LANDASAN TEORI
Adalah bangunan yang didesain khusus dengan tema yang ramah lingkungan,
hemat energi, layout sederhana tapi tidak membosankan, kualitasnya bermutu dan
material yang ramah lingkungan. Pelaksanaan green building ini salah satu upaya
mencegah pemanasan global yang menyebabkan bumi semakin panas. Green
building lebih dimaksudkan pada bentuk fisik bangunan yang berwawasan
lingkungan. Upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-
proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama daur
hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan,
renovasi bahkan hingga pembongkaran. (Aulia Nur Anjainah, 2013)
• Konservasi Energi
13
14
• Kantor
pekerjaan tata usaha, dengan nama apapun juga tempat tersebut mungkin diberikan.
• Menurut Atmosudirjo (1982:25), kantor adalah unit organisasi terdiri atas tempat, staf personil dan operasi
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kantor adalah balai (gedung, rumah, ruang) tempat mengurus
Informasi yang diakumulasi oleh kantor jarang dalam bentuk yang sama
layaknya ketika diberikan, seperti mengumpulkan informasi dan sumber-sumber
yang berbeda dan membuat perhitungan/pembukuan. Kantor bertanggungjawab
memberikan informasi dalam bentuk terbaik dalam melayani manajemen, seperti
penyiapan faktur/kuitansi, penetapan harga, akuntansi, laporan keuangan, dll.
• Memberi informasi
Selain empat fungsi di atas, masih ada fungsi lain dari kantor yaitu
mengamati secara cermat berbagai kegiatan dalam perusahaan seperti diperlihatkan
di dalam rekaman dan mengantisipasi segala hal yang tidak menguntungkan yang
mungkin terjadi. Misalnya melaporkan adanya kekurangan persediaan, melaporkan
adanya sejumlah hutang yang mungkin tidak terbayar saat akan jatuh tempo,
rekaman vital seperti kontrak besar harus dilindungi secara tepat, uang tunai harus
disimpan di dalam lemari besi maupun di dalam bank. Kantor harus berhati-hati
terhadap makna rekaman dan memperhatikan dengan segera.
2.1.3 Klasifikasi Kantor Sewa
Menurut Hunt W.D. dalam Marlina, 2008 Rental Office adalah suatu
bangunan yang mewadahi tansaksi bisnis dan pelayanan secara profesional. Lebih
lanjut dalam Marlina (2008:116) memaparkan bahwa kantor sewa merupakan
bahwa kantor sewa merupakan fasilitas perkantoran yang berkelompok dalam satu
bangunan sebagai respon terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi khususnya di
16
• Asuransi (Insurance)
• Periklanan (Advertising)
• Keuangan (Financial)
• Publikasi (Publishing)
• Bank (Banking)
• Akuntan (Accountant)
• Konsultan (Consultant)
tertutup. Keuntungan tata ruang bersekat atau berkamar ini antara lain adalah
sebagai berikut:
• Rahasia pekerjaan lebih terjamin, baik dari segi pembuatan dokumen, pembicaraan maupun aset lainnya
pegawai lainnya.
• Biaya yang dikeluarkan untuk membuat tata ruang berkamar lebih besar ketimbang membuat tata ruang
perolehan panas akibat radiasi matahari lewat selubung bangunan, maka ditentukan
nilai perpindahan termal menyeluruh untuk selubung bangunan tidak melebihi 45
watt/m.
Rumus perhitungan OTTV:
Nilai OTTV untuk setiap bidang dinding luar bangunan gedung dengan orientasi
tertentu, dapat dihitung dengan persamaan 1:
21
Tabel 3. Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap tak tembus cahaya
Tabel 4. Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaaan dinding luar
Jumlah panas yang berlebihan di iklim tropis belum dimanfaatkan secara optimal
oleh beberapa perancang pada bangunan tinggi. Pada kenyataannya mayoritas
bangunan rendah maupun tinggi justru memiliki desain bangunan yang
mengeliminasi terang alami dan menggunakan sebanyak mungkin lighting. Oleh
karenanya kondisi padatnya bangunan tinggi di perkotaan harus diimbangi dengan
pengurangan efek pembayangan sekitar yang berakibat munculnya ruang-ruang
yang terjebak oleh gelap dan meningkatnya konsumsi energi untuk lighting.
Dalam sun path diagram dapat diketahui posisi matahari berdasarkan
tanggal, bulan dan waktu siang hari untuk mendapatkan besarnya sudut ketinggian
O
matahari atau disebut sebagai altitude, dengan besaran sudut berkisar antara 0
O
hingga 90 . Seperti contohnya bila sebuah kota yang berada diatas lintasan
khatulistiwa atau berada tepat di atas jalur ekuator, maka garis lintang matahari
O
berada di 0 , kota di Indonesia yang berada posisi ini sebutlah kota Pontianak bila
menunjukan jam 12 siang di bulan September dan Maret maka matahari akan berada
O
tepat di atas ketinggian altitude 90 atau posisi matahari berada tegak lurus dengan
permukaan bumi. Hal demikian akan terjadi juga pada garis lintas matahari akan
berada tepat di atas kepala untuk kota-kota yang berada di atas permukaan
O
bumi dengan garis lintang 23-24 LS pada tanggal 22 Desember tepat menunjukan
waktu jam 12 siang.
Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara
langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator
panas atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah
panas dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005).
Bila melihat pada beberapa desain bangunan tropis, sebenarnya masyarakat
Indonesia cukup mengenal bagaimana dan apa yang dimaksud dengan “hijau”
demi kepentingan dan kenyamanan hidup. Bagaimana pun terbatasnya lahan yang
dimiliki, tetap diupayakan agar rumah dan lingkunganya tetap nyaman untuk
ditinggali. Macam-macam cara yang d i lakukan, misalnya teras depan digunakan
untuk menggantung dan menanam berbagai macam tanaman sehingga menyerupai
tembok tanaman yang berefek pada pengurangan panas. Disamping itu daun yang
hijau dalam proses fotosintesis bisa menghasikan udara yang lebih baik bagi
kesehatan lingkungan. Inisiatif yang ditempuh oleh masyarakat untuk menerapkan
23
konsep ekologis bagi lingkunganya merupkan suatu upaya yang sederhana dalam
mewujudkan keberlanjutan.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi
laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas
manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa
dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh
matahari (Satwiko, 2005).
Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk
meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun
kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya
rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun pasif.
Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantisipasi
fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan pendekatan aktif mutlak
memerlukan kolaborasi perancang dan engineering melalui solusi teknologi.
B. Selubung bangunan
Selubung bangunan (building envelope) memiliki peran penting dalam
menjawab masalah iklim dan penghematan energi, seperti radiasi matahari, hujan,
kecepatan angin , tingginya kelembaban serta pemanfaatan potensi alam antara
lain dengan memanfaatakan cahaya alami untuk penerangan ruang serta
penghawaan alami baik melalui dinding maupun atap , serta memilih material
yang memiliki perambatan panas relatif kecil Faktor panas yang berasal dari luar
bangunan akan masuk kedalam ruang melalui selubung bangunan, baik melalui
dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang harus dinetralisir
oleh sistem pendingin (AC) dengan menggunakan energi.
Untuk itu dalam rangka pemikiran penghematan energi, maka perolehan
panas tersebut harus dibatasi. Perambatan panas (Heat Transfer) adalah proses
perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas.
Terdapat tiga cara perambatan panas:
• Perambatan Panas konduktif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke
benda yang kurang panas melalui kontak (sentuhan).
• Perambatan panas konvektif : perpindahan panas dari benda yang lebih panas
ke benda yang kurang panas melalui aliran angin (atau zat alir lainnya)
• Perambatan panas radiatif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke
benda yang kurang panas dengna cara pancaran.
24
• Sinar matahari yang langsung mengenai bidang kaca akan merambatkan panas
sebesar 80% - 90%.
PU Sunarno di tahun 2003, atas dasar masterplan itu kita teruskan. Sementara itu
kaitannya dengan konsep green building, bangunan gedung ini di desain secara
green yang mendapat sertifikat platinum dari Green building Council, yang
merupakan sertifikat tertinggi.
Gedung PU merupakan Pilot project sejati dari GREENSHIP NB 1.0.
gedung yang dibangun bersama-sama dengan penyusunan GREENSHIP. Prosesnya
mengadopsi konsep Integrated Design Team dan menjadi tonggak yang sangat
penting dan simbol kebangkitan Industri bangunan Indonesia. Gedung 18 lantai
2
28.957 m dilengkapi gedung parkir dan plaza. Gedung yang sejak awal berambisi
untuk mencapai peringkat Platinum GREENSHIP ini merencanakan IKE 142,64
2
KWH/m dan penghematan 30 % dari baseline. Untuk mencapainya diterapkan
2
prinsip-prinsip passive design dengan OTTV 28,1 W/m , Natural lighting dengan
aplikasi lightshelf untuk memperbesar daerah terpaan cahaya matahari dan
penggunaan system AC dengan Chiller effisiensi tinggi. Sistem AC Water cooled
menggunakan 3 Chiller ( 2 running, 1 standby) dan 2 cooling tower dengan
perhitungan cooling load sebesar 0,623 KW/TR dipenuhi oleh Chiller dengan
Efisiensi menurut data teknis 0,571 KW/TR saat beban penuh. Memahami arti
pentingnya proses TC, maka tolok ukur BEM 4, yaitu Proper Commisioning
dilaksanakan.
Tindakan TC ini adalah yang pertama kali dilakukan pada bangunan gedung
baru untuk keperluan sertifikasi GREENSHIP, sehingga menjadi proses belajar
yang luar biasa bagi semua pelakunya. Proses ini merupakan kolaborasi dari tim
yang besar, dikomandoi oleh CxA bersertifikat yang bekerjasama dengan
Konsultan TC local, menuntun dan melakukan proses bersama-sama Kontraktor,
Manajemen Konstruksi dan Vendor AC. Walaupun proses yang dilakukan belum
ideal, namun pengukuran kinerja AC pada beban mendekati 100% dapat dilakukan.
Temuan saat pengukuran menemukan COP Chiller plant sesungguhnya
sebesar 0.641 KW/TR sehingga terdapat perbedaan 8,8 % lebih besar dari desain.
Hal ini dapat berakibat konsumsi energy lebih besar dari yang diperhitungkan.
Pengukuran pompa chilled water menunjukan adanya oversize sehingga dapat
terjadi overflow. Tetapi pengukuran AHU menunjukan perbedaan Kapasitas AHU
rata-rata sebesar 26% lebih kecil dari desain. Hal ini berpotensi adanya kurangnya
supply udara kedalam ruangan yang berujung kepada kesehatan dan kenyamanan
pengguna.
Temuan ini kemudian diperbaiki dengan mengadakan rerating dengan
software oleh vendor dan penyetelan ulang sesuai outputnya. Hasil penyetelan
ulang dengan balancing pipa menunjukan adanya perbaikan COP Rata-rata menjadi
0.604 KW/TR yang hanya berbeda 2% dari desain. AHU pun mengalami
penyetelan ulang pada puli untuk meningkatkan RPM sehingga mencapai supply
udara yang diinginkan.
Tindakan ini diikuti dengan perhitungan ulang menggunakan Energi
Modelling Software dengan perubahan parameter, sehingga IKE desain menjadi
30
2
sebesar 131.378 kWH/m .tahun atau 32,4 % dari baseline. Data ini yang kemudian
diajukan dalam penilaian GREENSHIP NB 1.0 pada Sidang tahun 2011. Nilai yang
didapatkan dari Kategori EEC total 15 point (18 %) dari 83 point yang didapatkan
dan berbuah penghargaan berupa sertifikat GREENSHIP NB Platinum pada 2012.
Bangunan yang terdiri dari 11 lantai dengan luas lahan 1.854 m² dan luas
bangunan 7.121 m². Luas unit kantor yang disewakan ±42 m², ±100 m², ±640 m².
Yang di arsiteki oleh Jimmy Priatman. Karya bangunan hemat energi beliau tidak
hanya diakui di Indonesia tetapi juga di ASEAN, terbukti beliau telah beberapa
ASEAN Save Energy Award. Konsumsi listrik pada bangunan ini luar biasa hemat,
hanya 88 kwh per M2. Adanya rekayasa pasokan panas membuat overall thermal
transfer value (OTTV) atau jumlah panas yang masuk ke dalam ruangan hanya
setara 22,8 watt per M2. Sangat jauh dibawah standar ACE yang menetapkan
OTTV untuk bangunan hemat energi sebesar 45 watt per M2. Graha Wonokoyo
adalah salah satu dari gedung perkantoran di Surabaya yang menerapkan konsep
bangunan hemat energi, dengan pendekatan bentuk bangunan arsitektur kolonial
karena konteks lokasinya yang berada dalam kawasan konservasi.
Bangunan ini terdiri dari tiga massa. Dari depan adalah bangunan penerima 2
lantai dengan gaya arsitektur kolonial sebagai manifestasi dari pendekatan, massa
tengah 3 lantai bertindak sebagai transisi antara bentuk kolonial dengan bentuk modern,
dan massa belakang dengan bentuk modern 11 lantai adalah menara kantor.
Detil yang ditampilkan adalah satu elemen dari arsitektur kolonial yang
sangat mempengaruhi tampilan bangunan ini. Dalam merencanakan bangunan ini
mencoba untuk mengurangi tingkat standar konsumsi energi yang telah diatur
sesuai dengan indeks efisiensi energi (EEI) untuk bangunan kantor yang tidak harus
lebih dari 200/kwh/tahun.
Untuk arah bangunan yang menghadap timur dan selatan tidak
mengimplementasikan material kaca penuh, tetapi masih menggabungkan elemen
bukaan neo klasik seperti jendela sehingga mempersempit masuknya radiasi
matahari, sedangkan di utara dan barat yang memiliki radiasi yang lebih tinggi
menggunakan jenis kaca v-kool teknologi tinggi yang dapat menyerap radiasi
matahari. Jenis AC VRV sistem yang menghemat energi dan dapat diatur
independen di setiap lantai. Sisi barat, yang bertindak sebagai penghalang panas
berfungsi sebagai ruang recepsionist, ruang pertemuan, dan layanan kamar. Sisi
utara adalah sebagai unit ruang AC, pantry dan ruang arsip. Di selatan dan sebelah
timur zona utama yang difungsikan sebagai ruang kantor.
33
Merupakan pernyataan hasil studi literature terkini terkait dengan proyek dan
topic/tema sejenis. Tabel 2 di bawah ini merupakan hasil ringkasan dari 3 jurnal ilmiah
internasional dan 2 jurnal ilmiah nasional yang diterbitkan 5 tahun terakhir.
Tabel 5. State of the art
No. Judul Jurnal dan Nama Penulis Ringkasan
Tahun Pembuatan
1. Kaitan Desain Sukawi Permasalahan yang diangkat adalah
Selubung Krisis sumber energi tak terbaharui
Bangunan mendorong arsitek untuk semakin
terhadap peduli
akan energi dengan cara beralih ke
Pemakaian Energi
sumber energi terbaharui dalam
dalam Bangunan merancang bangunan yang hemat
(Studi Kasus energi.
Perumahan Graha Tujuan yang ingin dicapai adalah
Padma Semarang) untuk mendapatkan bentukan selubung
(2010) bangunan yang optimal pada setiap
sisi bangunan dengan
memperhitungkan pembayangan
matahari.
Metode penelitian yang digunakan
dilakukan dengan cara mengatur orientasi bangunan yang optimal dengan cara
memperkecil luasan sisi bangunan pada arah timur dan barat. Sementara penataan
tersebut dapat membuat bayangan yang dapat membayangi sisi bangunan agar panas
radiasi dari matahari tidak langsung mengenai sisi bangunan (Tumbuhan dapat
digunakan sebagai second screen facade alami). Penggunaan material yang tepat