Anda di halaman 1dari 14

INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN (IKL) DI WILAYAH PERAIRAN NATUNA

TERKAIT DENGAN AKTIVITAS INDUSTRI MIGAS

DISTRIBUTION OF ENVIRONMENTAL QUALITY INDEX (EQI) SURROUNDING


NATUNA WATERS RELATED TO OIL AND GAS ACTIVITY

1) 2)
Rahayu Kusuma Risdianto dan Undang Hernawan
1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi Bumi “Lemigas”
2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Diterima : 12-12-2013, Disetujui : 25-05-2014

ABSTRAK

Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) dapat digunakan untuk memantau kondisi lingkungan. Analisis Indeks
Kualitas Lingkungan (IKL) dilakukan di kawasan industri migas di perairan Laut Natuna. Studi ini menggunakan
data penginderaan jauh dan analisa sembilan parameter kualitas air dari 15 titik lokasi untuk menyusun algoritma
kualitas air. Hasil dari studi ini menunjukkan distribusi IKL tergolong kriteria baik (70-91) dan sangat baik (91-100).
Nilai IKL baik berada di bagian Utara (U) sampai Timur Laut (TL) dan Timur (T) sampai Selatan (S) dan terlihat
dominan di bagian Selatan (S) sampai Utara (U). Nilai IKL sedang berada di bagian Barat Daya (BD) sampai Barat
(B). Distribusi IKL sangat baik dominan berada di bagian Utara (U) sampai Timur Laut (TL), Timur (T) sampai
Selatan (S) dan terlihat dominan di bagian Timur Laut (TL) sampai Timur (T).
Kata kunci: IKL, penginderaan jauh, MODIS, kualitas Air, perairan Natuna.

ABSTRACT

Environmental Quality Index (EQI) can be used for monitoring of environmental condition. Analysis of
Environmental Quality Index (EQI) in petroleum and gas industry area had been done at Natuna waters. This study was
based on remote sensing data and analysis data of nine water quality parameters from fifteen sampling sites to arrange
water quality algorithm. The result shows that the distribution of EQI is within good (70-91) to very good (91-
100) criteria. The good value of EQI is distributed from north (N) to north east (NE) and east (E) until south
(S) that is dominated at the soutern to northern parts. The medium value of EQI is in southwest to west parts.
The very good EQI is dominated at the north (N) until North East (NE), East (E) to southern parts that is
dominated at the northeast to eastern parts.
Keywords: EQI, Remote Sensing, MODIS, Water Quality.

PENDAHULUAN fecal coliform. IKL merupakan penilaian


Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) kondisi kualitas lingkungan yang disusun
merupakan indikator yang digunakan untuk berdasarkan variabel fisik, kimia, biologi dan
mengukur kondisi lingkungan yang berkaitan unsur atau senyawa beracun (Steinhart et al,
dengan variabel kualitas air. Parameter kualitas 1982). IKL dapat menggambarkan hubungan
air tersebut digolongkan sebagai parameter antara jumlah polutan yang masuk ke
kunci. Jika nilainya dalam kondisi yang tidak perairan dengan kondisi kualitas perairan.
normal akan menurunkan kualitas perairan. Pengukuran IKL di beberapa negara dapat
Menurut Cude (2001), Indeks Kualitas membantu para pengambil kebijakan dalam
Lingkungan adalah satu nilai yang diperoleh memantau kondisi lingkungan perairan
dengan mengintegrasikan 8 (delapan) variabel seperti danau, pesisir pantai dan perairan
kualitas air yakni suhu, oksigen terlarut, lainnya (Steinhart et al, 1982).
kebutuhan oksigen biokimia, pH, amonia + Dalam rangka membantu program
nitrat nitrogen, fosfor total, total padatan, dan penanggulangan pencemaran minyak
sekaligus

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 93


Volume 12, No. 2, Agustus 2014
untuk memantau kondisi lingkungan di wilayah Oleh karena itu tujuan dari studi ini
kerja industri migas, perlu dilakukan studi adalah untuk mengembangkan data
Analisis Indeks Kualitas Lingkungan (IKL). penelitian terdahulu dengan cara
Analisis IKL di industri migas sebagai salah satu menganalisis dan memetakan distribusi IKL
indikator untuk menentukan wilayah perairan berdasarkan 9 (sembilan) parameter kualitas
dalam kondisi baik atau buruk yang disebabkan air di wilayah aktivitas migas berdasarkan
adanya aktivitas migas. Perairan dikatakan pada citra MODIS.
dalam kondisi baik jika memiliki nilai IKL yang Data lapangan dan data citra yang dipakai
tinggi sehingga perairan tersebut tergolong pada penelitian ini sama dengan data yang
berlum tercemar oleh kegiatan migas (RSGIS- digunakan oleh Mulia (2007), tetapi memiliki
Lemigas, 2001). perbedaan dalam (1) pemetaan kondisi perairan
Mulia (2007) telah melakukan penelitian di dengan citra MODIS terbatas pada empat
daerah perairan Natuna untuk pemetaan parameter (klorofil-a, suhu permukaan laut,
kondisi lingkungan berdasarkan citra Modis dan total padatan tersuspensi, dan colored disolved
Indeks Kualitas Lingkungan dari tujuh parameter organic matter), sedangkan pada penelitian ini
lingkungan yaitu suhu, kekeruhan, total padatan dilakukan untuk semua parameter yang akan
tersuspensi, kebutuhan oksigen biokimiawi digunakan pada penilaian IKL; (2) algoritma
(BOD), oksigen terlarut (DO), fostfat, dan nitrat. yang digunakan Mulia (2007) untuk pengolahan
Hasil perhitungan indeks kualitas lingkungan citra MODIS merupakan algoritma standar dari
menggunakan metode NSF-WQI, diperoleh software pengolah citra dan berdasarkan
bahwa kondisi perairan di wilayah perairan referensi yang merupakan tipe perairan 1,
Natuna pada kondisi sangat baik dan tidak sehingga tingkat akurasinya kurang maka pada
terjadi pencemaran dengan selang nilai antara penelitian ini pengolahan citra dilakukan
94,085 dan 96, 520. Namun dari hasil dengan penyusunan algoritma sendiri;
pendugaan citra MODIS dan data insitu (3) penentuan penilain IKL oleh Mulia (2007)
beberapa parameter diperoleh RMS error cukup didasarkan pada 7 parameter dari hasil
besar sehingga diperlukan algoritma lain yang pengukuran insitu, sedangkan pada penelitian
dapat memberi data hasil pendugaan citra ini dilakukan berdasarkan 9 parameter kunci
satelit dengan akurasi yang lebh baik. dengan menambahkan data Escherichia coli (E
coli) dan pH (Otto, 1978); (4) pemetaan
penilaian IKL dilakukan

1
2

4
3

5
6

9 8

10
12
11

14
13
15

Gambar 1. Lokasi Studi dan Titik Sampling

94 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 2, Agustus 2014
berdasarkan metode interpolasi dari hasil Citra satelit MODIS selanjutnya diproses melalui
perhitungan pada titik pengukuran insitu, tahapan koreksi geometrik, pemotongan
maka pada penelitian ini pemetaan (cropping) sesuai lokasi studi, masking
dilakukan berdasarkan hasil dari algoritma (membedakan wilayah darat dan laut),
citra MODIS. penajaman kualitas citra (image enhancement)
serta ekstraksi informasi. Untuk analisis dan
METODE pemetaan nilai IKL digunakan citra satelit
Telah disebutkan diatas bahwa data lapangan MODIS. Citra satelit ini mampu mendeteksi
dan data citra yang dipakai pada penelitian ini sama secara langsung parameter kualitas air yakni
dengan data yang digunakan oleh Mulia (2007), yaitu suhu, Massa Padatan Tersuspensi (MPT),
di perairan Laut Lepas Natuna. Pengambilan data kekeruhan dan konsentrasi klorofil melalui
lapangan di 15 titik sampling dilakukan pada tanggal analisis regresi yang menunjukkan korelasi
24-31 Januari 2005 dengan pola sebaran yang antara Nilai Digital (ND) dengan parameter
proporsional untuk mewakili kondisi perairan (Gambar tersebut. Parameter kualitas air yang tidak
1). Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan cukup dapat dipetakan secara langsung dari citra
banyaknya aktivitas industri migas di perairan satelit MODIS dianalisis juga dengan metode
tersebut (Gambar 1). Sampel diambil pada analisis statistik (analisis regresi korelasi) antara
kedalaman 0 meter, 5 meter, 10 meter dan sampai parameter kualitas air yang dianggap saling
kedalaman dimana penetrasi cahaya matahari masih mempengaruhi kondisinya di alam. Parameter
bisa menembus kolom perairan. tersebut antara lain konsentrasi klorofil dengan
nitrat, fosfat, oksigen terlarut, serta BOD
dengan DO. Paramter pH dianalisis dengan total
Data yang dikoleksi mencakup 9
nilai MPT, DO, nitrat dan fosfat. Berdasarkan
(sembilan) buah aspek kualitas air yaitu suhu,
model algoritma masing-masing parameter
kekeruhan, Massa Padatan Tersuspensi (MPT),
kualitas air, dilakukan analisis IKL menggunakan
Oksigen terlarut (DO), Biological Oxygen
persamaan Brown (Otto, 1978) dengan
Demand (BOD), Fosfat, Nitrat, E coli dan pH)
formula :
Data tersebut digunakan untuk menghitung
nilai IKL oleh Mulia (2007) kecuali data E coli
n
dan pH.
Analisis laboratorium dilakukan di IKL = ∑ Ii x NKPi
laboratorium Produktivitas Lingkungan i=1
Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut
Pertanian Bogor mengacu pada metode APHA dimana :
(American Public Health Association) oleh IKL = Indeks Kualitas Lingkungan
Mulia (2007). Ii = Nilai kurva standar untuk parameter
Pengambilan sampel pada beberapa ke-i
kedalaman dilakukan untuk dikorelasikan NKPi = Nilai Kualitas Penting untuk
pada sensor satelit MODIS yang bekerja pada parameter
kisaran panjang gelombang visibel dan near ke-i
infra merah. Citra satelit MODIS hasil i = Sub index (suhu, massa padatan
perekaman tanggal 27 Januari 2005 tersuspensi, kekeruhan, Nitrat,
digunakan untuk mengetahui distribusi Posfat, DO, BOD, E. coli dan pH)
parameter kualitas air yang dianalisis.

Tabel 1. Nilai Kualitas Penting (NKPi) Untuk 9 Parameter Kualitas Air

No Parameter Nilai Kurva NKPi


. Standar
Faktor
Pembobotan
1 Suhu Permukaan Laut (SPL) 0,6 0,10
2 Massa Padatan tersuspensi (MPT) 0,5 0,08
3 Kekeruhan 0,5 0,08
4 Nitrat 0,6 0,10
5 Posfat 0,6 0,10
6 DO 1,0 0,17
7 BOD 0,6 0,10
8 E Coli 0,9 0,15
9 pH 0,7 0,12
Tota 6,0 1,00
l
Sumber : Otto, 1978
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 95
Volume 12, No. 2, Agustus 2014
Nilai Kualitas Penting (NKPi) untuk 9 algoritma kualitas air tersebut dapat
parameter kualitas air dilakukan berdasarkan digunakan untuk analisis distribusi dan
Tabel 1, sedangkan kriteria untuk penentuan pemetaan parameter kualitas air pada
nilai IKL terbagi menjadi 5 kelas mengacu pada lokasi studi melalui citra satelit MODIS.
Tabel 2. Hasil analisis regresi korelasi antar
beberapa parameter kualitas air yang
lain (klorofil dengan nitrat, posfat dan
Tabel 2. Kriteria IKL
DO)
Nilai IKL Kriteria Nilai IKL Kriteria menunjukkan nilai koefisien determinasi
yang
0 – 25 Sangat Buruk 71 - 90 Baik cukup tinggi (> 0,84). Analisis hubungan
ini
26 – 50 Buruk 91 - 100 Sangat didasarkan pad kelimpahan konsentras
Baik a i
51 - 70 Cukup klorofil yang ada dalam fitoplankton
maupun
Sumber : Otto, 1978 tumbuhan laut dipengaruhi oleh kandungan
zat hara nutrien di perairan seperti
atau nitrat
Nilai NKPi diperoleh dari hasil antara posfat, silikat (Nybakken, 1988 dan
rasio Mulya,
masing- nilai kurva standar faktor 2007). Konsentrasi klorofil di perairan
masing juga
pembobota parameter airdengan total mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut
n kualitas (DO)
ata jumlah seluru nilai kurva standar faktor melalui prose fotosintesis sehingga akan
u h s
pembobota Misal nilai NKPi untuk Suhu mempengaruhi tingkat produktivitas primer di
n. laut
Permukaan Laut (SPL) = 0.6/6.0=0.1 NKPi (Platt, 1986; Nybakken, Kuring et al,
; 1988; 1990
untuk MPT = 0.5/6.0 = dan Mulya, Kandungan oksigen
0.08. 2007). terlarut
Untuk mempermudah dalam interpretasi (DO) juga akan mempengaruhi kadar oksigen
dan yang
membahas sebaran nilai IKL dilakukan dibutuhkan (BOD) oleh organisme di laut
pembagian seperti
menjadi 8 (delapan) yang sesuai dengan arah plankton, bentos, ikan maupun bakteri
mata (Nybakken,
angin yakni Utara (U), Timur Laut (TL), 1988), sehingga analisis regresi-korelasi
Timur antar
(T), Tenggara (TG), Selatan (S), Barat Daya parameter DO dan BOD, BOD dan bakteri E.
(BD), coli
Barat (B) dan Barat Laut
(BL)
denga siste pembacaanny
n m a
searah jarum jam. Secara Citra Satelit
keseluruhan tahapan kegiatan MODIS
yang
dilakukan dalam studi ini
disajikan
dalam diagram alir pada Gambar Pengolahan Data Citra Standar :
2.
Koreksi Geometrik
!

HASIL DAN PEMBAHASAN


!

Cropping
Hasil analisis laboratorium Masking
!

Penajaman Citra
!

sembila parameter kualitas


n
perairan dari 15 lokasi
sampling
disajikan pada Tabel Ekstraksi
3.
Hasil analisis laboratorium Informasi
dan
hasil ekstraks informas citra
i i Analisis Regresi-Korelasi
MODIS dianalisi regresi korelasi !

Survei Lapangan
s
sehingg diperoleh model !
Analisis Laboratorium
a
persamaa algoritma. Kurva
!

Algoritma Data Sekunder


m
hubungan beberap parameter
Kualitas Air
a
kualitas air dengan nilai digital
citra
MODIS disajikan dalam Gambar
Distribusi Kualitas Air
3.
Berdasarka hasil analisis
Berdasarkan Citra
n
regresi-korelasi antara nilai
digital
kanal/band sensitif terhadap
yang Distribusi IKL
parameterkualitas air (seperti
parameter SPL, MPT, klorofil-a ( Indeks Kualitas Lingkungan)
dan
kekeruhan) menunjukkan
koefisien
determinas yan cukup tinggi Gambar 2. Diagram Alir Metode
i g Penelitian
yakni di atas Sehingga
0,80. model

96 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 2, Agustus 2014
MPT = -0.0075 t + 355.16 ; = 0.9897
80
30.4
2
TEMPERATURE = -0.0178x + 43.31 R 2= 0.8481
30.2 Temperatur Laut = -0.0178 s + 43.31 ; r = 0.8481 r
30 TSS = -0.0075x + 355.16 R 22 .
75
70
29.8

PT
65

SP L
29.6 60
29.4

M
55
29.2

50
29
Nilai Digital B31 45

28.8
730 740 750 760 770 780 790 800 810 Total ND B4+B11+B14
40
37000 37500 38000 38500 39000 39500 40000 40500 41000 41500

Kurva Hubungan Suhu Permukaan


Kurva Hubungan Konsentrasi MPT (TSS ) dengan Total
Laut/SPL Nilai Digital B4+B11+B12
(Temperature ) dengan Nilai Digital B31
0.9
18

-a
2
Chlorophyll x - 245.1 R 2 = 0.9151
Klorofil-a = 0.6692 p – 245.1 ; r = 0.9151

iKonsentras Klorofil
16
Total ND : B1+B3+B4+B8+B9+B10+B11+B12+B13+B14
0.8 14
an

0.7
12

0.6 10
h

8
0.2
Kekeru

0.5
0.4
6

0.3 4

0.1 2 2 2
Rasio B3/B14
0
365 370 375 380 385 390
Kekeruhan TURBID= -= 6.5114Ln(x)-6.5114u+ +77.615 77.615; r
0
= R0.83191 =0.8319
132000 134000 136000 138000 140000 142000 144000 146000 148000 150000

Kurva Hubungan Konsentrasi Klorofil-a dengan rasio


Kurva Hubungan Kekeruhan (Turbidity) dengan Total ND B3/B14
B1+ B3 + B4 + B8 + B9 + B10 + B11 + B12 +B13 + B14 0.0025

Posfat = -0.00005 Ln(x) + 0.0022 ; r 2 = 0.9587


0.08 PHOSPAT = -0.0005Ln(x) + 0.0022 R2 = 0.9587
22
NITRATENitrat= =-0 -0.0161 .0161Ln(x) (x)++ 00 .05.0551 1 ; Rr = =0 0.8448 .84 0.002
0.07
0.06
Posfat

0.0015
0.05

0.001
Nitrat

0.04

0.03

0.02

0.01 Konsentrasi Klorofil-a


0.0005
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Konsentrasi Klorofil-a
0

0 5 10 15 20

Kurva Hubungan Konsentrasi Posfat dengan Konsentrasi


Kurva Hubungan Konsentrasi Nitrat dengan Konsentrasi Klorofil-a
Klorofil-a 2.5
2 2

BODBOD = = 12.93Ln(x)12.93Ln(v) -22.407–22.407 R=; 0.8922r=0.8922


6.8
2
OD

1.5
(DO)

6.7
Dissolved Oxygen

6.6

6.3

6.5
6.4
B

1
6
0.5

6.2
2
Dissolved Oxygen (DO)
6.1
DO = 5.9892 0.0373 0.0373

x 2
; r = 0.8906
0

DO = 5.9892x R = 0.8906 5.9 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8

5.9
Konsentrasi Klorofil-a Kurva Hubungan BOD dengan DO
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Kurva Hubungan DO dengan Konsentrasi Klorofil-a 2


pH = 2.4871Ln(x) - 3.1129 2 R = 0.8162
1400
7.8

7.6
pH = 2.4871 Ln(q) – 3.1129 ; r = 0.8162
2
E-Coli = 764.53x - 413 R 2 0.806
1200
E-Coli = 764.53z – ; r = 0.806
pH

413 7.4
1000 7.2
E - C o li

800
600
6.8

400

200 6.6
MPT+DO+Nitrat+Posfat
50 55 60 65 70 75 80 85

BOD
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 Kurva Hubungan pH dengan Total Nilai
MPT+DO+Nitrat+Posfat
Kurva Hubungan E-Coli dengan BOD

Gambar 3. Kurva Hubungan beberapa parameter Kualitas Air

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 97


Volume 12, No. 2, Agustus 2014
Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium

Parameter Hasil Analisis Laboratorium

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Suhu (0C) 29.8 29.9 30 29.7 29 30.1 29 29.7 29.5 29.6 29.8 29.6 29.6 29.5 29.7
Kekeruhan (NTU) 0.77 0.53 0.41 0.37 0.1 0.85 0.28 0.39 0.37 0.34 0.48 0.32 0.28 0.2 0.53
Massa Padatan Tersuspensi 70 72 59 65 45 75 55 63 57 57 57 54 55 51 60
(TSS)
Klorofil-a (mg/m 3) 0.1563 0.936 0.2883 0.56 0.2775 0.1161 1.205 0.3393 1.035 1.1878 1.1871 0.8826 1.029 0.743 0.4251
9 2 5 4 2
DO (mg/l) 6 6.5 6.2 6.3 6.1 6 6.6 6.2 6.7 6.5 6.6 6.6 6.7 6.5 6.3
BOD (mg/l) 0.4 1.8 1.2 1.7 1 0.8 2 1.4 2.1 2 1.9 2 2.2 1.5 1.4
pH 7.5 7.68 7.25 7.7 6.7 7.71 7.1 7.72 7.43 6.94 7.19 7.41 7.12 7.48 6.89
Nitrat (mg/l) 0.07 0.19 0.033 0.02 0.055 0.04 0.014 0.031 0.027 0.0152 0.0102 0.0149 0.013 0.0114 0.0318
7 8 6 8
Posfat (mg/l) 0.0022 0.001 0.0016 0.00 0.0023 0.0022 0.001 0.0017 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.0012 0.001
1
Bakteri E-Coli (MPN) 0 0 0 0 400 0 0 1100 0 0 0 100 0 0 600

(data Lemigas, 2005, dalam Mulya, 2007)

memiliki koefisien determinasi yang mempengaruhi terhambatnya proses


cukup tinggi (> 0,80). pertumbuhan fitoplankton yang berhubungan
Tingkat keasaman (pH) suatu perairan dengan aktivitas fotosintesis. Konsentrasi
dapat dipengaruhi oleh kandungan material MPT dan kekeruhan yang relatif tinggi akan
yang terlarut di dalamnya seperti kandungan menghalangi penetrasi cahaya matahari
MPT, kandungan DO yang menunjukkan menembus kolom perairan sehingga
aktivitas fotosintesis oleh pigmen klorofil, berpengaruh terhadap aktivitas fotosintesis.
kandungan zat hara (fosfat dan nitrat) yang Aktivitas fotosintesis yang menghasilkan
mana masing-masing parameter memiliki sifat oksigen akan terganggu oleh tingginya
kimia yang khas. Hasil analisis regresi korelasi konsentrasi MPT dan kekeruhan sehingga
antara total nilai parameter kualitas air (MPT, distribusi kandungan oksigen terlarut menjadi
DO, posfat dan nitrat) yang mempengaruhi nilai relatif rendah di area studi (khususnya bagian
pH, menunjukkan koefisien U-T).
2 Berdasarkan pada Gambar 5 dan Tabel 4
determinasi (r ) yang cukup tinggi yaitu
menunjukkan bahwa nilai IKL kategori cukup
0,8162. Dengan demikian model persamaan (51-
antara pH sebagai variabel tak bebas dengan
total nilai MPT, DO, posfat dan nitrat dapat 70) terlihat di sebelah barat laut sampai
digunakan untuk menggambarkan distribusi utara (BL-U) dengan luasan yang relatif kecil.
pH secara tidak langsung dari data citra Nilai IKL kriteria baik (70-91) terlihat
satelit MODIS. mendominasi di bagian selatan sampai barat
Gambar 4 menunjukkan distribusi daya (S-BD), barat daya sampai barat (BD-B),
parameter kualitas air hasil citra satelit MODIS barat sampai barat laut (B-BL) dan barat laut
dari nilai tinggi (warna merah muda-merah- sampai utara (BL-U). Nilai IKL baik juga tersebar
coklat), sedang (kuning), rendah (biru muda- merata mulai dari sebelah tenggara sampai
biru tua). Gambar 4 menunjukkan bahwa selatan (TG-S), utara sampai timur laut (U-TL),
distirbusi parameter kualitas air yang memliki timur laut sampai timur (TL-T) dan timur sampai
nilai relatif tinggi untuk suhu, MPT, kekeruhan tenggara (T-TG). Sedangkan nilai IKL kategori
(khususnya pada area bagian U- sangat baik (91-100) tersebar merata mulai dari
T) menyebabkan rendahnya nilai kandungan sebelah utara sampai timur laut (U-TL), timur
konsentrasi klorofil. Kandungan konsentrasi sampai tenggara (T-TG) dan tenggara sampai
klorofil menunjukkan tingkat kesuburan selatan (TG-S). Dominasi nilai IKL kriteria sangat
perairan. Walaupun unsur kandungan zat hara baik terlihat di sebelah timur laut sampai timur
(Posfat dan Nitrat) yang relatif tinggi di area (TL-T). Luasan nilai IKL yang relatif kecil terlihat
tersebut namun tidak cukup mendukung di sebelah selatan sampai barat daya (S-BD),
perkembangan fitoplankton di daerah tersebut. barat daya sampai barat (BD-B), barat sampai
barat laut (B-BL) dan barat laut sampai utara
Kandungan zat hara yang tinggi di suatu
(BL-U). Secara umum pada lokasi studi distribusi
perairan dapat merangsang pertumbuhan
2
fitoplankton sehingga kandungan konsentrasi nilai IKL masuk kategori cukup (232,61 km
klorofilnya menjadi tinggi (Nybakken, 1988) 2
atau 0,95 %), baik (17.735,04 km
sehingga perairan dapat dikatakan relatif subur.
Pada lokasi studi justru menggambarkan kondisi atau 72,43 %) sampai sangat baik (6.518,11
2
sebaliknya. Konsentrasi MPT, kekeruhan dan km atau 26,62 %) dari total luasan wilayah
nilai suhu yang tinggi cukup 2
kajian sebesar 24.485 km . Nilai IKL kategori
cukup
98 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 12, No. 2, Agustus 2014
Distribusi Suhu Permukaan Laut (SPL) Distribusi Massa Padatan Tersuspensi (MPT)

Distribusi Kekeruhan Distribusi Konsentrasi Klorofil-a

Distribusi Konsentrasi Nitrat Distribusi Konsentrasi Posfat

Distribusi Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO) Distribusi Konsentrasi BOD

Distribusi Bakteri E-Coli Distribusi Tingkat Keasaman Perairan (pH)

Gambar 4.Distribusi Beberapa Parameter Kualitas Air Berdasarkan


Data Citra Satelit MODIS

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 99


Volume 12, No. 2, Agustus 2014
Gambar 5. Peta Distribusi Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) Wilayah
Studi
Tabel 4. Hasil Analisis Distribusi IKL

Kriteria Lokasi/Wilayah
U - TL TL - T T - TG TG - S S - BD BD - B B - BL BL - U

Sangat Baik Tersebar Luasan Tersebar Tersebar Luasan Luasan Luasan Luasan
(91-100) Merata Dominan Merata Merata Kecil Kecil Kecil Kecil

Baik Tersebar Luasan Tersebar Tersebar Luasan Luasan Luasan Luasan Distribusi
(71-90) Merata Kecil Merata Merata Dominan Dominan Dominan Dominan
Pengkelasan
Cukup Luasan
(51-70) Kecil IKL

Buruk
(26-50)
Sangat Buruk
(0-25)

tidak berada pada wilayah perairan Indonesia, ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan
namun berada di wilayah perairan Malaysia. monitoring kondisi lingkungan oleh
Tidak ada nilai IKL dengan kriteria buruk atau operator perusahaan migas di lokasi
sangat buruk. Hal ini berarti bahwa kondisi tersebut masih dapat dikatakan cukup
perairan secara umum masih dalam kondisi baik dan terkendali.
baik. Dengan demikian adanya aktivitas industri
migas pada lokasi studi, saat penelitian KESIMPULAN
dilakukan belum mempengaruhi secara Distribusi IKL daerah kajian menunjukkan
signifikan terhadap kondisi kualitas lingkungan kondisi perairan tergolong kategori sangat
perairan laut Natuna. Selain itu posisi wilayah baik
kajian yang jauh dari daratan (228 km dari 2
(6.518,11 km atau 26,62 %), baik
pulau Natuna) sehingga aktivitas dari daratan 2
(17.735,04 km atau 72,43 %) dan cukup
tidak berpengaruh secara nyata dan signifikan 2
seperti kegiatan manusia, pengaruh baik (232,61 km atau 0,95 %) dari total
sedimentasi maupun run off dari daratan. luasan wilayah studi sebesar
2
Kondisi 24.485 km . Secara umum kondisi perairan
laut Natuna yang dikaji masih dalam kondisi
baik
100 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 12, No. 2, Agustus 2014
(normal). Dengan kata lain aktivitas industri Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
migas sampai saat ini di lokasi studi belum Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
berpengaruh terhadap kondisi kualitas Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
lingkungan perairan karena program diterbitkan.
penanggulangan pencemaran dan proses Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu
pemantauan kondisi perairan dilakukan dengan Pendekatan Ekologi (Penerjemah M.
baik oleh operator industri migas. Eidman, Koesbiono, Dietrich, Hutomo
dan
UCAPAN TERIMA KASIH Sukarjo). PT. Gramedia. Jakarta…h?
Penulis mengucapkan terima kasih Otto, W.R.. 1978. Environmental Indices,
kepada rekan-rekan kelompok Remote Theory
Sensing dan SIG PPPTMGB “Lemigas” and Practice. Ann Arbour Science
yang telah bekerja sama dalam Inc.
penelitian ini. Michigan. 120h.
Daftar Pustaka Platt, T. 1986. Primary Production of The
Ocean Water Column as A Function of
Cude G. C., 2001. OREGON Water Quality
Surface Light Intensity. Algoritms for
Index A Tool For Evaluating Water Remote Sensing. Deep Sea Research…
Quality Management Effectiveness. hal berapa?
€Journal of the American Water
Resources Association. 37, h. 125- RSGIS-LEMIGAS, 2001. Remote Sensing
137. Baseline Environmental Study Banyu
Urip Development Onshore Pipeline
Kuring, N., M. R. Lewis,T. Platt and J. E. O’reilly. to Tuban Offshore Facility (Phase 2).
1990. Satellite Derived Estimated of PPPTMGB “LEMIGAS”. Jakarta
Primary Production on The North-West
Atlantic Continental Shelf. Research Great. Steinhart E. C., Schierow J. L, Sonzogni C.
Britain. W., 1982. An Environmental Quality
Index For The Great Lakes. €Journal of
Mulia, L. 2007. Kondisi Lingkungan Perairan
The American Water Resources
Natuna Berdasarkan Data Citra MODIS
Association. 18, h. 1035-1031.
dan Indeks Kualitas Lingkungan. Program
Studi
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 101
Volume 12, No. 2, Agustus 2014
102 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 12, No. 2, Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai