikir tentang pentingnya untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang
optimal didalam kandungan
Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih baik dalam berfikir dan bekerja. Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh
sebab itu, yang sesuai dengan masa produktif sangat baik dan sangat mendukung dalam
pemenuhan gizi seimbang, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih
belum matang secara fisik, mental dan psikologisnya dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Jika umur lebih dari 35 tahun dianggap juga bahaya, dari segi fisik dan
psikologis.
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin / anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan Antara janin
dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan
yang sekarang diukur dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21 – 35 tahun, ≥35 tahun
(supariasa;2002).
2. Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu
penyelesaian kewajiban dari pelaksanaan kegiatan. Keadaan sosial ekonomi keluarga
dikatakan mempunyai pendapatan yang tinggi maka pendapatan tersebut harus
mencapai batas lebih atau normal.
Pendapatan adalah jumlah uang seseorang hasil dari aktivitasnya. Misalnya
pendapatan keluarga yang tinggi juga berpengaruh pada faktor pembelian jajan
makanan apa yang akan dibeli ibu, sedangkan bagi mereka yang memiliki pendapatan
keluarga yang rendah si ibu harus berpikir ulang untuk keesokannya. Dengan
meningkatkan pendapatan perorangan, terjadilah perubahan dalam susunan makanan.
Masalah gizi selain dipengaruhi oleh asupan zat gizi, keadaan kesehatan individu,
terdapat infeksi dan juga berkaitan erat dengan keadan sosial ekonomi masyarakat.
Pada umumnya kekurangan gizi berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.
3. Pendidikan
1. Penyebab penyakit
4. Cara pencegahannya
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi:
5. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan keadaan
sosial ekonominya kurang akan mengakibatkan kekurangan perhatian pada
kehamilannya, sedangkan pada keluarga dengan sosial ekonominya mampu dengan
jumlah anak yang banyak tidak akan mengakibatkan kebutuhan primer terutama
pangan tidak atau kurang terpenuhi untuk masa kehamilannya, Keadaan ini akan
mempengaruhi bayi yang akan dilahirkannya kekurangan gizi sehingga mengakibatkan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
6. Asupan Makanan
Asupan makanan adalah jenis makanan dan hidangan yang dapat dikonsumsi
atau dimakan seseorang yang dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau energi
dan zat gizi.12 Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas
hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang
tidak baik maka akan timbul penyakit gizi. Salah satu faktor penting yang utama
timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya perilaku asupan makanan.7
Asupan makanan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan
ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat. Kegiatan itu meliputi hal-hal
seperti : bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkannya,
siapa yang memakan, dan berapa banyak yang dimakannya.4
Pola Asupan dipengaruhi oleh :
a. Pola makan
a. ketersediaan pangan ( baik dari hasil produksi sendiri, dari pasar, atau sumber
lain).
b. harga pangan
c. Pengolahan.3
2. Pemotongan
3. Pengolahan
Pada pengolahan sebaiknya jangan terlalu matang karena kalau terlalu matang
isi kandungan zat gizinya akan hilang dan rusak sehingga makanan yang
dikonsumsi tidak ada kandungannya dan dapat menyaebabkan terjadinya
kekurangan energi kronik (KEK).4
7. Infeksi
Sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah tersedianya air bersih dan
sarana kesehatan yang terjangkau dan setiap keluarga yang membutuhkan.
Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor budaya
sangat berperan dalam proses terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan
negara. Unsur – unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan produk
yang kadang – kadang bertentangan dengan prinsip – prinsip ilmu gizi.14
Dalam hal pangan ada sementara budaya yang memprioritaskan anggota keluarga
tertentu untuk mengkonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkan yaitu umumnya
kepala keluarga. Anggota keluarga lainnya menempati urutan prioritas berikutnya, dan
yang paling lainnya menempati urutan prioritas berikutnya, dan yang paling
mendapatkan prioritas terbawah adalah ibu – ibu rumah tangga.
2.3 Kerangka Teori
Paritas
2.5 Hipotesis
6. Alimul hidayat, Aziz. 2007. Metode penelitian kebidanan dan teknik Anilis Data. Jakarta :
Salemba Medika
7. Harnanto,Ali. 2002. Pangan dan Gizi untuk kesehatan. Jakarta
8. Depkes RI. 1999. Pedoman penggunaan alat Ukur Lingkar Lengan (LILA) pada wanita usia
subur. Jakarta : Depkes RI
9. Latief, Dini. 1999. Kader usaha perbaikan Gizi keluarga. Jakarta
10.Manuaba, I. 1998. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
11.Djaeni Sediaoetama, Achmad. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta