Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang

Pendapatan Asli Daerah mempunyai peran penting dalam menunjang

sumber keuangan menyangkut kemandirian daerah dalam membiayai kegiatan

pemerintah, pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat yang

telah memberikan sumbangsih terhadap Pendapatan Asli Daerah. Sebagai

sumber utama pendanaan daerah, kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap

pendapatan daerah menunjukan otonomi daerah yang nyata karena dapat

menunjukkan bahwa daerah mampu dan sanggup memberikan pelayanan serta

melaksanakan pembangunan yang dibiayai oleh daerah itu sendiri.

Di dalam pelaksanaanya, pembangunan daerah banyak mengalami

hambatan, apa lagi bila sistem pembangunan ekonomi masih bersifat sentralistik.

Untuk mengatasi hambatan itu pemerintah menetapkan otonomi daerah mulai

tahun 2001 sampai saat ini. Salah satu tujuan otonomi daerah adalah untuk

menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan

pemerintah dapat dilakukan dengan lebih baik efisien dan efektif. Dengan

otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat menyelesaikan

permasalahnnya dalam mengelola daerahnya, sehingga berada dalam posisi

lebih baik untuk memobilisasi sumber daya secara mandiri serta untuk pencapain

tujuan pembangunan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tolak

ukur yang penting untuk menentukan tingkat kemampuan daerah dalam

melaksanankan otonomi daerah secara nyata bertanggung jawab. Otonomi

daerah membawa dampak positif bagi daerah yang memiliki potensi sumber
2

daya alam, tetapi tidak demikian dengan daerah yang miskin sumber daya

alamnya, yang merupakan salah satu masalah yang dihadapi pemerintah daerah

kabupaten/kota pada umumnya adalah terbatasnya dana yang berasal dari

daerah sendiri (PAD), sehingga proses otonomi daerah belum bisa berjalan

sebagaimana mestinya.

Sumber PAD berasal dari Pajak daerah, Retribusi Daerah, Hasil

pengelolaah kekayaan daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang Sah. Pendapatan Asli Daerah sangat penting dalam pelaksanaan

pembangunan karena dana ini adalah milik pemerintah daerah sendiri sehingga

pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh untuk mengelola dana

tersebut. Di lain pihat pemerintah daerah juga mempunyai tanggung jawab yang

sangat besar terhadap pengelolaan keuangan yang berasal dari pendapatan asli

daerah, karena dana itu berasal dari masyarakat daerah setempat yang berhak

untuk mendapatkan kembali dana tersebut dalam bentuk pembangunan yang

dilaksanakan didaerahnya. Setiap pemerintah daerah berupanya keras

meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri termasuk meningkatkan

perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Disamping pengelolaan terhadap

sumber PAD yang sudah ada perlu ditingkatkan dan daerah juga harus selalu

kreatif dan inovatif dalam mencari dan mengembangkan potensi sumber-sumber

PAD nya sehingga dengan semakin banyak sumber-sumber PAD yang dimiliki,

daerah akan semakin banyak memiliki sumber pendapatan yang akan

dipergunakan dalam membangun daerahnya.

Adapun data dari Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi kalimantan

timur menunjukan angka yang terus meningkat pada tahun 20011-2013. Ini

dapat dilihat dari tabel 1.1 di bawah ini.


3

Tabel 1.1

Realisasi Pendapatan Asli daerah di Provinsi Kalimantan Timur (000 Rp), 2011-
2013
Tahun Pendapatan Asli Daerah
2011 4.501.914.996,13
2012 5.408.577.250,26
2013 5.882.649.110,71
Sumber: BPS kaltim dalam angka 2011-2013

Bedasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa PAD Provinsi kaltim

mengalami peningkatan ampir setiap tahunnya yaitu dari tahun 2011 sebesar Rp

4.501.914.996,13 dan tahun 2012 sebesar Rp 5.408.577.250,26 sampai

pendapatan PAD tertinggi pada tahun 2013 sebesar 5.882.649.110,71.

Sedangkan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan hal ini disebabkan

karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran pungutan-pungutan

berupa Pajak dan Retribusi. Faktor utama karena Jumlah penduduk dari tahun

2011-2012 masih sedikit. Sehingga PAD pada tahun 2011-2012 mengalami

penurunan, karena PAD berasal dari masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan indikator yang sangat penting

untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil pembangunan yang dilaksanakan

oleh suatu daerah khususnya dalam bidang ekonomi. Adanya data pertumbuhan

ekonomi akan menunjukan sejauh mana kinerja pemerintah pada berbagai

sektor ekonomi dalam menghasilkan nilai tambah atau pendapatan masyarakat

pada suatu periode tertentu. Adanya pertumbuhan yang positif menunjukan

adanya peningkatan kinerja perekonomian, dan sebaliknya bila negatif berarti

menunjukan adanya penurunan kinerja perekonomian.


4

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah

Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk

suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk

menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan ekonomi ( Pertumbuhan Ekonomi ) dalam wilayah tersebut. Setiap

upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah

(Arsyad,1999:108-109). Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari

Pertumbuhan ekonomi, Struktur Ekonomi,Jumlah Penduduk dan Pendapatan

Daerah.

Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut merupakan

prioritas utama dalam pembangunan daerah yang berasaskan pada terwujudnya

pembangunan nasional. Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk

mewujudnya pembangunan nasional tersebut akan menghadapi banyak

tantangan dan hambatan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar

negeri. Faktor-faktor penghambat utama terhadap usaha untuk mempercepat

pembangunan ekonomi dan mencapai berbagai tujuan pembangunan, yang

berdasarkan lima macam teori yang menjelaskan penghambat-penghambat

tersebut yaitu; (i) Perkembangan Penduduk terhadap perkembangan tingkat

kesejahteraan masyarakat, (ii) akibat dualisme sosial, teknologi,dan penggunaan

tenaga kerja, (iii) lingkaran perangkat kemiskinan, (iv) masalah struktur ekspor

bahan mentah, dan (v) proses sebab akibat kumulatif. Tiga analisi pertama

merupakan analisis atas masalah yang di timbulkan oleh faktor dalam negeri
5

sedangkan faktor empat dan lima diakibatkan keadaan di luar negeri

(Sukirno,1985:202)..

Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari

setiap bangsa. Ketiganya adalah: akumulasi modal,pertumbuhan penduduk,dan

kemajuan teknologi (Todaro,2000:137).

Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam

mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang

diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. Dalam konsep

regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator

ekonomi makro suatu daerah, yang mengambarkan ada atau tidaknya

perkembangan perkonomian daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi

salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Pertumbuhan ekonomi mendorong Pemerintah daerah untuk melakukan

pembanguna ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan

lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan

ekonomi dalam daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB

dapat dihitung dengan dua cara : PDRB dengan minyak gas atau non migas.

Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan menggunakan PDRB riil (harga

Konstan) atau nominal (harga berlaku). Tetapi pertumbuhan ekonomi yang

dihitung berdasarkan PDRB riil akan memberikan gambaran pertumbuhan output

secara nyata, karena PDRB riil tidak memasukan inflasi (Kuncoro,2004:84).

Data mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi dapat digunakan untuk

memperbandingkan tingkat pertumbuhan suatu daerah dalam suatuh periode


6

tertentu. BPS kaltim dalam Angka 2011-2013, dalam Laju Pertumbuhan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi kaltim menurut lapangan usaha. Pada

tahun 2013 sebesar 1,59 persen dengan migas dan non migas sebesar 5,17.

Jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 3,98 persen dengan migas dan

non migas 11,21 persen, maka pada tahun 2013, laju pertumbuhan PDRB

dengan migas dan non migas mengalami penurunan. Berbeda dengan tahun

2011 yang mengalami peningkatan migas sebesar 4,09 dan non migas 12,06.

Dalam pengertian sehari-hari penduduk sering diartikan sebagai

sekumpulan orang (masyarakat) yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu

dengan berbagai pekerjaan atau usaha mencari untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan penduduk , yakni

kelahiran, kematian dan migrasi. Kelahiran bersifat menambah sedangkan

kematian bersifat mengurangi Jumlah penduduk. Migrasi yang bersifat

menambah disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan yang bersifat

mengurangi disebut migrasi keluar (imigrasi).

Menurut Tjiptoherijanto (1992:13) penduduk adalah orang yang resmi

tercatat sebagai penduduk dalam wilayah atau desa yang bersangkutan.

Jumlah penduduk disini adalah semua orang yang hidup dan menetap di

di suatu daerah atau sekumpulan orang (masyarakat) yang bertempat tinggal di

kabupaten/kota dengan berbagai macam usaha mencari / untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan satuan orang.

Dalam BPS kaltim menurut angkat dari 2011-2013 Jumlah penduduk

Provinsi kaltim mengalami peningkatan ampir setiap tahunnya yaitu dari tahun
7

2011 sebanyak 3.131.964 dan tahun 2012 sebesar 3.216.101 Jiwa sampai

Jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2013 sebanyak 3.300.517 jiwa. Faktor

utama peningkatan jumlah penduduk karena angka kelahiran dan migrasi yang

masuk ke kaltim.

Bedasarkan uraian data diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian

dengan mengangkat judul “ Pengaruh Jumlah Penduduk dan Petumbuhan

Ekonomi terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kalimantan Timur “.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat di susun rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan

Asli Daerah di kalimantan timur ?

2. Apakah Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah di kalimantan timur ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut

diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh langsung Jumlah Penduduk terhadap

Pendapatan Asli Daerah di kalimantan timur.

2. Untuk mengetahui pengaruh langsung Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Pendapatan Asli Daerah di kalimantan timur.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan

penelitian yang sejenis dan sumbangan pemikiran tentang hubungan


8

Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kalimantan Timur.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah. Sehingga dapat mengembangkan potensi

sumber-sumber PAD.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam

penulisan ini, maka akan dijelaskan mengenai teori sebagai sumber dan tolak

ukur yang diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas serta sebagai

landasan untuk berpikir.

2.1. Keuangan Daerah

Keuangan daerah menurut Mamesa (1995) diartikan sebagai semua hak

dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu

baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi

serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku.

Definisi di atas yang dimaksud dengan hak adalah hak untuk memungut

sumber-sumber penerimaan daerah misalnya pajak, retribusi untuk menambah

kekayaan daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah

kewajiban untuk mengeluarkan uang atau membayar sejumlah uang tertentu

sehubungan adanya tagihan kepada daerah dalam rangka pembiayaan rumah

tangga daerah serta pelaksanaan tugas umum dan tugas pembangunan oleh

daerah yang bersangkutan.

2.2. Pendapatan Asli Daerah

Secara teoritas pengukuran kemandirian daerah diukur dari PAD. Sesuai

dengan UU No. 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa PAD terdiri dari : Pajak

Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

dan lain-lain PAD yang sah. Namun di dalam perkembangan selajutnya, diantara

semua komponen PAD yang sah. Namun di dalam perkembangan selanjutnya,


10

diantara semua komponen PAD, pajak dan retribusi daerah merupakan

penyumbang terbesar, sehingga muncul anggapan bahwa PAD identik dengan

pajak dan retribusi daerah.

Halim (2007:96) menyatakan bahwa pendapatan asli daerah (PAD)

merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli

daerah.

Menurut Atep Adya Barata dalam Barata (2004:90), yang dimaksud

dengan pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah adalah semua hak

Pemerintahan Daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih.

Dalam arti luas pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang

menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang

menjadi hak pemerintah daerah .

Menurut Mardiasmo (2002 : 132), “Pendapatan asli daerah adalah

penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.

Menurut Yuwono, dkk (2005:107) menyatakan bahwa pendapatan daerah

adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai

penambahan nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu

dibayar kembali oleh pemerintah.

Lebih Lanjut Halim (2007 : 96) menyatakan bahwa pendapatan asli daerah

(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi

asli daerah. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, apabila

kebutuhan pembiayaan suatu daerah lebih banyak diperoleh dari subsidi atau

bantuan dari pusat, dan nyata-nyata kontribusi PAD terhadap kebutuhan


11

pembiayaan tersebut sangat kecil, maka dapat dipastikan bahwa kinerja

keuangan daerah ini masih sangat lemah. Kecilnya kontribusi PAD terhadap

pembiayaan sebagaimana yang tertuang dalam APBD merupakan bukti

kekurangmampuan daerah dalam mengelola sumber daya perekonomian

terutama sumber-sumber pendapatannya.

Definisi lain tentang Pendapatan Asli Daerah juga dikemukakan oleh Haw

Widjaja, Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang terdiri

Pajak, Retribusi, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah seperti bagian laba deviden dan penjualan saham milik Daerah, serta

pinjaman lain-lain (Widjaja, 2001:110). Widjaja secara terperinci menyebutkan

bahwa komponen PAD terdiri dari Pajak, Retribusi, hasil perusahaan milik daerah

dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Keempat komponen tersebut sangat

penting dan masing-masing memberikan kontribusi bagi penerimaan PAD.

Sejalan dengan pendapat koswara, menyatakan pentingnya PAD sebagai

sumber keuangan daerah. Daerah otonom harus memiliki keuangan dan

kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan

menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai

penyelenggaran pemerintah daerahnya. Ketergantungan pada bantuan pusat

dan daerah sebagai persyaratan mendasar dalam sistem pemerintahan negara

(Koswara,1999:23).

2.2.1. Pajak Daerah

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat baik materil maupun spiritual, untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut

perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.


12

Halim (2007:96) menyatakan pajak daerah merupakan Pendapatan Daerah yang

berasal dari pajak.

Pajak daerah merupakan iuran wajib bagi orang pribadi atau badan

daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah.

Menurut Halim (2007:96) menyatakan Pajak Daerah merupakan

Pendapatan Daerah yang berasal dari pajak. Lebih Lanjut Rahardjo (2011:77)

menyatakan Perpajakan Daerah yaitu kewajiban penduduk masyarakat

menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada daerah disebabkan suatu

keadaan, kejadian atau perbauatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi

bukan sebagai suatu sanksi atau hukuman. Perpajakan Daerah tersebut dapat

diartikan sebagai :

1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan pengaturan dari

daerah itu sendiri.

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan

tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah

3. Pajak yang ditetapkan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah.

4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat tetapi

hasil pungutannya diberikan kepada, dibagi hasilkan atau dibebani

pungutan tambahan (opsen) oleh Pemerintah Daerah.

Syarat pajak daerah dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Pajak daerah tidak boleh bertentangan atau harus searah dengan

kebijakan pemerintah pusat

2. Pajak daerah harus sederhana dan tidak terlalu banyak jenisnya


13

3. Biaya administrasinya harus rendah

4. Jangan mencampuri sistem perpajakan pusat menurut peraturan-

peraturan yang ditetapkan oleh daerah serta dapat dipaksakan.

Sesuai dengan undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak Daerah dan

retribusi Daerah, berikut jenis-jenis pajak daerah.

1. Pajak provinsi, tediri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

d. Pajak Pengembalian dan Pemanfaatan Air di bawah Tanah dan air

permukaan.

e. Pajak rokok

2. Pajak Kabupaten/Kota

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi Dan Bangunan Pendesaan Dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan


14

Menurut Mardiasmo (2002 :146-147) bahwa untuk mengurangi

ketergantungan terhadap pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah

perlu diberikan otonomi dan keleluasaan daerah. Langkah penting yang harus

dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah menghitung

potensi penerimaan pajak daerah yang rill yang dimiliki oleh daerah tersebut,

sehingga bisa diketahui peningkatan kapasitas pajak (tax capacity) daerah.

Peningkatan kapasitas pajak pada dasarnya adalah optimalisasi sumber-sumber

pendapatan daerah.

2.2.2. Retribusi Daerah

Retribusi menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan

oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan kepada

pemerintahan daerah.

R.Sodargo (1980:62) juga berpendapat bahwa retribusi daerah adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa

pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa

yang diberikan oleh daerah.

Menurut Siahaan (2005:5) retribusi Daerah adalah pembayaran wajib dari

penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh

negara bagi berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

mendapat jasa balik atau kontra prestasi dari pemerintah yang secara ditunjuk.

penduduknya secara perorangan.

Darwin (2010 :165) Retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
15

pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Sedangkan menurut

Simanjuntak (2003:34) retribusi daerah adalah iuran rakyat kepada pemerintah

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan mendapat jasa

balik atau kontra prestasi dari pemerintah yang secara ditunjuk.

Menurut Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah, retribusi digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Retribusi

jasa umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan tertentu.

1. Retribusi Jasa Umum

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau

diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta

Catatan Sipil.

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat.

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.

f. Retribusi Pelayanan Pasar.

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta.

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus.

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair.

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.


16

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan.

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

2. Retribusi jasa Usaha

Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

a. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang

belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara

memadai oleh pihak swasta.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan.

c. Retribusi Tempat Pelelangan.

d. Retribusi Terminal.

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir.

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa.

g. Retribusi Rumah Potong Hewan.

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan.

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga.

j. Retribusi Penyeberangan di Air.

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan

tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang

dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan


17

ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

lingkungan.

Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

c. Retribusi Izin Gangguan.

d. Retribusi Izin Trayek.

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

2.2.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di pisahkan

Untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan rumah tangga daerah yang

relative cukup besar, maka kepada daerah juga diberikan sumber-sumber

pendapatan berupa hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sesuai

dengan UU No.32 tahun 2004. Pengelolaan kekayaan daerah tersebut beralasan

dari perusahaan daerah yang diberikan berdasarkan undang-undang yang modal

seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Perusahaan daerah dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu: pertama

perusahaan Asli Daerah yaitu perusahaan daerah yang didirikan oleh daerah itu

sendiri. Dan Kedua : perusahaan daerah yang berasal dari pemerintah

atasannya. Perusahaan daerah sebagaimana dimaksud, pada dasanya dibentuk

dalam rangka turut serta melaksanakan pembangunan, dengan mengutamakan

pembangunan daerah dengan memberikan jasa kepada masyarakat dan

memberikan dukungan bagi ekonomi daerah.

Menurut Tjahya Supriatna (1993:194) bahwa hasil perusahaan daerah

terdiri atas pertama: Bagi perusahaan daerah dengan modal seluruhnya


18

merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan (tanpa modal dari luar), hasil

usaha daerah berupa dana pembangunan daerah bagian untuk anggaran

belanja yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan kedua : bagi

perusahaan daerah dengan modal sebagian merupakan kekayaan daerah yang

dipisahkan (dengan tambahan modal dari luar), hasil perusahaan daerah berupa

dana pembangunan dan bagian untuk anggaran daerah yang besarnya sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2.2.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Sesuai UU No. 33 Tahun 2004 Meliputi hasil penjualan kekayaan daerah

yang tidak dapat dipisahkan, jasa giro, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian

daerah, pendapatan bunga dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai

akibat penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah

penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil pengelolahaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendaptan asli daerah yang sah.

2.3. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai

perkembangan ekonomi dan pembangunan ekonomi disuatu Negara.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi mencerminkan kegiatan ekonomi yang

semakin berkembang. Oleh karena itu para ahli ekonomi mempunyai definisi

tersendiri mengenai mengenai pertumbuhan ekonomi. Boediono (2001:1)

menyatakan bahwa ”Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan output


19

perkapita dalam jangka panjang”. Definisi ini menekankan pada tiga aspek yaitu;

Proses, output perkapita, dan jangka panjang.

Lipsey (1991: 296) yang mengemukakan bahwa “Pertumbuhan ekonomi

adalah kenaikan pendapatan potensial yang disebabkan oleh perubahan

penyediaan faktor produksi (tenaga kerja dan modal) atau produktivitas faktor

produksi (output production)”.

Menurut Tambunan (2001:4) mengartikan Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi

kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena

jumlah penduduk bertambah setiap tahun, yang dengan sendirinya kebutuhan

konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan

penambahan pendapatan setiap tahun.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat

kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai pada

masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan

jasa-jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari

tahun-tahun sebelumnya.

2.3.1. Teori Pertumbuhan Harrod – Domar

Teori Harrod-Domar merupakan lanjutan perkembangan dari teori makro

keynes, yaitu jangka pendek menjadi jangka pajang dengan melihat peranan

investasi pada jangka panjang. Mereka menekankan bahwa akumulasi capital

dalam proses perlu pertumbuhan yang memegang peranan sangat besar untuk

mencapai pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi jangka

panjang diarahkan pada pertumbuhan sektoral yang mencakup sektor produksi

komoditi primer (pertanian dan perdagangan) dan sektor-sektor sekunder


20

(industry dan konstruksi). Sedangkan kegiatan di sektor tersier (jasa-jasa)

sebagai fungsi dari perkembangan industry.

Teori Harrod-Domar adalah salah satu teori ekonomi pembangunan yang

sampai saat ini masih dipakai. Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya

tabungan dan investasi. Jika tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan

ekonomi masyarakt atau negara tersebut rendah. Hubungan antara pertumbuhan

ekonomi, tabungan dan investasi ini kemudian dirumuskan dalam rumus Harrod-

Domar yang terkenal didasarkan pada asumsi bahwa masalah pembangunan

pada dasarnya merupakan masalah menambah investasi modal. Masalah

keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal, kalau ada modal itu

diinvestasikan hasilnya adalah pembangunan ekonomi.

2.3.2. Teori Pertumbuhan Robert Solow

Robert Solow dalam Boediono (2001:78) berpendapat bahwa

pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan kegiatan yang bersumber

pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau

output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan berdampak

negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus

dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.

2.3.3. Teori Pertumbuhan Schumpeter

Menurut Schumpeter dalam Boediono (2001:62) motor perggerak

perkembangan ekonomi adalah suatu proses yang disebut inovasi dimana

pelakunya adalah para wiraswasta dan inovator. Pertumbuhan ekonomi adalah

satu sumber kenaikan output, tetapi bukan sumber yang penting. Bagi

schumpeter, yang paling penting adalah kenaikan output yang bersumber dari

perkembangan ekonomi yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh


21

wiraswasta. Inovasi disini berarti perbaikan teknologi dalam arti meluas,

mencakup misalnya penemuan produk baru dan sebagainya. Perkembangan

ekonomi ini merupakan kemajuan ekonomi yang secara historis paling penting.

Sejarah kemajuan teknologi adalah sejarah perkembangan kreativitas timbul dan

inovasi bisa dilaksanakan, pada tahap ini, apabila ada lingkungan yang

menunjang kreativitas. Maka akan timbul beberapa wiraswasta yang menjadi

pioneer dalam mencoba menerapkan produk baru dalam kehidupan.

Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang bersifat

“rutin”, yaitu pertumbuhan penduduk dan akumulasi modal yang berasal dari

tabungan yang bersifat “rutin” juga dari masyarakat. Schumpeter berpendapat

bahwa sumber kemajuan ekonomi yang penting adalah inovasi, maka proses

perkembangan ekonomi ini harus bersifat statis (tetap). Oleh sebab itu sejarah

menunjukan bahwa, proses kemajuan ekonomi berupa sirklus-sirklus output yang

tidak teratur.

2.4. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah masyarakat yang tinggal di suatu derah, secara

hukum berhak tinggal di daerah tersebut dengan kata lain orang yang

mempunyai surat resmi tinggal di daerah tersebut dengan kata lain orang yang

mempunyai surat resmi tinggal di daerah tersebut. Dalam sosiologi, Jumlah

Penduduk adalah kumpulan manusia menepati wilayah geografik dan ruang

tertentu.

Dinamika kependudukan berkitan erat dengan sumber daya manusia serta

merupakan proses jumlah penduduk serta komplikasinya yang dipengaruh oleh

tiga komponen demografik, yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Menurut


22

Arsyad (2004:268) definisi penduduk adalah orang yang tinggal di desa, kota dan

sebagainya.

Menurut definisi dari BPS tentang penduduk yaitu smua yang berdomisilin di

wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih atau mereka

yang berdomisilin kurang dari jangka waktu 6 bulan tetapi berencana menetap

(BPS,2008).

Pertambahan penduduk yang relatif tinggi dan penyebaran yang kurang

seimbang merupakan hambatan-hambatan bagi tercapainya sasaran

pembangunan diberbagai bidang, misalnya bidang kesehatan, lapangan kerja,

pendidikan, pangan dan gizi, perumahan serta menimbulkan masalah-masalah

sosial lainya.

Masalah-masalah sosial yang dimaksud disini adalah masalah

pertumbuhan Jumlah Penduduk yang sangat tinggi di Negara Sedang

berkembang (NSB). Pertumbuhan penduduk ini akan menimbulkan berbagai

masalah dan hambatan bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan karena

pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan cepatnya

pertambagan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan NSB dalam

menciptakan lapangan kerja baru sangat terbatas.

Permasalahan utama pembangunan suatu wilayah atau Negara terutama

Negara Berkembang yang terkait dengan kependudukan adalah permasalahan

pertumbuhan penduduknya yang relatif tinggi.

John Stuart Mill ahli filsafat dan fakar ekonomi yang dikutip Jhingan

(2007:105) dalam teorinya menempatkan tiga komponen utama sebagai dasar

dalam proses pembangunan yaitu tanah, tenaga kerja dan modal dimana tanah

dan tenaga kerja adalah dua faktor produksi yang asli sedangkan modal adalah
23

persedian yang dikumpulkan dari produk-produk tenaga kerja sebelumnya. Mill

menyatakan bahwa pengendalian pertumbuhan penduduk perlu dilakukan

dengan pembatasan kelahiran. Penduduk yang dimaksud adalah golongan

pekerja, Mill mengkhawatirkan pertumbuhan jumlah tenaga kerja produktif yang

bekerja atas dasar upah. Dalam keyakinannya pembatasan penduduk

merupakan hal yang penting untuk memperbaiki kondisi kelas pekerjaan itu

sendiri sehingga mereka dapat menikmati kesejahteraan hasil dari kemajuan

teknologi dan akumulasi modal yang terjadi.

Pada dasarnya pertumbuhan penduduk adalah merupakan

keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan

kekuatan-kekuatan yang mengurangi Jumlah Penduduk. Pertumbuhan

Penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu: Kelahiran

(fertilitas), Kematian (mortalitas), Migrasi masuk (in-migration), dan Migrasi keluar

(out-migration). Selain keadaan diatas migrasi merupakan salah satu dari ketiga

faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi

secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya

densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-

faktor pendorong dan menarik bagi orang-orang untuk melakukan migasi

biasanya disebabkan karena adanya desentralisasi dalam pembangunan serta

dipihak lain semakin lancarnya transportasi dan komunikasi.

Pertumbuhan Penduduk itu sendiri memiliki karakteristik dasar

sebagaimana yang diuraikan oleh pakar analisis kependudukan George W.

Barclay (1984) yang menyatakan bahwa terdapat tiga karakteristik pada

pertumbuhan penduduk yaitu:


24

a. keseimbangan antar faktor kelahiran, kematian dan migrasi merupakan

suatu keadaan yang unik. Dimana dalam keadaan tertentu terdapat

kemungkinan adanya perbedaan kombinasi faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan penduduk, sehingga ketidakseimbangan

dapat terjadi atau fluktuasi dapat terjadi pada pertumbuhan penduduk di

suatu wilayah tertentu.

b. Pada zaman modern seperti saat ini bahwa terjadinya kecenderungan

makin bertambahnya jumlah penduduk.

c. Pola Pertumbuhan Penduduk cenderung mengikuti pola bunga berbunga

(coumpund interest) karena jumlah penduduk yang bertambah senantiasa

malah lebih bertambah di masa depan. Hal tersebut terjadi karen jumlah

penduduk yang bertambah terus terjadi secara kontinu dalam waktu yang

lama.

Secara khusus, pemahaman terhadap aspek dasar dalam demografi yaitu

fertilitas, mortalitas dan imigrasi adalah sebagai berikut:

a. Fertilitas

Fertilitas sebagai istilah demografik diartikan sebagai reproduksi yang

nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas

ini menyangkut banyaknya bayi yang dibiarkan hidup. Sebaliknya, fekunditas

merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Natalitas mempunyai arti sama

dengan fertilitasnya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan

kelahiran pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup kelahiran

pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Tinggi rendahnya fertilitas dapat menggambarkan kecepatan

pertumbuhan penduduk sutu negara atau daerah.ukuran fertilitas yang biasanya


25

digunakan antara lain; Angka Kelahiran Kasar, Angka Kelahiran menurut

kelompok Umur, dan Angka Kelahiran Total.

b. Mortalitas

Mortalitas (kematian) merupakan alah satu dari tigakomponen demografi

yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang mortalitas

sangat penting, tidak saja bagi pemerintahan melaikan juga bagi pihak swasta

terutama yang berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Ukuran

kematian menunjukkan suatu indeks angka yang dipakai sebagai dasar untuk

menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian penduduk pada suatu wilayah

tertetu. Ukuran-ukuran mortalitas antara lain: Angka kematian kasar, Angka

Kematian Menurut Umur, dan Angka Kematian Bayi.

c. Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari

suatu tempat ke tempat lain melampau batas politik / Negara ataupun batas

administratif dalam satu wilayah. Sering diartikan pula sebagai suatu

perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Dalam

kaitanya dngan sumber daya manusia, imigrasi merupakan perpindahan sumber

daya manusiaumumnya disebabkan oleh alasan ekonomi, seperti pekerjaan.

Ukuran-ukuran migrasi yang perlu diketahui antara lain: Angka Migrasi Masuk,

Angka Migrasi Keluar, dan Angka Migrasi Neto.


26

2.5. Hubungan Antar Variabel Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan

Ekonomi terhadap Pendapatan Asli Daerah

2.5.1. Hubungan Antara Jumlah Penduduk dan PAD

Adam Smith berpendapat bahwa pertambahan penduduk tinggi akan

dapat menaikan output melalui penambahan tenaga kerja dan ekspansi pasar

baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pertambahan penduduk

merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan

sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi. Perkembangan penduduk akan mendorong perluasan investasi karena

adanya kebutuhan perumahan yang semakin besar dan peningkatan kebutuhan

umum lainya (Irawan dan Suparmoko, 1997:46). Sedangkan dalam PAD seperti

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak tidak langsung yang dikenakan benda

berupa harta, dalam hal ini harta tidak bergerak sebagai objeknya, sehingga

yang terpenting dalam PBB adalah objeknya bukan status orang atau badan

yang dijadikan subjek (Sumitro dan Muttaqin, 2001:5)

Di negara sedang berkembang (NSB) yang mengalami ledakan jumlah

penduduk termasuk indonesia akan selalu mengkaitkan antara kependudukan

dengan pembangunan ekonomi. Akan tetapi hubungan antara keduanya

tergantung pada sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap

Negara, dengan demikian tiap negara atau daerah akan mempunyai masalah

kependudukan yang khas dan potensi serta tantangan yang khas pula. Jumlah

penduduk yang besar bagi indonesia oleh para perencanan pembangunan

dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus juga

sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat ditingkatkan kualitas

maupun Keahlian/keterampilannya sehingga akan meningkatkan produksi


27

nasional, Jumlah Penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur,

persebaran, dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya menuntut pelayanan

sosial dan tingkat produksina rendah sehingga hanya menuntut pelayanan sosial

dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang

bekerja secara efektif. Pentingnya variabel Jumlah penduduk terhadap PAD

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap peneriman Pajak dan retribusi

daerah, karena penerimaan PAD sangat ditentukan oleh Jumlah penduduk,

Pendapatan , dan Kebijakan Pemerintah.

Hasil penelitian yang di lakukan Hasanuddin (2008), jumlah penduduk

berpengaruh positif terhadap Penerimaan PAD yaitu dalam penerimaan Pajak di

kabupaten Kedal, Demak, Kudus, dan kota semarang. Hasil penelitian ini sesuai

dengan Henry Mannan (1992) dalam Ari Budiharjo (2003) yang meneliti tentang

upaya-upaya meningkatkan penerimaan PAD dalam pajak, menemukan bahwa

realisasi penerimaan pajak di palangkaraya di pengaruhi oleh pertambahan

penduduk yaitu setiap pertumbuhan penduduk sebesar 1%, maka penerimaan

pajak daerah akan naik sebesar 0,0471% (Hasanuddin, 2008).

2.5.2. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan


Asli Daerah

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita suatu

wilayah dalam jangka panjang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah

nilai tambah dari hasil produksi nilai barang dan jasa yang mampu diciptakan

dari berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah (Saberan,2002:5).

Di tingkat Nasional Produk Domestik Bruto diartikan sebagai nilai barang-barang

dan jasa yang diproduksikan di dalam suatu Negara dalam satu tahun tertentu.

Sedangkan dalam ruang lingkup daerah biasanya menggunakan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) yaitu untuk mengitung nilai tambah barang dan jasa
28

yang diciptakan dalam perekonomian pada periode waktu tertentu dan daerah

tertentu. Penyusunan PDRB dapat di sajikan dalam dua bentuk : (1) atas dasar

harga konstan yaitu PDRB dihitung menurut harga tetap, dengan cara menilai

kembali (mendeflasikan) berdasarkan harga-harga pada tahun dasar dengan

menggunakan indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini akan tercerminkan

tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui PDRB rillnya, (2) atas dasar

harga berlaku yaitu PDRB yang didasarkan atas harga pasar yang berlaku pada

tahun yang bersangkutan. Penerimaan PAD dalam PBB sebagaimana telah

diteliti oleh Rachmat Sumitro (1998) bahwa kenaikan penerimaan Pajak PBB

sebesar 20% adalah akibaat dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5% sedangkan

Akhmadi (1988) dalam penelitian menyimpulkan bahkan naiknya pendapatan riil

perkapita berpengaruh secara positif terhadap peneriman Pajak.

Hasil penelitian yang dilakukan Hasanuddin (2011), Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap PAD yaitu dalam PBB di

kabupaten Kendal, Demak,Kudus dan Kota Semarang. Berdasarkan pengujian

statistik diatas diperoleh bahwa signifikan hasil penelitian kurang dari 0,05

sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara Variabel PDRB dengan Penerimaan PAD dalam Penerimaan Pajak.

Dengan demikian, jika PDRB meningkat maka penerimaan PAD juga meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Akhmadi (1988) dalam Ari budiharjo (2003)

menyimpulkan bahwa naiknya pendapatan rill perkapita berpengaruh positif

terhadap penerimaan Pajak.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk

menjadi perbandingan dan acuan yang memberikan gambaran terhadap hasil-


29

hasil penelitian terdahulu. Ini disadari untuk melakukan penelitian perlu ada suatu

bentuk hasil penelitian terdahulu yang dijadikan referensi pembandingan dalam

penelitian, untuk itu pada bagian ini akan diberikan beberapa penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan rencana penelitian ini.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Indrawati (2007) dengan judul “ Peranan

Pengeluaran Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi di Era Orde Baru

dan Era Reformasi”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui seberapa

jauh peranan pengeluaran pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi di

era baru dan era reformasi di Indonesia. Penelitian ini terdiri atas 3

variabel yaitu 1 variabel dependen yaitu PDB atau Pendapatan Nasional

dan 2 variabel independen yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan.

Metode analisis yang dipilih adalah metode OLS dengan analisis regresi

sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pengeluaran

pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pembangunan secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pendapatan

nasional (PDB), yang ditunjukkan oleh R Square yang mendekati satu

dan uji F cukup signifikan

2. Penelitian yang dilakukan Hamzah (2009) dengan judul ”Hubungan

Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan dan Belanja Publik

terhadap Pertumbuhan ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran (studi

pada 38 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur periode 2001-2006").

Penelitian ini terdiri dari 6 variabel yaitu 3 variabel independen PAD, Dana

Perimbangan, dan Belanja Publik dan 3 variabel dependen Pertumbuhan

ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran. Metode analisis yang di

gunakan Path Analisis. Dalam penelitian ini PAD dan Dana Perimbangan
30

secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja publik,

PAD dan Dana Perimbangan secara langsung dan tidak langsung melalui

belanja publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi, belanja publik secara langsung tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan secara tidak langsung

melalui pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kemiskinan.

3. Penelitian yang di lakukan oleh Amelia (2008) dengan judul “ Pengaruh

Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Perimbangan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang” . Tekni pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dokumentasi, dikumpulkan melalui publikasi lembaga

pemerintah yang resmi, sedangkan alat analisis yang digunakan adalah

dokumentasi, dikumpulkan melalui publikasi lembaga pemerintah yang

resmi, sedangkan alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif

dan indukatif. Hasil penelitian adalah pajak daerah, retribusi daerah dan

dana perimbangan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi kota Padang baik secara parsial maupun simultan.

4. Dalam penelitian Sung Tai Kim (1997) tentang kasus pertumbuhan

ekonomi di korea selatan, menyebutkan bahwa laju pertumbuhan

ekonomi di suatu daerah merupakan fungsi dari laju pertumbuhan

angkatan kerja, rasio investasi swasta terhadap PDRB; rasio investasi

pemerintahan daerah terhadap PDRB; dan rasio penerimaan

pemerintahan daerah yang berasal dari pajak daerah dan penerimaan

non pajak terhadap PDRB. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pajak

daerah mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap


31

pertumbuhan ekonomi, sementara angkatan kerja, investasi dan

konsumsi pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif yang

signifikan.

5. Dalam penelitian Aditia Agus Rahmadhan (2010) tentang pengaruh objek

pajak dan Produk domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di provinsi kaimantan timur. Alat

analisis: Analisa Cobb- Douglas. Hasil penelitian berdasarkan hasil

analisis diketahui bahwa nila R menunjukan hasil sebesar 0,919. Ini

berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dari variabel X1 dan

variabel X2 terhadap PBB (Y). Berdasarkan uji F menunjukan nilai F

4.460. hal ini menunjukan variabel X1 dan X2 secara positif dan

berpengaruh signifikan terhadap PBB.

6. Penelitian Mohamad Hasanudin (2008) tentang “ analisis pengaruh

Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan tingkat

Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di

kabupaten Kendal, Demak, kudus dan Kota Semarang Tahun 2001-2008.

Alat analisis; Regersi Linear Berganda. Hasil Penelitian Kofisien

determinasi sebesar 0,404. Artinya bahwa 40,4% varians penerimaan

PBB dapat dijelaskan oleh ariabel jumlah penduduk, PDRB dan Iflansi.

Sedangkan sisanya yaitu sebesar 59,6% dijelaskan oleh variabel lain

selain Variabel-variabel di atas.

2.7. Definisi Konsepsional

Berapa konsep utama dalam penelitian ini yang perlu ditegaskan kembali

pengertiannya adalah:
32

1. Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari

sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah (Mardiasmo, 2002 : 132),

2. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka

panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya (Todaro,2000:144).

3. Jumlah Penduduk adalah masyarakat yang tinggal di suatu daerah,

secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut dengan kata lain

orang yang mempunyai surat resmi tinggal di daerah tersebut (Ratih

Septi, 2009)

2.8. Kerangka Konsep

Untuk memahami alur pemikiran hubungan antara variabel-variabel

tersebut akan digambarkan secara skematis pada gambar dibawah ini.

Jumlah
penduduk
(X1)
Pendapatan Asli
Daerah
(Y)
Pertumbuhan
Ekonomi
(X2)

Gambar 2.8. Skema Kerangka Konsep


33

2.9. Hipotensi

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teoritik, dan kajian empirik atau

penelitian terdahulu serta definisi konsepsional, maka hipotensi yang diajukan:

1. Jumlah Penduduk berpengaruh Signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kalimantan Timur.

2. Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerahdi Kalimantan Timur.

3. Jumlah Penduduk berpengaruh dominan terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kalimantan Timur.


34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengukuran

variabel-variabel yang akan diteliti, maka berikut ini diberikan batasan secara

operasional terhadap beberapa hal sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk (X1) adalah masyarakat yang tinggal di suatu daerah,

secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut dengan kata lain orang

yang mempunyai surat resmi tinggal di Provinsi Kalimantan Timur dalam

satuan Jiwa.

2. Pertumbuhan Ekonomi (X2) adalah Data Laju Pertumbuhan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 di

provinsi kalimantan timur dengan migas dan non migas yang dinyatakan

dalam satuan persen (%).

3. Pendapatan Asli Daerah (Y1), yaitu sumber pendapatan dan penerimaan

utama pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Timur dalam membiayai

pembangunan di daerah tersebut yang terdiri dari hasil pajak daerah,

hasil retribusi daerah, hasil pengelolahaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dinyatakan

dalam satuan Rupiah (Rp).


35

3.2. Rincian Data Yang Diperlukan

Untuk menunjang analisis dan pemecahannya serta mempermudah

dalam pembahasanya maka data yang diperlukan untuk melengkapi tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Jumlah penduduk dalam jumlah total Penduduk tahun 2004-2013 di

Provinsi Kalimantan Timur

2. Data Pertumbuhan Ekonomi dalam bentuk ( Laju pertumbuhan PDRB)

tahun 2004-2013 Provinsi Kalimantan Timur.

3. Data Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2004-2013 Provinsi

Kalimantan Timur.

4. Serta data lain yang mendukung penelitian ini.

3.3. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan objek yang diteliti dalam penulisan ini, maka ruang lingkup

penelitian di wilayah Kalimantan Timur.

3.4. Tekni Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang dipergunakan adalah data Sekunder dan

tekni penelitian ini dilakukan dengan Penelitian Perpustakaan (Library Research)

yang bersumber dari :

a. Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur

b. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,

Departemen Keuangan Republik Indonesia.

c. Berbagai sumber lainya yang berasal dari buku-buku literatur,

internet, surat kabar, jurnal, dan penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.


36

3.5. Metode Analisis

Analisis desktiptif atas data yang diperoleh didukung oleh berbagai teori

yang terpercaya melalui penelitian kepustakaan, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Pendapatan Asli Daerah. Serta variabel mana yang berpengaruh lebih dominan

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Kalimantan Timur.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis regresi linear

berganda bentuk logaritma natural (ln), analisis tersebut digunakan oleh penulis

untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen terhadap variabel

independen. Jadi analisis regresi linear berganda akan digunakan bila jumlah

variabel independennya minimal dua.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka perumusan model adalah

sebagai berikut: (Hasan, 2004: 74)

lnY = lnα + b1lnX1 + b2lnX2

Dimana:

lnY = Pendapatan Asli Daerah (persen)

lnX1 = Jumlah Penduduk (orang)

lnX2 = Pertumbuhan ekonomi (persen)

α = Konstanta

b1, b2 = Koefisien Regresi

3.6. Uji Asumsi Klasik

Pengujian model dimkasud untuk memperoleh kepastian tentang

konsistensi model estimasi yang dibentuk berdasarkan teori ekonomi yang

melandasinya. Untuk melihat spesifikasi model dilakukan uji linieritas serta untuk

melihat distribusi data dalam model regresi, dilakukan uji normalitas.Pengujian


37

penyimpangan asumsi klasik dimaksud untuk menjamin bahwa modelyang

diestimasi bebas dari gangguanautokorelasi, multikolinearitas,

danheteroskedasitas.Pengujian terhadap gangguan diatas adalah sebagai

berikut

2.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi

normal ataukah tidak (Hasan, 2001:292). Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal. Uji normalitas dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dan dengan melihat

histogram dari residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya maka data menunjukkan

pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Selain dari grafik dan histogram yang tesaji, normalitas dapat dideteksi dengan

uji Kolmogorov-Smirnov.

Data berdistrubusi normal, jika nilai sig (signifikansi) > 0,05

Data berdistribusi tidak normal, jika nilai sig (signifikansi) < 0,05

2.6.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti antara variable bebas yang satu dengan variable

bebas lain dalam model regresi saling berkorelasi linier. Akibat adanya

multikolinearitas adalah pengaruh masing-masing variabel bebas tidak dapat

dideteksi atau sulit untuk dibedakan(Hasan, 2001:292).

Adanya multikolinieritas dalam regresi dapat diketahui dengan

menganalisis nilaivarian inflaction factor (VIF) lebih besar dari 10 maka variabel

bebas tersebut memiliki persoalan multikolinieritas, dan juga dapat menggunakan


38

TOL (Tolerance) untuk mendeteksi apakah suatu model terkena multikolinearitas

atau tidak, jika TOL (Tolerance) lebih besar dari 0,10, maka variabel bebas

tersebut tidak memiliki persoalan multikolinieritas. Selain itu dengan cara

menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independent. Jika antar variabel

independent ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini

merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

2.6.3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti variansi (varians) variable tidak sama untuk

semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak acak

(random) tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya

satu atau lebih variabel bebas. (Hasan, 2001:282).

Untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas digunakan grafik

scatter plot, uji White, dimana apabila nilai probabilitas (p value) observasi R2

lebih besar dibandingkan tingkat resiko kesalahan yang diambil, maka residual

digolongkan homokedastisitas. Selain itu juga dapat menggunakan uji glejser.

Dasar Pengambilan Keputusan:

1. Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai thitung lebih kecil dari ttabel dan nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05.

2. Terjadi heteroskedastisitas, jika nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05.

2.6.4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah hubungan linier antara

errorserangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time siries). Uji
39

Autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time

siries(Hasan, 2001: 285).

∑(𝑒𝑛 − 𝑒𝑛−1 )2
𝑑=
∑𝑒𝑛2

Dimana:

d = nilai Durbin Watson

∑en= jumlah kuadrat sisa

Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai dtabel. Hasil

perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:

1. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif.

2. Jika d > (4 - dl), berarti terdapat autokorelasi negatif.

3. Jika du < d < (4 - dl), berarti tidak terdapat autokorelasi.

4. Jika dl < d < du atau (4 - du), berarti tidak dapat disimpulkan.

2.7. Pengujian Hepotesis

Pengujian hipotesis penulis menggunakan uji R, R2, Uji F dan Uji t untuk

mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

2.7.1. Perhitungan Koefisien Korelasi (R)

Perhitungan koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara dua variabel atau lebih.Semakin besar nilai R, maka semakin

erat hubungan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas.

Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan rumus sebagai

berikut:(Hasan, 2004:61)

𝑛∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)
R=
√[𝑛∑𝑋 2 −(∑𝑋 2 )] [𝑛∑𝑌 2 −(∑𝑌 2 )]

Dimana:
40

R = Koefisien korelasi

X = Variabel Bebas

Y – Variabel terikat

Untuk mengetahui tinggi/rendah atau erat/tidak eratnya hubungan antara

kedua variabel digunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.1
Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1. KK = 0,00 Tidak ada
2. 0,00<KK≤0,20 Sangat rendah atau lemah sekali
3. 0,20<KK≤0,40 Rendah atau lemah tapi pasti
4. 0,40<KK≤0,70 Cukup berarti tapi sedang
5. 0,70<KK≤0,90 Tinggi atau kuat
6. 0,90<KK<1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
7. KK = 1,00 Sempurna

(Sumber: Hasan,2004:44)

2.7.2. Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)

Perhitungan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Semakin besar

nilai R2, maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat analisis,

karena total variasi dapat menjelaskan variabel tidak bebas. Untuk menghitung

digunakan rumus sebagai berikut:(Hasan: 2004: 63)

R2 = (KK)2 x 100%

Dimana:

KK = Koefisien Korelasi

2.7.3. Uji F

Pengujian F adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi variabel

bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel

tidak bebas.
41

Untuk memperoleh hasil uji F ini, maka digunakan rumus:(Hasan, 2004:

107)

R2 /k
Fhitung =
(1−R2 )/(n−k−1)

Dimana:

Fhitung = Nilai F yang dihitung

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

Kaidah pengujian signifikansi:

Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak, artinya signifikan

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, artinya tidak signifikan

Mencari nilai Ftabel dengan menggunakan tabel F dengan taraf signifikan α=0,05.

2.7.4. Uji t

Setelah menguji apakah variabel bebas secara bersama-sama memiliki

pengaruh atau tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, selanjutnya

menguji variabel-variabel tersebut satu persatu.Apabila variabel bebas memiliki

pengaruh terhadap variabel tidak bebas, maka selanjutnya dapat dijelaskan

variabel mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap variabel tidak

bebas.Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji apakah setiap

koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh atau tidak berpengaruh

terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian t dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:(Hasan: 2004,

108)

R√n−2
thitung =
√n+R2
42

Dimana:

thitung = Nilai t yang dihitung

R = Nilai koefisien korelasi

n = Jumlah sampel

Kaidah pengujian signifikansi:

Jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak, artinya signifikan

Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima, artinya tidak signifikan

Mencari nilai ttabel dengan menggunakan tabel t dengan taraf signifikan α=0,05.

Segala penyelesaian analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan

software, yaitu program SPSS.

Anda mungkin juga menyukai