Anda di halaman 1dari 3

Penanganan luka kronis

Luka kronis adalah luka yang sudah lama dan tak kunjung sembuh karena mengalami kegagalan dalam
proses penyembuhan sehingga membutuhkan waktu yang lama. Pengobatan luka kronis tidak hanya
sekedar diberikan obat luka lalu sembuh. Contoh luka kronis ; luka diabet, luka kanker, luka abses, luka
tekan atau dekubitus.

Luka kronis sering kali sulit disembuhkan akibat terbentuknya biofilm. Biofilm adalah sekumpulan
bakteri yang hidup bersama dalam luka yang mengeluarkan matriks seperti gel yang bisa melindungi
mereka (kumpulan bakteri) dari antibiotik atau apapun yang diberikan dari luar. Di dalam itu mereka
bisa saling bertukar informasi mengenai ketahanan antibakteri dan sebagainya.

Cara merawat/menyembuhkan luka kronis yaitu dengan menggunakan manajemen TIME.

T : Tissue Management (Manajemen Jaringan)

I : Inflamation and infection control (control inflamasi dan infeksi)

M : Moisture balance (kelembaban yang seimbang)

E : Ephitelial (Edge) Advancement (kemajuan epitel/tepi luka)

1. T : Tissue Management

Tujuan :

Mengangkat jaringan mati (debridement) , Membersihkan dari benda asing, Persiapan dasar luka
kuning/hitam menjadi merah.

Manajemen jaringan tindakan utamanya adalah dengan melakukan debridemang, dimulai dari
mengkaji dasar luka sehingga dapat dipilih jenis debridemang yang akan dilakukan. Debridemang adalah
kegiatan mengangkat atau menghilangkan jaringan mati (devaskularisasi), jaringan terinfeksi dan benda
asing dari dasar luka sehingga dapat ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi yang baik.

Cara debridemang diantaranya :

· Metode chemical

Debridemang dengan menggunakan bahan kimia. Diantaranya sodium hypochlorite (dakin’s solution)
merupakan media yang digunakan dalam chemical debridemang.

Enzymatic debridemang dapat menggunakan tumbuhan herbal, seperti enzim papain (papaya),
bromelain (nanas). Sedangkan biolysis menggunakan maggots (larva/belatung).

· Mechanical debridemang

Menggunakan kasa (digosok/usap) atau pinset atau dengan konsep wet-dry dressing, atau dengan
irrigasi tekanan tinggi dan hidroterapi/whirlpoll.
· Autolisis debridemang

Tubuh memiliki enzim yang berperan dalam pembersihan. Proses penyembuhan ini dapat terjadi pada
suasana lembab. Dengan menciptakan suasana lembab pada luka dapat terjadi proses autolysis.

· Conservative sharp wound debridement (CSWD)

Merupakan tindakan mengangkat jaringan mati yang tidak berdarah dan tidak menimbulkan sakit,
sehingga tidak memerlukan anestesi dan tidak menimbulkan perdarahan hebat. CSDW dikenal dengan
nekrotomi dan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bersertifikat khusus, misal seorang ETN
(Enterostomal Therapy Nurse) atau WOCN (Wound Ostomy Continence Nurse) atau CWT (Certified
Wound Therapis) dan sertifikasi nasional atau internasional yang selalu melakukan uji kompetensi untuk
keabsahannya.

· Surgical Debridement

Merupakan tindakan pembedahan dan hanya boleh dilakukan oleh dokter bedah, jaringan yang diangkat
dapat berupa jaringan mati maupun jaringan sehat yang cenderung rusak.

2. I : Inflamation and infection control

Tujuan :

Mengontrol peradangan, Mengurangi jumlah perkembangbiakan kuman, Mencegah infeksi,


Mengatasi infeksi.

Semua luka kronis adalah luka yang terkontaminasi tapi tidak selalu ada infeksi (Smith, 1983). Infeksi
adalah pertumbuhan organisme pada luka yang berlebihan dan ditandai dengan terjadi reaksi jaringan
local maupun sistematis. Sebelum terjadi infeksi ada proses perkembangbiakan kuman mulai dari
kontaminasi, kolonisasi, kritikal kolonisasi lalu infeksi (Schultz et al., 2003). Luka dikatakan infeksi jika
ada tanda infeksi, nanah, bertambah banyak dan sangat berbau, luka meluas, serta melalui pemeriksaan
penunjang diagnostic seperti : lekosit dan makrofag meningkat, kultur eksudat: BAKTERI > 106/gram
jaringan.

Lakukan pencucian dengan baik, gunakan cairan antiseptic yang seditkit korosif pada luka kontaminasi
kotor dan luka infeksi.

contoh jenis cairan antiseptic :

~ Iodine cair

~ Alcohol 70%

~ Faraclilum 1%
~ Clorhexidine

~ Chlorine 1%

~ Rebusan daun jambu dan daun sirih (astringent herbal)

Gunakan cairan fisiologis (aquabides, Nacl 0,9%, RL) pada luka bersih. Berikan balutan antimicrobial
sesuai jenis balutan yang dapat mengatasi infeksi pada metode WEI. Anjuran pada luka infeksi lakukan
ganti balutan minimal 1-2 hari sekali.

3. M : Moisture balance

Tujuan :

Mempertahankan kelembaban yang seimbang, Melindungi luka dari trauma saat mengganti balutan,
Melindungi kulit sekitar luka, Menyerap/menampung cairan luka.

Kelembaban pada kulit menjadi kebutuhan dasar, ketika kulit mengalami kerusakan, secara otomatis
juga masih membutuhkan suasana lembab lebih besar dibandingkan sebelumnya. Falanga pada tahun
2004 mengemukakan bahwa cairan yang berlebihan pada luka kronik dapat menyebabkan terganggunya
kegiatan sel mediator seperti growth factor pada jaringan. banyaknya cairan luka pada luka kronik dapat
menimbulkan perlukaan baru pada daerah sekitar luka, sehingga konsep kelembaban yang
dikembangkan adalah keseimbangan kelembaban dalam luka. Dalam memilih balutan yang sesuai dapat
menggunakan balutan yang dapat mengatasi eksudat.

4. E : Ephitelial (Edge) Advancement

Tujuan :

Mendukung proses pertumbuhan sel epitel, Mempercepat penutupan luka, Menjaga kelembaban
yang seimbang.

Proses penutupan luka dimulai dari tepi luka disebut dengan epitelisasi. Proses penutupan luka terjadi
pada fase proliferasi penyembuhan luka. Epitel (tepi luka) sangat penting untuk diperhatikan sehingga
proses epitelisasi dapat berlangsung secara efektif. Brikut adalah tanda epitel yang baik :

~ Halus

~ Tipis

~ Menyatu dengan dasar luka

~ Bersih dan lunak

Anda mungkin juga menyukai