Anda di halaman 1dari 6

Visum et Repertum pada Korban Hidup

Dedi Afandi1

ABSTRACT
Visum et Repertum (VeR) is a medicolegal report which is made by a doctor in his capacity as an expert, due to an
official request from an authorized law officer of what that were seen and found on the examination object while
remembering the doctor’s oath. Visum et Repertum (VeR) for living victims are the most frequent form of assistance
requested by investigating officers compared to other kinds of VeR, such as VeR of physical injuries and VeR of sexual
assaulted victims. About 50%-70% of cases that come to a hospital especially to the emergency room are physical
trauma or injuries cases. The objective of a forensic examination on a living victim is to know the cause of injuries and
the severity level of the injuries. This is meant to fulfill the formulation offence in Indonesian’s Penal Code (KUHP).
A VeR basically is a compilation and its interpretation of a forensic medical examination as well as a physical examination
on a routine medical examination. a VeR should not only fulfill the writing standard, but must also fulfill several terms
and conditions for a court system. A good quality VeR has a certain structure and standard.

Keywords: Visum et Repertum, living victim, injury

Sekitar 50-70% kasus yang datang ke rumah menyangkut masalah bedah dan kebidanan sehingga
sakit terutama di instalasi gawat darurat adalah sangat dapat dimaklumi bila pembuatan keterangan
kasus perlukaan atau trauma. Luka-luka ini dapat untuk peradilan itu hanya “seadanya” saja sesuai
terjadi akibat dari kecelakaan, penganiayaan, bunuh dengan segala keterbatasan yang ada pada dokter.
diri, bencana, maupun terorisme.1 Seorang dokter, Hal ini akan mengakibatkan banyak hal-hal yang
dalam tugas sehari-harinya, selain melakukan penting bagi pengungkapan perkara akan luput dari
pemeriksaan diagnostik serta memberikan perhatian dokter. 3 Penelitian di Jakarta, 4
pengobatan dan perawatan kepada pasien juga memperlihatkan bahwa hanya 15,4% dari VeR
mempunyai tugas melakukan pemeriksaan medik perlukaan rumah sakit umum DKI Jakarta
untuk membantu penegakan hukum, baik untuk berkualitas baik dan penelitian di Pekanbaru 5
korban hidup maupun korban mati antara lain adalah menunjukkan bahwa 97,06% berkualitas jelek dan
adalah pembuatan Visum et Repertum (VeR).2 tidak satu pun yang memenuhi kriteria VeR yang
baik.
Fungsi dokter di rumah sakit terutama adalah
menangani masalah kesehatan pasien. Dokter telah Beban ini dapat lebih terasa lagi bila dokter
cukup tersita energinya dalam menangani begitu tersebut harus dipanggil ke depan sidang pengadilan.
banyak pasien di rumah sakit, khususnya bagian Banyak pekerjaan yang harus ditinggalkan,
bedah dan kebidanan yang banyak unsur ditambah dengan beban mental tersendiri karena
kedaruratannya. Padahal permintaan keterangan tidak biasa menghadapi sidang pengadilan dan
(Visum et Repertum) yang paling banyak justru tempat memberikan keterangan itu sama dengan
kursi terdakwa.3
1
Coresponding Author: Department of Forensic Medicine &
Medicolegal FKUR, Jl. Diponegoro 1, Pekanbaru, Riau,
Indonesia. Phone : +62-761-839265, Fax : +62-761-839264
DEFINISI DAN DASAR HUKUM VeR
or +62-761-839265 Mobile Phone : +62811751976, e-mail Visum et Repertum adalah keterangan tertulis
: dedi_afandi76@yahoo.com.sg

79
JIK, Jilid 3, Nomor 2, September 2009, Hal. 79-84

yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian
penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan
bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan
interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk pidana penjara paling lama empat bulan dua
kepentingan peradilan.2 minggu atau denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.
Menurut Budiyanto et al, dasar hukum visum
et repertum adalah sebagai berikut:2
Pasal 133 KUHAP menyebutkan: PERANAN dan FUNGSI VeR
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan Visum et repertum adalah salah satu alat bukti
menangani seorang korban baik luka, keracunan yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
ataupun mati yang diduga karena peristiwa KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau menguraikan segala sesuatu tentang hasil
ahli lainnya. pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian
pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana
sebagai pengganti barang bukti.2
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan Visum et repertum juga memuat keterangan atau
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan.
Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah
Yang berwenang meminta keterangan ahli
menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum
adalah penyidik dan penyidik pembantu
sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11
diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada
KUHAP.
seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik norma-norma hukum pada perkara pidana yang
sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.2
pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah
Apabila visum et repertum belum dapat
penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk
menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan,
pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa
maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau
manusia. Oleh karena visum et repertum adalah
diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam
keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan
KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya
dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik
pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti,
pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta
apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa
visum et repertum, karena mereka hanya mempunyai
atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil
wewenang sesuai dengan undang-undang yang
pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP.2
menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2)
KUHAP).2 Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et
repertum berguna untuk mengungkapkan perkara.
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan
Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna
penyidik, dapat dikenakan sanki pidana:2
untuk menentukan pasal yang akan didakwakan,
Pasal 216 KUHP: sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan (SPO) pada suatu rumah sakit tentang tata laksana
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk pengadaan visum et repertum.3

80
Dedi Afandi, Visum Et Repertum Pada Korban Hidup

STRUKTUR DAN ISI VeR keterangan mengenai orang yang mengantar korban
ke rumah sakit.
Setiap visum et repertum harus dibuat
memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:7
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi 3.Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)
pemeriksa
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai
b. Bernomor dan bertanggal dengan apa yang diamati terutama dilihat dan
ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa.
c. Mencantumkan kata “Pro Justitia” di bagian atas
Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas
kiri (kiri atau tengah)
ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal.
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak
benar anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada antara luka dengan garis tengah badan, ordinat
waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan adalah jarak antara luka dengan titik anatomis
permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera,
f. Tidak menggunakan istilah asing karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas terutama penting pada pemeriksaan korban mati
yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
kembali.
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus
Pada pemeriksaan korban hidup, bagian ini
dirahasiakan
terdiri dari:
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum
a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil
et repertum. Apabila ada lebih dari satu instansi
pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik maupun
peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
POM, dan keduanya berwenang untuk itu, maka
penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan
kedua instansi tersebut dapat diberi visum et
korban hidup berbeda dengan pada korban mati,
repertum masing-masing asli
yaitu hanya uraian tentang keadaan umum dan
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan
ketentuan arsip pada umumnya, dan disimpan dengan tindak pidananya (status lokalis).
sebaiknya hingga 20 tahun
b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya,
Pada umumnya visum et repertum dibuat atau pada keadaan sebaliknya, alasan tidak
mengikuti struktur sebagai berikut:8 dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan. Uraian meliputi juga semua temuan
1. Pro Justitia
pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan
Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan tersebut. Hal ini perlu diuraikan untuk
demikian visum et repertum tidak perlu bermeterai. menghindari kesalahpahaman tentang-tepat
tidaknya penanganan dokter dan tepat-tidaknya
kesimpulan yang diambil.
2. Pendahuluan
c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala
Pendahuluan memuat; identitas pemohon visum sisa dan cacat badan merupakan hal penting guna
et repertum, tanggal dan pukul diterimanya pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan
permohonan visum et repertum, dentitas dokter yang dengan jelas.
melakukan pemeriksaan, identitas objek yang
Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu
diperiksa; nama, jenis kelamin, umur, bangsa,
anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada tubuh,
alamat, pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, di
karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan
mana dilakukan pemeriksaan, alasan dimintakannya
pengobatan atau perawatan yang diberikan.4
visum et repertum, rumah sakit tempat korban
dirawat sebelumnya, pukul korban meninggal dunia,

81
JIK, Jilid 3, Nomor 2, September 2009, Hal. 79-84

4. Kesimpulan visum et repertumnya seperti yang tertulis di dalam


surat permintaan visum et repertum. Situasi tersebut
Memuat hasil interpretasi yang dapat membawa dokter turut bertanggung jawab atas
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta pemastian kesesuaian antara identitas yang tertera
yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat visum di dalam surat permintaan visum et repertum dengan
et repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan identitas korban yang diperiksa.6
dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada
bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis Korban perlukaan dalam praktek sehari-hari
luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka.4 akan langsung ke dokter baru kemudian dilaporkan
ke penyidik. Hal ini membawa kemungkinan bahwa
surat permintaan visum et repertum korban luka akan
5. Penutup datang terlambat dibandingkan dengan pemeriksaan
korbannya. Sepanjang keterlambatan ini masih
- Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis
cukup beralasan dan dapat diterima maka
dokter tersebut dibuat dengan mengingat sumpah
keterlambatan ini tidak boleh dianggap sebagai
atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat
hambatan pembuatan visum et repertum. Sebagai
dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih
contoh, adanya kesulitan komunikasi dan sarana
dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
perhubungan, overmacht (berat lawan) dan
- Dibubuhi tanda tangan dokter pembuat visum et noodtoestand (darurat).6
repertum
Adanya keharusan membuat visum et repertum
pada korban hidup tidak berarti bahwa korban
ASPEK MEDIKOLEGAL VeR tersebut, dalam hal ini adalah pasien, untuk tidak
dapat menolak sesuatu pemeriksaan. Korban hidup
Prosedur Pengadaan Visum et Repertum adalah juga pasien sehingga mempunyai hak sebagai
Berbeda dengan prosedur pemeriksaan korban pasien. Apabila pemeriksaan ini sebenarnya perlu
mati, prosedur permintaan visum et repertum korban menurut dokter pemeriksa sedangkan pasien
hidup tidak diatur secara rinci di dalam KUHAP. menolaknya, maka hendaknya dokter meminta
Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang pernyataan tertulis singkat penolakan tersebut dari
pemeriksaan apa saja yang harus dan boleh pasien disertai alasannya atau bila hal itu tidak
dilakukan oleh dokter. Hal ini berarti bahwa mungkin dilakukan, agar mencatatnya di dalam
pemilihan jenis pemeriksaan yang dilakukan catatan medis.6
diserahkan sepenuhnya kepada dokter dengan Hal penting yang harus diingat adalah bahwa
mengandalkan tanggung jawab profesi kedokteran. surat permintaan visum et repertum harus mengacu
KUHAP juga tidak memuat ketentuan tentang kepada perlukaan akibat tindak pidana tertentu yang
bagaimana menjamin keabsahan korban sebagai terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Surat
barang bukti. Hal-hal yang merupakan barang bukti permintaan visum et repertum pada korban hidup
pada tubuh korban hidup adalah perlukaannya bukanlah surat yang meminta pemeriksaan,
beserta akibatnya dan segala sesuatu yang berkaitan melainkan surat yang meminta keterangan ahli
dengan perkara pidananya. Sedangkan orangnya tentang hasil pemeriksaan medis.6
sebagai manusia tetap diakui sebagai subyek hukum
dengan segala hak dan kewajibannya. Dengan
demikian, karena barang bukti tersebut tidak dapat Tata Laksana VeR pada Korban Hidup
dipisahkan dari orangnya maka tidak dapat disegel
1. Ketentuan standar dalam penyusunan visum et
maupun disita. Hal yang dapat dilakukan adalah
repertum korban hidup
menyalin barang bukti tersebut ke dalam bentuk
visum et repertum.6 a. Pihak yang berwenang meminta keterangan
ahli menurut KUHAP pasal 133 ayat (1)
KUHAP tidak mengatur prosedur rinci apakah
adalah penyidik yang menurut PP 27/1983
korban harus diantar oleh petugas kepolisian atau
adalah Pejabat Polisi Negara RI. Sedangkan
tidak. Padahal petugas pengantar tersebut
untuk kalangan militer maka Polisi Militer
sebenarnya dimaksudkan untuk memastikan
(POM) dikategorikan sebagai penyidik.
kesesuaian antara identitas orang yang akan
diperiksa dengan identitas korban yang dimintakan b. Pihak yang berwenang membuat keterangan

82
Dedi Afandi, Visum Et Repertum Pada Korban Hidup

ahli menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) 3. Pasien tidak sadar dengan riwayat trauma yang
adalah dokter dan tidak dapat didelegasikan tidak jelas
pada pihak lain.
4. Pasien dengan kejahatan kesusilaan/perkosaan
c. Prosedur permintaan keterangan ahli kepada
5. Pasien tanpa luka/cedera dengan membawa surat
dokter telah ditentukan bahwa permintaan
permintaan visum
oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis
yang secara tegas telah diatur dalam KUHAP “Kelompok pasien tersebut di atas untuk
pasal 133 ayat (2). dilakukan kekhususan dalam hal pencatatan temuan-
temuan medis dalam rekam medis khusus, diberi
d. Penyerahan surat keterangan ahli hanya
tanda pada map rekam medisnya (tanda “VER”),
boleh dilakukan pada Penyidik yang
warna sampul rekam medis serta penyimpanan
memintanya sesuai dengan identitas pada
rekam medis yang tidak digabung dengan rekam
surat permintaan keterangan ahli. Pihak lain
medis pasien umum.”
tidak dapat memintanya.
“Ingat ! kemungkinan atas pasien tersebut di
2. Pihak yang terlibat dalam kegiatan pelayanan
atas pada saat yang akan datang, akan dimintakan
forensik klinik adalah dokter, perawat dan
visum et repertumnya dengan surat permintaan
petugas administrasi
visum yang datang menyusul.”
3. Tahapan-tahapan dalam pembuatan visum et
c. Pemeriksaan korban secara medis
repertum pada korban hidup
Tahap ini dikerjakan oleh dokter dengan
a. Penerimaan korban yang dikirim oleh penyidik.
menggunakan ilmu forensik yang telah
Yang berperan dalam kegiatan ini adalah dokter, dipelajarinya. Namun tidak tertutup kemungkinan
mulai dokter umum sampai dokter spesialis yang dihadapi kesulitan yang mengakibatkan beberapa
pengaturannya mengacu pada S.O.P. Rumah Sakit data terlewat dari pemeriksaan.
tersebut. Yang diutamakan pada kegiatan ini adalah
Ada kemungkinan didapati benda bukti dari
penanganan kesehatannya dulu, bila kondisi telah
tubuh korban misalnya anak peluru, dan sebagainya.
memungkinkan barulah ditangani aspek
Benda bukti berupa pakaian atau lainnya hanya
medikolegalnya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa
diserahkan pada pihak penyidik. Dalam hal pihak
terhadap korban dalam penanganan medis
penyidik belum mengambilnya maka pihak petugas
melibatkan berbagai disiplin spesialis.
sarana kesehatan harus me-nyimpannya sebaik
b. Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/ mungkin agar tidak banyak terjadi perubahan. Status
visum et revertum benda bukti itu adalah milik negara, dan secara
yuridis tidak boleh diserahkan pada pihak keluarga/
Adanya surat permintaan keterangan ahli/visum
ahli warisnya tanpa melalui penyidik.
et repertum merupakan hal yang penting untuk
dibuatnya visum et repertum tersebut. Dokter d. Pengetikan surat keterangan ahli/visum et
sebagai penanggung jawab pemeriksaan repertum
medikolegal harus meneliti adanya surat permintaan
Pengetikan berkas keterangan ahli/visum et
tersebut sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini
repertum oleh petugas administrasi memerlukan
merupakan aspek yuridis yang sering menimbulkan
perhatian dalam bentuk/formatnya karena ditujukan
masalah, yaitu pada saat korban akan diperiksa surat
untuk kepentingan peradilan. Misalnya penutupan
permintaan dari penyidik belum ada atau korban
setiap akhir alinea dengan garis, untuk mencegah
datang sendiri dengan membawa surat permintaan
penambahan kata-kata tertentu oleh pihak yang tidak
keterangan ahli/visum et repertum.
bertanggung jawab.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka
Contoh:
perlu dibuat kriteria tentang pasien/korban yang
pada waktu masuk Rumah Sakit/UGD tidak “Pada pipi kanan ditemukan luka terbuka, tapi
membawa SpV. sebagai berikut: tidak rata sepanjang lima senti meter”
1. Setiap pasien dengan trauma e. Penandatanganan surat keterangan ahli / visum
et repertum
2. Setiap pasien dengan keracunan/diduga
keracunan Undang-undang menentukan bahwa yang

83
JIK, Jilid 3, Nomor 2, September 2009, Hal. 79-84

berhak menandatanganinya adalah dokter. Setiap Dengan demikian, kualitas pelayanan VeR secara
lembar berkas keterangan ahli harus diberi paraf oleh langsung akan mencerminkan kualitas pelayanan
dokter. Sering terjadi bahwa surat permintaan visum medikolegal di rumah sakit tersebut. Standar ini
dari pihak penyidik datang terlambat, sedangkan dianggap penting karena pelayanan medikolegal
dokter yang menangani telah tidak bertugas di sarana memiliki dampak yuridis yang luas dan dapat
kesehatan itu lagi. Dalam hal ini sering timbul menentukan nasib seseorang. Selain itu, kualitas
keraguan tentang siapa yang harus menandatangani pelayanan medikolegal juga mempengaruhi
visum et repertun korban hidup tersebut. Hal yang penilaian akreditasi rumah sakit. Dan bagi praktisi
sama juga terjadi bila korban ditangani beberapa kesehatan diharapkan agar dapat mengupayakan
dokter sekaligus sesuai dengan kondisi penyakitnya prosedur pembuatan VeR khususnya VeR pada
yang kompleks. korban hidup yang memenuhi standar VeR yang
baik.
Dalam hal korban ditangani oleh hanya satu
orang dokter, maka yang menandatangani visum
yang telah selesai adalah dokter yang menangani
DAFTAR PUSTAKA
tersebut (dokter pemeriksa).
1. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et
Dalam hal korban ditangani oleh beberapa
Repertum Korban Hidup pada Kasus Perlukaan
orang dokter, maka idealnya yang menandatangani
& Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra
visumnya adalah setiap dokter yang terlibat langsung
Keluarga Kelapa Gading, Rabu 23 Juni 2004.
dalam penanganan atas korban. Dokter pemeriksa
yang dimaksud adalah dokter pemeriksa yang 2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. Ilmu
melakukan pemeriksaan atas korban yang masih Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
berkaitan dengan luka/cedera/racun/tindak pidana. Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1997.
Dalam hal dokter pemeriksa sering tidak lagi
ada di tempat (di luar kota) atau sudah tidak bekerja 3. Siswadja TD. Tata laksana pembuatan VeR
pada Rumah Sakit tersebut, maka visum et repertum perlukaan dan keracunan. Simposium
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup
pelayanan forensik klinik yang ditunjuk oleh Rumah pada Kasus Perlukaan & Keracunan di Rumah
Sakit atau oleh Direktur Rumah Sakit tersebut. Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa
Gading, Rabu 23 Juni 2004.
f. Penyerahan benda bukti yang telah selesai
diperiksa 4. Herkutanto. Kualitas Visum et Repertum
Perlukaan di Jakarta dan Faktor yang
Benda bukti yang telah selesai diperiksa hanya
Mempengaruhinya. Maj Kedokt Indon,
boleh diserahkan pada penyidik saja dengan
September 2004 ; 54 (9) : 355-60.
menggunakan berita acara.
5. Afandi D, Mukhyarjon, Roy J. The Quality of
g. Penyerahan surat keterangan ahli/visum et
visum et repertum of the living victims In Arifin
repertum. Surat keterangan ahli/visum et
Achmad General Hopital during January 2004-
repertum juga hanya boleh diserahkan pada pihak
September 2007. Jurnal Ilmu Kedokteran, Maret
penyidik yang memintanya saja. Dapat terjadi
2008 ; 2 (1) : 19-22.
dua instansi penyidikan sekaligus meminta surat
visum et repertum. 6. Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik
dalam Penegakan Hukum. Jakarta: Pustaka
Dwipar, 2003.
KESIMPULAN
7. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.
Pembuatan VeR merupakan salah satu bentuk Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.
pelayanan medikolegal di rumah sakit. Departemen
8. Hamdani N. Ilmu Kedokteran Kehakiman.
Kesehatan telah menetapkan standar pelayanan
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992.
rumah sakit, termasuk pelayanan medikolegal.

84

Anda mungkin juga menyukai