Anda di halaman 1dari 15

makalah peranan budaya politik terhadap demokrasi di indonesia

Published : 17.09 Author : david setyawan

BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar belakang


Tentunya kita pernah menyaksikan secara langsung maupun tidak
langsung melalui televisi dan media massa lainnya pelaksanaan pemilu,
pilkada, demonstrasi, kerusuhan, kampanye partai politik, dan bahkan
penculikan-penculikan aktivis-aktivis politik. Pola-pola perilaku tersebut
menyangkut kehidupan bernagara, pemerintahan, hukum, adat istiadat
dan lainnya yang disebut sebagai budaya politik.
Sebagaimana kita ketahui bahwa politik merupakan suatu rangkaian asas,
prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dikehendaki. Politik secara umum menyangkut proses
penentuan tujuan Negara dan cara melaksanakannya. Pelaksanaan
tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang
menyangkut peraturan, pembagian, atau alokasi sumber-sumber yang
ada. Kebijakan-kebijakan umum hanya dapat dilakukan dengan
kekuasaan dan untuk memperoleh kekuasaan itulah diperlukan sarana
politik yang disebut partai politik.Negara-negara modern dewasa ini
menggolongkan diri mereka ke dalam demokrasi, yaitu negara yang
pemerintahanya dijalankan “oleh rakyat dan untuk rakyat”,sekalipun dalam
mekanisme pemerintahanya baik yang menyangkut infrastruktur politik
maupun supra struktur politik, berbeda satu dengan yang lain.
Negara Indonesia juga merupakan Negara demokrasi, seperti nampak
pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang antara lain berbunyi “…
dalam susunan Negara indonsia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Bahwa Negara Indonesia
adalah Negara demokrasi juga nampak dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945
yang berbunyi “kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”…., tetapi bukan
demokrasi liberal dan juga bukan demokrasi Rakyat, melainkan demokrasi
Pancasila.Demokrasi adalah tugas yang tiada akhir. Oleh sebab itu
gagasan ini harus ditanamkan kesetiap lapisan masyarakat dalam suatu
Negara, melalui media, disekolah-sekolah dan universitas-universitas
serta pusat-pusat kebudayaan. Demokrasi tidak hanya terjadi pada saat
pemilu saja tetapi juga harus diterapkan pada hidup sehari-hari.
Demokrasi yang hidup mengharuskan partisipasi aktif masyarakat dalam
partai politik yang demokratis, kelompok masyarakat sipil dan masyarakat
pada umumnya.1.2. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:1.
Apakah pengertian dari budaya politik?2. Apakah pengertian demokrasi?
3. Bagaimanakah peranan budaya politik terhadap pelaksanaan
demokrasi di Indonesia?
1.3 Ruang Lingkup
Hal yang dibahas dalam makalah ini, antar lain sebagai berikut:1.
Budaya politik di Indonesia
2. Demokrasi di Indonesia
3. Peranan budaya politik terhadap pelaksanaan demokrasi di Indonesia
1.4 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penyusunan makalah ini dalah sebagai berikut:
3.1.1. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian tentang budaya politik
2. Untuk mengetahui Pengertian tentang demokrasi
3. Untuk mengetahui ada tidaknya peranan budaya politik terhadap
pelaksanaan demokrasi di Indonesia
3.1.2. Tujuan umum
1. untuk menerapkan ilmu yang telah penulis peroleh di bangku sekolah,
sehingga penulis bisa berfikir kritis dan sistematis.
2. untuk melaksanakan tugas akhir semester dalam materi pendidikan
kewarganegaraan.
BAB IIPEMBAHASAN 2.1 Pengertian Budaya Politik
2.1.1 Pengertian BudayaSecara etimologis, istilah kebudayaan berasal
dari beberapa bahasa, antara lain: Culture (Bahasa Inggris) artinya
budaya, Colore (Bahasa Latin) artinya budaya, dan Akhlaq (Bahasa Arab)
artinya peradaban atau budi.Kata “kebudayaan” berasala dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhaya yang merupakan bentuk jamak dari kata
buddhi, artinya akal. Selanjutnya dikembangkan menjadi kata budidaya
yang artinya kemampuan akal budi seseorang ataupun sekelompok
orang.Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sisitem
gagasan, tindak dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik manusia dengan cara belajar. Sedangkan menurut
Moh. Hatta , kebudayaan adalah ciptaan dari suatu bangsa.Menurut
Zoetmulder, kebudayaan adalah perkembangan terpimpin oleh manusia
budayawan dari kemungkinan-kemungkinan dan tenaga-tenaga alam
terutama alam manusia, sehingga merupakan satu kesatuan
harmonis.Salah satu unsure kebudayaan yang bersifat universal adalah
system kemasyarakatan yang didlamnya terdapat organisasi kekuasaan
atau politik. Kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat dan selalu
berkembang dalam upaya memenuhi segala kebutuhan
masyarakat.2.1.2 Pengertian Politik
Pada umumnya istilah politik dapat diartikan sebagai bermacam-macam
kegiatan dalam suatu system politk atau Negara yang menyangkut proses
menetukan tujuan-tujuan dari system itu dan melaksanakan tujuan-tujuan
itu. Politik menyangkut tujuan-tujuan seluruh masyarakat, termasuk
kegiatan berbagai kelompok baik partai poltik maupun individu. Konsep-
konsep pokok politik adalah Negara, kekuasaaan, pengambilan
keputusan, kebijakan, dan pembagian kekuasaan.
Pengambilan keputusan menyangkut seleksi antara beberapa alternative
dan penyusutan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Untuk
melaksanakan tujuan-tujuan itu, perlu ditentukan kebijaksanaan-
kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian
sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, perlu
dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan dipakai, baik untuk
membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin
akan timbul dalam proses tersebut.Secara umum Budaya politik adalah
Pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
penyelenggaraan administrasi Negara, politik, pemerintahan, hokum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota
masyarakat setiap harinya.2.1.3 Budaya Politik yang Berkembang
dalam Masyarakat Indonesia
2.1.3.1 Masyarakat Politika. Definisi NegaraBerbicara soal masyarakat
politik sebenarnya juga membahas masalah Negara. Negara timbul
karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka ragam
yang menyebabkan mereka harus bekrja sama untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Kerja sama ini timbul karena setiap orang tidak
mampu memenuhi kebutuhannya secara sendiri-sendiri. Karena itu,
sesuai dengan kecakapan mereka masing-masing, tiap orang mempunyai
tugas sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan
mereka.Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau
Negara. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik. Negara
adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan masnisia dalam masKesatuan mereka inilah yang kemudian
disebut masyarakat atau Negara. Negara merupakan integrasi dari
kekuasaan politik. Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan masnisia dalam masarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.b. Sifat-sifat
Negara Sifat memaksa, maksudnya agar peraturan perundang-
undangan ditaati dalam rangka mewujudkan ketertiban
masyarakatsehingga Negara memiliki sifat memaksa. Nagara memiliki
kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu
antara lain polisi, tentara, dan jaksa. Sifat memaksa ini berbeda dengan
organisasi lainnya karena aturan-aturan yang dikeluarkan oleh ngara lebih
mengikat.
 Sifat monopoli, maksudnya Negara berhak memonopoli dalam
menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Negara dapat melakukan
tindakan apapun demi kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan
masyarakat.
 Sifat Mencangkup Semua, (all encompassing, all embrassing),
maksudnya semua peraturan perundang-undangan disusun dan berlaku
untuk semua orang tanpa terkecuali. Misalnya, peraturan tentang pajak
yang ditujukan untuk semua warga Negara. Sifat mencangkup ini sangat
penting untuk diperhatikan karena setiap langkah yang dilakukan oleh
pemerintah harus dipahami dan dipatuhi oleh setiap warga Negara.
c. Tatanan Kehidupan Masyarakat PolitikAda beberapa indikasi yang
biasa dipakai oleh para ahli ilmu-ilmu social untuk menilai intensitas
pertentangan-pertentangan politik dalam suatu masyarakat.
a) Demonstrasi, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah orang yang
dengan tidak menggunakan kekerasan untuk melakukan protes terhadap
suatu rezim, pemerintah, pejabat pemerintah, ideology, kebijaksanaan
yang sedang dilaksanakan atau bahkan baru direncanakan. Misalnya,
demo menolak kenaikan harga BBM, demo menuntut pengusutan kasusu-
kasu hak asasi manusia, dan lain sebagainya.
b) Kerusuhan, kerusuhan dalah pada dasarnya sama dengan
demonstrasi. Bedanya, kerusuhan menggunkan kekerasan secara fisik
yang biasanya diikitu pengrusakan barang-barang, pemukulan atau
bahkan pembunuhan. Cirri lain yang membedakan kerusuhan dari
demonstarsi adalah kenyataan bahwa kerusuhan terutama ditandai oleh
spontanitas sebagai akibat dari suatu insiden dan perilaku kelompok yang
kacau. Misalnya, kerusuhan Mei 1998, kerusuhan 27 Juli 1996, atau
peristiwa 27 Juili, kerusuhan Poso, dan sebagainya.
c) Serangan bersenjata, (armed attack), yakni suatu tindakan kekerasan
yang dilakukan untuk kepentingan suatu kelompok tertentu dengan
maksud melemahkan atau bahkan menghancurkan kekuasaan daari
kelompok lain. Misalnya, konflik yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) sebagai akibat dari upaya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang
ingin melepaskan diri dari pangkuan NKRI.
d) Banyaknya jumlah kematian sebagai akibat dari kekerasan politik,
misalnya penculikan dan pembunuhan dengan motif politik dan
sebagainya.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingkat ketahanan nasional di
bidang politik, yaitu factor umum dan khusus. Factor umum merupakan
factor yang mempengaruhi terciptanya ketahanan nasional dibidang
ideology, ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan. Sedangkan
factor khusus yang menentukan tingkat ketahanan nasional di bidang
politik, meluputi sebagai berikut : Adanya ideology nasional yang dapat
mewujudkan suatu realitas politik dan memiliki fleksibilitas yang dapat
menyesuaikan dan mengisi kebutuhan dan tuntutan zaman. Ideology
nasional harus benar-benar dimengerti, dipahami, diyakini, dihayati, dan
diamalkan serta diamankan oleh seganap lapisan masyarakat.
 Adanya pimpinan nasional yang kuat dan berwibawa, mampu mengisi
aspirasi dan cita-cita rakyat, serta mendapatkan kepercayaan dan
dukungan dari rakyat.
 Adanya pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien, mampu
menyelenggarakan pemerintahan yang demoratis. Selain itu, mampu
menyelenggarakan pembangunan dalam meningkatkan taraf hidup rakyat
dan mampu melindungi seluruh tumpah darah dan segenap bangsa
Indonesia sehingga tercipta suasana dan perasaan aman, bebas dari
bahaya dan ketakutan.
 Adanya masyarakat yang mempunyai kesadaran politik, disiplin
nasional, dan dinamika social yang tinggi sehingga tumbuh motivasi dan
aktivitas konstruktif yang membangkitkan partisipasi aktif dalam
pembangunan nasional.
2.1.3.2 Tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam Masyarakat
Indonesiaa. Budaya Politik Parokial
Budaya politik parochial berlangsung dalam masyarakat tradisional,
dimana masyarakatnya masih sederhana dengan spesialisasi yang sangat
kecil. Para pelaku politik sering melakukan peranannya serempak dengan
perananya dalam bidang ekonomi, keagamaan, dan lain-lain.anggota
masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap objek-objek politk
yang luas. Kesadaran yang menonjol dari anggota masyarakat dalam
bidang poltik, bahwa mereka mengakui adanya pusat kewenangan atau
kekuasaan politik dalam masyarakat.b. Budaya Politik Kaula
Dalam budaya politik kaula (subjek), anggota masyarakat mempunyai
minat, perhatian, mungkin pula kesadaran, terhadap system keseluruhan,
terutama dari segi output politik. Orientasi anggota masyarakat yang nyata
terhadap objek politik dapat dilihat dari pernyataannya, baik berupa
kebanggaan, ungkapan sikap dukungan, maupun sikap bermusuhan
terhadap system politik. Posisinya sebagai kaula, anggota masyarakat
dapat dikatakan sebagai posisi yang pasif.
Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi atau
mengubah system politik, dan oleh karena itu, menyerah saja kepada
segala kebijaksanaan dan keputusan para pemegang jabatan politik
dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah,
dikoreksi, apalagi ditantang. Tiada jalan bagi anggota masyarakat kecuali
menrima system politik sebagaimana adanya, patuh, ssetia, dan mengikuti
segala instruksi dan anjuran pimpinan politiknya.c. Budaya Politik
Partisipan
Budaya politik partisipan ditandai oleh anggota masyarakat yang aktif
dalam kehidupan politik. Seseorang dengan sendirinya menyadari setiap
hak dan tanggung jawabnya. Seseorang dalam budaya politik partisipan
dapat menilai dengan penuh kesadaran system politik secara totalitas,
input dan output maupun possisi dirinya dalam politik. Dengan demikian,
setiap anggota msyarakat terlibat dalam sisitem politik yang berlaku
betapa kecil peran yang dijalankannya. Budaya politik partisipan dalam
pemahaman yang demikian tidak lain merupakan wujud dari
dilaksanakannya budaya demokrasi dalam masyarakat. Sebab budaya
demokrasi member tekanan pada pelaksanaan pemeritahan dari, oleh,
dan untuk rakyat. Misalnya mengkritisi kebijakn pemerintah melalui opini-
opini di media massa, mematuhi peraturan perundang-undangan,
melaporkan bila menemukan penyelewengan hukum sesuai prosedur, dan
sebagainya.2.2 Pengertian Demokrasi
Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani
yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti
pemerintahan. Jadi secara bahasa Demokrasi adalah Pemerintahan
rakyat atau kekuasaan rakyat.Konsep demokrasi lahir dari yunani kuno
yang dipraktikan dalam hidup bernegara antara abad ke-4 SM sampai
abad ke-6 M. Demokrasi yang dipraktikan pada waktu itu adalah
demokrasi langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk
membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
seluruh rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat dilakukan karena yunani
pada waktu itu berupa Negara kota (polis) yang penduduknya terbatas
pada sebuah kota dan daerah sekitarnya, yang berpenduduk sekitar
300.000 orang. Meskipun ada keterlibatan seluruh warga, namun masih
ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan budak tidak berhak
berpartisipasi dalam pemerintahan.Menurut Samuel Huntington, system
politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang
paling kuat dalam system itu di pilih melalui pemilihan umum yang adil,
jujur, dan berkala dan di dalam system itu para calon bebas bersaing
untuk memperoleh suara dan hamper semua penduduk dewasa berhak
memberikan suara.Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat adalah
pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi di Negara
tersebut. Pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi. Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan pula
sebagai sistem pemerintahan kedaulatan rakyat.Filsafat politik yang
mendasari demokrasi pada prinsipnya bersifat Universal dan dapat
diterapkan pada semua masyarakat dewasa ini. Sebaliknya model-model
yang berkembang diberbagai masyarakat dalam berbagai era sangat
bervariasi. Model-model tersebut dapat dibagi menurut dua perspektif
yang berbeda.:
1. Demokrasi Presidensial atau Parlementer.
Dalam demokrasi presidensial presiden memiliki kedudukan kuat dalam
pembuatan keputusan dan kekuasaan politik yang kuat pula. Kekuasaan
politik presiden sering kali disejajarkan dengan parlemen atau bahkan
lebih kuat dari parlemen. Sebaliknya dalam demokrasi Parlementer,
parlemenlah satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi untuk
pengambilan keputusan. Peranan presiden pada kasus ini terbatas pada
tugas-tugas mewakili Negara dan penengah dalam situasi konflik.
Dalam demokrasi parlementer kekuasaan pengambilan keputusan politik
dijalankan oleh wakil-wakil rakyat sesuai dengan hasil pemilihan umum.
Sebaliknya dalam demokrasi presidensial kepala Negara yang dipilih
secara langsung oleh rakyat merupakan pusat kekuasaan mandiri, yang
juga berpengaruh baik dalam pembentukan pemerintahan maupun
penyusunan undang-undang.Sesuai dengan budaya politik dalam
pengalaman sebuah masyarakat, maka demokrasi presidensial secara
lebih kuat dapat menciptakanunsur kesinambungan dan stabilitas dalam
proses politik.Demokrasi presidensial memerlukan pembatasan
kekuasaan yang jelas, untuk menghindari terjadinya konsentrasi
kekuasaan yana hamper menyerupai dictator. Jika lembaga-lembaga
pengimbang seperti parlemen dan pemerintah, partai dan masyarakat sipil
lemah maka mutu demokrasi presidensial dapat merosot secara tak
terkendali dan bahkan pada akhirnya menjadi sebuah kediktatoran.2.
Demokrasi perwakilan atau demokrasi langsung
Demokrasi perwakilan mempercayakan sepenuhnya pengambilan
keputusan ditingkat parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Demokrasi
langsung akan mengalihkan sebanyak mungkin keputusan kepada rakyat
yang berdaulat: misalnya melalui plebisit, referendum, jajak pendapat
rakyat, dan keputusan rakyat atau mengembalikan sebanyak mungkin
keputusan ketingkat komunitas local. Norma-norma dan aturan dasar
demokrasi bersifat universal tetapi cara pelaksanaanya harus diputuskan
secara pragmatis sesuai dengan preferensi masyarakat tertentu.2.2.1.
Negara demokrasiNegara demokrasi adalah suatu negara yang
menganut sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat
sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya baik yang menyangkut
infrastruktur politik maupun suprastruktur politik berbeda satu dengan
yang lain. Dilihat dari paham yang dianut demokrasi dapat dibedakan
menjadi:1. Demokrasi Liberal (Negara Barat)
Sistem pemerintahan ini diterapakan di negara barat, kebebasan individu
untuk bergerak, berpikir dan mengeluarkan pendapat sangat dijunjung
tinggi. Dengan demikian, persamaan hak dalam bidang politik sangat
dijunjung tinggi, namun pada bidang ekonomi tetap memegang
persaingan bebas. Akibatnya terjadi kesenjangan antara golongan
ekonomi kuat (kapitalis) dan golonagan ekonomi lemah (buruh). Di negara
yang menganut demokrasi liberal sistem masyarakatnya bebas merdeka,
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia setinggi-tingginya, bahkan
kadang-kadang diatas kepentingan umum.

2. Demokrasi Sosialis (Negara Komunis)

Di negara yang menerapkan demokrasi sosialis menitikberatkan pada


paham kesamaan yang menghapus perbedaan antara kelas sesama
rakyat. Oleh sebab itu, pada negara sosialis tidak ada hak perseorangan,
yang ada adalah hak kolektif atau hak umum.Untuk mencapai masyarakat
sosialis yang sejahtera dan sama rata (tujuan negara) pada masyarakat
itu masih berlaku kediktatoran proletar atau kediktatoran mayoritas (buruh
dan tani). Akan tetapi, kekuasaan negara hanya dikendalikan oleh satu
partai yaitu komunis baik pada bidang legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.Kekuasaan legislatif meliputi dua badan yaitu Dewan Uni atau
Majelis Rendah yang anggotanya dipilih oleh rakyat, dan Dewan Nasional
yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat negara bagian.Badan
eksekutif memegang kekuasaan sangat luas, antara lain mengeluarkan
keputusan-keputusan dan dekrit bahkan kalau perlu memberhentikan
anggota kabinet.3. Demokrasi Pancasila
Pada hakikatnya Demokrasi adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah
kekuasaan yang tertinggi ada di tangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan
adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat,
dan dilaksanakan dengan sadar, jujur, bertanggung jawab serta didorong
dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat sehingga mencapai mufakat. Perwakilan adalah prosedur peran
serta rakyat dalam pemerintahan yang dilakukan melalui badan
perwakilan.Dari uraian di atas demokrasi Pancasila dapat diartikan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai dan diliputi sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beadab, Persatuan Indonesiaserta
untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi
Pancasila adalah demokrasi yang bersumberkan pada kepribadian dan
filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.2.3 Peranan Budaya Politik da
lam Proses Demokras i di IndonesiaSeiring dengan datangnya era
reformasi pada pertengahan tahun 1998 itu, Indonesia memasuki masa
transisi dari era otoritarian ke era demokrasi. Dalam masa transisi itu,
dilakukan perubahan- perubahan yang bersifat fundamental dalam
berbagai bidang kehidupan, termasuk membangun tatanan kehidupan
politik baru yang demokratis. Arah baru ini menjadikan Indonesia oleh
Freedom House (2003), dimasukkan sebagai salah satu dari dua negara
demokrasi baru bersama Nigeria yang paling signifikan yang muncul
setelah tahun 1997.2.3.1 Perubahan UUD 1945 dan Proses
DemokratisasiPada awal masa transisi itu, agar agenda reformasi dapat
dilaksanakan secara lebih utuh dan sistematis, dilakukan percepatan
pemilu, yang semula direncanakan tahun 2003 dimajukan menjadi tahun
1999. Setelah terbentuk pemerintahan baru hasil Pemilu 1999 berbagai
agenda reformasi dijalankan, termasuk salah satu yang terpenting adalah
melakukan perubahan (amandemen) UUD 1945.Desakan kuat bagi
adanya perubahan UUD 1945, salah satu latar belakangnya adalah
karena konstitusi ini kurang memenuhi aspirasi demokrasi, termasuk
dalam meningkatkan kemampuan untuk mewadahi pluralisme dan
mengelola konflik yang timbul karenanya. Lemahnya checks and balances
antar lembaga negara, antar pusat-daerah, maupun antara negara dan
masyarakat, mengakibatkan mudahnya muncul kekuasaan yang
sentralistik, yang melahirkan ketidakadilan. Tidak dipungkiri, sentralisme
kekuasaan pemerintah di bawah UUD 1945, telah membawa implikasi
munculnya ketidakpuasan yang berlarut-larut dan konflik di mana-mana.
Konflik tersebut cukup mendasar, karena mengkombinasikan dua elemen
yang kuat: faktor identitas berdasarkan perbedaan ras, agama, kultur,
bahasa, daerah, dan lain-lain; dengan pandangan ketidakadilan dalam
distribusi sumber-sumber daya ekonomi.Dengan demikian tidaklah
mengherankan apabila gagasan perubahan UUD 1945 dengan cepat
segera mengambil hati dan pikiran rakyat, serta menjadi agenda
pembicaraan berbagai kalangan. Sakralisasi UUD 1945 selama puluhan
tahun yang membuat tidak ada yang dapat mengambil sifat kritis terhadap
UUD 1945, runtuh seketika.MPR hasil pemilihan umum 1999 yang
diselenggarakan dengan cukup demokratis, menindaklanjuti tuntutan
masyarakat yang menghendaki perubahan UUD 1945 dengan melakukan
satu rangkaian perubahan konstitusi dalam empat tahapan yang
berkesinambungan, sejak Sidang Umum MPR Tahun 1999 sampai
dengan Sidang Tahunan MPR 2002. Perubahan konstitusi tersebut
dilakukan MPR karena lembaga negara inilah yang berdasarkan UUD
1945 berwenang untuk melakukan perubahan UUD.Perubahan UUD
tersebut dilakukan MPR guna menyempurnakan ketentuan fundamental
ketatanegaraan Indonesia sebagai pedoman utama dalam mengisi
tuntutan reformasi dan memandu arah perjalanan bangsa dan Negara
Pada masa yang akan datang, dengan harapan dapat berlaku untuk
jangka waktu ke depan yang cukup panjang.Seiring dengan itu,
perubahan UUD tersebut juga dimaksudkan untuk meneguhkan arah
perjalanan bangsa dan negara Indonesia agar tetap mengacu kepada
cita-cita negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian yang abadi, dan keadilan sosial.Perubahan
UUD 1945 telah mewujudkan konstitusi Indonesia yang memungkinkan
terlaksananya penyelenggaraan negara yang modern dan demokratis.
Semangat yang diemban dalam perubahan konstitusi tersebut adalah
supremasi konstitusi, keharusan dan pentingnya pembatasan kekuasaan,
pengaturan hubungan dan kekuasaan antarcabang kekuasaan negara
secara lebih tegas, penguatan sistem checks and balances antarcabang
kekuasaan, penguatan perlindungan dan penjaminan hak asasi manusia,
dan pengaturan hal-hal mendasar di berbagai bidang
kehidupan.Semangat tersebut di atas dapat terlihat dari adanya
penegasan yang mengatur pelaksanaan kedaulatan rakyat; pernyataan
bahwa Indonesia adalah negara hukum; kesejajaran kedudukan
antarlembaga negara sehingga tidak dikenal lagi adanya lembaga tertinggi
negara dan tinggi negara tetapi setiap lembaga negara melaksanakan
tugas dan wewenangnya sesuai UUD 1945; pembatasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden hanya maksimal dua kali masa jabatan;
seluruh anggota lembaga perwakilan dipilih dan tidak ada lagi yang
diangkat;Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat; kekuasaan membentuk undang-undang di tangan lembaga
legislatif; pembentukan lembaga perwakilan baru Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) yang memperkuat posisi daerah dalam sistem
ketatanegaraan kita; dan pengaturan mengenai wilayah negara; ketentuan
mengenai hak asasi manusia yang sangat rinci, dan pengaturan hal-hal
mendasar berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, pendidikan,
pertahanan dan keamanan, ilmu pengetahuan, kesejahteraan sosial,
kebudayaan, dan lain-lain.Berbagai perubahan mendasar tersebut
kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan berbagai undang-undang
organik serta peraturan di bawahnya. Kesemuanya diarahkan untuk
mewadahi proses transisi ke demokrasi, khususnya sebagai pedoman
dalam menyelenggarakan Pemilu 2004 yang diharapkan menjadi batas
akhir masa transisi dan mulai dimasukinya era baru bagi bangsa
Indonesia, yaitu era konsolidasi demokrasi.2.3.2 Transisi dan
Konsolidasi DemokrasiPemilu 2004 yang diharapkan menjadi “jembatan
emas” berakhirnya masa transisi dan mulai dimasukinya era konsolidasi
demokrasi telah berlangsung secara damai dan demokratis. Pemilu yang
berjalan lancar dan tertib serta demokratis tersebut serta berlangsung
tanpa gejolak, kekerasan, apalagi pertumpahan darah merupakan prestasi
luar biasa bagi bangsa Indonesia.Tidak sedikit para pengamat menilai, jika
ditinjau dari pemilih yang secara langsung dapat memilih kandidat
Presiden dan Wakil Presiden yang disukainya, sistem Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden di Indonesia dapat dipandang lebih maju dan setingkat
lebih tinggi bobotnya dibanding Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di
AS, karena pemilih di AS tidak dapat langsung memilih kandidat yang
diinginkannya. Mereka hanya memilih electoral collage, baru hasil
electoral collage itu menentukan siapa kandidat yang menang di suatu
distrik pemilihan dengan sistem “pemenang mengambil semua suara”.
Sistem ini di AS makin banyak dikritik karena rumit dan sering tidak
mencerminkan kehendak kehakiman baru Mahkamah Konstitusi
(MK).Selain itu juga dimuat ketentuan mengenai pemilihan umum setiap
lima tahun dan diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri; mayoritas pemilih. Hal itu dapat
dilihat pada Pemilu2000 di mana George W. Bush menang karena lebih
banyak meraih suara electoral collage, padahal jumlah suara pemilihnya
(popular vote) lebih sedikit dibanding Al Gore.Pemilu 2004 telah
menghasilkan pasangan Presiden dan Wakil Presiden, DPR, dan DPD
untuk periode lima tahun ke depan. Lembaga-lembaga negara lainnya
juga telah berjalan, yaitu MPR, BPK, MA, dan MK. Lembaga-lembaga
negara tersebut kini telah bekerja melaksanakan tugas konstitusionalnya
sebagaimana diatur dalam UUD 1945 yang telah disempurnakan. Seiring
dengan itu UUD 1945 yang telah disempurnakan telah dijalankan oleh
penyelenggara negara sesuai ruang lingkup tugas dan
wewenangnya.2.3.3 Budaya Politik dalam Konsolidasi
DemokrasiSeluruh pembahasan di atas didasarkan pada hasil pemikiran
para pakar dan akademisi Barat. Apakah demokrasi merupakan monopoli
dunia Barat? Tidak adakah varian budaya lainnya dalam demokrasi?
Ataukah budaya merupakan pembenaran atau hanya sekedar bentuk lain,
dari kekuasaan yang permisif? Ideologi politik yang diterapkan Indonesia,
di bawah pemerintahan Soekarno dan Soeharto berpandangan bahwa
budaya merupakan variabel nyata dari sistem politik apapun, dan
karenanya masa itu menegakkan konsep sistem politik yang dianggap
paling sesuai dan mampu menggambarkan nilai- nilai dasar dan
karakteristik masyarakat Indonesia.Lee Kwan Yew, pendiri dan perancang
sistem politik negara Singapura juga telah mengembangkan konsep yang
menempatkan nilai budaya sebagai elemen penting dalam sebuah sistem
politik. Menurutnya politik berbasis multibudaya tidak akan pas bagi
negara dengan masyarakat yang multirasial seperti Singapura. Sebagai
konsekuensinya, di Singapura ditetapkan sebuah sistem yang oleh dunia
Barat dianggap tidak demokratis. Hal ini menunjukkan bahwa Singapura
merupakan “an authoritarian Confucian anomaly among the wealthy
countries of the world” (Huntington, 1991: 302).Hasil pemikiran para pakar
umunya menyimpulkan bahwa budaya memberikan pengaruh tertentu
bagaimana demokrasi diadopsi oleh berbagai negara (lihat Alagappa,
1996; Fukuyama, 1996; Lipset, 1996; Huntington, 1996: Inglehart, 2000).
Berkembang pemikiran nilai budaya sebagai faktor determinan yang
menentukan suksesnya ekonomi negara-negara Asia Timur. Tetapi sejak
terjadinya krisis ekonomi, argumentasi mengenai keunggulan nilai budaya
Asia (Asian values) seakan menghilang. Amartya Sen (2001: 6) mengritik
hipotesis Lee Kwan Yew bahwa negara yang didominasi oleh budaya
Confucianism mempunyai peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih
cepat, hanyalah berbasis pada perhitungan empiris yang sporadik dari
informasi yang terbatas dan sangat selektif.Kenyataan memang
menunjukan negara- negara di Asia dalam membangun sistem
demokrasinya lebih banyak mengedepankan gaya demokrasi ala barat
seperti Filipina, Korea, Thailand, Taiwan dan sekarang ini Indonesia.
Walaupun demikian nilai budaya masih dianggap sebagai variabel penting
dalam pelaksanaan demokrasi. Seperti dinyatakan oleh Inglehart (2000:
96) bahwa dalam jangka panjang, demokrasi tidak hanya didasari pada
perubahan institusi atau perilaku elit politik, melainkan
keberlangsungannya akan tergantung pada nilai dan kepercayaan dari
masyarakat awam di wilayahnya.Huntington memperingatkan bahwa
tahun- tahun pertama berjalannya masa kekuasaan pemerintahan
demokratis yang baru, umumnya akan ditandai dengan bagi-bagi
kekuasaan di antara koalisi yang menghasilkan transisi demokrasi
tersebut, penurunan efektifitas kepemimpinan dalam pemerintahan yang
baru sedangkan dalam pelaksanaan demokrasi itu sendiri belum akan
mampu menawarkan solusi mendasar terhadap berbagai permasalahan
sosial dan ekonomi di negara yang bersangkutan. Tantangan bagi
konsolidasi demokrasi adalah bagaimana menyelesaikan masalah-
masalah tersebut dan tidak justru hanyut oleh permasalahan-
permasalahan itu.2.3.4 Cara-Cara Berpolitik dalam
MasyarakatPerkembangan demokrasi dewasa ini mempunyai dampak
bagi kehidupan politik di Indonesia. Munculnya partai-partai politik turut
menyemarakkan proses demokrasi. Akan tetapi, banyak hal yang harus
dikaji ketika hubungan antara elit poltik dan massa pendukungnya
belakangan ini seolah sekedar hubungan antara anak dan bapak yang
belum dijiwai oleh semangat demokrasi itu sendiri. Masyarakat dalam
menentukan figure-figur pemimpin bangsa kurang berpikir secara rasional
karena masih bersikap paternalistis dan feodalistis. Hal ini sangat
membahayakan bagi perkembangan suatu bangsa yang sarat dengan
heterogenitas seperti Indonesia yang sangat membutuhkan ketahanan
dan stabilitas politik.Guna mewujudkan ketahanan politik sebagai kondisi
kehidupan politik bangsa yang sehat, dinamis, dan mampu memelihara
stabilitas politik perlu diupayakan adanya tata cara berpolitik yang
didasarkan pada kenyataan obyektif bahwa manusia adalah sebagai
subjek Negara. Oleh karena itu, kehidupan politik dalam Negara harus
benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat
manusia.dalam system politik.
Negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang
dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut Hak Asasi Manusia. Hal
ini sebagai perwujudan hak atas martabat kemanusiaan sehingga system
politik Negara harus mampu menciptakan system yang menjamin hak-hak
tersebut. Pengembangan politik Negara, terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus berdasarkan pada moralitas yang mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti halnya UU No. 31
Tahun 2002 tentang partai politik dan UU No. 12 Tahun 2003 tentang
pemilihan umum.Pembentukan, pemeliharaan, dan pengembangan partai
politik pada dasarnya merupakan salah satu pencerminan hak warga
Negara untuk berkumpul, berserikat, dan menyatakan pendapat. Melalui
partai politik, rakyat dapat mewujudkan haknya untuk menyatakan
pendapat tentang arah kehidupan dan masa depannya dalam
bermasyarakat dan bernegara. Partai politik merupakan komponen yang
sangat penting dalam system politik demokrasi. Dengan demikian,
penataan kepartaian harus bertumpu pada kaidah-kaidah kedaulatan
rakyat, yaitu memberikan kebebasan, kesetaraan, dan kebersamaan.
Melalui kebebasan yang bertanggung jawab, segenap warga Negara
memiliki hak untuk berkumpul dan berserikat guna mewujudkan cita-cita
politiknya secara nyata.2.3.5 Penerapan Budaya Politik
DemokrasiPelaksanaan budaya poltik secara demokratis perlu dipahami
oleh setiap warga Negara Indonesia agar mampu mewujudkan cita-cita
Negara. Menurut Miriam Budiardjo, penerapan budaya politik dapat
dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai berikut : Menyelesaikan
perselaisihan secara damai dan melembanga. Dalam setiap masyarakat
terdapat beda pendapat serta kepentingan yang dalam alam demokrasi
dianggap wajar untuk diperjuangkan. Perselisihan harus dapat
diselesaikan melalui perundingan dan dialog terbuka untuk mencapai
kompromi, consensus, atau mufakat.
 Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah. Perubahan social terjadi karena
beberapa factor, seperti kemajuan teknologi, kepadatan penduduk, dan
pola perdagangan. Pemerintah harus dapat menyesuaikan
kebijaksanaannya terhadap perubahan-perubahan dan
mengendalikannya.
 Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur. Dalam
masyarakat demokratis, pergantian pimpinan atas dasar turunan,
mengangkat diri sendiri, coup d’ etat dianggap tidak wajar.
 Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum. Golongan
minoritas yang biasanya terkena paksaan akan lebih menerimanya
apabila diberi kesempatan turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan.
 Mengakui dan menanggap wajar adanya kenekaragaman.
Keanekaragaman tercermin dalam keanekaragaman pendapat,
kepentingan, dan tingkah laku, perlu terselengaranya masyarakat yang
terbuka dan kebebasan politik yang memungkinkan timbulnya fleksibilitas
dan tersedianya berbagai alternative dalam tindakan politik. Namun
demikian, keanekaragaman tetap berada dalam kerangka persatuan
bangsa dan Negara.
 Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokratis keadilan
merupakan cita-cita bersama, walaupun sebagian kecil masyarakat ada
yang merasa diperlakukan tidak adil.
System politik demokrasi Indonesia termasuk didalamnya adalah
pembangunan partai politik, harus mengacu dan berpedoman kepada
pancasila dan UUD 1945 sebagai pedoman sikap dan perilaku berpolitik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan partai politk
harus memperhatikan pembangunan karakter politik karena sperti kita
ketahui, politik berkarakter atau berwatak positif maupun negative.
Berwatak positif, yaitu menghendaki terjadinya atau terwujudnya keadilan
dan kebenaran. Berwatak negative, yaitu dalam usaha mewujudkan
keadilan dan kebenaran kadang-kadang bersifat destruktif dan
menggunakan segala cara asal tujuan tercapai. Didalam pembangnan
partai politik juga menyangkut pembangunan fungsi partai politik itu
sendiri, yaitu memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat, baik
kepentingan politik, social, ekonomi, dan budaya baik didalam infrastruktur
maupun suprastruktur. BAB IIIPENUTUP 3.1
KESIMPULAN
Budaya politik adalah Pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan
bernegara, penyelenggaraan administrasi Negara, politik, pemerintahan,
hokum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh
anggota masyarakat setiap harinya.Demokrasi adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat adalah pemegang
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi di Negara tersebut.
Pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan pula sebagai sistem
pemerintahan kedaulatan rakyat.
Penerapan budaya politik pada masyarakat dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sangat penting dan sangat berperan dalam
pelaksanaan demokrasi. Jadi jika penerapan Budaya politik baik, maka
semua kegiatan yang berhubungan dengan demokrasi akan berjalan
lancar dan baik pula.
3.2 SARAN
Dari kesimpulan dan uraian di atas penulis menyarankan:
1. Penerapan budaya politik dilaksanakan dengan kejujuran agar
kelangsungan dan kelancaran demokrasi terjamin.
2. Untuk generasi penerus penulis berharap agar generasi muda menjadi
generasi muda yang berbudaya politik dan demokrasi di negara
Indonesia.
3. Berperanlah sebagai warga Indonesia yang berbudaya politik dengan
mentaati peraturan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_Politikhttp://id.m.wikipedia.org/wiki/
Demokrasihttp://gudangmakalah.com/peranan/budaya_politik http://farrasni
a-
budayapolitikindonesia.blogspot.com www.slideshare.net/Hendrastutiretno/
demokrasiIndonesia

Anda mungkin juga menyukai