Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

Tentang
“BERBAGAI INTERVENSI KEPERAWATAN PADA ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA”
Dosen Pembimbing : Ani Haryati S.KM, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 (EMPAT)
NAMA :
 NURUL SYAHRAENI
 IIN FADILA
 PUTRI KHAIRATU AYUN
 NURWAHIDAH (24)
 NURWAHIDAH (25)
 NOVITASARI
 ARIF RAHMAN
 MULYADIN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDY D-IV KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan kehendak-Nya
makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN KELUARGA. Adapun
materi yang akan kami bahas dalam makalah sederhana ini yaitu “BERBAGAI
INTERVENSI KEPERAWATN PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA”
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah
ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah ini,
karena lewat makalah ini kami dapat memahami dan mempelajari secara khusus tentang
pentingnya dalam kehidupan manusia mengenai makalah tersebut.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami
sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan juga kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Bima, September 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan
keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G Balion dan Aracelis
Maglaya, 1989).

Dari ketiga pengertisn diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang tinggal
dalam satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-
masing untuk menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.

Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui


praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian keluarga dan pengertian keperawatan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap
dan keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).
Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G Balion dan Aracelis
Maglaya, 1989).
Dari ketiga pengertisn diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang
tinggal dalam satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya
masing-masing untuk menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.
Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).

2. Tipe atau jenis keluarga

Menurut Frieman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga tradisional dan
keluarga non tradisional.
1. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
 Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.
 Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,
nenek, bibi dan paman.
 Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
tinggal dalam satu rumah tanpa anak.
 Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang
tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
 Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
 Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri
yang sudah lanjut usia.
2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
 Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah,
hidup dalam satu rumah.
 Orang tua (ayah, ibbu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
 Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup
bersama dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.

3. Struktur keluarga

Menurut Friedcman (1998), struktur keluarga terdiri dari :


 Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya
hierarki kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil
jika pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas
dan berkualitas, dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat
asumsi, berkomunikasi sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan
(receiver) dapat menerima pesan dengan baik jika dapt menjadi pendengan
yang baik, memberi umpan balik dan dapat memvalidasi pesan yang
diterima.
 Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.
 Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate
power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power
(hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.
 Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.

4. Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan


kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran
yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
 Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota
masyarakat dari lingkungannya.
 Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
 Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat
perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual
5. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :


 Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
 Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna
untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
 Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
 Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
 Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga dibidang kesehatan.

Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :

 Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga.
 Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan
strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.
 Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
 Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu
menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
 Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang
mungkin dialami oleh keluarga.
 Fungsi reliugius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran agama.
 Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
 Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga tempat
untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh, diantaranya seks yang
sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-anak.
 Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.
Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatin dan
rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbun dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangka asuh, yaitu menuju
kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara
sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial
dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap
menadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

6. Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga

Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus


kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
 Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai
tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama,
menetapkan tujuan bersam, membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB.
 Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas
perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggungjawab,
adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua.
 Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama
yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas
perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan
kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggungjawab dengan anggota
keluarga yang lain.
 Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13
tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas
untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalkam memnyelesaikan
masalah, memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi
keluarga.
 Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertam 13 tahun
sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah
menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan
keluarga dalam bertanggungjawab dan mempertahankan filosofi hidup.
 Keluarga denagn anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama,
meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata
kembali sumber dan fasilitas, penataan yanggungjawab antar anak,
mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan
menantu.
 Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan
rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu
mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada
semua tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan,
mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas
sosial.
 Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari
salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini,
yaitu menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup,
mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan masyarakat.

7. ASUHAN KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

Tahap intervensi ini diawali dengan penyelesaian perencanaan perawatan.


Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang; klien (individu atau keluarga), perawat,
dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas, dan orang-orang lain dalam
jaringan kerja sosial keluarga,

Mengikuti pengkajian terhadap keluarga dan diskusi bersama terhadap keprihatinan-


keprihatinan dan masalah-masalah keluarga, perawat keluarga dan keluarga perlu
memutuskan apakah intervensi keluarga diusulkan. Kriteria untuk membuat keputusan
tennasuk keinginan dan motivasi keluarga dalam menerima bantuan dan mencoba
memecahkan masalah-masalahnya, dan tingkat berfungsinya keluarga, tingkat keterampilan
keluarga itu sendiri, serta sumber-sumber yang tersedia (Wrightdan Leahey, 1984).

Di samping rutinitas perawatan yang bersifat preventif dan promosio-nal. Wright dan
Leahey menyarankan bahwa normalnya keluarga memerlukan bantuan dalam situasi sebagai
berikut:

 Sebuah keluarga menjadi penyebab suatu masalah di mana hubungan di antara para
ang-gota keluarga terganggu
 Seorang anggota keluarga menjadi penyebab suatu penyakit yang mempunyai
pengaruh buruk terhadap anggota keluarga yang lain.
 Anggota keluarga memperbesar gejala-gejala atau masalah seorang individu.
 Kemajuan kesehatan seseorang anggota kelu-arga menimbulkan gejala atau
kemerosotan pada seorang anggota keluarga yang lain.

Selarna pelaksanaan intervensi-intervensi perawatan, data-data baru secara terns menerus


mengalir masuk. Karena informasi ini (respons-respons dari klien, perubahan-perubahan
situasi, dll.) dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk
mengkaji ulang situasi dengan keluarga dan membuat modifikasi-modifikasi tanpa rencana
terhadap perencanaan.
TINGKATAN INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

Ada bermacam-macam tingKat intervensi perawatan keluarga dalam hubungannya


dengan kompleksitas intervensi itu sendiri. Wright dan Leahey (1984) membaginya menjadi
dua tingkatan intervensi—intervensi permulaan dan intervensi yang telah maju. Pada praktik
perawatan keluarga tingkat dasar, intervensi bersifat suportifdan mendidik (edukatif), dan
langsung ke arah sasaran. Sedang-kan pada tingkat yang telah maju, intervensi meliputi
sejumlah intervensi terapi keluarga yang bersifat psikososial dan tidak langsung.

TIPOLOGI INTERVENSI KEPERAWATAN


Klasifikasi Freeman's.
Freeman (1970), dalam naskah keperawatan kesehatan klasik, mengkla-sifikasi intervensi
sebagai berikut:
 Suplemental. Di sini perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan langsung
dengan mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak bisa melakukannya.
 Fasilitatif. Dalam hal ini perawat keluarga menyingkirkan halailgan-halangan
terhadap pelayanan-pelayanan yang diperlukan, seper-ti pelayanan medis,
kesejateraan sosial, trans-portasi dan pelayanan kesehatan di rumah.
 Perkembaiigan. Tujuan-tujuan perawatan di-arahkan pada perbaikan kapasitas
penerima perawatan agar dapat bertmdak atas nama dirinya (mempromosikan
kelompok keluarga dalam hal perawatan din dan tanggungjawab pribadi). Membantu
kelu.arga memanfaatkan sumber-sumber perawatan kesehatan pribadi seperti sistem
dukungan sosial internal mau-pun, eksternal dalam satu intervensi sernacam itu
(Milardo, 1988),

Klasifikabi Menurut Wright Dan Leahey


Wright dan Leahey (1984) membicarakan secara mendalam proses implementasi intervensi
perawatan keluarga yang diarahkan secara pro-fesional. Mereka menggolongkan intervensi
keluarga dalam tiga tingkatan fungsi keluarga:
a. Kognitif.
b. Afektif
c. Perilaku

Intervensi yang Ditujukan pada Perubahan Perilaku Keluarga


Ketika para perawat bckerja dengan keluarga, intervensi pun diarahkan untuk
membantu ang-gota keluarga mengubah perilaku mereka, dengan tujuan akhirnya untuk
memperkokoh fungsi keluarga atau tingkat kesejahteraan yang tinggi. Untuk perawat yang
bekerja dengan keluarga dalam jangka waktu yang lama, haros diingat bahwa pembahan
dalam keluarga akan membuahkan hasil "setelah beberapa waktu, lewat serentetan gerakan
intenvensif, masing-masing menjadi lebih besar daripada informasi yang diperoleh. dan
sebagian dilakukan lewat observasi hasil mter-vensi-intervensi sebelumnya" (Hartman dan
Laird, 1983. hal 306).
Konsep-konsep pembahan bersifat sangat niembantii meniikirkan cara-cara menolong
keluarga agar bembah. Wright dan Leahey (984) me-wamai sejumlah konsep pembahan yang
mereka anggap penting dalam membantu mereka bekerja sama dengan keluarga-keluarga
yang bermasalah:
 Perubahan tergantung kepada konteks.
 Perubahan tergantung kepada persepsi (dari klien) terhadap masalah.
 Perubahan tergantung kepada tujuan-tujuan yang realistis.
 Pemahaman itu sendiri tidak menyebabkan perobahan.e
 Perubahan tidak periu terjadi secara merata pada semua anggota keluarga.
 Perubahan dapat saja memiliki banyak sekali penyebab.

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA KHUSUS


Banyak sekali intervensi keperawatan keluarga yang ada, yang dapat digunakan
dalam bekerja dengan keluarga. Intervensi mana yang dipilih dan seringkali menjadi hasil
dari model teoritis yang digunakan oleh perawat keluarga dalam perawat-an keluarga
tertentu, dan dibuat pula diagnosa keperawatan keluarga serta pemmusan tujuan-tu-juannya.
Misalnya bimbingan antisipasi (sema-cam strategi pengajaran) ditekankan dalam per-
kembangan model'(model perkembangan) sedangkan strategi intervensi krisis serir&g
diguna-kan jika suatu model keluarga stres dan model koping dsgunakan dalam praktik. .
Malahan strategi-strategi intervensi khusus yang digunakan oleh profesional
perawatan kese-hatan bersama keluarga mungkin tergantung kepada tingleat berfungsinya
keluarga. Leavitt (1982) mengklasifikasikan keluarga dalam tipe-tipe yang sangat fusigsional,
agak disfungsional, sangat disfungsional, akut dan sangat disfungsional, dan kronis.
Intervensi perawatan beraneka macam, tergantung kepada tingkat fungsionalitas keluarga.
Misalnya, dengan keluarga yang sangac fungsional, tindakan-tindakan perawatan keluarga
semata-mata bersifat promotif dan preventif (pengajaran dan penyediaan informasi). Berbeda
dengan tipe-tipe keluarga yang sangat disfimg-sional dan akut, terapeutik jangka pendek dan
panjang, dan tindakan-tindakan yang suportifdais" promotif (Leavitt, 1982).
Intervensi - intervensi yang diimplementasikan, tergantung kepada keluarga, karena keluarga
me-rupakan partisipan aktifdalam penyusunan tujuan dan seleksi intervensi. Dalam hal
tertentu, stra-tegi edukatif (pengajaran) dan suportif meropa-kan inti dari strategi intervensi
tanpa memandang semua faktor yang terlibat.
Dalam setiap yang bab yang berbicara tentang pengkajian dan intervensi, juga
diidentifikasikan intervensi-intervensi tertentu yang ditekankan pada bidang-bidang tertentu..
Intervensi Keperawatan Keluarga :
 Modifikasi Perilaku
 Pembuatan Kontrak
 Manajemen / koordinasi kasus
 Strategi – strategi kolaboratif
 Konseling termasuk dukungan, penilaian kognitif dan membuat kembali kerangka.
 Memberi kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif.
 Modifikasi lingkungan
 Advokasi keluarga
 Intervensi krisis keluarga
 Membuat jaringan kerja termasuk penilaian kelompok bantuan diri dan dukungan
sosial
RINTANGAN TERHADAP PENGIMPLEMENTASIAN INTERVENSI

Apatis dan Perbedaan Nilai.


Dalam melaporkan karya dengan keluarga-keluarga misJkin dan yang
berbeda-beda secara budaya dalam komuinitas. Dyer (1973) menyebutkan dua
masalah terkait yang mana mempertentangkan perawat kelu-j arga—yaitu apatis dan
ketidaktegasan keluarga. Masalah pertama dari permasalahan perilaku ini tidak harus
diakui sebagai sebuah masalah utama, tapi yang lebih penting, harus diinterpretasikan
menurut artinya yang tepat.
Masalah pertama dari permasalahan perilaku ini adalah apatis. Manifestasi
perilaku dari apatis sangat nampak. Ketika perawat menemukan ma-salah-masalah
kesehatan yang ia rasakan sangat mempengaruhi keluarga dan mendiskusikan ma-
salah-masalah ini dan rekomendasi-rekomendasi, keluarga memberikan
rekomendasari dengan sikap "so what" (mengaipa hal tersebut sangat pen-ting?,
mengapa saya harus perhatikan) dan tidak memberikan landa-tanda untuk melakukan
tindak-an atau tanda-tanda keprihatinan. Apakah keluarga benar-benar tidak
memperhatikan? Tidak selalu demikian. Hal ini senantiasa menjadi masalah bahwa
ada perbedaan dalam nilai-nilai, khu-susnya jika keluarga berasal dari latar belakang
sosioekonomikatau etnis yang berbeda. Padahal, perawat merasa bahwa kesehatan
seharusnya menjadi prioritas tertinggi, dan kebutuhan dasar psikologis serta
keselamatan bagi keamanan eko-nomi.rumah yang layak huni, dan makanan yang
cukyp seperti ini bagi keluarga-keluarga semacam itu memiliki urgensi yang lebih
besar. Banyak sekali praktik dalam bidang kesehatan (rtiis., nu-trisi yang
direncanakan secara hati-hati, kebersih-an. perawatan kesehatan preventif).
Dengan demikian, apa yang perawat pandang sebagai apatis benar-benar merupakan
lanjutan dari pengalaman hidup keluarga dan perbedaan dalam nilai-nilai. Perawat
yang soring dihadapkan dengan tugas-tugas untuk mencoba menolong keluarga
dalam upaya memperoleh kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendasar, sehingga
mereka dapat mena-ngani perbaikan kesehatan mereka sendiri.
Bahkan tugas pendidikan lebih sulit jika ja-ringan kerja sosial keluarga atau
sistem sosial (kerabat. teman-teman dan tetangga) tidak mendu-kung tindakan
kesehatan yang diperlukan« Beberapa riset menunjukan bahwa jika anggota suatu
kelompok mengadopsi praktik-praktik barn yang'' saling mendukung satusama lain,
maka kemung-kinan perubahan perilaku akan lebih besar. Ber-dasarkan pemahaman
ini, banyak terapeutik dari kelompok bantuan mandiri yang telah terbentuk untuk
membantu para anggota keluarga mengadopsi pola-pola perilaku yang barn (mis.,
Alcoholic Anonymous, Parent Anonymous, Weight Watchers, Colostomy Club,
Reach for Recovery., kelompok-kelompok psikoterapi).

Apatis, Keputusaan/dan Kegagalan


Di samping perbedaan nilai, apatis juga boleh jadi hasil suatu perasaan putus
asa—suatu keyakinan bahwa apa saja yang dikerjakan oleh keluarga tidak akan
menjadi masalah atau fatalisme—perasaan bahwa "Apa yang akan terjadi, terjadilah."
Fatalisme merupakan. suatu paham sentral di kalangan kaum miskin dan kaiim
tidak berdaya. Masalah-masalah tersebut mungkin terialu berat bagi individu-mdividu
'untuk mereka tahu dari mana mereka hams mulai. Dengan memecahkan suatu tugas
menjadi tugas-tugas yang lebih kecil, yaitu dengan langkah-langkah yang bemmtan,
mungkin cara ini dapat membantu sebuah keluarga maju terns ke arah suatu tujuan
secara sukses yang mulanya nampak ddak bisa diatasi. Mungkin hams diingat bahwa
mencoba tidak m6nyelesaikan suatu tujuan merupakan Suatu cara yang lazim untuk
koping terhadap "menyelamatkan muka/' karena cara ini menghindari rasa malu
akibat kegagalan

Apatis dan Kegagalan.


Penjelasan kedua .perilaku apatis pada sisi keluarga adalah. bahwa ; anggota
keluarga merasa adanya kegagalan men" capai efekti vitas dan tersedianya pelayanan.
"Jadi Saya menderita kanker? Takada yang bisa dilaku-kan bila mereka benar-benar!
menemukannya!" Tanpa suatu persepsi. bahwa penanganan yang efektif dan yang
dapat diterapkan benar-benar ada, klien tidak akan mencari pelayanan perawatan
kesehatan (Becker, 1972). Perawat yang berpusat pada keluarga periu meneliti situasi
di mana apatis tersebut berada dan mencoba menentukan apa yg sedang terjadi.
Apakah informasi yang salah tentang masalah, atau keuangan, atau tentang .najemen
sumber-sumber dalam keluarga, atau•asaan takut yang beriebihan.

Ketidaktegasann.
DYER (1973)) menggambarkan, ketidaktegasan sebagai bidang perilaku yang
ketiga, yang ditemukan oleh perawat di dalam komunitas sebagai suatu masalah.
Dalam hal ini, keluarga nampaknya tidak apatis, tapi juga tidak tegas. Apa yang
menyebabkan jenis perilaku ini? Dyer mengklasifikasi beberapa di antaranya. Per-
tama ketidaktegasan diakibatkan oleh ketidak," mampuan melihat kelebihan dari
suatu tindakan terhadap suatu tindakan lain. Apa yang dikerjakan, keuntungan dan
kemgian nampaknya sama saja. Dalam hal ini perawat periu membantu keluarga
memecahkan masalah menggali berbagai tindakan pro dan kontra, di samping
perasaan anggota keluarga.
Diharapkan proses ini menghasilkan suatu pendekatan yang dapat memperoleh
superioritas dalam pikiran anggota keluarga sehingga mereka bisa,ambil tindakan.,
Beberapa klien yang matian-matian mengmginkan saran langsung tentang apa yang
hams dikerjakan. Pertimbangan yang sangat hati-hati periu diberikan atas permintaan
mereka. Kadang-kadang ketergantungan sementara, mem-pakain kesempatan yang
paling baik, tapi umum-ny a pendekatan ini hanya mampu memecah.kan masalah
tertentu, dan sementara itu keluarga tidak meiripelajari bagaimana mengkopmg
masalah berikutnya secara mandiri. Menjadi seorang i-ndi-vidu sumber pendukung
merupakan peran yang lebih disenangi.
Ketidaktegasan mungkin juga merupakan aki bat dari perasaan takut dan
masalah-masalah yang tidak diekspresikan.Ansietas dan takut yangjela tidak mampu
memobilisasi kemampuan memecahkan masalah.
Pengambilan keputusan secara de-facto (membiarkan hal-hal terjadi) boleh
jadi merupakan bagian dari gaya hidup keluarga. Jenis pengambilan keputosan ini
terbukti menonjol dalam keluarga yang tercerai berai dan keluarga miskin

EVALUASI
Komponen ke lima dari proses keperawatan ada-lah evaluasi. Evaluasi
didasarkari pada bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh
keluarga, perawat, dan yang lainnya. Keefek-tifan ditentukan dengan melihat respons
keluarga dan hasil (bagaimana keluarga memberikan respons), bukan intervensi-
intervensi yang dimplementasikain Sekali lagi evaluasi mempakan suatu upaya
bersama antara perawat dan keluarga.
Meskipun evaluasi dengan pendekatan ter-pusat pada klien paling relevan,
sering kali mem-buat frustrasi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam membuat
kriteria objektif untuk hasil yang dikehendaki dan karena faktor-faktor di luar inter-
vensi-intervensi terencana yang mengintervensi dan mempengaruhi hasil
keluarga/klien. Karena faktor-faktor semacam itu, seorang tidak pernah bisa melihat
kemanjuran dari intervensi keperawatan secarajelas dan "murni."
Rencana perawatan mengandung kerangka kerja evaluasi. Jika secarajelas telah
digambarkan tujuan perilaku yang spesifik, maka hal ini dapat berfungsi sebagai
kriteria evaluasi bagi tingkat efektivitas yang telah dicapai. Bahkari dalam beberapa
cohtoh, mungkin perlu mengembangkan kriteria yang lebih spesifik bagi evaluasi
tujuan. Misalnya, tujuannya, "Keluarga akan mengupaya" kan perawatan medis bagi
bayinya yang sakit," mungkin Sebih membutuhkan kriteria yang lebih spesifik untuk
memlai apakah tujuannya telah dicapai. Kriteria untuk evaluasi boleh jadi meiiputi
fakta bahwa keluarga telah ditangani oleh seorang ahli pedriatik dan bayi yang
menderita penyakit. Akan tetapi, dalam banyak kasus, tujuan yang ditulis dalam
istilah-istilahkhusus untukmenghm-dari perkembangan kriteria selanjutnya, seperti
"Anak akan memperoleh pelayanan diagnosa dan penanganan dari ahli pedriatik
dalam jangka waktu 1 hingga 3 hari."
Evaluasi mempakan proses berkesinambung-an yang terjadi setiap kali
seorang perawat mem-perbaharui rencana asuhan keperawatan. Sebelum
perencanaan-perencanaan dikembangkan dan di-modifikasi, perawat bersama
keluarga perlu melihat tindakan-tindakan perawatan tertentu apakah tindakan-
tindakan perawatan tersebut benar-benar membantu. Jika respons terhadap intervensi
perawatan tidak dievaluasi secara ber-sama-sama, makatindakan perawatan yang
efektif akan tetap ada.
Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang perlu difenungkan ketika melakukan
evaluasi:
 Apakah ada Konsensus antara keluarga dan anggota tim perawatan kesehatan
lain dalam hal evaluasi?
 Data tarnbahan apa yang perlu dikumpulkan untuk mengevaluasi
perkembangan?
 Apakah terdapat hasil tersembunyi yang perlu dikembangkan?
 Jika perilaku dan persepsi keluarga menyata-kan bahwa masalah dimaksud
diselesaikan secara tidak memuaskan, maka apa alasan-nya?
 Apakah diagnosa keperawatan, tujuan-tuju-an, dan pendekatan-pendekatan
bersifat realistis dan akurat?

Ada bermacam-macam metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan. Faktor


yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus di-sesuaikan dengan
tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.

MODIFIKASI
Modifikasi mengikuti perencanaan. evaluasi dan mulai dengan proses siklus
kembali ke pengkajian dan pengkajian ulang dengan memberikan informasi yang
diperoleh dari'pertemuan-pertemuan sebelumnya, dan lalu ditemskan dengan revisi
setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
Seringkali, modifikasi ini sulit dilakukan, karena hanya akan mendatangkan
frustrasi dan menurunkan egoserta mengakui bahwa evaluasi dan implementasi kita
tidak berjalan efektif. Sehingga dalam bekerja dengan keluarga untuk jangka waktu
yang lama, serigkali kita hanya melihat perolehan hasil yang begitu lambat, atau tidak
ada kemampuan sarna sekali—paling tidak pada saat kita bekerja dengan mereka.
Dalam hal ini kita perlu yakin bahwajika kita meneruskan penelitian kita
untuk mendapat suatu diagnosa yang lebih akurat atau suatu perencanaan yang lebih
efektif, kita puriya kesempatan untuk ber-hasil dan sumber-sumber yang perlu
dikembang-kan akan setara dengan hasildiperoleh. Akan tetapi, yang paling penting
adalah menyimpang dalam benak prinsip-prinsip penentuan diri sen-diri—bahwa
keluarga mempunyai hak memutus-kan apa yang terbaik bagi mereka dan membuat
keputusan-keputusan menyangkut kesehatan mereka sendiri.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan
keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G Balion dan Aracelis
Maglaya, 1989).

Dari ketiga pengertisn diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang tinggal
dalam satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-
masing untuk menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.

Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui


praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).

Anda mungkin juga menyukai