Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kekurangan Energi Kronik ( KEK )


a. Definisi KEK

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan ibu menderita kekurangan


makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu.3 Penderita KEK mempunyai risiko untuk melahirkan Bayi Berat Badan
Rendah (BBLR) lebih tinggi dibandingkan dengan WUS normal, dan (50,9%) ibu hamil
KEK menderita anemia gizi sebagai salah satu faktor penyebab tingginya kematian ibu.
b. Etiologi

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:
jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang
dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.3
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya
yaitu meliputi:
Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1. Terus menerus merasa letih
2. Kesemutan
3. Muka tampak pucat
4. Kesulitan sewaktu melahirkan
5. Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga
bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1. Keguguran
2. pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
3. perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan
anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4. kematian bayi.7
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Pengukuran lingkar lengan atas dimaksudlkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia
subur umur 15 – 45 tahun dan ibu hamil yang mnederita Kurang Energi Protein (KEK).
Alat yang digunakan adalah pita LILA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau
meteran kain.

Persiapan :

1. Pastikan LILA tidak kusut, tidak terlipat – lipat atau tidak sobek.

2. Jika lengan responden > 33 cm, gunakan meteran kain.

3. Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta
otot lengan tidak tegang.

4. Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan
bagian atas tidak tertutup.

Pengukuran :

Sebelum pengukuranl, dengan sopan minta izin kepada responden bahwa petugas akan
menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal bahu. Bila responden
keberatan, minta izin pengukuran dilakukan dalam ruangan tertutup.

1. Tentukan posisi pangkal bahu.

2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat, dengan telapak tangan kearah
perut.

3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dengan ujung siku dengan menggunakan
pita LILA atau meteran, dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan
sopan minta izin kepada responden). Bila mengunakan pita LiLA perhatikan titik
nolnya.

4. Lingkarkan pita LILA sesuai dengan tanda pulpen di sekeliling lengan responden
sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dengan siku).

5. Masukkan ujung pita LILA di lubang yang ada pada pita LILA.

6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.

7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA (kearah angka yang
lebih besar).

8. Tuliskan angka pembacaan.


2.2 Faktor Yang Berhubungan Dengan KEK Pada Kehamilan
1. Usia
Usia yang semakin bertambah akan menyebabkan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan aspek psikologis. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin
matang dan matang dan mampu berfikir tentang pentingnya untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang
optimal didalam kandungan

Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih baik dalam berfikir dan bekerja. Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh
sebab itu, yang sesuai dengan masa produktif sangat baik dan sangat mendukung dalam
pemenuhan gizi seimbang, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih
belum matang secara fisik, mental dan psikologisnya dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Jika umur lebih dari 35 tahun dianggap juga bahaya, dari segi fisik dan
psikologis.

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin / anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan Antara janin
dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan
yang sekarang diukur dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21 – 35 tahun, ≥35 tahun
(supariasa;2002).

Usia yang semakin bertambah akan menyebabkan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan aspek psikologis. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin
matang dan matang dan mampu berfikir tentang pentingnya untuk mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang
optimal didalam kandungan

Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih baik dalam berfikir dan bekerja. Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh
sebab itu, yang sesuai dengan masa produktif sangat baik dan sangat mendukung dalam
pemenuhan gizi seimbang, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih
belum matang secara fisik, mental dan psikologisnya dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Jika umur lebih dari 35 tahun dianggap juga bahaya, dari segi fisik dan
psikologis.

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin / anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan Antara janin
dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan. Umur ibu dalam kehamilan
yang sekarang diukur dengan umur yang ≤ 20 tahun, 21 – 35 tahun, ≥35 tahun
(supariasa;2002).

2. Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu
penyelesaian kewajiban dari pelaksanaan kegiatan. Keadaan sosial ekonomi keluarga
dikatakan mempunyai pendapatan yang tinggi maka pendapatan tersebut harus
mencapai batas lebih atau normal.
Pendapatan adalah jumlah uang seseorang hasil dari aktivitasnya. Misalnya
pendapatan keluarga yang tinggi juga berpengaruh pada faktor pembelian jajan
makanan apa yang akan dibeli ibu, sedangkan bagi mereka yang memiliki pendapatan
keluarga yang rendah si ibu harus berpikir ulang untuk keesokannya. Dengan
meningkatkan pendapatan perorangan, terjadilah perubahan dalam susunan makanan.
Masalah gizi selain dipengaruhi oleh asupan zat gizi, keadaan kesehatan individu,
terdapat infeksi dan juga berkaitan erat dengan keadan sosial ekonomi masyarakat.
Pada umumnya kekurangan gizi berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.

3. Pendidikan

Pendidikan ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku anak khususnya tanggung


jawab dalam memilih makanan. Ibu yang berperilaku tinggi tidak akan membiasakan
diri untuk berpantang atau tabu terhadap bahan makan yang ada.14
Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi,
sehingga pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan rendah akan
lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan,
sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi.
Dalam arti sederhana pendidikan gizi merupakan suatu proses belaar tentang
pangan, bagaimana tubuh dapat menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk
kesehatan. Pendidikan gizi mengarah pada perubahan perilaku perbaikan konsumsi
pangan dan status gizi. Perilaku konsumsi memilih dan menggunakan pangan. Perilaku
kosumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses
pendidikan maupun sebagai dampak dari peyebaran informasi.
Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah
maupun mutu gizinya.7
Tahapan pangan keluarga dipengaruhi oleh:
1. ketersediaan pangan ( baik dari hasil produksi sendiri, dari pasar, atau sumber lain).
2. harga pangan
3. daya beli keluarga
4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap obyek diluarnya


melalui indera – indera yang dimilikinya (pendengar, penglihatan, penciuman, dan
sebagianya).17 Pengetahuan dapat diukur atau diobservasi melalui apa yang diketahui
tentang obyek ( masalah kesehatan).

Tingkat pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil jarak


menengah dari pendidikan kesehatan selanjutnya. Perilaku kesehatan akan
berpengaruh keadaan menungkatnya indikator kesehatan masyarat sebagai keluaran
pendidikan kesehatan. Indikator – indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap tingkat kesehatan dapat dikelompokkan
menjadi :

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi

1. Penyebab penyakit

2. Gejala atau tanda – tanda penyakit

3. Bagaimana cara pengobatanyaan

4. Cara pencegahannya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi:

1. Jenis makan yang bergizi

2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan

3. Pentingnya istirahat yang cukup


c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

1. Manfaat air bersih

2. Cara – cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran


yang sehat dan sampah.
Pengetahuan yang baik tentang gizi pada seseorang membuat orang tersebut
akan semakin memperhitungkan jumlah dan jenis makan yang dipilihnya untuk di
konsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilah
makanan yang menarik panca indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai
gizi makanan tersebut. Sebaliknya mereka yang memiliki pengetahuan gizi tinggi
cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasioanl dan pengetahuan
tentang nilai gizi makanan tersebut.7
Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam
penggunaan pangan yang baik sehingga dapat mencapai kedaan gizi yang cukup.7
Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan berpengaruh
pada makanan yang dikonsumsi dalam keluarga sehari – hari.

5. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan keadaan
sosial ekonominya kurang akan mengakibatkan kekurangan perhatian pada
kehamilannya, sedangkan pada keluarga dengan sosial ekonominya mampu dengan
jumlah anak yang banyak tidak akan mengakibatkan kebutuhan primer terutama
pangan tidak atau kurang terpenuhi untuk masa kehamilannya, Keadaan ini akan
mempengaruhi bayi yang akan dilahirkannya kekurangan gizi sehingga mengakibatkan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

6. Asupan Makanan

Asupan makanan adalah jenis makanan dan hidangan yang dapat dikonsumsi
atau dimakan seseorang yang dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau energi
dan zat gizi.12 Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas
hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang
tidak baik maka akan timbul penyakit gizi. Salah satu faktor penting yang utama
timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya perilaku asupan makanan.7
Asupan makanan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan
ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang
berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat. Kegiatan itu meliputi hal-hal
seperti : bagaimana pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkannya,
siapa yang memakan, dan berapa banyak yang dimakannya.4
Pola Asupan dipengaruhi oleh :

a. Pola makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran


mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu
orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola
makan ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah kebiasaan makanan,
kesenangan, budaya, agama dan taraf ekonomi.

b. Ketersediaan pangan keluarga

Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk


memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang
cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya.

Tahapan pangan keluarga dipengaruhi oleh:

a. ketersediaan pangan ( baik dari hasil produksi sendiri, dari pasar, atau sumber
lain).

b. harga pangan

c. daya beli keluarga

d. pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan

c. Pengolahan.3

Pengolahan makanan baik untuk keluarga maupun masyarakat perlu


mengetahui proses pengolahan makanan yang dapat meningkatkan mutu makanan
yang dikonsumsi misalnya lebih baik dan mudah dicerna. Namun juga dapat terjadi
hal yang merugikan yaitu bahwa selama proses pengolahan beberapa zat gizi yang
ada pada bahan makanan dapat rusak atau hilangsehingga perlu diperhatikan
tahap-tahap dalam prosess penyiapan makanan yaitu pencucian, pemotongan
bahan makanan dan pengolahannya.1

Tahap-tahap dalam proses penyiapan makanan adalah:


1. Pencucian

Pencucian bahan makanan sebelum dimasak dapat dilakukan sebelum dipotong


dan dirajang atau setelahnya dan pencuciannya dilakukan dengan air yang mengalir
supaya kotoran tidak mengendap dan langsung hilang.4

2. Pemotongan

Pemotongan dan merajng bahan makanan mempunyai tujuan utama agar


ukuran yang dikonsumsicukup kecil sehingga mudah dimasukkan kedalam rongga
mulut untuk dikunyah lebih lanjut. terutamam bahan makanan yang agak keras dan
akan lebih mudah dikunyah.12

3. Pengolahan

Pada pengolahan sebaiknya jangan terlalu matang karena kalau terlalu matang
isi kandungan zat gizinya akan hilang dan rusak sehingga makanan yang
dikonsumsi tidak ada kandungannya dan dapat menyaebabkan terjadinya
kekurangan energi kronik (KEK).4

7. Infeksi

Defisiensi gizi sering berhubungan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan


dengan gizi melalui beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga
dapat menyebabkan kehilangan bahan makanan karena mempengaruhi metabolisme
makanan.12
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungannya. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama
kehamilan akan menyebabkan BBLR. Disamping itu akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan otak janin, bayi baru lahir mudah terinfeksi dan abortus.12
Kejadian infeksi terjadi oleh beberapa hal antara lain:

8. Sanitasi lingkungan dan sarana Kesehatan

Sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah tersedianya air bersih dan
sarana kesehatan yang terjangkau dan setiap keluarga yang membutuhkan.

Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan,


ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, maka makin kecil risiko anak
terkena penyakit dan kekurangan gizi. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya sanitasi lingkungan, akan semakin meningkatkan usaha masyarakat untuk
menjaga kesehatan individu, keluarga, dan lingkungan. Apabila sanitasi lingkungan
terjaga dengan baik, maka kemungkinan timbulnya penyakit infeksi dapat dikurangi.
Pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga
terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi,
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan
kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang bai seperti Posyandu, Puskesmas,
Praktek Bidan atau Dokter, RS dan persediaan air bersih. Ketidakjangkuan pelayanan
kesehatan disebabkan oleh jarak yang jauh dan atau ketidakmampuan membayar,
kurangnya pendidikan dan juga kurangnya pengetahuan yang merupakan kendala bagi
keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang
tersedia.
9. Budaya

Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor budaya
sangat berperan dalam proses terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan
negara. Unsur – unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan produk
yang kadang – kadang bertentangan dengan prinsip – prinsip ilmu gizi.14
Dalam hal pangan ada sementara budaya yang memprioritaskan anggota keluarga
tertentu untuk mengkonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkan yaitu umumnya
kepala keluarga. Anggota keluarga lainnya menempati urutan prioritas berikutnya, dan
yang paling lainnya menempati urutan prioritas berikutnya, dan yang paling
mendapatkan prioritas terbawah adalah ibu – ibu rumah tangga.
2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori. 3,11

2.4 Kerangka Konsep


Karakteristik ibu hamil :
Usia, usia kehamilan dan
pendidikan
Kekurangan Energi Kronik
Pendapatan ( KEK )

Paritas
2.5 Hipotesis

a. Ada hubungan antara umur dengan kejadian KEK.


b. Ada hubungan antara umur kehamilan dengan kejadian KEK.
c. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian KEK.
d. Ada hubungan antara pendapatan dengan kejadian KEK.
e. Ada hubungan antara pengetahuan tentang gizi dengan kejadian KEK.
f. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian KEK.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sayogo, Savitri . 2007. Gizi Ibu Hamil. Jakarta.

2. Mochtar, Rostam. Sinopsis Opstetri Fisiologi dan Patologi. 2007. Jakarta.

3. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.

4. Djaeni Sediaoetama, Achmad. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta

5. Supariasa. 2002. Penelitian Status Gizi. Jakarta : EGC

6. Alimul hidayat, Aziz. 2007. Metode penelitian kebidanan dan teknik Anilis Data. Jakarta :
Salemba Medika
7. Harnanto,Ali. 2002. Pangan dan Gizi untuk kesehatan. Jakarta

8. Depkes RI. 1999. Pedoman penggunaan alat Ukur Lingkar Lengan (LILA) pada wanita usia
subur. Jakarta : Depkes RI
9. Latief, Dini. 1999. Kader usaha perbaikan Gizi keluarga. Jakarta

10.Manuaba, I. 1998. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
11.Djaeni Sediaoetama, Achmad. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta

12.Santoso, Soegeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Renika Cipta

13.Notoatmodjo. 2002. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta

14.Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta

15.Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT


Rineka Cipta
16.Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Renika Cipta.
17.Urip,kristina Lia. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta ;EGC.

18.Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka


19.Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
20.Marjoko. 2009. Politeknik Kesehatan. Hubungan Paritas Status Gizi Ibu Hamil Dengan BBL.
Depkes Semarang.
21.Mochtar , R. 2007. Sinopsis Obstetri. Jilid Edisi 3. Jakarta ;EGC.

Anda mungkin juga menyukai