Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Pengertian
Judul laporan tugas akhir yang dipilih oleh peneliti dapat dijabarkan dan
didefinisikan sebagai berikut :
• Bangunan Hijau

Adalah bangunan yang didesain khusus dengan tema yang ramah lingkungan,
hemat energi, layout sederhana tapi tidak membosankan, kualitasnya bermutu dan
material yang ramah lingkungan. Pelaksanaan green building ini salah satu upaya
mencegah pemanasan global yang menyebabkan bumi semakin panas. Green
building lebih dimaksudkan pada bentuk fisik bangunan yang berwawasan
lingkungan. Upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-
proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama daur
hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan,
renovasi bahkan hingga pembongkaran. (Aulia Nur Anjainah, 2013)
• Konservasi Energi

Menurut kamus bahasa Indonesia, konservasi berarti pemeliharaan dan


perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan
dengan jalan mengawetkan/pengawetan. Berdasarkan SNI 03-6389-2000,
konservasi energi adalah upaya mengefisiensikan pemakaian energi untuk suatu
kebutuhan agar pemborosan energi dapat dihindarkan. Konservasi energi disini
mempunyai arti melestarikan/menghemat penggunaan energi listrik yang berasal
dari sumber energi yang tidak dapat diperbaharui antara lain energi fosil-minyak
bumi, batubara dan gas bumi. Konservasi energi merupakan salah satu langkah
yang dapat dilakukan untuk dapat menghemat penggunaan sumber daya fosil
yang semakin menipis. (Feri Harianto & Anastasi Gozali, 2013).
• Selubung Bangunan

Elemen bangunan yang menyelubungi bangunan gedung, yaitu dinding


dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian besar energi
termal berpindah melalui elemen tersebut.

13
14

• Kantor

Secara etimologis kantor berasal dari Belanda: “kantoor”, yang maknanya:


ruang tempat bekerja, tempat kedudukan pimpinan, jawatan instansi dan
sebagainya. Dalam bahasa inggris “office” memiliki makna yaitu: tempat
memberikan pelayanan (service), posisi, atau ruang tempat kerja.
Pengertian kantor dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kantor dalam arti
dinamis dan kantor dalam arti statis.
1. Kantor dalam arti dinamis merupakan proses penyelenggaraan kegiatan
pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan, dan
penyampaian/pendistribusian data/informasi. Atau dapat dikatakan kantor dalam
arti dinamis merupakan kegiatan ketatausahaan atau kegiatan administrasi dalam
arti sempit.
2. Sedangkan kantor dalam arti statis bisa berarti ruang kerja, kamar kerja, markas,
biro, instansi, lembaga, jawatan, badan, perusahaan, serta tempat atau ruangan
penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan
penyampaian/pendistribusian data/informasi. Selain pengertian-pengertian
tersebut, ada beberapa pengertian kantor secara statis menurut beberapa ahli
diantaranya yaitu:
• Menurut Moekijat (1997:3), kantor adalah setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk melaksanakan

pekerjaan tata usaha, dengan nama apapun juga tempat tersebut mungkin diberikan.

• Menurut Atmosudirjo (1982:25), kantor adalah unit organisasi terdiri atas tempat, staf personil dan operasi

ketatausahaan guna membantu pimpinan.

• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kantor adalah balai (gedung, rumah, ruang) tempat mengurus

suatu pekerjaan atau juga disebut tempat bekerja.

2.1.2. Tujuan dan Fungsi Kantor


Tujuan kantor sebagai pemberi pelayanan komunikasi dan perekaman. Dari
definisi tersebut, dapat diperluas menjadi fungsi kantor/pekerjaan yang dilakukan
(Pratama, 2013:5-7), yaitu sebagai berikut:
• Menerima informasi

Menerima informasi dalam bentuk surat, penggilan telepon, pesanan, faktur,


dan laporan mengenai berbagai kegiatan bisnis.
• Merekam dan menyimpan data-data serta informasi.
15

Tujuan pembuatan rekaman adalah menyiapkan informasi sesegera mungkin


apabila manajemen meminta informasi tersebut. Beberapa rekaman diminta untuk
disimpan menurut hokum, atau disimpan untuk memenuhi kebutuhan manajemen
dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan seperti rincian negoisasi,
transaksi, kerespondensi, pesanan, faktur atau ringkasan rincian seperti laporan
keuangan, laopran persediaan, dll.
• Mengatur informasi

Informasi yang diakumulasi oleh kantor jarang dalam bentuk yang sama
layaknya ketika diberikan, seperti mengumpulkan informasi dan sumber-sumber
yang berbeda dan membuat perhitungan/pembukuan. Kantor bertanggungjawab
memberikan informasi dalam bentuk terbaik dalam melayani manajemen, seperti
penyiapan faktur/kuitansi, penetapan harga, akuntansi, laporan keuangan, dll.
• Memberi informasi

Bila manajemen diminta sejumlah informasi yang diperlukan, kantor


memberikan informasi tersebut dari rekaman yang tersedia. Sebagian informasi
yang diberikan bersifat rutin, sebagian bersifat khusus. Informasi-informasi
tersebut diberikan baik secara lisan maupun tulisan. Contoh informasi tersebut
pesanan, anggaran, faktur/kuitansi, laporan perkembangan, laporan keuangan, dll.
• Melindungi aset

Selain empat fungsi di atas, masih ada fungsi lain dari kantor yaitu
mengamati secara cermat berbagai kegiatan dalam perusahaan seperti diperlihatkan
di dalam rekaman dan mengantisipasi segala hal yang tidak menguntungkan yang
mungkin terjadi. Misalnya melaporkan adanya kekurangan persediaan, melaporkan
adanya sejumlah hutang yang mungkin tidak terbayar saat akan jatuh tempo,
rekaman vital seperti kontrak besar harus dilindungi secara tepat, uang tunai harus
disimpan di dalam lemari besi maupun di dalam bank. Kantor harus berhati-hati
terhadap makna rekaman dan memperhatikan dengan segera.
2.1.3 Klasifikasi Kantor Sewa
Menurut Hunt W.D. dalam Marlina, 2008 Rental Office adalah suatu
bangunan yang mewadahi tansaksi bisnis dan pelayanan secara profesional. Lebih
lanjut dalam Marlina (2008:116) memaparkan bahwa kantor sewa merupakan
bahwa kantor sewa merupakan fasilitas perkantoran yang berkelompok dalam satu
bangunan sebagai respon terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi khususnya di
16

kota-kota besar (Perkembangan industri, bangunan/konstruksi, perdagangan,


perbankan dan lain-lain).
A. Berdasarkan Organisasi
Berdasarkan organisasinya kantor sewa terbagi atas beberapa poin, yaitu :
1. Commercial office, yaitu seperti perkantoran yang digunakan untuk
perdagangan dan asuransi.
2. Industrial office, yaitu jenis kantor ini mempunyai hubungan dengan
pabriknya.
3. Professional office, yaitu jenis kantor yang hanya digunakan dalam jangka
waktu tertentu saja.
4. Institutional office, yaitu jenis kantor yang digunakan dalam jangka waktu
panjang
B. Berdasarkan Sifat dan Tujuan
Berdasarkan sifat dan tujuannya, kantor sewa terbagi atas :
1. Kantor sewa komersil, yaitu kantor sewa yang mempunyai sifat komersil
dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
2. Kantor sewa non komersil, yaitu kantor sewa yang sifatnya tidak untuk
mencari keuntungan.
C. Berdasarkan Sistem Sewa
Kantor sewa memiliki beberapa sistem sewa, yaitu :
1. Net sistem yaitu sistem sewa dengan memperhitungkan luas lantai bersih,
sehingga harga sewa per meter persegi tinggi.
2. Gross sistem yaitu sistem sewa dengan memperhitungkan luas lantai kotor,
sehingga harga sewa per meter persegi rendah. Dengan sistem seperti ini cocok
untuk sewa per lantai.
Jenis sewa terdiri dari:
1. Sewa biasa adalah penghuni membayar uang sewa kepada pemilik bangunan
sesuai dengan perjanjian tanpa terikat batas waktu.
2. Sewa beli adalah uang sewa berfungsi sebagai angsuran pembelian, bila
angsuran sudah memenuhi harga yang ditetapkan, maka bangunan menjadi
milik penghuni.
3. Sewa kontrak adalah penghuni membayar uang sewa secara periodik sesuai
dengan persetujuan, apabila masa kontrak berakhir dapat diadakan perjanjian
baru.
17

D. Berdasarkan Usaha Penyewa


Berdasarkan usaha penyewa, kantor sewa terbagi atas :
• Industri (Manufacturing)

• Asuransi (Insurance)

• Periklanan (Advertising)

• Keuangan (Financial)

• Bursa dagang (Trade association)

• Publikasi (Publishing)

• Bank (Banking)

• Akuntan (Accountant)

• Konsultan (Consultant)

E. Berdasarkan Peringkat Kantor Penyewa


Berdasarkan perigkat kantor penyewa, kantor sewa terbagi atas :
• Kantor Pusat (Head Office)

• Kantor Cabang (Branch Office)

• Kantor Perwakilan (Liason Representatif Office)

F. Berdasarkan Bentuk Usaha Penyewa


1. Kantor untuk usaha yang sejenis (Single used building)
Adalah kantor yang dipersewakan bagi perusahaan yang sejenis atau bergerak
dibidang usaha yang sama. Hal ini timbul karena adanya kemungkinan
perusahaan tersebut mengelompok, disebabkan adanya kecenderungan untuk
berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
2. Kantor untuk usaha campuran (Mixed used building)
Adalah kantor yang dipersewakan bagi perusahaan dibidang usaha gabungan
dari berbagai perusahaan dengan jenis usaha yang berbeda. Bentuk seperti ini
sudah hampir bersifat umum dan banyak dijumpai, di lain segi bentuk ini
memungkinkan terjadinya hubungan antara berbagai perusahaan dalam satu
atap.

A. Tata Ruang Kantor Berkamar (Cubical Type Office)


Tata ruang berkamar adalah tata ruang untuk bekerja yang dipisahkan
menggunakan sekat/kamar-kamar. Sekat tersebut dapat terbuat dari kayu maupun
tembok atau benda keras lainnya. Tata ruang berkamar juga sering disebut tata ruang
18

tertutup. Keuntungan tata ruang bersekat atau berkamar ini antara lain adalah
sebagai berikut:
• Rahasia pekerjaan lebih terjamin, baik dari segi pembuatan dokumen, pembicaraan maupun aset lainnya

yang disimpan seorang pegawai.

• Pekerja menjadi lebih konsentrasi.

• Meningkatkan kewibawaan pekerja karena bekerja di dalam suatu ruangan tersendiri.

• Terasa lebih menghargai tamu.

Sedangkan kerugian tata ruang kantor bersekat adalah sebagai berikut:


• Komunikasi antar pegawai menjadi terhambat karena ada sekat pemisah antara satu pegawai dengan

pegawai lainnya.

• Biaya yang dikeluarkan untuk membuat tata ruang berkamar lebih besar ketimbang membuat tata ruang

kantor terbuka, karena perlu membuat sekat-sekat kamar setiap ruangannya.

• Membutuhkan ruangan kantor yang lebih luas.

• Penggunaan ruangan kurang fleksibel.

• cubical office layout

B. Tata Ruang Kantor Terbuka (Open Plan Office)


Tata ruang kantor terbuka merupakan pengaturan tata ruang kantor dengan
menggunakan sebuah ruangan besar untuk bekerja yang ditempat beberapa orang
pegawai. Tata ruang terbuka memungkinkan komunikasi antar pegawai menjadi
lebih lancar, sehingga mendorong para pegawai lebih komunikatif dan kreatif.
Keuntungan tata ruang kantor terbuka adalah sebagai berikut:
• Fleksibel dalam penggunaan seluruh ruangan serta tidak memerlukan biaya tinggi.
• Mudah melakukan komunikasi antar pegawai.

• Pemeliharaan peralatan, pemeliharaan kebersihaan ruangan, penggunaan


peralatan, menjadi lebih mudah, hal ini akan menghemat biaya perusahaan.
• Menghemat penggunaan cahaya penerangan.
• Biaya instalasi pertama lebih murah dibanding tata ruang berkamar.
Sedangkan kerugian tata ruang kantor terbuka adalah sebagai berikut:
• Kegaduhan sering muncul disebabkan komunikasi yang sangat lancar dan intens.
• Konsentrasi pegawai terkadang buyar melihat banyak orang hilir mudik.
• Sulit merahasiakan pekerjaan penting dan bersifat rahasia.
19

• Pemandangan kurang baik karena tumpukan dokumen para pegawai menjadi


tidak rapi.
• Kurang efektif diterapkan bagi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
C. Tata Ruang Kantor Berpanorama (Landscape Office)
Tata ruang kantor berpanorama adalah tata ruang kantor yang dihiasi oleh
taman, dekorasi, dan hiasan lainnya. Bentuk ruangan ini bertujuan agar tampilan
kantor menjadi nyaman selayaknya diluar ruangan.
Keuntungan tata ruang kantor berpanorama adalah sebagai berikut:
• Pegawai merasa nyaman dan betah bekerja di dalam ruangan.
• Pemandangan kantor terlihat segar dan hijau.
• Udara menjadi lebih segar, serta suplai oksigen semakin banyak.

• Tidak membutuhkan pencahayaan tinggi karena desain ini juga menggunakan


penerangan dari alam.
• Produktivitas kerja meningkat, karena pekerjaan dilaksanakan dengan efisien.
Sedangkan kerugian tata ruang kantor berpanorama adalah sebagai berikut:

• Biaya pembuatannya tinggi, karena selain membuat ruangan kantor juga


membuat panorama, atau taman dan dekorasi lainnya.
• Biaya perawatan menjadi lebih tinggi.
• Membutuhkan tenaga ahli dalam perancangan tata ruang kantor.
• Konsentrasi berkurang ketika terjadi sesuatu hal yang aneh diluar ruangan.
• office landscape layout
D. Tata Ruang Kantor Gabungan (Mixed Office)
Tata ruang kantor gabungan berarti gabungan antara ketiga bentuk tata ruang

sebelumnya. Penggunaan tata ruang kantor ini perlu dipertimbangkan untuk


meminimalkan kerugian dan memanfaatkan keuntungan dari ketiga tata ruang
sebelumnya.
2.2 Tinjauan khusus
2.2.1 Teori tentang OTTV (SNI 03-6389-2000)
OTTV (overall thermal transfer value) adalah angka yang ditetapkan sebagai
kriteria perancangan untuk selubung bangunan yang dikondisikan. Selubung bangunan
yang dimaksudkan adalah elemen bangunan yang menyelubungi bangunan gedung,
yaitu dinding luar dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian
besar energi termal berpindah melalui elemen tersebut.Untuk membatasi
20

perolehan panas akibat radiasi matahari lewat selubung bangunan, maka ditentukan
nilai perpindahan termal menyeluruh untuk selubung bangunan tidak melebihi 45
watt/m.
Rumus perhitungan OTTV:

Nilai OTTV untuk setiap bidang dinding luar bangunan gedung dengan orientasi
tertentu, dapat dihitung dengan persamaan 1:
21

Tabel 3. Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap tak tembus cahaya

Sumber: Badan Standarisasi Nasional SNI 03-6389-2000

Tabel 4. Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaaan dinding luar

Sumber: Badan Standarisasi Nasional SNI 03-6389-2000

2.2.2 Aspek Perancangan Konservasi Energi (Sukawi, 2010)


A. Matahari dan Pembayangan
Orientasi bangunan sebagai salah satu faktor utama untuk meminimalkan
konsumsi energi pada bangunan. Di wilayah iklim tropis lembab lebih diutamakan
orientasi bangunan mengarah ke utara, selatan dan timur, untuk pembukaan yang
memadai sebagai penangkap angin dalam meningkatkan pendinginan didalam ruangan
dan penggunaan terang alami yang memadai untuk kegiatan di dalam ruang.
22

Jumlah panas yang berlebihan di iklim tropis belum dimanfaatkan secara optimal
oleh beberapa perancang pada bangunan tinggi. Pada kenyataannya mayoritas
bangunan rendah maupun tinggi justru memiliki desain bangunan yang
mengeliminasi terang alami dan menggunakan sebanyak mungkin lighting. Oleh
karenanya kondisi padatnya bangunan tinggi di perkotaan harus diimbangi dengan
pengurangan efek pembayangan sekitar yang berakibat munculnya ruang-ruang
yang terjebak oleh gelap dan meningkatnya konsumsi energi untuk lighting.
Dalam sun path diagram dapat diketahui posisi matahari berdasarkan
tanggal, bulan dan waktu siang hari untuk mendapatkan besarnya sudut ketinggian
O
matahari atau disebut sebagai altitude, dengan besaran sudut berkisar antara 0
O
hingga 90 . Seperti contohnya bila sebuah kota yang berada diatas lintasan
khatulistiwa atau berada tepat di atas jalur ekuator, maka garis lintang matahari
O
berada di 0 , kota di Indonesia yang berada posisi ini sebutlah kota Pontianak bila
menunjukan jam 12 siang di bulan September dan Maret maka matahari akan berada
O
tepat di atas ketinggian altitude 90 atau posisi matahari berada tegak lurus dengan
permukaan bumi. Hal demikian akan terjadi juga pada garis lintas matahari akan
berada tepat di atas kepala untuk kota-kota yang berada di atas permukaan
O
bumi dengan garis lintang 23-24 LS pada tanggal 22 Desember tepat menunjukan
waktu jam 12 siang.
Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara
langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator
panas atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah
panas dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005).
Bila melihat pada beberapa desain bangunan tropis, sebenarnya masyarakat
Indonesia cukup mengenal bagaimana dan apa yang dimaksud dengan “hijau”
demi kepentingan dan kenyamanan hidup. Bagaimana pun terbatasnya lahan yang
dimiliki, tetap diupayakan agar rumah dan lingkunganya tetap nyaman untuk
ditinggali. Macam-macam cara yang d i lakukan, misalnya teras depan digunakan
untuk menggantung dan menanam berbagai macam tanaman sehingga menyerupai
tembok tanaman yang berefek pada pengurangan panas. Disamping itu daun yang
hijau dalam proses fotosintesis bisa menghasikan udara yang lebih baik bagi
kesehatan lingkungan. Inisiatif yang ditempuh oleh masyarakat untuk menerapkan
23

konsep ekologis bagi lingkunganya merupkan suatu upaya yang sederhana dalam
mewujudkan keberlanjutan.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi
laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas
manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa
dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh
matahari (Satwiko, 2005).
Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk
meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun
kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya
rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun pasif.
Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantisipasi
fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan pendekatan aktif mutlak
memerlukan kolaborasi perancang dan engineering melalui solusi teknologi.
B. Selubung bangunan
Selubung bangunan (building envelope) memiliki peran penting dalam
menjawab masalah iklim dan penghematan energi, seperti radiasi matahari, hujan,
kecepatan angin , tingginya kelembaban serta pemanfaatan potensi alam antara
lain dengan memanfaatakan cahaya alami untuk penerangan ruang serta
penghawaan alami baik melalui dinding maupun atap , serta memilih material
yang memiliki perambatan panas relatif kecil Faktor panas yang berasal dari luar
bangunan akan masuk kedalam ruang melalui selubung bangunan, baik melalui
dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang harus dinetralisir
oleh sistem pendingin (AC) dengan menggunakan energi.
Untuk itu dalam rangka pemikiran penghematan energi, maka perolehan
panas tersebut harus dibatasi. Perambatan panas (Heat Transfer) adalah proses
perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas.
Terdapat tiga cara perambatan panas:

• Perambatan Panas konduktif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke
benda yang kurang panas melalui kontak (sentuhan).

• Perambatan panas konvektif : perpindahan panas dari benda yang lebih panas
ke benda yang kurang panas melalui aliran angin (atau zat alir lainnya)

• Perambatan panas radiatif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke
benda yang kurang panas dengna cara pancaran.
24

C. Pengurangan Radiasi Matahari


Radiasi sinar matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan
sebagian besar melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakkan
bidang kaca pada daerah yang terlindung oleh bidang penangkal sinar matahari
(sun shading device), atau bahkan tidak terkena matahari secara langsung sama
sekali. Lebar sirip penghalang sinar matahari tergantung pada jam perlindungan
yang dikehendaki dan letak lintang daerah tersebut.
Secara nyata lebar bidang penangkal dapat didesain dengan menggunakan
Diagram Matahari dan Pengukur Sudut Bayangan, dengan perbandingan sebagai
berikut:

• Sinar matahari yang langsung mengenai bidang kaca akan merambatkan panas
sebesar 80% - 90%.

• Pemasangan tabir matahari di sebelah dalam akan mengurangi panas, sehingga


tinggal 30% - 40%.
• Pemasangan tabir matahari di luar jendela akan mengurangi masuknya panas,
sehingga tinggal 5%- 10%.
Untuk mengurangi radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat dilakukan
dengan dua macam cara, yaitu:
• Pembayangan / Shading untuk mematahkan sinar matahari, dengan prinsip payung
atau perisai yang dilakukan dengan cara seperti: penanaman vegetasi berupa
pohon-pohon tinggi di dekat bangunan, penggunaan jendela-jendela rapat / blinden,
penggunaan papan atau bidang yang dapat disetel pada poros vertikal, kerai, tenda
jendela dan jerambah, penjulangan atap pada cucuran (tritisan), gimbal atap dan
galery, atap rapat pada rumah, selasar, galery dan doorloop

• Penyaringan / Filtering, untuk memperlembut sinar matahari, terutama siang


hari yang masuk agar tidak terlalu menyilaukan, dilakukan dengan cara:
penanaman vegetasi berupa tanaman, bunga, perdu, krepyak, louvre, jalousie,
kisi-kisi, kerawang / roster, kerai, pergola, horisontal overhangs.
2.2.3 Beban Pendinginan (SNI 03-6572-2001)
Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus dihilangkan
dalam satuan waktu dari ruangan yang diinginkan.Beban panas external untuk
seluruh gedung akibat konduksi dan radiasi dapat Beban Pendinginan (SNI 03-
6572-2001) dihitung dengan persamaan 4,5,6,7,8 :
25

Konduksi melalui atap, dinding dan kaca :

2.3 Studi Banding


2.3.1 Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta
Gedung utama Kementerian PU baru yang terletak di Jl. Pattimura no. 20,
Kebayoran Baru Jakarta tersebut meemang biaya pembangunannya lebih mahal 10-
15%, karena menggunakan konsep green building. Pada bangunan ini, listrik bisa
dihemat sampai 44 % dan penggunaan air juga bisa dihemat sampai 81% pada musim
hujan dan 63% di musim kemarau, hal ini dikarenakan pada musim hujan semua air
hujan ditampung, dan recycle sehingga bisa digunakan kembali. Bangunan gedung ini
dibangun berdasarkan satu masterplan yang ditandatangani oleh menteri
26

PU Sunarno di tahun 2003, atas dasar masterplan itu kita teruskan. Sementara itu
kaitannya dengan konsep green building, bangunan gedung ini di desain secara
green yang mendapat sertifikat platinum dari Green building Council, yang
merupakan sertifikat tertinggi.
Gedung PU merupakan Pilot project sejati dari GREENSHIP NB 1.0.
gedung yang dibangun bersama-sama dengan penyusunan GREENSHIP. Prosesnya
mengadopsi konsep Integrated Design Team dan menjadi tonggak yang sangat
penting dan simbol kebangkitan Industri bangunan Indonesia. Gedung 18 lantai
2
28.957 m dilengkapi gedung parkir dan plaza. Gedung yang sejak awal berambisi
untuk mencapai peringkat Platinum GREENSHIP ini merencanakan IKE 142,64
2
KWH/m dan penghematan 30 % dari baseline. Untuk mencapainya diterapkan
2
prinsip-prinsip passive design dengan OTTV 28,1 W/m , Natural lighting dengan
aplikasi lightshelf untuk memperbesar daerah terpaan cahaya matahari dan
penggunaan system AC dengan Chiller effisiensi tinggi. Sistem AC Water cooled
menggunakan 3 Chiller ( 2 running, 1 standby) dan 2 cooling tower dengan
perhitungan cooling load sebesar 0,623 KW/TR dipenuhi oleh Chiller dengan
Efisiensi menurut data teknis 0,571 KW/TR saat beban penuh. Memahami arti
pentingnya proses TC, maka tolok ukur BEM 4, yaitu Proper Commisioning
dilaksanakan.

Gambar 11. Gedung Kementerian P.U


Sumber: http://us.images.detik.com/content/2013/08/21/1016/143658_pukopera.jpg
diakses tanggal 6 Mei 2015
27

Gambar 12. Master Plan Gedung Kementerian P.U


Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

Gambar 13. Building Form & Orientation Gedung Kementerian P.U


Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

Gambar 14. Bentukan Kantilever Gedung Kementerian P.U


Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U
28

Gambar 15. Efektivitas Kantilever Gedung Kementerian P.U


Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

Gambar 16. Bentukan Partisi pada Interior Gedung Kementerian P.U


Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U

Gambar 17. Hasil Perhitungan Gedung Kementerian P.U


Sumber: Green Site Kampus dan Green building Kementerian P.U
29

2.3.2 Kantor Management Pusat PT. Dahana, Subang, Jawa Barat


2
Dahana, gedung dengan luas lantai yang dikondisikan 5.108,81 m terdiri dari 2
lantai kantor, 4 lantai gedung serbaguna milik PT Dahana, BUMN yg bergerak di
industri strategis. Gedung yang sejak mula direncanakan untuk mencapai peringkat
GREENSHIP NB 1.0 Platinum ini memproyeksikan IKE desain sebesar 135.77
2
KWH/m per tahun dan penghematan 34.02 % dari baseline. Untuk mencapainya
diterapkan prinsip-prinsip passive design dengan OTTV 32,68. Natural lighting dan
aplikasi green roof. Dengan system HVAC Water cooled menggunakan 2 Chiller dan 1
cooling tower, perhitungan desain kapasitas pendinginan (cooling load/COP) sebesar
0,589 KW/TR. Untuk mendapatkan nilai point lebih banyak, maka tolok ukur BEM 4,
yaitu Proper Commisioning dilaksanakan.

Tindakan TC ini adalah yang pertama kali dilakukan pada bangunan gedung
baru untuk keperluan sertifikasi GREENSHIP, sehingga menjadi proses belajar
yang luar biasa bagi semua pelakunya. Proses ini merupakan kolaborasi dari tim
yang besar, dikomandoi oleh CxA bersertifikat yang bekerjasama dengan
Konsultan TC local, menuntun dan melakukan proses bersama-sama Kontraktor,
Manajemen Konstruksi dan Vendor AC. Walaupun proses yang dilakukan belum
ideal, namun pengukuran kinerja AC pada beban mendekati 100% dapat dilakukan.
Temuan saat pengukuran menemukan COP Chiller plant sesungguhnya
sebesar 0.641 KW/TR sehingga terdapat perbedaan 8,8 % lebih besar dari desain.
Hal ini dapat berakibat konsumsi energy lebih besar dari yang diperhitungkan.
Pengukuran pompa chilled water menunjukan adanya oversize sehingga dapat
terjadi overflow. Tetapi pengukuran AHU menunjukan perbedaan Kapasitas AHU
rata-rata sebesar 26% lebih kecil dari desain. Hal ini berpotensi adanya kurangnya
supply udara kedalam ruangan yang berujung kepada kesehatan dan kenyamanan
pengguna.
Temuan ini kemudian diperbaiki dengan mengadakan rerating dengan
software oleh vendor dan penyetelan ulang sesuai outputnya. Hasil penyetelan
ulang dengan balancing pipa menunjukan adanya perbaikan COP Rata-rata menjadi
0.604 KW/TR yang hanya berbeda 2% dari desain. AHU pun mengalami
penyetelan ulang pada puli untuk meningkatkan RPM sehingga mencapai supply
udara yang diinginkan.
Tindakan ini diikuti dengan perhitungan ulang menggunakan Energi
Modelling Software dengan perubahan parameter, sehingga IKE desain menjadi
30

2
sebesar 131.378 kWH/m .tahun atau 32,4 % dari baseline. Data ini yang kemudian
diajukan dalam penilaian GREENSHIP NB 1.0 pada Sidang tahun 2011. Nilai yang
didapatkan dari Kategori EEC total 15 point (18 %) dari 83 point yang didapatkan
dan berbuah penghargaan berupa sertifikat GREENSHIP NB Platinum pada 2012.

Gambar 18. Master Plan Kantor Dahana


Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 19. Perspektif Kantor Dahana


Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 20. Tampak Kantor Dahana


Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana
31

Gambar 21. Building Form & Orientation Kantor Dahana


Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 22. Bangunan Auditorium Kantor Dahana


Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana

Gambar 23. Bangunan Perkantoran Kantor Dahana


Sumber: Konsep Green building Proyek Dahana
32

2.3.3 Graha Wonokoyo, Surabaya

Bangunan yang terdiri dari 11 lantai dengan luas lahan 1.854 m² dan luas
bangunan 7.121 m². Luas unit kantor yang disewakan ±42 m², ±100 m², ±640 m².
Yang di arsiteki oleh Jimmy Priatman. Karya bangunan hemat energi beliau tidak
hanya diakui di Indonesia tetapi juga di ASEAN, terbukti beliau telah beberapa
ASEAN Save Energy Award. Konsumsi listrik pada bangunan ini luar biasa hemat,
hanya 88 kwh per M2. Adanya rekayasa pasokan panas membuat overall thermal
transfer value (OTTV) atau jumlah panas yang masuk ke dalam ruangan hanya
setara 22,8 watt per M2. Sangat jauh dibawah standar ACE yang menetapkan
OTTV untuk bangunan hemat energi sebesar 45 watt per M2. Graha Wonokoyo
adalah salah satu dari gedung perkantoran di Surabaya yang menerapkan konsep
bangunan hemat energi, dengan pendekatan bentuk bangunan arsitektur kolonial
karena konteks lokasinya yang berada dalam kawasan konservasi.
Bangunan ini terdiri dari tiga massa. Dari depan adalah bangunan penerima 2
lantai dengan gaya arsitektur kolonial sebagai manifestasi dari pendekatan, massa
tengah 3 lantai bertindak sebagai transisi antara bentuk kolonial dengan bentuk modern,
dan massa belakang dengan bentuk modern 11 lantai adalah menara kantor.

Detil yang ditampilkan adalah satu elemen dari arsitektur kolonial yang
sangat mempengaruhi tampilan bangunan ini. Dalam merencanakan bangunan ini
mencoba untuk mengurangi tingkat standar konsumsi energi yang telah diatur
sesuai dengan indeks efisiensi energi (EEI) untuk bangunan kantor yang tidak harus
lebih dari 200/kwh/tahun.
Untuk arah bangunan yang menghadap timur dan selatan tidak
mengimplementasikan material kaca penuh, tetapi masih menggabungkan elemen
bukaan neo klasik seperti jendela sehingga mempersempit masuknya radiasi
matahari, sedangkan di utara dan barat yang memiliki radiasi yang lebih tinggi
menggunakan jenis kaca v-kool teknologi tinggi yang dapat menyerap radiasi
matahari. Jenis AC VRV sistem yang menghemat energi dan dapat diatur
independen di setiap lantai. Sisi barat, yang bertindak sebagai penghalang panas
berfungsi sebagai ruang recepsionist, ruang pertemuan, dan layanan kamar. Sisi
utara adalah sebagai unit ruang AC, pantry dan ruang arsip. Di selatan dan sebelah
timur zona utama yang difungsikan sebagai ruang kantor.
33

Gambar 24. Bangunan Perkantoran Graha Wonokoyo


Sumber: Romi Rizali, UPN, 2012

Gambar 25. Sun Path Diagram Graha Wonokoyo


Sumber: Romi Rizali, UPN, 2012

Gambar 26. Optimalisasi Pencahayaan Alami Graha Wonokoyo


Sumber: Romi Rizali, UPN, 2012
34

Dengan menciptakan pembayangan pada tampak bangunan maka dapat


mengurangi nilai OTTV. Pembayangan pada bangunan seperti pada studi banding dapat
dilakukan dengan cara menggunakan kantilever, sirip horisontal maupun vertikal,
penempatan vegetasi, pemilihan warna dan material facade bangunan, dan sebagainya.
Selain itu pemilihan material yang tepat pada sisi bangunan yang terkena sinar matahari
langsung, dapat mengurangi nilai OTTV, seperti yang ditunjukan oleh bangunan Graha
Wonokoyo yang menggunakan kombinasi material beton dan kaca berteknologi tinggi
pada sisi yang terkena matahari. Bila dilihat dari rumus perhitungan energi
pembebanan energi pendingin ruangan terdapat variabel yang menggandung nilai
OTTV. Dengan berkurangnya pembebanan energi pendingin udara, penggunaan energi
di dalam bangunan dapat dikurangi.
2.4 STATE OF THE ART

Merupakan pernyataan hasil studi literature terkini terkait dengan proyek dan
topic/tema sejenis. Tabel 2 di bawah ini merupakan hasil ringkasan dari 3 jurnal ilmiah
internasional dan 2 jurnal ilmiah nasional yang diterbitkan 5 tahun terakhir.
Tabel 5. State of the art
No. Judul Jurnal dan Nama Penulis Ringkasan
Tahun Pembuatan
1. Kaitan Desain Sukawi Permasalahan yang diangkat adalah
Selubung Krisis sumber energi tak terbaharui
Bangunan mendorong arsitek untuk semakin
terhadap peduli
akan energi dengan cara beralih ke
Pemakaian Energi
sumber energi terbaharui dalam
dalam Bangunan merancang bangunan yang hemat
(Studi Kasus energi.
Perumahan Graha Tujuan yang ingin dicapai adalah
Padma Semarang) untuk mendapatkan bentukan selubung
(2010) bangunan yang optimal pada setiap
sisi bangunan dengan
memperhitungkan pembayangan
matahari.
Metode penelitian yang digunakan

adalah dengan menggunakan indikator


pembayangan yang digunakan untuk
menentukan nilai. Penelitian dilakukan
setiap satu jam sekali mulai pukul
09.00-16.00 dengan mengamati
pembayangan matahari.
Hasil penelitian yang di dapatkan

adalah Selanjutnya harus


35

memperhatikan lintasan matahari


terutama untuk penentuan jarak
bangunan, model facade, modelatap
dsb. Sehingga penyelesaian disain
facade yang dibuat tidak diseragamkan
antara yang menghadap barat, timur,
selatan, atau utara.

2. Konservasi Energi Harianto, Feri Permasalahan yang diangkat adalah


Selubung & Gozali, mengenai cara penghematan energi
Bangunan pada Anastasia untuk sistem penghawaan buatan pada
Gedung Graha Fairanie. sebuah gedung di Kota Suarabaya.
Galaxy Surabaya Tujuan yang ingin dicapai adalah
(2013) mengetahui bagaimana pengaruh dari
besaran nilai OTTV (overall thermal
transfer value) dan RTTV (Roof
thermal transfer value) terhadap
jumlah energi yang dibutuhkan pada
beban pendingin udara (Air
Conditioner).
Metode penelitian yang digunakan

adalah menggunakan pengumpulan


data sekunder, yaitu berupa gambar
proyek, data meteorologi, foto dan
survey.

Hasil penelitian yang di dapatkan


adalah bangunan yang nilai OOTV
dan RTTV nya besar akan
memberatkan beban dari sistem
pendingin udara di dalam ruangan,
solusi yang diberikan berupa
memasang tanaman hijau yang dapat
membayangi bangunan, mengganti cat
bangunan dengan warna yang lebih
cerah, dan mengganti AC
konvensional dengan AC hemat
energi.

3. Indonesian Utama, N.A, at Permasalahan yang diangkat adalah


all. menemtukan jenis material pada
Building Codes
and Its Influence bangunan yang tepat agar mengurangi
on Future nilai OTTV yang masuk ke dalam
bangunan.
Electricity
Demand (2011) Tujuan yang ingin dicapai adalah
Journal of mengetahui jenis-jenis material yang
tepat agar dapat mengurangi beban
36

Sustainable Energi penggunaan energi di dalam


& Environment 2 bangunan.
(2011) 21-25 Metode penelitian yang digunakan

adalah dengan mencoba beberapa jenis


material dan disimulasikan dengan
menggunakan software Ecotect
Analysis.
Hasil penelitian yang di dapatkan

adalah batako merupakan material


yang paling tepat untuk bangunan di
Indonesia karena memiliki nilai OTTV
yang lebih rendah daripada bata dan
ekonomis dengan mempertim-bangkan
harga dan kemudahan produksinya.

4. Evaluation of N.Patcharaprakiti Permasalahan yang diangkat adalah


Energi and & J. Saelao mempelajari mengenai arsitektur hijau
Atmosphere yang peduli terhadap penghematan
Section for energi di dalam bangunan.
Thailand Green Tujuan yang ingin dicapai adalah
building Project dapat merancang suatu bangunan
Case Study (2012) hemat energi dengan dengan
mengamati aspek-aspek yang
International berpengaruh di dalam perancangan
Journal of bangunan hijau.
Information and
Electronics Metode penelitian yang digunakan
Engineering, Vol. adalah dengan menilai setiap aspek
2, No. 4, July 2012 yang diteliti, selain itu untuk
menentukan besaran nilai
OTTV/RTTV pada bangunan
menggunakan software dari
departemen energi.
Hasil penelitian yang di dapatkan

adalah bangunan hemat energi yang


diteliti, menggunakan energi untuk
operasionalnya tidak melebihi dari
nilai yang telah ditentukan oleh
pemerintah.

5. Concept of J. Vijayalaxmi Permasalahan yang diangkat adalah


Overall thermal pada saat ini banyaknya desain sebuah
transfer value bangunan akan mempengaruhi
(OTTV) in Design penggunaan energi yang akan
digunakan oleh bangunan tersebut.
of Building
37

Envelope to Tujuan yang ingin dicapai adalah


Achieve Energi mengamati hubungan antara
Efficiency (2010) penggunaan energi pada bangunan
dengan desain bangunan tersebut
Int. J. of Thermal dengan memfokuskan pengamatan
& Environmental pada OTTV.
Engineering Metode penelitian yang digunakan
Volume 1, No. 2
adalah mengamati setiap bagian sisi
(2010) 75-80 bangunan dan menghitung nilai OTTV
pada setiap sisi tersebut.
Hasil penelitian yang di dapatkan

adalah desain yang dapat mengurangi


pancaran radiasi langsung pada
bangunan akan dapat mengurangi nilai
OTTV pada setiap sisi bangunan.

Berdasarkan kelima jurnal tersebut, dapat ditarik sebuah intisari mengenai

pengaruh selubung bangunan di dalam konservasi energi terdapat faktor-faktor yang

dapat meminimalkan penggunaan energi di dalam bangunan, seperti penataan masa

bangunan dan penataan lingkungan di sekitar bangunan. Penataan masa bangunan

dilakukan dengan cara mengatur orientasi bangunan yang optimal dengan cara

memperkecil luasan sisi bangunan pada arah timur dan barat. Sementara penataan

lingkungan dapat dilakukan dengan penataan penghijauan agar tumbuhan-tumbuhan

tersebut dapat membuat bayangan yang dapat membayangi sisi bangunan agar panas

radiasi dari matahari tidak langsung mengenai sisi bangunan (Tumbuhan dapat

digunakan sebagai second screen facade alami). Penggunaan material yang tepat

pada setiap sisi bangunan juga akan memperkecil nilai OTTV.

Dari jurnal-jurnal tersebut diperoleh unsur kebaruan dari penelitian ini


yaitu penggunaan selubung bangunan yang memfokuskan pada faktor
pembayangan untuk mengontrol nilai OTTV. Dengan mengontrol nilai OTTV
diharapkan dapat mengurangi suhu di dalam bangunan. Dengan semakin rendahnya
suhu di dalam ruang, mengakibatkan kerja mesin pendingin udara semakin ringan.
Dengan semakin ringannya kerja mesin pendingin udara, mengakibatkan
penggunaan listrik pada bangunan dapat dikurangi.
38

2.5 Kerangka Berpikir

Gambar 27. Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai