Anda di halaman 1dari 28

 Lompat ke konten

 Lompat ke navigasi utama


 Lompat ke kolom pertama
 Lompat ke kolom kedua

Solar Cells Panel


informasi implementasi energi terbarukan



Solar Cells Panel


There are no translations available.

Solar cells panel, terdiri dari silikon, silikon mengubah intensitas sinar matahari menjadi
energi listrik, saat intensitas cahaya berkurang (berawan, hujan, mendung) energi listrik
yang dihasilkan juga akan berkurang.

Dengan menambah solar cells panel (memperluas) berarti menambah konversi tenaga
surya.

Sel silikon di dalam solar cells panel yang disinari matahari/ surya, membuat photon
bergerak menuju electron dan menghasilkan arus dan tegangan listrik. Sebuah sel silikon
menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari
kurang lebih 36 sel surya (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun).

Solar cells panel module memiliki kapasitas output: Watt hour. Solar cell 50 WP 12 V,
memberikan output daya sebesar 50 Watt per hour dan tegangan adalah 12 Volt. Untuk
perhitungan daya yang dihasilkan per hari adalah 50 Watt x 5 jam (maximun peak
intensitas matahari).

Daya yang dihasilkan disimpan dalam baterai. Tergantung dari kebutuhannya,


didapatkan perhitungan berapa jumlah solar cells panel dan baterai yang dibutuhkan.

Perhitungan Jumlah Solar Cells Panel


Bila kita membutuhkan daya listrik Alternating Current sebesar 2000W selama 10 jam
per hari ( 20KWh/hari ) maka dibutuhkan 24 panel sel surya dgn kapasitas masing-
masing 210WP dan 30 aki @12V 100Ah. Ini berdasarkan perhitungan energi surya dari
jam 7 pagi s/d jam 5 sore ( 10 jam ) dan asumsi konversi energi minimal 4 jam sehari.

Energi Jumlah panel sel Kapasitas panel sel


Perhitungan Hasil
surya surya surya
20.160 Watt
4 jam 24 panel 210 Watt 4 x 24 x 210
hour

Dasar perhitungan jumlah aki adalah 2 x 3 x kebutuhan listriknya.

Adanya faktor pengali 3 untuk mengantisipasi bila hujan/mendung terus-menerus selama


3 hari berturut-turut. Sedangkan faktor pengali 2 disebabkan battery tidak boleh lebih
dari 50% kehilangan kapasitasnya bila ingin battery-nya tahan lama, terutama untuk
battery kering seperti type gel dan AGM. Dengan kata lain diusahakan agar DOD
( Depth of Discharge ) tidak melampaui 50% karena sangat mempengaruhi life time dari
battery itu sendiri.

Jumlah Aki Voltage Ampere Perhitungan Hasil


100 12 Volt 100 Ampere hour 100 x 12 x 100 120.000 Watt hour

Efisiensi
Daya
Perubahan Biaya Keterangan Penggunaan
Tahan
Daya
Mono Sangat Baik Sangat Baik Kegunaan Pemakaian Sehari-hari
Baik Luas
Sangat Sangat Cocok untuk produksi
Poly Baik Sehari-hari
Baik Baik massal di masa depan
Bekerja baik dalam Sehari-hari &
Cukup
Amorphous Cukup Baik Baik pencahayaan Perangkat komersial
Baik
fluorescent (kalkulator)
Compound Sangat Cukup Pemakaian di luar
Sangat Baik Berat & Rapuh
(GaAs) Baik Baik angkasa

Jenis solar cells panel:


Polikristal (Poly-crystalline)
Merupakan solar cells panel yang memiliki susunan kristal acak. Type Polikristal
memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal
untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat menghasilkan listrik pada
saat mendung.

Monokristal (Mono-crystalline)
Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang
paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini
adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh),
efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.

Amorphous
Silikon amosphous (a-Si) digunakan sebagai bahan baku solar cells panel untuk
kalkulator pada waktu tertentu. Meskipun kinerjanya rendah daripada solar cells c-Si
(crystaline) tradisional, hal ini tidak terlalu penting dalam kalkulator, yang menggunakan
tenaga yang sangat minim.

Saat ini, perkembangan pada teknik a-Si membuat mereka menjadi lebih efektif untuk
area yang luas yang digunakan solar cells panel. Efisiensi tinggi dapat dicapai dengan
penyusunan beberapa layar sel a-Si yang tipis di bagian atas satu sama lain, setiap
rangkaian diatur untuk bekerja dengan pada frekuensi cahaya tertentu. Pendekatan ini
tidak berlaku untuk sel c-Si, dimana sangat tebal sebagai hasil dari teknik pembangunan
dan buram, menghalangi cahaya pada lapisan di tiap susunan.

Keuntungan dasar dari a-Si dalam skala produksi yang besar bukan pada efisiensi , tetapi
pada biaya. Sel a-Si menggunakan sekitar 1% silikon daripada sell c-Si, dan biaya untuk
silikon adalah faktor terbesar dalam biaya sel.

Informasi Solar Cells Panel


Beberapa contoh implementasi panel sel surya solar cells dan perangkat yang
menggunakan energi yang dihasilkan:

Ukuranpanel sel surya - solar cells 10 WP 20 WP 50 WP 80 WP 120 WP


Jumlah Watt untuk pengisian 50 W, 100 W, 250 W, 400 W, 600 W,
batere (5 jam sehari) 4.17 A 8.33 A 20.83 A 33.33 A 50 A
Lampu LED 3 Watt (pemakaian 16 (576
1 (36 W) 3 (108 W) 7 (252 W) 11 (396 W)
12 jam) W)
Lampu jalan LED 21 Watt 2 (504
1 (252 W) 1 (252 W)
(pemakaian 12 jam) W)

Spesifikasi teknis panel surya (dapat berubah sesuai dengan produk):

Output power 20 50 80 80 120


Cell type Multi Multi Amorphous Multi Multi
Max Power (W) 20 50 88 85 120
Min Power (W) 76 76 114
Open circuit voltage
21.6 21.6 63.3 21.6 21.3
(Voc)
Short circuit current
1.3 2.98 2.08 5.15 7.81
(Isc)
Max Power Voltage
17.2 17.6 47.6 17.3 17.1
(Vpm)
Max Power Current
1.17 2.85 1.68 4.63 7.02
(Ipm)
Max System Voltage
600 600 540
(V)
Dimension L x W x 639 x 294 x 835 x 540 x 1129 x 934 x 1214 x 545 1499 x 662
H(mm) 23 28 46 x 35 x 46
Module Efficiency 7.6 14.1 13.1
Weight (kg) 2.4 5.5 17 9 14

Instalasi Solar Cells Panel


There are no translations available.

Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen
sebagai berikut:

1. Solar cells
2. PV controller
3. Inverter
4. Baterai

Solar cells : menghasilkan energi listrik, dengan mengkonversikan tenaga matahari


menjadi listrik.

PV controller, digunakan untuk mengatur pengaturan pengisian baterai. Tegangan


maksimun yang dihasilkan solar cells pada hari yang terik akan menghasilkan tegangan
tinggi yang dapat merusak baterai.

Inverter, adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC - direct
current) menjadi tegangan bolak balik (AC - alternating current).

Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari solar cells. Tanpa
baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya ini terdiri dari panel surya, charge
controller, inverter, baterai.

Inverter
There are no translations available.

DASAR-DASAR OPERASI INVERTER

Baterai hanya dapat menyimpan energi dari sumber energi arus searah. Arus bolak balik
dan arus searah adalah bertentangan maka diperlukan "bridge (jembatan)"- inverter.

Tujuan dasar dari sistem inverter panel surya adalah untuk mengubah listrik arus searah
dari modul PV (saat terhubung dengan utilitas grid) dan baterai (berdiri sendiri atau diikat
dengan baterai cadangan) untuk listrik arus alternating, dan untuk daya beban arus bolak
balik.

METODE KONVERSI

Transformer inverter stand-alone didesain untuk meningkatkan tegangan 120 atau 240
volt arus bolak balik (VAC) tergantung di negara mana inverter digunakan.

JENIS INVERTER

Ada tiga kategori inverter: grid-tied, grid-tied dengan baterai cadangan, dan stand-alone.
Kedua jenis inverter yang pertama adalah inverter line-tied, yang digunakan dengan
sistem panel surya utility-connected. Jenis yang ketiga adalah stand-alone atau inverter
off-grid, diciptakan untuk berdiri sendiri (tidak bergantung), sistem energi utility-free dan
cocok untuk instalasi panel surya. Beberapa inverter dapat berfungsi pada beberapa
kategori. Penggolongan yang lain untuk inverter adalah jenis dari wavefrom. Tiga
waveform pada umumnya termasuk yang dibawah ini:

INVERTER GELOMBANG PERSEGI

Sakelar unit ini langsung pada arus searah ke daya arus bolak balik "persegi" dan hanya
terdapat sedikit daya tegangan kontrol, dengan kemampuan yang terbatas, dan distorsi
yang harmonik. Konsekuensinya, inverter persegi hanya sesuai untuk pemanas beban
resistif yang kecil, beberapa peralatan kecil, dan lampu pijar. Inverter ini tidak mahal dan
dapat membakar motors pada peralatan dan tidak digunakan untuk sistem residen.

INTERVER GELOMBANG PERSEGI YANG DAPAT DIMODIFIKASI


Inverter jenis ini menggunakan Field Effect Transistors (FET) atau silicon-controlled
rectifiers (SCR) untuk sakelar arus searah dan arus bolak balik serta dapat menangani
surge (pergerakan seperti gelombang) dan menghasilkan daya dengan sedikit harmonic
distortion. Gaya inverter ini lebih cocok untuk menjalankan berbagai variasi muatan,
termasuk motor, cahaya, dan peralatan elektronik seperti televisi dan stereo.

GELOMBANG SINUS

Inverter ini berfungsi untuk mengoperasikan perangkat elektronik sensitif yang


memerlukan kualitas tinggi wavefrom dan di ciptakan khusus untuk memproduksi daya
dengan sedikit harmonic distortion juga digunakan dalam penerapan grid-tied. Terdapat
beberapa inverter pada penerapan residental dan mempunyai banyak kelebihan dari
inverter gelombang persegi yang dapat dimodifikasi.

Ketiga waveform diilustrasikan pada figure 8-1

TAMPILAN/KARAKTERISTRIK INVERTER

TAMPILAN INVERTER STANDAR

Efisiensi tinggi: Kebanyakan inverter saat ini mengubah 90 persen atau lebih dari arus
searah ke arus bolak balik. Figure 8-2 menunjukkan contoh kurva efisien dari inverter
4000 watt.

Low Standby losses (siaga rendah kerugian): inverter harus cukup efisien saat tidak ada
muatan yang beroperasi.

Peraturan frekuensi: inverter harus menjaga daya 60 Hz dari berbagai variasi input.

Harmonic distortion: Inverter harus "smooth out" puncak keluaran yang tidak diinginkan
untuk meminimalkan efek pemanasan berbahaya pada appliances.

Easy of serviving (mudah dalam pelayanan): inverter harus berisi serangkaian modul
sederhana agar dapat diganti di lapangan.

Dapat dipercaya: Inverter harus menyediakan jangka panjang pemeliharaan rendah yang
dapat diandalkan.

Faktor koreksi daya: Inverter harus menjaga keseimbangan optimal antara sumber energi
dan muatan yang dikehendaki.

Keringanan: Inverter harus menyediakan fasilitas yang nyaman untuk instalasi dan
pelayanan.

PILIHAN TAMPILAN INVERTER


Remote control operation atau data-monitoring: Inverter dapat dikontrol, program, dan
atau diawasi dari lokasi terpencil.

Load transfer switch: Sakelar muatan manual memperbolehkan satu inverter bertemu
dengan muatan kritis jika gagal untuk meningkatkan sistem kepercayaan pada sistem
yang mempunyai inverter berlipat ganda.

Capability for parallel operation: Inverter dapat dihubungkan secara paralel untuk
melayani muatan lebih pada saat bersamaan.

Capability for series operation: Pada sistem dengan inverter yang bermacam-macam,
tampilan ini memungkinkan inverter untuk mengoperasikan muatan tegangan tinggi.

BATTERYLESS GRID-TIED INVERTER

Jumlah sistem PV grid-tied meningkat berkelanjutan setiap tahun. Untuk memenuhi


standar US, semua sistem US dengan inverter grid-tied harus memenuhi persyaratan
standar IEEE 1547, UL 1741, dan FCC bagian 15.

TAMPILAN IDEAL UNTUK BATTERYLESS GRID-TIED INVERTERS

Maximum power point tracking (MPPT): Semua inverter grid-tied yang tersedia akan
melacak titik daya puncak dari array.

Ground-fault protection (GFP): Sejak ground-fault protection diperlukan oleh NEC untuk
sistem, kebanyakan grid-tead memiliki GFP untuk inverter.

AC/DC disconnects: Beberapa inverter dibangun dalam AC & DC disconnects dan atau
perlindungan over-current.

Weatherproof enclosure: Kebanyakan inverter grid-tied di siapkan untuk instalasi di


outdoor dan memiliki weatherproof enclosure (cuaca kandang).

MENETAPKAN INVERTER BATTERYLESS GRID-TIED

Hal-hal dibawah ini harus diperhatikan untuk menetapkan inverter batteryless grid-tied:

- Daya watt AC - Saat mensizing sistem grid-tied, ukuran array akan ditentukan apakah
sesuai dengan muatan, budget klien, atau batas ruangan kemudian inverter harus
melewati total watt yang terhubung dengan pv array. Nilai ini dihitung menggunakan
peringkat watt STC pada inverter DC dan melipatgandakan oleh efisiensi inverter.
Hasilnya dalam daya watt AC dari inverter atau hasilnya disebut "Watts input DC"
kepada inverter.
- Tegangan input - Inverter grid-tied saat ini memerlukan tegangan input DC tinggi
diantara 75-600V DC maka konfigurasi array harus memanfaatkan bermacam-macam
modul secara seri, sesuai yang dibutuhkan. Jika tegangan keluar dari jendela, inverter
akan menutup dan tidak ada energi yang diproduksi. Jika tegangan array melebihi
inverter jendela maka akan membatalkan garansi dan berpotensi merusak unit.

- Tegangan output - Inverter yang terbuat dari sistem residental memiliki tegangan output
120V atau 240V. Untuk sistem grid-tied, kedua tegangan output ini cukup memenuhi
kebutuhan sebuah rumah. Jika inverter output adalah 120V, perancang harus
memverifikasi ada cadangan pemutus arus satu tiang di panel layanan arus balik. Jika
inverter output adalah 240V, perancang perlu memverifikasi tersedia tiang ganda untuk
pemutus inverter back-feed. Tegangan inverter yang khas untuk sistem komersil adalah
120V, 240V, 208V, atau 480V.

- Frekuensi - Inverter harus mempertahankan daya 60 Hz.

GRID-TIED DENGAN CADANGAN BATERAI INVERTER

Grid-tied dengan cadangan baterai inverter lebih kompleks daripada inverter batteryless
grid-tied karena perlu menjual energi kepada grid, menyediakan energi untuk cadangan
muatan selama padam (termasuk surge), dan charge baterai dari grid setelah padam.
Inverter ini perlu tampilan yang sama untuk kedua inverter batteryless grid-tied saat
menjual energi, dan kepada inverter stand-alone ketika digunakan kembali selama beban
off.

TAMPILAN IDEAL UNTUK GRID-TIED DENGAN CADANGAN BATERAI


INVERTER

Kapasitas baterai charge: Jenis inverter ini dapat berperan sebagai baterai charger untuk
charge baterai dari daya AC setelah outage (padam) dengan memperbolehkan sumber AC
untuk charge baterai melalui inverter dengan mengubah AC ke DC dengan tegangan yang
sesuai.
Inverter harus berisi perlindungan sirkuit yang menjaga baterai dari over-discharging oleh
muatan AC. Ini sering kali mengacu pada low-voltage-disconnect (LVD).

Kapasitas arus tinggi untuk mendukung beban: Inverter harus dapat menyediakan arus
tinggi untuk menjalankan beban simultan pada panel pendukung beban saat grid
melemah.

Generator auto start and stop: Jika generator digunakan sebagai sumber AC selama energi
outages, inverter dapat diprogram untuk difungsikan secara otomatis saat baterai menuju
pada tingkat rendah dan kemudian akan mematikan generator saat baterai cukup terisi.
Hal ini biasanya dilakukan pada output relay atau kegiatan penunjang.

Power center with disconnects and over-current protection: Beberapa inverter hadir
dengan energi pusat yang terpadu yang berisi disconnects yang sesuai dan peralatan
perlindungan overcurrent.
1. Motor DC

Sebelumnya kita telah belajar bagaimana motor dc bekerja dan bagaimana


mengontrolnya dengan micro. Tidak hanya dengan membalik polaritas supply untuk
mengendalikan arah putaran motor tapi juga banyak teknik lain untuk mengendalikan
motor.

a. PWM

Disini akan dipelajari cara pengendalian motor dengan mengubah-ubah tegangan catuan
secara temporar dan secara cepat sehingga didapat tegangan rata-rata, teknik ini disebut
PWM/pulse width modulation. Tegangan yang diperoleh digunakan untuk mendapat
kecepatan tertentu. Kecepatan dapat diubah dengan memvariasikan waktu on ataupun off.

Perhatikan contoh berikut:

Kita mensuply 10volt selama 40ms dan akan mematikan (0volt) selama 10ms. Jika
mengulang siklus ini secara cepat maka akan diperoleh tegangan rata-rata. Dalam kasus
ini tegangan off 20% dari waktu total, sehingga tegangan rata-rata motor adalah
80%x10volt=8volt. Dengan tegangan 8volt ini motor akan lebih lambat jika
dibandingkan ketika diberi 10volt.

PWM sangat berguna ketika kita ingin memperlambat motor untuk belok maupun
berputar.

b. Torsi

Torsi adalah ukuran kekuatan motor. Makin besar torsi maka motor semakin kuat dan
semakin berat motor untuk diputar. Torsi motor dc tergantung pada kecepatan motor,
yang diukur dalam RPM/revolution per minute. Umumnya makin besar RPM makin
besar torsi, demikian sebaliknya.

2. Motor Servo

Disini akan dipelajari bagaimana servo bekerja dan bagaimana memprogramnya.

–Bagaimana servo bekerja:

Seperti yang kita tahu bahwa servo terdiri dari rangkaian pengontrol, gear, potensiometer
dan DC motor. Potensiometer terhubung dengan gear demikian pula DC motor. Ketika
DC motor diberi signal oleh rangkaian pengontrol maka dia akan bergerak demikian pula
potensiometer dan otomatis akan mengubah resistansinya. Rangkaian pengontrol akan
mengamati perubahan resistansi dan ketika resistansi mencapai nilai yang diinginkan
maka motor akan berhenti pada posisi yang diinginkan.

–Mengontrol servo:

Pengontrollan servo dilakukan dengan memberikan pulsa secara kontinyu selama 1ms
sampai 2ms, tergantung posisi yang ingin dicapai. Untuk menjaga posisinya maka pulsa
1ms sampai 2ms itu diulang-ulang sekitar 50 sampai 60kali.
Pulsa 1ms akan memposisikan servo pada 0 derajat, sedangkan 2ms akan memposisikan
servo pada maximum putaran. Jika diberi pulsa 1,5ms maka servo akan berputar setengah
putaran.

Perhatikan gambar berikut:

3. Motor Stepper

Pada bagian ini akan dibahas bagaimana memprogram motor stepper.

Memb
erikan signal pada pin1 sampai pin4 dengan urutan seperti pada tabel berikut
(1,2,3,4,1…)maka akan didapat putaran stepper yang clockwise (searah jarum jam).
Untuk membalik arah putaran kita tinggal membalik urutan (4,3,2,1,4…).
4. Analog dan
Digital—(ADC/analog to digital converter)

Semua microcontroller adalah digital, yang berarti hanya mengenal dua keadaan yaitu on
dan off. Untuk pembacaan sensor seperti sensor tumbukan dan sejenisnya outputnya
digital sehingga mudah diolah oleh micro, sedangkan sensor seperti sensor cahaya
outputnya berupa tegangan yang bervariasi (analog). Maka agar output bisa digunakan
oleh micro maka diperlukan ADC, untuk mengubah ke digital (5volt atau 0 volt).

Ada micro yang sudah terintegrasi dengan fitur ADC dan ada juga yang perlu
menambahkan interface ADC secara terpisah. Yang perlu diperhatikan dalam ADC adalah
resolusinya. Kebanyakan yang digunakan dalam robotic mempunyai resolusi 8 bit. Range
8 bit adalah dari 0 sampai 255 untuk merepresentasikan 0volt sampai 5volt. Yang berarti
ADC dapat mendeteksi perubahan setiap 5/255 volt atau 0,02volt.

5. Sensor Cahaya

Prinsip dari rangkaian sensor cahaya adalah voltage devider/ pembagi tegangan. Seperti
yang kita ketahaui sensor cahaya merupakan resistor yang berubah-ubah resistansinya
sesuai intensitas cahaya yang diterima. Kita bisa menggunakan sensor cahaya ini secara
sederhana dengan merangkainya seri dengan resistor murni dan mengambil tegangan
sensor kemudian dimasukkan ke ADC.

Maka didapat rangkaian sebagai berikut:


Dari rangkaian diatas didapat persamaan:

Vout dimasukkan ke ADC.

Kebanyakan rangkaian yang menggunakan ADC harus dihubungkan ke ground untuk


memungkinkan pembacaan yang tepat.

6. Menggunakan Sensor Sharp GP2D02

Sharp GP2D02 adalah sensor jarak/kedekatan dengan infra merah. Ini dapat digunakan
untuk mendeteksi objek didepannya. Dibutuhkan diode untuk dihubungkan ke micro.

Vin defaultnya adalah 3 volt, sehingga ini tidak dapat dihubungkan secara langsung ke 5
volt karena melebihi maksimum karakteristik dari sensor (3 volt). Maka dibutuhkan diode
pada Vin sebelum masuk ke micro. Ketika output mikro high maka sensor tidak akan
aktif. Sedangkan ketika output mikro low (sbg ground) akan timbul arus ke sensor dan
sensor akan aktif. Ingat pemasangan diode jangan terbalik. Sebaiknya diberi isolasi
ataupun heatsink.

Vcc dihubung ke sumber 5volt. Komunikasi antara mikro dan sensor adalah serial.
Timing diagram berikut menunjukkan operasi sensor dimana clock line = Vin, data=Vout.
Untuk membaca data dari sensor ini, kita perlu mengaktifkan sensor selama 70ms atau
lebih, sehingga sensor telah mempunyai data yang siap untuk dibaca. Kemudian mulai
clock selama >=1ms dengan lebar <=0,2ms, pada saat clock low maka kita dapat
mengambil datanya. Data diambil sebanyak 8 bit, bit pertama yang diambil sebagai MSB.
Setelah data 8bit terambil maka kita buat sensor tidak aktif (Vin high) selama 1,5ms atau
lebih. Kemudian kita mengaktifkan sensor lagi selama >=70ms demikian seterusnya.

Data 8 bit itu dapat kita representasikan sebagai jarak dengan rasio tertentu dan dapat
ditampilkan ke LCD atau penampil lainnya.

Sumber:
MEMBUAT SEL SURYA SENDIRI

PENGOLAHAN SILIKON

Terdapat beberapa pertanyaan dari banyak pengunjung yang sayangnya belum sempat
penulis respon. Banyak cara dan bentuk pertanyaannya, namun inti kesemuanya ialah
sami mawon. Pertanyaan yang pertama berkaitan dengan adanya kemungkinan membuat
atau merakit sel surya sendiri atau secara mandiri. Sedangkan pertanyaan kedua ialah
pemanfaatan bahan baku sekitar untuk dijadikan sel surya lebih khusus lagi untuk sel
surya jenis silikon yang saat ini merajai pasar sel surya. Nah, tulisan ini akan sedikit
mengupas dua pertanyaan tersebut dengan cara menggabung dua pertanyaan di atas
dalam dua artikel yang terpisah; bisakah kita membuat sel surya secara mandiri dengan
berbahan baku alam sekitar?

Penulis yakin manisnya janji dan indahnya mimpi yang ditawarkan oleh teklnologi sel
surya untuk menyediakan listrik dalam jangka panjang telah mengundang pemikiran-
pemikiran bahkan niatan untuk mengembangkan sel surya sendiri di tanah air. Bentuk
fisik sel surya yang terlihat amat sederhana, mudah dipasang dan cukup mudah dibawa ,
mengundang anggapan mudahnya membuat sel surya. Kemudian, setelah mengetahui
bahwa bahan dasar sel surya jenis silikon sejatinya ialah pasir atau tanah mengandung
silika yang banyak di jumpai di tanah air, bertambah lagi anggapan umum bahwa sel
surya sangat mungkin dikembangkan di tanah air yang jelas aroma bisnisnya akan cukup
menyengat di masa depan.

Seorang rekan pengunjung Blog ini menulis sebuah pertanyaan seperti di bawah.
Pertanyaan ini penulis ambil sebagai sebuah sampel dari beberapa pertanyaan serupa
sebelumnya dan artikel ini penulis persiapkan guna menjelaskan apa dan bagaimana
pengolahan silikon dari pasir silika itu, serta menimbang-nimbang apakah produksi
silikon untuk sel surya dapat kita lakukan atau tidak.

Eric Berkata:
September 12, 2008 pukul 5:16 pm

Salam kenal Pak Adhi..

Saya tertarik untuk memproduksi poli kristal ataupun mono krital silica.
mengingat di tanah air terdapat banyak sekali pasir silika namun
penggunaannya masih belum maksimal. Pertanyaan saya, apakah untuk
mengkonversi silika dari alam menjadi poli/mono kristal memerlukan proses
yg rumit? Dan berapakah kira2 biaya investasi yg dibutuhkan..

Terima kasih..

Silikon terdapat banyak di bumi. Ia merupakan unsur kedua terbanyak di kulit bumi
setelah oksigen. Terdapat di alam dalam bentuk pasir silika atau yang dikenal juga degan
quartz dengan rumus kimia SiO2. Tanah dimana kita pijak pun mengandung silikon.
Sebagai contoh, di Indonesia penamnangan pasir silika ini dilakukan di Kalimantan
Tengah dan Jawa Tengah. Di pesisir pantai selatan Jawa juga diyakini memiliki
kandungan pasir silika. Silikon yang dipakai untuk keperluan semikonduktor dan sel
surya diambil dari hasil pemisahan Si dan O. Saat ini, penghasil silikon terbesar di dunia
ialah Cina, Amerika, Brazil, Norwegia dan Prancis. Cadangan sumber daya silika dan
ketersediaan tenaga listrik yang cukup besar menjadi alasan mengapa negara-negara di
atas memimpin dalam menghasilkan silikon.

Butuh listrik besar.

Tahap pertama pembuatan silikon dimulai dengan jalan memisahkan silikon dari SiO2.
Pemisahan ini dilakukan di dalam sebuah tanur (furnace) yang disuplai dengan listrik
berkekuatan tinggi. Skema tanur untuk pemisahan silikon dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 1. Skema pemisahan/pembuatan silikon dari pasir silika. Diadaptasi dari sini.

Pasir silika dan karbon (C) secara bersamaan (gambar paling kiri) dimasukkan ke dalam
tanur yang dilengkapi dengan elektroda tempat arus listrik mengalir masuk (gambar
tengah). Silikon dipisahkan dengan jalan mereaksikan pasir silika dengan karbon pada
suhu tinggi, yakni di atas 1900 hingga 2100 derajat celcius. Hal ini mengingat baik pasir
maupun karbon merupakan dua zat padat yang mana reaksi akan berlangsung hanya pada
saat mereka melebur/mencair/meleleh, ditambah lagi dengan titik leleh pasir silika yang
di atas 1800 derajat Celcius. (Reaksi kimia tidak disertakan).
Tingginya suhu proses pemisahan silikon dari pasir silika membawa konsekuensi
tingginya konsumsi listrik yang mutlak digunakan. Mengapa musti dengan listrik dan
bukan dengan pembakaran? Pembakaran manapun tidak akan mampu mencapai suhu
proses yang diperlukan untuk mereaksikan pasir silika dengan karbon, sehingga hanya
dengan jalan mengalirkan aurs listrik besar-lah suhu proses ideal mampu dicapai.

Tercatat sekitar 10 hingga 30 MW (MegaWatt) listrik dibutuhkan dalam proses ini


tergantung dari seberapa besar tanur yang dipakai. Tidak heran jika hanya negara-negara
yang memiliki sumber daya listrik melimpah dan bersumber dari PLTN atau lainnya-lah
yang dapat secara ekonomis memisahkan silikon dari pasir silika karena tenaga listrik
yang dibutuhkan dalam proses ini sangatlah besar; sekitar sepersepuluh listrik yang
dihasilkan oleh PLTU Muara Karang (300 MW) habis hanya untuk proses ini.

Gambar 2. PLTU Muara Karang. Sepersepuluh dari kapasitasnya yang 300 MW itu
dibutuhkan untuk memisahkan silikon dari pasir silika.

Silikon yang dihasilkan dari pemisahan Si dan O pada pasir silika perlu dimurnikan
kembali untuk mencapai kadar kemurnian silikon di atas 99%. Ada dua tahapan untuk
memurnikan silikon hasil pemisahan pasir silika. Tahap pertama, silikon hasil pemisahan
masih memiliki „pengotor“ berupa besi (Fe), aluminium (Al), kalsium (Ca) titanium (Ti)
dan karbon (C) yang harus dikeluarkan. Tahapan ini dilakukan pada proses pemurnian
persis setelah leburan silikon keluar dari tanur (Gambar kiri tengah). Proses ini
melibatkan gas oksidatif yang dilakukan pada suhu 1700 derajat Celcius. Listrik berdaya
besar masih diperlukan di tahap ini. Sampai tahapan ini, silikon yang dihasilkan disebut
dengan metallurgical grade silicon dengan kadar pengotor dalam satuan bagian per sejuta
(ppm, parts per million) yang sejatinya sudah cukup untuk dipergunakan untuk banyak
keperluan.

Tahapan berikutnya, ialah persiapan dan pemurnian silikon untuk bahan dasar sel surya
maupun semikonduktor atau yang disebut dengan semiconductor grade silicon. Tahap ini
dilakukan di tempat lain yang terpisah dari proses pemisahan silikon. Untuk diketahui,
silikon untuk keperluan semikonduktor membutuhkan kadar kemurnian yang sangat
sangat tinggi yang berbeda dari metallurgical grade silicon. Di dunia semikonduktor,
dikenal dengan „eleven-nine“ atau 11 angka 9 yang menyatakan kadar kemurnian silikon
dalam persen; 99,999999999%. Silikon untuk keperluan semikonduktor harus memiliki
unsur pengotor dalam satuan bagian per semilyar (ppb, parts per billion) atau bagian per
setrilyun (ppt, parts per trillion). Sederhana saja, jika kadar kemurnian silikon di bawah
nilai nominal tersebut, dapat dijamin bahwa sebuah prosesor atau memori komputer atau
sel surya tidak dapat berjalan dengan baik.

Pemurnian silikon untuk keperluan sel surya maupun semikonduktor lain dilakukan
dalam bentuk gas melalui proses yang disebut dengan proses Siemens. Silikon dari tahap
pemurnian pertama (metallurgical grade silicon) direaksikan dengan gas asam klorida
(HCl) untuk membuat gas silikon klorida. Proses reaksi ini dilakukan pada suhu 350
derajat Celcius.

Silikon klorida kemudian dimasukkan ke dalam reaktor Siemens (gambar di bawah)


bersama-sama dengan gas hydrogen. Di dalam reaktor Siemens terdapat batangan umpan
silikon (silicon feed rod) berbentuk U terbalik yang dipanaskan pada suhu 1100 derajat
Celcius dan pendingin. Silikon klorida mengalami reaksi dekomposisi atau reaksi
penguraian menjadi silikon pada permukaan batangan umpan silikon, dan silikon hasil
penguraian ini menempel dan terendap di batangan tersebut. Semakin lama proses,
semakin banyak silikon yang mengendap yang kemudian membesar menjadi silikon
dengan kadar kemurnian 11 angka 9 di atas (reaksi kimia tidak disertakan).

Gambar 3. Skema diagram proses dan reaktor Siemens untuk memurnikan silikon.
Diadaptasi dari sini.

Sampai di sini, silikon sudah memiliki kemurnian yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan sel surya.
Silikon untuk sel surya

Sel surya dibuat dari silikon yang berbentuk bujur sangkar pipih dengan ukuran 5 x 5 cm
atau 10 x 10 cm persegi. Ketebalan silikon ini sekitar 2 mm. Lempengan bujur sangkar
pipih ini disebut dengan wafer silikon untuk sel surya. Bentuk wafer silikon sel surya
berbeda dengan wafer silikon untuk semikonduktor lain (chip, prosesor komputer, RAM
memori) yang berbentuk bundar pipih meski memiliki ketebalan yang sama (lihat gambar
bawah).

Gambar 4. Wafer silikon untuk keperluan elektronika (bundar pipih) dan sel surya
(persegi berwarna biru).

Wafer silikon ini dibuat melalui proses pembuatan wafer silikon dengan memanfaatkan
silikon berkadar kemurnian tinggi sebelumnya (semiconductor grade silicon). Secara
ringkas, penulis paparkan beberapa cara membuat wafer silikon untuk keperluan sel
surya.

1. Wafer silikon jenis monokristal.

Mono kristal di sini berarti silikon tersebut tersusun atas satu kristal saja. Sedangkan jenis
lain ialah wafer silikon polikristal yang terdiri atas banyak krstal. Wafer silikon
monokristal dibuat melalui proses Czochralski (Cz) yang merupakan jantung dari proses
pembuatan wafer silikon untuk semikonduktor pula. Prosesnya melibatkan peleburan
silikon semiconductor grade, diikuti dengan pemasukan batang umpan silikon ke dalam
leburan silikon. Ketika batang umpan ini ditarik perlahan dari leburan silikon, maka
secara otomatis silikon dari leburan akan mennempel di batang umpan dan membeku
sebagai satu kristal besar silikon. Suhu proses berkisar antara 1000-1200 derajat Celsius,
yakni suhu di mana silikon dapat melebur/meleleh/mencair. Silikon yang telah membeku
ini akhirnya dipotong-potong menghasilkan wafer dengan ketebalan sekitar 2 milimeter.
Gambar 5. Skema proses Cz untuk membuat wafer silikon. (Atas) Reaktor tempat
pembuatan wafer slikon, (Tengah atas) Keadaan silikon yang tengat ditarik oleh batang
pengumpan. Perhatikan warna silikon yang berpijar tanda masih dalam keadaan setengah
cair/lelehan. (Tengah bawah) Ruangan pabrik pembuatan wafer silikon yang selalu
terjaga kebersihannya dan seragam yang selalu dipakai pekerjanya. (Bawah) Wafer
silikon yang dihasilkan (diameter 20-40 cm panjang bisa mencapai 1-2 m). Diadaptasi
dari sini dan sini dan sini.
Gambar 6. Sel surya yang menggunakan bahan dasar silikon monokristal. Perhatikan
warna biru yang homogen pada sel surya tersebut.

2. Wafer silikon jenis polikristal.

Wafer silikon monokristal relatif jauh lebih sulit dibuat dan lebih mahal. Silikon
monokristal inilah yang digunakan untuk bahan dasar semikonduktor pada mikrochip,
prosesor, transistor, memori dan sebagainya. Keadaannya yang monokristal (mengandung
hanya satu kristal tunggal) membuat silikon monokristal nyaris tanpa cacat dan sangat
baik tingkat hantar listrik dan panasnya. Sel surya akan bekerja dengan sangat baik
dengan tingkat efisiensi yang tinggi jika menggunakan silikon jenis ini.

Namun demikian, perlu diingat bahwa isu besar sel surya ialah bagaimana menurunkan
harga yang masih jauh dari jangkauan masyarakat. Penggunaan silikon monokristal jelas
akan melonjakkan harga sel surya yang akhirnya justru kontraprduktif. Komunitas
industri dan peneliti sel surya akhirnya berpaling ke jenis silikon yang lain yang lebih
murah, lebih mudah dibuat, meski agak sedikit mengorbankan tingkat efisiensinya. Saat
ini, baik silikon monokristal maupun polikristal sama sama banyak digunakan oleh
masyarakat.
Gambar 7. (Atas) Salah satu contoh aktifitas peleburan material (logam, slikon, dll.)
(Bawah) Sel surya berbahan baku silikon polikristal. Perhatikan warna terang gelap pada
sel surya yang menandakan kristal kristal yang berbeda arah dan besarnya.

Pembuatan silikon polikristal pada intinya sama dengan mengecor logam (lihat Gambar
di bawah). Semiconductor grade silicon dimasukkan ke dalam sebuah tungku atau tanur
bersuhu tinggi hingga melebur/meleleh. Leburan silikon ini akhirnya dimasukkan ke
dalam cetakan cor dan selanjutnya dibiarkan membeku. Persis seperti pengecoran besi,
aluminium, tembaga maupun logam lainnya. Silikon yang beku kemudian dipotong-
potong menjadi berukuran 5 x 5 atau 10 x 10 cm persegi dengan ketebalan kira-kira 2
mm untuk digunakan sebagai sel surya. Proses pembuatan silikon polikristal dengan cara
ini merupakan proses yang paling banyak dilakukan karena sangat efektif baik dari segi
ekonomis maupun teknis.
Secara umum, proses pembuatan sel surya mulai dari dari silikon dapat dilihat pada
gambar di bawah ini. Proses pembuatan sel surya sendiri telah diterangkan sebelumnya.

Perbandingan dengan industri besi dan baja

Sebagai penutup artikel ini, penulis mecoba membandingkan industri pengolahan silikon
dengan industrui besi dan baja di tanah air. Sebagaimana kita ketahui, industri besi dan
baja kita mengandalkan bahan baku dalam negeri dengan salah satu yang terbesar ialah
PT Krakatau Steel (PT KS). Penulis pernah berkunjung ke PT KS beberapa tahun lalu
dan melihat sendiri fasilitas yang dimilikinya, termasuk pelabuhan sendiri serta (kalau
tidak salah) pembangkit listrik sendiri atau disuplai dari pembangkt listrik terdekat.

Industri pengolahan silikon hingga siap pakai untuk sel surya penulis ibaratkan sama
dengan industri baja, baik dari segi kerumitan maupun investasinya. Besi mudah ditemui,
diolah bahkan dijadikan kerajinan. Sudah banyak industri kecil kita yang mampu
membuat sendiri alat alat dari besi maupun baja. Namun demikian, ketika hendak
berbicara mengenai produksi massal yang memanfaatkan besi, maka pembuatan besi
maupun baja sudah melibatkan perhitungan untung rugi ekonomisnya sejak dari
penambangan bijih besi. Untuk dapat mengolah bijih besi menjadi besi, dibutuhkan
invetasi besar; penambangan bijih, pemisahan bijih, peleburan, pengolahan dan
sebagainya seperti apa yang dilakukan PT KS.

Sama dengan pengolahan silikon. Bahkan untuk hal ini, silikon membutuhkan investasi
yang lebih besar dari pembuatan besi dan baja mengingat ada komponen ekstra dalam
menjaga kebersihan dan ongkos energi yang sangat besar berbanding dengan hasil
produksi. Betul bahwa pasir silika banyak terdapat di tanah air, namun demikian, untuk
mengubahnya menjadi barang yang jauh berharga semisal semikonduktor atau sel surya,
sangat mustahil dilakukan oleh perorangan atau industri kecil-menengah. Hal ini bukan
hanya dikarenakan persoalan modal saja, melainkan secara ilmiah-alamiah, mengubah
pasir silika menjadi silikon saja tidak dapat dilakukan dengan cara sembarangan atau cara
yang disederhanakan.

Bidang ini harusnya diserahkan kepada pemerintah atau investor asing/besar yang
berminat bermain di penyediaan bahan baku dasar sel surya atau semikonduktor.

Anda mungkin juga menyukai