Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGERTIAN KOMPOS
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan,
bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan
hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung
senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi
lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral.
Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik
daripada tanaman tanpa kompos.
Aspek Ekonomi :
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana
dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat
dikomposkan. daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan.
Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran
ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang
bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak
mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah
dikomposkan. Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu
keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu
yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun
bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh
tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya
oleh tanaman. Kompos yang ‘setengah matang’ juga tidak baik untuk tanaman. Bahan
organik harus dikomposkan sampai ‘matang’ agar bisa diserap haranya oleh tanaman.
Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan
menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi.
Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan
menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung
bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu
perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau
biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat
pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya
cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik
yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur
merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan
cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat
dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih
sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat
proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung
udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan
ini bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air hujan, cahaya matahari,
penguapan, dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang
dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan.
Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2 – 3 minggu.
Bahan-bahan yang keras membutuhkan waktu antara 4 – 6 minggu. Ciri kompos yang
sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat
kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan/remah.
Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada
batasan baku berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih
banyak kompos memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk
pembibitan atau untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah
dengan perbandingan satu bagian kompos : tiga bagian tanah.
Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal
dengan istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang
cukup, agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama
dengan pupuk kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan
dengan penambahan kompos.
Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura,
perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk
tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi,
sawit, kakao, tebu, aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain.
Green hospital merupakan suatu konsep dalam perancangan dan manajemen rumah sakit.
Konsep green hospital ini mengorientasikan rumah sakit sebagai bangunan yang berwawasan
lingkungan dan jawaban atas tuntutan kebutuhan pelayanan berbasis kenyamanan dan
keamanan lingkungan rumah sakit. Salah satu langkah pendukung dalam konsep green
hospital yakni mengurangi volume sampah organic yang di hasilkan rumah sakit dalam
bentuk kompos. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
A. Langkah Kerja
Cara pengolahan sampah menjadi kompos ini langkah-langkahnya kurang lebih sebagai
berikut:
1. Pipa PVC diameter 1,5 inchi, ukuran 1 meter, dibagi 4 @ 25 cm. Pipa ini fungsinya
sebagai "pernafasan" melalui tanah, karena proses kompsonya tak perlu udara (an-
aerob). Pipa dibolongin pakai bor atau solder. Lalu salah satu ujungnya ditutup dop.
Pipa dibungkus kawat nyamuk (plastik) dan di lem.
2. Lubangi tong plastic dan sambungkan dengan pipa PVC
3. Masukkan sampah yang telah di cacah dan campurkan dengan bioaktivator ( EM4)
dengan cara spray dan aduk hingga merata
4. Periksa suhu kompos secara rutin dan aduk secara berkala.
Ukuran 60Cm x 60Cm x 100Cm . Galian tidak disemen, kecuali sekitar 1 bata atau 10 cm
di bagian permukaan, yaitu untuk menjaga supaya tidak runtuh. Lubang tanah ini kemudian
ditutup dengan beton tipis. Sampah tidak perlu dipotong-potong kecil-kecil, jadi apa adanya
saja. Kemudian dikocorkan bioaktivator pekat, dalam tempo 1 (satu) bulan kompos bisa
dipanen
Ini tidak disarankan dibuat pada lokasi yang air tanahnya dangkal misal permukaan air
tanahnya – 1 m sampai -5 m, kalau lebih dari -5 m tidak apa-apa. Hal ini karena
dikhawatirkan air tanahnya akan tercemari oleh lindi (pupuk cair) yang mungkin terjadi,
apalagi bila prosedurnya tidak benar.
Kekurangan lainnya, kalau musim hujan air akan mengenang pada lubang, sehingga
proses pengomposan akan terhambat.
Bila tempatnya memadai sebaiknya di buat 1 seri komposter yang terdiri dari 3 lubang,
ukuran masing-masing lubang sama, dengan jarak antara tiap lubang sekitar 50 cm kemudian
dibuat 1 seri komposter yang terdiri dari 3 lubang, ukuran masing-masing lubang sama,
dengan jarak antara tiap lubang sekitar 50 cm. Lubang A untuk sampah baru, baik daun segar,
sayur busuk, kotoran hewan, bahkan bangkai tikus. Lubang B untuk kompos setengah matang
(berasal dari lubang A bagian lapisan bawah yang telah mulai terurai). Lubang C untuk
kompos hampir jadi (berasal dari lubang B bagian lubang bawah yang sudah banyak
mengalami penguraian).
Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara
menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup. Untuk
membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku berupa material organik dan organisme
pengurai. Organisme pengurainya bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme.
Pupuk kompos mudah dibuat dan teknologinya sederhana. Semua orang bisa
mengerjakannya, baik untuk skala pertanian maupun sekadar keperluan pekarangan.
Pengelompokan jenis-jenis pupuk kompos bisa dilihat dari tiga aspek. Pertama, dilihat dari
proses pembuatannya, yaitu ada kompos aerob dan anaerob. Kedua, dilihat dari
dekomposernya, ada kompos yang menggunakan mikroorganisme ada juga yang
memanfaatkan aktivitas makroorganisme. Ketiga, dilihat dari bentuknya ada yang
berbentuk padat dan ada juga yang cair. Berikut ini beberapa contoh dari jenis-jenis pupuk
kompos yang umum dipakai.
Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan oksigen. Bahan baku
utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa tanaman, kotoran hewan atau
campuran keduanya. Proses pembuatannya memakan waktu 40-50 hari, untuk lebih
jelasnya silahkan baca cara membuat kompos. Lamanya waktu dekomposisi tergantung
dari jenis dekomposer dan bahan baku pupuk.
2. Pupuk bokashi
Pupuk bokashi merupakan salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang paling terkenal. Ciri
khas pupuk bokashi terletak pada jenis inokulan yang digunakan sebagai starter-nya, yaitu
efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan ini terdiri dari campuran berbagai macam
mikroorganisme pilihan yang bisa mendekomposisi bahan organik dengan cepat dan
efektif.
3. Vermikompos
Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara pengomposan
basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun anaerob. Pupuk organik cair dibuat
karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari beberapa praktek, pupuk organik cair lebih
efektif diberikan pada daun dibanding pada akar (kecuali pada sistem hidroponik).
Penyemprotan pupuk organik cair pada daun harus menggunakan takaran atau dosis yang
tepat. Pemberian dosis yang berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan cepat.
Untuk mengetahui cara membuatnya silahkan baca cara membuat pupuk organik cair.
Selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, pupuk kompos bekerja dengan cara
memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik, kompos meningkatkan
kemampuan tanah untuk menyimpan air sebagai cadangan di saat kekeringan. Kompos
juga membuat tanah menjadi gembur dan cocok sebagai media tumbuh akar tanaman.
Pada tanah tipe pasir sekalipun, material kompos berguna menjadi perekat sehingga tanah
menjadi lebih solid. Sedangkan pada tanah liat atau tanah lempung, kompos berfungsi
menggemburkan tanah agar tidak terlalu solid.
Secara kimiawi, pupuk kompos bisa meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah.
Karena semakin banyak kandungan organik dalam tanah, semakin baik kapasitas tukar
kationnya. Kapasitas tukar kation berfungsi melepaskan unsur-unsur penting agar bisa
diserap dengan mudah oleh tanaman.
Secara biologi, pupuk kompos adalah media yang baik bagi organisme tanah untuk
berkembang biak. Baik itu dari jenis mikroorganisme maupun satwa tanah lainnya. Aktivitas
mikroorganisme dan satwa tanah akan memperkaya tanah dengan zat hara penting bagi
tanaman.
Pupuk kompos yang baik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: (1) Baunya sama dengan
tanah, tidak berbau busuk, (2) Warna coklat kehitaman, berbentuk butiran gembur seperti
tanah, (3) Jika dimasukkan ke dalam air seluruhnya tenggelam, dan air tetap jernih tidak
berubah warna, (4) Jika diaplikasikan pada tanah tidak memicu tumbuhnya gulma.
Material organik jenis apapun secara alami akan mengalami pelapukan dan penguraian
oleh ratusan jenis mikroorganisme (bakteri, jamur, ragi) dan satwa tanah lainnya. Proses
penguraiannya berjalan dengan reaksi aerob dan anaerob silih berganti. Berikut ini diagram
yang menjelaskan reaksi aerob dan anaerob:
Pada proses aerob, selama proses pengomposan tidak timbul bau busuk dan akan
melepaskan energi dalam bentuk panas. Kenaikan suhu akibat panas yang dilepas sangat
menguntungkan bagi lingkungan mikroba aerob. Namun apabila panas melebihi 65oC
kebanyakan mikroba akan mati dan proses pengomposan berjalan lambat. Sehingga perlu
penurunan suhu dengan cara diaduk atau dibalik.
Pada proses anaerob reaksi berlangsung secara bertahap. Tahap pertama, beberapa jenis
bakteri fakultatif akan menguraikan bahan organik menjadi asam lemak. Kemudian diikuti
tahap kedua, dimana kelompok mikroba lain akan mengubah asam lemak menjadi
amoniak, metan, karbondioksida dan hidrogen. Panas yang dihasilkan dalam proses
anaerobik lebih rendah dibanding aerobik.
Secara umum tahapan pengomposan dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama merupakan
dekomposisi bahan organik yang mudah terurai, menghasilkan panas yang tinggi dan
berlangsung singkat. Kemudian diikuti fase kedua yaitu penguraian bahan organik yang sulit
terurai. Kedua fase tersebut menghasilkan kompos segar. Kemudian fase ketiga berupa
pematangan kompos menjadi ikatan komplek lempung-humus yang hasilnya berupa
kompos matang. Cirinya, tidak berbau, remah, warna kehitaman, mengandung hara dan
memiliki kemampuan mengikat air.
Bahan baku kompos bisa diambil dari sisa-sisa tanaman dan atau kotoran hewan. Masing-
masing bahan memiliki kandungan unsur-unsur yang berbeda. Unsur-unsur tersebut
berfungsi sebagai zat hara yang diperlukan tanaman.
Sebelum membuat pupuk kompos, sebaiknya kita mengetahui tujuan pemupukan terlebih
dahulu. Kita harus tahu zat apa yang paling dibutuhkan oleh tanaman yang sedang kita
rawat. Misalnya, tanaman yang baru tumbuh membutuhkan unsur nitrogen (N) yang lebih,
sedangkan tanaman yang akan berbuah membutuhkan unsur kalium (K) yang lebih.
Setelah kita tahu tujuan pemupukannya, baru ditentukan pupuk kompos seperti apa yang
butuhkan. Pupuk kompos tidak seperti pupuk kimia sintetis, dimana zat hara yang
terkandung dalam pupuk sudah jelas komposisinya. Pada pupuk kompos zat hara yang
dibutuhkan tanaman tersedia dalam komposisi yang berbeda-beda. Komposisinya
tergantung pada bahan baku yang digunakan.
Meskipun begitu, kita bisa membuat pupuk kompos dengan komposisi zat hara yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Kita bisa membuatnya dengan melakukan pendekatan
bahan baku. Setiap material organik memiliki kekhasan kandungan unsur-unsur. Misalnya,
jerami, hijauan dan kotoran ayam memiliki kandungan N yang besar. Nah, bahan-bahan
tersebut bisa kita jadikan kompos yang kaya akan unsur N.
Berikut ini kompilasi kandungan unsur-unsur dari bahan organik yang biasa dipakai untuk
membuat kompos:
Tahapan pengomposan
1. Pemilahan Sampah
o Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik
(barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan
teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang
dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
o Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga
sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos
3. Penyusunan Tumpukan
o Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.
o Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang
dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
o Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang
berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
o Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan
udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di
setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
o Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu
kering (kelembapan kurang dari 50%).
o Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan
memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
o Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu
dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
o Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
o Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
o Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
o Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang
baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
o Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan
kebutuhan pemasaran.
o Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur
dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin
terbawa oleh angin.
Proses pengontrolan
Mutu kompos
1. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna
serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
2. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya
persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman
3. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
o Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
o Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
o Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat
humifikasinya,
o Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
o Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
o Tidak berbau.
Pernah mendengar istilah “kompos takakura”? Bila ditilik dari hasil akhirnya, tidaklah jauh
berbeda dengan kompos yang biasa kita temukan. Perbedaannya, kompos takakura
dibuat dengan cara Takakura Home Method Composting, sebuah metode pembuatan
kompos yang ditujukan untuk mendaurulang sampah dapur.
Metode kompos takakura pertamakali diperkenalkan di Surabaya pada tahun 2004 oleh
seorang Jepang bernama Mr. Takakura. Waktu itu, beliau mencoba mencari solusi terhadap
penumpukan sampah organik di kota itu. Sehingga muncul ide untuk mendaur ulang
sebagian sampah rumah tangga sejak di dapur. Maka, dirancanglah sebuah metode
pembuatan kompos yang bisa dilakukan di dapur. Syaratnya harus higienis tidak berbau
dan tidak jorok, mengingat dapur merupakan tempat mengolah makanan.
Proses pembuatan kompos takakura sangatlah mudah, hanya saja kita harus menyiapkan
starter mikroorganisme dan pembuatan bibit kompos terlebih dahulu. Langkah persiapan ini
cukup dilakukan sekali saja. Selanjutnya tinggal melakukan pengomposan secara terus
menerus. Apabila Anda tidak sempat membuat starter dan bibit kompos, saat ini sudah
banyak yang menjual paket kompos takakura siap pakai.
Larutan starter dibuat dengan cara mengisolasi mikroorganisme pengurai dari bahan
makanan seperti tempe, youghurt, tauco, sayuran dan buah-buahan. Mikroorganisme dipilih
dari bahan-bahan tersebut karena sifatnya yang tidak berbau busuk. Ada dua larutan
starter yang harus disiapkan. Pertama larutan berbasis bakteri fermentasi dengan tambahan
gula. Kedua, bakteri yang diambil dari sayuran dan buah dengan penambahan garam.
Starter ini akan dipakai sebagai dekomposer dalam pembuatan bibit kompos takakura.
Siapkan stoples kaca ukuran lima liter, pilih yang kedap udara.
Tambahkan kedalam toples 200 gram gula merah, encerkan dengan 3 liter air bersih
aduk sampai merata.
Masukkan 5 butir ragi atau ragi tempe. Apabila tidak ada bisa diganti dengan
sepotong tempe atau tape.
Tutup rapat dalam toples, diamkan hingga 3-5 hari. Warna akhir larutan coklat pekat
baunya wangi tape. Larutan siap untuk digunakan.
Siapkan stoples kaca ukuran lima liter, pilih yang kedap udara.
Tambahkan kedalam toples 1 sendok makan gula dapur, encerkan dengan 3 liter air
bersih aduk sampai merata.
Pilih beberapa potong sayuran hijau seperti kangkung, bayam, atau kulit buah-
buahan seperti pepaya, pisang. Lumat material tersebut dengan blender, masukkan
kedalam toples.
Tutup toples dengan rapat, diamkan 3-5 hari. Apabila baunya enak, seperti bau tape
atau alkohol artinya larutan sudah siap digunakan.
Bibit kompos takakura dibuat dari dua bahan, yakni dedak dan sekam padi. Perbandingan
antara dedak dan sekam adalah satu banding satu. Dekomposer yang digunakan adalah
kedua larutan starter yang sudah dibuat dengan cara di atas. Berikut langkah-langkahnya:
Siapkan 100 kg dedak, 100 kg sekam, starter mikroorganisme, air bersih dan terpal
plastik.
Cari tempat yang terlindung panas dan hujan dengan dasar plester atau
permukaan keras lainnya.
Aduk dedak dan sekam sampai merata. Kemudian tambahkan larutan starter yang
telah kita buat sebelumnya kemudian aduk sampai merata.
Siram dengan air bersih secukupnya hingga mencapai kelembaban 40-60%. Untuk
memperkirakan kelembaban adalah dengan cara menggenggam material dengan
kepalan tanagan. Apabila material sudah bisa membentuk dan solid itu tandanya
kelembaban sudah tercapai. Namun apabila ketika dikepal mengeluarkan air,
tandanya kelembaban sudah berlebih.
Tutup rapat tumpukan material tersebut dengan terpal plastik dan diamkan selama
5-7 hari.
Tanda kompos sudah matang apabila permukaan tumpukan kompos diselimuti
lapisan mould putih. Warna kompos coklat gembur dan tidak berbau. Bibit kompos
yang dihasilkan cukup untuk 40-50 rumah tangga.
(1) Dedak dan sekam padi, (2) Cara mengukur tingkat kelembaban, (3) Pengadukan, (4)
Penutupan, (5) Bibit kompos telah jadi
Siapkan keranjang berukuran kira-kira 60 liter. Keranjang bisa terbuat dari plastik, anyaman
bambu atau anyaman rotan. Karena proses pembuatan kompos takakura bersifat aerobik,
dinding keranjang harus memiliki pori-pori udara. Bentuk keranjang boleh silinder boleh
kotak.
Lapisi dinding keranjang dengan kardus atau kertas tebal. Tujuannya agar material yang
ada dalam keranjang tidak berceceran keluar, serangga dari luar tidak bisa masuk
kedalam, kelebihan air bisa terserap kardus tidak membasahi tempat .
Proses pembuatan kompos takakura ini berlangsung kering dan tidak berbau, sehingga
tidak terkesan jorok dan keranjang bisa ditempatkan di dapur. Proses reaksinya berlangsung
secara aerobik dengan reaksi seperti berikut:
Bahan baku utama membuat kompos takakura ini adalah bibit kompos takakura dan
sampah dapur organik. Sampah dapur yang cocok dijadikan kompos takakura adalah sisa
sayuran, buah-buahan, nasi, roti, mie, kue, dll. Sampah yang tidak diperkenankan adalah
daging, tulang, telur, susu, dan sampah hewani lain. Perlu diingat, sebelum dimasukkan ke
keranjang takakura buang terlebih dahulu air yang ada dalam sampah.
Masukkan sekitar 2-3 kg bibit kompos takakura atau kira-kira serempat keranjang.
Masukkan sampah organik kedalam keranjang takakura. Kemudian aduk-aduk
sampah tersebut dengan bibit kompos takakura yang terdapat dalam keranjang.
Tutup keranjang rapat-rapat agar serangga dan lalat tidak masuk. Keranjang tidak
usah diisi langsung penuh, masukkan sampah organik seadanya. Lakukan secara
rutin setiap hari sampai keranjang penuh. Sampah yang baru dimasukkan akan
difermentasi dalam 1-2 hari.
Apabila keranjang sudah penuh, kira-kira 90% sudah terisi, ambil duapertiganya.
Pindahkan kompos tersebut kedalam karung, biarkan selama 2 minggu sebelum
digunakan. Kompos yang dihasilkan kering tidak terdapat cairan.
Kompos takakura sudah terbentuk sempurna apabila teksturnya sudah seperti tanah,
warna coklat kehitaman, tidak berbau.
Untuk menguji kualitas kompos larutkan dalam air bersih. Kompos yang baik akan
tenggelam, apabila ada yang terapung berarti belum material tersebut belum
menjadi kompos. Air akan tetap bersih, apabila air berubah warnanya jadi
kecoklatan, artinya dalam kompos terdapat cairan hasil fermentasi anaerobik.