Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada
diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan
dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk
pelajaran.
kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat
penyembuhan.
8) Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan
yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9) Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis
untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki
masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab
konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9&Itemid=38
DESKRIPSI UMUM
Kedudukan Layanan Konsultasi Dalam Bimbingan dan Konseling
Pola-17 Plus
Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) memperoleh
perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberiwarna tersendiri bagi arah
bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di jajaran pendidikan dasar dan menengah.
Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu berkembang menjadi BK Pola-17 Plus. Kegiatan BK ini
mengacu pada sasaran pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua peserta didik
dan warga masyarakat.Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola-
17 Plus. Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil pengembangan
dari BK Pola 17 Plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini, maka layanan konsultasi
dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang tugas konselor dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling, khususnya pelayanan BK di sekolah.
Menurut Prayitno (2004: i-ii) butir-butir pokok BK Pola-17 Plus adalah sebagai berikut:
A. Keterpaduan mantap tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas, serta landasan
BK
Munro, dkk (dalam Prayitno, 2004: 5) menyebutkan ’ada tiga etika dasar konseling yaitu
kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri (kemandirian)’. Etika
dasar ini terkait langsung dengan asas konseling. Asas ini juga berlaku pada layanan
konsultasi. Ketiga asas ini diuraikan sebagai berikut:
(1) Asas kerahasiaan
Seorang konselor diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan, dengan harapan adanya
kepercayaan dari semua pihak maka mereka akan memperoleh manfaat dari pelayanan BK.
Oleh karena itu, Mugiarso (2004: 24) mengemukakan bahwa ”asas kerahasiaan merupakan
asas kunci dalam usaha BK, dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab”. Asas kerahasiaan pada layanan konsultasi yang dimaksudkan adalah
menyangkut jaminan kerahasiaan identitas konsulti dan pihak ketiga, dan jaminan
kerahasiaan terhadap permasalahan yangdialami pihak ketiga.
(2) Asas kesukarelaan
Kesukarelaan yang dimaksudkan pada layanan konsultasi adalah kesukarelaan dari konselor
dan konsulti. Konselor secara suka dan rela membantu konsulti untuk membantu
mengarahkan bantuan pemecahan masalah yang akan diberikan kepada pihak ketiga.
Kesukarelaan konsulti yaitu bersikap sukarela datang sendiri kepada konselor, dan kemudian
terbuka mengemukakan hal-hal
yang terkait dengan konsulti sendiri dan pihak ketiga dengan tujuan agar permasalahan yang
dialami pihak ketiga segera terselesaikan.
(3) Asas kemandirian
”Pada layanan konsultasi, konsulti diharapkan mencapai tahap-tahap kemandirian berikut: (1)
memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan dinamis, (2) memahami dan
menerima lingkungan secara objektif, positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan secara
positif dan tepat, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil, (5)
mewujudkan diri sendiri” (Prayitno,2004: 8-9).
(4) Asas – asas yang lain
Yaitu: asas kegiatan, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, kehlian alih tangan,
dan tut wuri handayani, pelaksanaannya dalam layanan konsultasi sama dengan pelaksanaan
asas-asas tersebut dalam pelayanan konseling perorangan dan layanan lainnya dalam profesi
konseling. Kekhususan aplikasi asas-asas tersebut dalam layanan KSI terfokus pada kondisi
diri konsulti dalam kaitannya dengan pihak ketiga dan permasalahannya.
http://iyus-ruslan.blogspot.co.id/2013/11/layanan-konsultasi-dalam-pelayanan.html
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya
melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang
bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok (Prayitno dalam
Vitalis, 2008:63).
Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran
dan perilaku yang disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama
anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan
hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik (Winkel dan Hastuti, 2004:198).
Materi layanan konseling kelompok dapat mencakup hal-hal sebagai berikut (Prayitno dalam Vitalis,
2008:64):
Terdapat dua teknik layanan konseling kelompok antara lain (Tohirin, 2007:182):
a. Teknik Umum (pengembangan dinamika kelompok)
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok
mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok
untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi antara
lain :
Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan baik sebagai sebagai selingan
maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok
yang efektif harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut :
1. Sederhana
2. Menggembirakan
3. Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
4. Meningkatkan keakraban
5. Diikuti oleh semua anggota kelompok
Terdapat lima fase proses konseling kelompok (Winkel dan Hastuti dalam Vitalis, 2008:66):
a. Pembukaan
Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working relationship) yang baik, yang
memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Jika konselor dan
konseli bertemu untuk pertama kali, waktunya akan lebih lama dan isinya akan berbeda
dibandingkan dengan pembukaan saat konseli dan konselor bertemu kembali untuk melanjutkan
wawancara yang telah berlangsung sebelumnya.
b. Penjelasan masalah
Konselor mempersilahkan atau mengundang konseli untuk mengungkapkan alam perasaan, alam
pikiran kepada konselor secara bebas. Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau pikiran
konseli dengan teknik yang sesuai, memiliki derajat emosional yang tinggi, semakin membuka
dirinya.
d. Penyelesaian masalah
Berdasarkan data setelah diadakan analisis kasus, konselor dan konseli membahas bagaimana
persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama fase ini harus ikut berfikir, memandang dan
mempertimbangkan, peran konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian
permasalahan pada umumnya lebih besar.
e. Penutup
Mengakhiri proses konseling dapat mengambil bentuk yang agak formal sehingga konselor dan
konseli menyadari bahwa hubungan antar pribadi telah usai. Oleh karena itu biasanya konselor
mengambil inisiatif dalam memulai fase penutup ini.
http://www.kajianpustaka.com/2013/01/layanan-konseling-kelompok.html
Menurut Prayitno (1995: 61) bahwa “Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika
untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih
menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”.
Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa : Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari
narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk
menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang
diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam
penelitian ini adalah membentuk konsep diri positif.
Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan
dicapai dalam layanan layanan kelompok yang diselenggarakan.
Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa,
khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan Bimbingan
Kelompok hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan,
diringankan melalui berbagai cara dan dinamikan melalui berbagai masukan dan tanggapan
baru. Selain bertujuan sebagimana Bimbingan Kelompok, juga bermaksud mengentaskan
masalah klien denagn memanfaatkan dinamika kelompok.
2. Tujuan Khusus
https://sugithewae.wordpress.com/2012/12/12/pengertian-dan-tujuan-layanan-bimbingan-
kelompok/