SKRIPSI
OLEH :
UMI KALSUM
NIM : 1112101000019
1437 H/ 2016 M
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring
perawat dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati
tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Tempat penelitian
di ruang IRNA Teratai pada bulan Mei hingga Juni 2016. Sampel penelitan
berupa pasien dewasa yang telah dirawat minimal 3 hari berjumlah 81 pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi perilaku caring perawat yang
meliputi 5 dimensi (assurance of human presence, respectful deference,
professional knowledge and skill, positive connectedness dan attentive to other’s
experience) secara berhubungan signifikan berhubungan dengan kepuasan
pasien.
ii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
SPECIALIZATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduate Thesis, June 2016
ABSTRACT
Some studies indicate a correlation between nurse caring behaviors and patient's
satisfaction. The result of Public Satisfaction Index in Fatmawati Hospital 2015
showed public satisfaction below target hospitals with the lowest element is the
attitude of the officers. From all the installations, Anggrek has the least patient
satisfaction during 2015. This low level of community satisfaction may indicate
poor nurse caring behaviors.
This research aims to identify the relationship between nurse caring behavior and
patient's satisfaction in Teratai hospitalised rooms 2016. The research uses cross
sectional design. The place of this research is tearatai hospitalised rooms during
May-June 2016. Samples are 81 adult patients that has been treated more than 3
days. The result indicates that 5 dimention of nurse caring behavior (assurance of
human presence, respectful deference, professional knowledge and skill, positive
connectedness dan attentive to other’s experience) have significant correlation to
patient's satisfaction.
Reference: 39 (1994-2015)
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Pramuka Pondok Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru (2010)
2. Sekrearis Organisasi Santri Darel Hikmah (OSDH) 2011
3. Sekretaris Remaja Masjid Darel Hikmh 2012
4. Dewan kerja kwartir cabang Pramuka kota Pekanbaru 2012
5. Sekretaris kesehatan masyarakat UIN Jakarta angkatan 2012 hingga sekarang
6. Divisi keagamaan Serumpun mahasiswa Riau 2013
7. Divisi Olahraga dan Seni Serumpun mahasiswa Riau 2014 hingga sekarang
vi
8. Divisi pengembangan organisasi dan otonomi daerah Himpunan mahasiswa
Rokan Hulu 2013
9. Bendahara Himpunan mahasiswa Rokan Hulu 2014 hingga sekarang
10. Tergabung dalam Penulis di Berita UIN Jakarta 2013
11. Menjadi penyiar radio, Tanggaradio.com 2013 hingga sekarang
12. Divisi Litbang HACAMSA UIN Jakarta
13. Anggota Racana Pramuka UIN Jakarta
Pengalaman Kerja
1. PBL I dan PBL II di Puskesmas Serpong 1
2. Magang di Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere divisi Diklat
Pengalaman Pembicara
1. Kegiatan penyuluhan bahaya narkoba yang tergabung dalam agenda Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Alfa UIN Jakarta tahun 2015
2. Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik Fakultas Sain dan Teknologi UIN
Jakarta tahun 2015
3. Kagiatan pemilihan duta putra-putri Fakulta Sain dan Teknologi UIN Jakarta
tahun 2015
Pengalaman Pelatihan
1. Peserta Medicourse Anniversary 6th USMR Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta tahun 2014
2. Basic Training of Organization SEMARI Banten tahun 2014
3. Certified Hypnotist (CH) dari Mind Hypnotherapy Institute tahun 2015
4. Certified Hypnotherapy (CHt) dari Mind Hypnotherapy Institute tahun 2015
5. Pendidikan dan pembinaan calon pandega Racana Nyi Mas Gandasari UIN
Jakarta 2013
6. Analisis data dan statistik BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat 2015
7. Delegasi UIN Jakarta dalam kegiatan Pelatihan SAR Nasional di Universitas
Diponegoro tingkat perguruan tinggi ke 3 tahun 2014
vii
KATA PENGANTAR
3. Ibu Fajar Ariyanti. M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang
selalu memberikan perhatian, arahan, motivasi serta bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Gitalia Budhi Utami, MKM selaku pembimbing skripsi yang selalu
memberikan perhatian, arahan, motivasi serta bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini.
viii
6. Drg. Marliana Poerba, MM selaku Direktur Umum, SDM dan pendidikan
RSUP Fatmawati yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitian.
7. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku penguji I yang telah memberikan saran
dan masukannya untuk penelitian ini.
8. dr. Yuli Prapancha Satar, MARS selaku penguji II yang telah memberikan
saran dan masukannya untuk penelitian ini.
9. ibu Susanti Tungka, MARS selaku penguji III yang telah memberikan
saran dan masukannya untuk penelitian ini.
11. Sahabat terbaik yang selalu menyemangati dalam suka maupun duka,
Ayuhap, Aida, RidhaAw dan Dede Ilka.
Penulis menyadari bahwa penulisan dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar. Akhirul kalam penulis
berharap semua pihak yang terkait akan mendapat balasan dari Allah SWT.
Umi Kalsum
ix
Daftar Isi
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v
RIWAYAT HIDUP.................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.2 Keperawatan................................................................................................14
x
2.2.2 Ruang Lingkup ................................................................................ 21
4.6.3 Scoring.............................................................................................71
xi
4.6.4 Entry data ........................................................................................ 74
BAB V HASIL.......................................................................................................76
BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................89
xii
6.3 Gambaran Perilaku Caring Perawat dan Hubungannya dengan Kepuasan
Pasien di Ruang Perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016..........100
6.4 Hubungan Assurance of human presence dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati.........................................................103
6.5 Hubungan Professional knowledge and skill dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati...............................................105
6.6 Hubungan Positive connectedness dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati.........................................................108
6.7 Hubungan Attentive to other’s experience dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati...............................................110
6.8 Hubungan Respectful deference dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati.........................................................111
BAB VII PENUTUP............................................................................................116
7.1 Kesimpulan..............................................................................................116
7.2 Saran.........................................................................................................117
xiii
Daftar Tabel
xiv
Daftar Bagan
xv
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi sorotan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan. Hal ini
oleh penyedia seperti rumah sakit (Potter & Perry, 2005). Sesuai dengan pasal 32 (d)
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasien mempunyai hak untuk
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
dalam Wiyana (2008) menyatakan bahwa 90% pelayanan yang diberikan di rumah
perilaku caring perawat (Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik DepKes RI,
2008).
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, Nursalam
(2002) menyatakan bahwa caring adalah komponen penting dalam keperawatan dan
1
merupakan inti dari praktek keperawatan karena mengandung nilai-nilai humanistik,
menghargai setiap manusia. Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan
mempunyai perilaku kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian
sakit, perilaku caring perawat masih rendah. Hasil penelitian Sobirin (2002),
didapatkan bahwa penerapan perilaku caring lebih dari separuh perawat pelaksana
(52,5%) di RSUD Unit Swadana Kabupaten Subang termasuk kategori rendah. Tidak
jauh berbeda dengan hasil penelitian Agustin (2002) di RS Dr. Mohammad Hoesin
(48,5%). Begitupula penelitian yang telah dilakukan oleh Sumarwati (2006) di rumah
perawat pada pasien penderita kanker. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari
baik.
di RS Dr. M. Djamil Padang didapati perawat masih kurang ramah dalam melayani
pertanyaan pasien, berperilaku tidak bersahabat dan jarang tersenyum. Begitu juga
RSU Pandan Arang Boyolali yang dijumpai masih ada perawat yang cenderung
emosi saat menerima keluhan dari pasien, perawat yang hanya duduk-duduk di ruang
2
perawat, perawat yang cenderung tidak tahu mengenai kondisi pasien, program
pengobatan yang sudah diberikan dan yang akan diberikan, serta perawat yang
kurang memahami keluhan yang dirasakan pasien. Ini menunjukkan bahwa perilaku
caring masih kurang ditunjukkan oleh perawat yang bekerja di bebeberapa rumah
sakit.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati merupakan salah satu rumah
sakit rujukan nasional sekaligus rumah sakit pendidikan. RSUP Fatmawati terdiri
dari tenaga medis, non medis, keperawatan dan non keperawatan. Jumlah tenaga
medis adalah sebanyak 297 orang, tenaga non medis sebanyak 762 orang,
keperawatan 995 orang dan non keperawatan sebanyak 346 orang. Adapun jenis
pelayanan yang ada terdiri dari pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap,
kamar operasi, penunjang dan contract service (Profil RSUP Fatmawati tahun 2016).
rumah sakit salah satunya dapat dilihat melalui pemanfaatan penggunaan tempat
tidur. Pemanfaatan penggunaan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap dinilai
melalui indikator seperti Bed Occupancy Ratio (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn
Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO). BOR yang ideal adalah sekitar 60%-
85%, LOS antara 6-7 hari dan TOI idealnya dalam waktu 1-3 hari. Di RSUP
Fatmawati, BOR rata-rata tahun 2015 adalah 87,46%, rata-rata LOS adalah 6,4 hari
dan rata-rata TOI 2,4 hari. Jika dilihat berdasarkan indikator, maka LOS dan TOI
masih berada pada standar, namun berdasarkan BOR, maka rata-rata BOR tahun
3
Menurut Dharmawan (2006) jika BOR berada lebih dari ambang batas atas
(lebih dari 85%), artinya adalah over loaded yang akan mengakibatkan mutu
pelayanan medis menjadi berkurang, dimana dalam kondisi yang padat pasien dapat
menimbulkan buruknya sanitasi ruangan dan menurunkan mutu pelayanan. Selain itu
waktu petugas untuk pasien pun hanya sebentar dan harus melayani pasien yang
Padang didapati salah satu penyebab kurangnya perilaku caring perawat adalah
karena banyaknya pasien yang akan dilayani dan banyaknya tugas lain seperti
pencatatan dan pelaporan pasien. Dengan demikian, semakin banyak pasien yang
pelayanan.
banyak dari pasien dan keluarga pasien yang mengeluhkan kurang optimalnya
pelayanan yang diberikan. Hal ini tergambarkan dalam hasil survei Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) tahun 2015. Indikator kepuasan pasien yang ditetapkan oleh
rumah sakit adalah lebih dari 85%. Namun berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit berdasarkan Kepmenkes no. 129 tahun 2008, kepuasan pasien untuk
rawat inap harusnya lebih dari 90%. Namun kenyataannya di RSUP Fatmawati pada
semester 1 tahun 2015, rata-rata pencapaian IKM hanya 79,67%. Pada semester 1 ini,
hanya IFPD yang mencapai target, yaitu 86,38% sedangkan pencapaian terendah
78,77% . Pada semester 2 ini, hanya instalasi Griya Husada yang mampu mencapai
4
target dengan pencapaian 85,73%, sedangkan pencapaian terendah masih dipegang
adalah mengenai unsur biaya yaitu 88% pada semester 1 dan 87,34% pada semester
2, capaian terendah adalah unsur kecepatan pelayanan dan unsur sikap kerja perugas.
Capaian terhadap kecepatan pelayanan hanya 65,4% pada semester 1 dan 63,98%
pada semester 2. Sedangkan capaian unsur sikap kerja petugas, pada semester 1
didapat caring perawat sangat buruk. Hanya 19% pasien yang dinilai berperilaku
caring baik, sedangkan 81% lainnya merasa perilaku caring perawat tidak baik.
pada tanggal 12 April 2016 terhadap 10 orang pasien dan 10 orang keluarga pasien
pendahuluan ini didapat bahwa 60% pasien menilai bahwa perawat tidak berperilaku
caring. Sedangkan keluarga pasien sebanyak 70% menilai bahwa perawat tidak
penelitian RSUP Fatmawati, selama ini belum ada penelitian yang menghubungkan
5
Rendahnya kepuasan pasien terhadap sikap kerja petugas diruang perawatan
belum sepenuhnya baik. Hal ini berlandaskan pendapat Wijono (1999) yang
instrumen perilaku caring Watson (1979) dan patient satisfaction instrument (PSI)
untuk menilai kepuasan pasien didapatkan adanya hubungan antara perilaku caring
dengan nilai pvalue 0,001. Begitu pula dengan hasil penelitian Rafii, et al, (2007)
instrument (PSI) didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan
perilaku caring watson. Selain itu, instrumen kepuasan pasien belum pernah
(1999). Padahal salah satu konsep pengukuran kepuasan dalam bidang jasa yang saat
ini banyak digunakan yaitu metode servqual. Metode ini diformulasikan berdasarkan
6
hasil riset yang panjang dan mendalam serta cara–cara pengukuran yang dapat
dimengerti dengan mengukur selisih antara harapan dan kenyataan yang diterima
klien. Dengan metode ini dapat menilai kualitas jasa atau pelayanan menggunakan
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2016” dengan pengukuran
perilaku caring perawat menggunakan lima dimensi Wolf, et al, (1994) dan kepuasan
BOR rata-rata tahun 2015 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
berada diatas ambang batas yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu 87,46%. Jika hal
ini terjadi, artinya adalah over loaded yang akan mengakibatkan mutu pelayanan
medis menjadi berkurang, termasuk caring perawat juga akan rendah karena perawat
harus melayani banyak pasien. Angka Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) RSUP
Fatmawati yang rendah dan dibawah standar menandakan mutu pelayanan yang
kurang baik, khususnya ruang perawatan Teratai yang menempati urutan IKM
terendah selama dua semester berturut-turut. Hasil penilaian IKM 2015 juga
menunjukkan bahwa sikap petugas kurang baik dalam memberikan pelayanan. Hal
ini menandakan perilaku caring perawat masih belum baik. Untuk itu peneliti telah
melakukan studi pendahuluan yang hasilnya berupa 60% pasien menilai bahwa
perawat tidak berperilaku caring. Sedangkan keluarga pasien sebanyak 70% menilai
7
hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Selama ini di
dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat
and skill) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit
dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat
8
1.4 Tujuan Penelitian
Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit
dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat
and skill) dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit
9
6. Diketahuinya hubungan antara perilaku caring perawat (positive connectedness)
dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Pusat
1. Bagi Rumah Sakit, sebagai umpan balik dalam merancang kebijakan Rumah
Sakit untuk dapat dijadikan dasar pemikiran dalam rangka menemukan upaya-
upaya (mencari solusi yang terbaik dan tepat) yang perlu dilakukan untuk
kepada kepuasan pasien, sesuai dengan visi dan misi rumah sakit sebagaimana
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian dapat menjadi suatu karya ilmiah
berikutnya.
10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati tahun 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni tahun
2016. Sampel penelitian adalah pasien yang dirawat di ruang perawatan anggrek
RSUP Fatmawati dengan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross
analisis dengan uji chi square untuk meihat hubungan antar variabel. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi rumah sakit sebagai umpan balik bagi pengambilan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2. Keperawatan
perawat kepada klien. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem
penelitian Huber tahun (1996) dalam Wiyana (2008) menyatakan bahwa 90%
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, dan spiritual
yang komprehesif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia untuk mencapai
prinsip. Menurut Gilles (1989) dalam Gaffar (1999), prinsip-prinip tersebut adalah
sebagai berikut
12
dasar manusia serta upaya perawatan dan penyembuhan. Ilmu keperawatan
adalah sintesa dari ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinik, ilmu
biomedik, ilmu jiwa (psychology), dan ilmu sosial. Ilmu keperawatan dasar
orang lain sebagai sesuatu hal yang biasa dalam situasi senang atau duka.
13
misalnya menyentuh pelanggan ketika menyatakan saya memahami apa
kesehatannya.
14
o) Nursing is accepting, berarti bahwa perawat harus menerima diri sendiri
2. Bersifat Komprehensif
psikologi, sosial, dan spiritual. Hal ini berarti dalam memberikan asuhan
mampu memenuhi aspek biologi atau penyakit fisiknya saja, akan tetapi juga
sakit, dan komunitas yang lebih berorientasi pada pendidikan atau penyuluhan
(indirect care).
15
pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dari pelayanan kesehatan
setelah lahir, anak, remaja, dewasa, usia lanjut sampai menjelang kematian.
siap pakai.
lingkungan, peraturan/tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara
16
e) Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan pasien dan
keluarganya.
anamnesa.
segera mandiri.
secara tetap dan benar sesuai kebutuhan, serta PROTAP yang berlaku.
kemampuannya.
17
m) Memantau dan menilai kondisi pasien. Selanjutnya melakukan tindakan
kemampuannya.
o) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan
p) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libus secara bergilir
q) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara pasien dan
yang tetap yang benar, sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit
18
2.1.2. Ruang Lingkup Keperawatan
asuhan selama kondisi sakit dan upaya pemulihannya; serta consolation of the
(Ellis, 1999).
19
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI, 1999 ruang lingkup
(pendidikan, sosial ekonomi, jenis kelamin, agama, suku, dll), serta kondisi
berkesinambungan.
Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit tidak dapat dipisahkan
oleh karena itu setiap upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit
pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Kode etik
berisi norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang benar dan baik, serta apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar dan salah, perbuatan apa yang harus
20
dilakukan dan yang harus dihindari. Tujuan kode etik adalah agar profesional
Ada banyak versi yang telah dikeluarkan oleh lembaga-lembaga terkait kode
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia yang
didirikan pada tanggal 1 juli 1989 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Square,
London dan direvisi pada tahun 1973. Uraian kode etik ini diuraikan sebagai berikut.
instansi terkait.
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas,
21
perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya.
Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat
pengadilan.
yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu.
Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai
dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik
terancam.
22
6) Perawat dan profesi keperawatan.
praktik keperawatan.
pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal, atau corak masalah
kesehatannya.
terancam oleh praktik seseorang yang tidak kompeten, tidak etis atau ilegal.
23
7. Perawat turut serta beraktifitas dalam membantu pengembangan pengetahuan
profesi.
berkualitas.
10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik
perawat.
24
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, aliran
keperawatan.
terus menerus.
25
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
ilegal.
keperawatan.
26
2.1.4. Peran dan Fungsi Perawat
dan rasa aman pada pelanggan. Peran sebagai protector dan advocate,
27
berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni
mengembangkan fungsi organ tubuh atau bagian tubuh agar sembuh dan
Perawat dalam hal ini mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
pelayanan keperawatan.
28
1.2. Konsep Caring
(Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DepKes RI, 2008). Teori keperawatan yang
konteks keperawatan caring bukan merupakan suatu hal yang unik tetapi caring
merupakan suatu bentuk pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang
kepeduliannya terhadap pasien. Hal ini adalah esensi dari keperawatan yang berarti
mampu mengetahui dan memahami tentang kebiasaan manusia dan respon manusia
terhadap masalah kesehatan yang sudah ada atau bepotensi akan timbul (Watson,
dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki tanggung jawab terhadap
dengan pasien (Benner dan Wrubel, 1989 dalam Potter & Perry, 2009). Hal ini
29
kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama dan perhatian terhadap sesama,
serta mau memberi dan menerima bantuan (Chinn & Kramer, 2004 dalam Potter &
terhadap sesamanya, kekuatan serta keterbatasan pasien dan keluarganya. Selain itu,
perawat membantu serta memberikan perhatian serta empati kepada pasien dan
memberikan pelayanan kepada pasien (Watson, 1987, dalam Potter & Perry, 2009).
klien dan mencari serta melaksanakan solusinya, juga sebagai bentuk dasar dari
praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk
mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009). Selain itu Watson (1979)
juga mengungkapkan caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan
antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih
sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitif, dan dukungan. Perilaku ini
berfungsi untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi dan cara hidup manusia
yang menekankan pada aktivitas yang sehat dan memampukan individu serta
30
adalah perilaku yang didasari oleh 10 faktor karatif. Karatif adalah sifat dan karakter
yang semestinya dimiliki dan ditampilkan oleh perawat dalam melayani pelanggan
dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini
Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan
meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini
spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih
baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang
31
harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien
sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar pada orang lain.
penerimaan diri antara perawat dan klien. Perawat yang mampu untuk mengenali
dan mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat orang lain
terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi kebutuhan perawat untuk mulai
merasakan suatu emosi yang muncul dengan sendirinya. Hal itu hanya dapat
dengan orang lain. Jika perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka
pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi
kongruen, empati, dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam
32
cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang
dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang
sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka,
klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi
perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif
Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan
antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada klien. Perawat
33
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosio-kultural, spiritual yang
mendukung.
terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap
kebersihan dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami
perubahan baik dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang
Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa
34
faktor ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan
hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar
faktor caring yang didasari dari 10 faktor caring Watson (1979). Konsep
pasien 263 orang dilengkapi dengan Caring Behaviour Inventory (CBI). Mereka
membuat konsep 5 faktor dalam perilaku caring yang didasari dari 10 faktor
dan penuh harapan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan
orang lain. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti mendatangi dan
membantu mengurangi rasa sakit pasein dan memberikan obat tepat pada
35
Kategori ini merupakan kombinasi dari dua faktor karatif yaitu:
Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti bersikap mendengarkan pasein,
skill).
menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pasein
Kategori ini hanya terdiri dari satu faktor karatif yaitu menciptakan
Kategori ini mencakup dua faktor karatif yaitu memberi bantuan dalam
36
Kategori ini terdiri dari aktivitas mengutamakan kepentingan pasein, memiliki
al, 1994).
2.4.1. Pengertian
merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan,
2004). Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau
jasa dan harapan-harapan (Kotler, 2007). Hal ini dipengaruhi oleh pelayanan
dan hal ini tidak dapat dengan mudah diupayakan untuk diubah, dan digiring
kearah keadaan yang memuaskan (Sabarguna, 2008). Rasa ini adalah perasaan
dua yaitu:
37
hanya mengacu kepada penerapan standar kode etik profesi yang baik saja.
kesehatan.
38
yang diceritakan atau menggunakan sentuhan, memegang tangannya
sejenak.
dijawab.
antara penentuan kualitas pelayanan (produk jasa) dan kepuasan pasien. Dalam
atau acuan dan harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pasien tentang
Menurut Wolf, 1984 dan Kozier, 1991. Pasien atau pasien sebagai
39
3. Memperoleh informasi sebelum memberikan persetujuan dan sebelum
diberikan tindakan.
perawatnya.
10. Pasien berhak untuk menolak ikut serta dalam proyek riset serupa tersebut.
13. Berhak untuk mengetahui peraturan rumah sakit yang berlaku baginya
sebagai pasien.
40
2.4.3. Kepuasan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan
Minimal Rumah Sakit, salah satu aspek yang menjadi standar adalah
kepuasan pasien. Setiap unit di rumah sakit memiliki standar kepuasan pasien
Tabel 2.1
Kepuasan pelanggan pada gawat darurat
Judul Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat
Dimensi Kenyamanan
Mutu
Tujuan Terselenggaranya pelayanan gawat darurat yang mampu
memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
Operasional terhadap pelayanan yang di berikan
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Tiga bulan sekali
Analisa
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien Gawat
Darurat yang di survey
Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang di survey
(minimal n = 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 70%
Penanggung Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu
jawab
Pengumpulan
data
Tabel 2.2
Kepuasan pelanggan pada rawat jalan
41
Judul Kepuasan Pelanggan pada Rawat Jalan
Dimensi Kenyamanan
Mutu
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat jalan yang mampu
memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
Operasional terhadap pelayanan yang diberikan
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Tiga bulan sekali
Analisa
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat
jalan yang disurvey
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey (minimal
n = 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 90%
Penanggung Kepala Instalasi rawat jalan /tim mutu/panitia mutu
jawab
Pengumpulan
data
dan ketanggapan.
42
Sedangkan kepuasan yang mengacu pada Azwar (1997) meliputi
jasa atau pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat, tepat dan dapat
memenuhi janjinya.
43
c. Kredibilitas (Credibility), berhubungan dengan hal yang menumbuhkan
ada. Dimensi ini merupakan dimensi yang pertama kali disadari oleh pelanggan
dan menjadi hal paling penting, kekurangan atau keburukan dari dimensi ini
pengalaman masa lalu, komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari penyedia
jasa dan pesaing. Kepuasan pelanggan dapat digambarkan dengan suatu sikap pasien,
terhadap pelayanan yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dari
44
jumlah keluhan dari pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran, surat kaleng, surat
Menurut Krowinski (1996) rasa puas dan tidak puas ditentukan oleh
pengalaman melebihi dari harapan maka pengalaman tersebut tidak memuaskan dan
memuaskan (Krowinski,1996), hal ini juga serupa dengan kesimpulan (Enggel, 1990
harapan dan kinerja dan hasil yang diharapkan. Tanggapan pasien terhadap
tersebut terkait dengan timbulnya atau tidaknya rasa puas (Client statisfaction).
Berdasarkan penemuan dari Tse dan Wilton (19890 dalam Supranto (2001) bahwa
Apabila perceived performance melebihi expectation maka pasien akan puas, tetapi
bila sebaliknya maka, pasien merasa akan tidak puas, sehingga indeks kepuasan
45
Dari konsep-konsep tersebut kepuasan pasien didapat atas dasar
antar tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja yang urutan prioritas
Salah satu konsep pengukuran kepuasan dalam bidang jasa yang saat ini
banyak digunakan yaitu metode SERVQUAL hasil kerja 3 sekawan Berry, Zeithamil
dan Parasuraman pada 1998. Metode ini mempunyai kekuatan selain di formulasikan
berdasarkan hasil riset yang panjang dan mendalam tetapi disertai juga dengan cara
pengukuran yang dapat dimengerti. Dengan metode ini dapat menilai kualitas jasa
jasa atau pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat, tepat dan dapat
memenuhi janjinya.
46
a. Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan karyawan
ada. Dimensi ini merupakan dimensi yang pertama kali disadari oleh pelanggan
dan menjadi hal paling penting, kekurangan atau keburukan dari dimensi ini
antara 10 perilaku caring Watson dengan kepuasan pasien di beberapa rumah sakit
didapatkan korelasi yang positif antara 10 perilaku caring perawat Watson dengan
47
kepuasan pasien di enam negara di Eropa. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian
George (2000) yang menemukan adanya hubungan antara 10 perilaku karatif caring
yang dikemukakan oleh Watson dengan kepuasan pasien di instalasi rawat inap di
Namun pada tahun 1994, Wolf, et al, mengembangkan 5 dimensi perilaku caring
caring perawat ini dengan kepuasan pasien. Hasil penelitiannya yang berjudul
Relationship between nurse caring and patient satisfaction di dapat ada hubungan
antara lima dimensi caring dengan kepuasan pasien. Pada alpha 0,05 maka hasil uji
Hasil penelitian Rafii, et al, (2007) didapatkan hubungan yang signifikan antara
Brunai Darusalam. Hasil uji chi square menunjukkan pada alpha 0,05, variabel
Tidak jauh berbeda dengan penelitian Gurusinaga (2015) yang bertujuan untuk
mengetahui Hubungan Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien Rawat Inap RS
Adam Malik Medan tahun 2015. Hasil uji menunjukkan pada alpha 0,05, variabel
48
Professional knowledge and skill (Pv=0,008), Positive Connectednes (Pv=0,009),
49
1.5. Kerangka Teori
perilaku caring yang diharapkan dalam keperawatan dan saling berhubungan dengan
kepuasan pasien. Namun Wolf, et al (1994) membuat konsep 5 faktor caring yang
kepuasan pasien.
Dari uraian diatas, maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
50
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Kepuasan Pasien
Perilaku Caring
1. Reliabilitas
2. Ketanggapan,
1. Mengutamakan nilai-nilai 3. Kompetensi,
kemanusiaan 4. Hubungan/komunikas
5. Pengertian.
2. Menanamkan kepercayaan-
Perilaku Caring Supranto (2001)
harapan
3. Mengembangkan kepekaan diri 1. Assurance of human presence 1. Perhatian
sendiri dan orang lain 2. Respectful deference 2. Hubungan/komunikasi
3. Reliabilitas pelayanan,
4. Hubungan saling percaya dan 3. Professional knowledge and skill 4. Kemudahan,
saling membantu 4. Positive connectedness 5. Mengenal konsumen
6. Ketanggapan.
5. Ekspresi perasaan yang positif dan 5. Attentive to other’s experience
negatif (Wolf, et al, 1994) Krowinski (1996)
Parasuraman, (1999) 51
BAB III
dengan variabel dependen, yaitu kepuasan pasien. Kelima dimensi perilaku caring
experience.
bermakna antara kelima dimensi ini dengan kepuasan pasien. Selain itu,
hubungan antara kelima dimensi ini dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap
dimensi kepuasan yang telah dikemukakan oleh para ahli sebelumnya. Sehingga
pelayanan dan jasa pada saat ini. selain itu, metode servqual ini diformulasikan
berdasarkan hasil riset yang panjang dan mendalam serta cara–cara pengukuran
52
yang dapat dimengerti dengan mengukur selisih antara harapan dan kenyataan
Berikut ini merupakan kerangka konsep yang akan diteliti lebih lanjut oleh
peneliti:
Respectful deference
Kepuasan Pasien
1. Responsiveness
2. Realibility
Professional knowledge and skill 3. Assurance
4. Empathy
5. Tangibles
Positive connectedness
53
3.2 Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Independen Definisi Operasional Alat ukur dan cara Skala Hasil Ukur
Perilaku Caring pengumpulan data ukur
1 Assurance of human Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
presence perawat dalam mendatangi dan oleh responden. (untuk data terdistribusi
berinteraksi dengan responden, cara normal)/ median (untuk data
berbicara perawat, sikap mendorong tidak terdistribusi normal).
responden untuk memanggil perawat 2. Buruk jika penilaian < mean
jika dibutuhkan, kecepatan tanggapan (untuk data terdistribusi
perawat, membantu mengurangi rasa normal)/ median (untuk data
sakit responden dan memberikan obat tidak terdistribusi normal).
tepat pada waktunya (Wolf, et al, 1994).
2 Respectful deference Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
perawat dalam mendengarkan oleh responden. (untuk data terdistribusi
responden, menghormati responden, normal)/ median (untuk data
memberikan dukungan, mempersilakan tidak terdistribusi normal).
responden mengutarakan keluhannya 2. Buruk jika penilaian < mean
dan menyapa responden ( Wolf, et al, (untuk data terdistribusi
1994). normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).
54
3 Professional Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
knowledge and skill perawat dalam melakukan tindakan oleh responden. (untuk data terdistribusi
keperawatan, bersikap percaya diri, normal)/ median (untuk data
menggunakan gaya bahasa yang tidak terdistribusi normal).
sederhana dan mudah dimengerti oleh 2. Buruk jika penilaian < mean
responden (Wolf, et al, 1994). (untuk data terdistribusi
normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).
4 Positive Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
Connectedness perawat dalam meluangkan waktu oleh responden. (untuk data terdistribusi
bersama responden, memberi harapan normal)/ median (untuk data
kepada responden, memberikan tidak terdistribusi normal).
kenyamanan untuk responden dan 2. Buruk jika penilaian < mean
berinteaksi dengan responden (Wolf, et (untuk data terdistribusi
al, 1994). normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).
5 Attentive to other’s Penilaian responden mengenai perilaku Kuesioner yang diisi Ordinal 1. Baik jika penilaian ≥ mean
experience perawat dalam mengutamakan oleh responden. (untuk data terdistribusi
kepentingan responden, memiliki sikap normal)/ median (untuk data
empati, dan membiarkan responden tidak terdistribusi normal).
mengekspresikan perasaannya (Wolf, et 2. Buruk jika penilaian < mean
al, 1994). (untuk data terdistribusi
normal)/ median (untuk data
tidak terdistribusi normal).
55
No Variabel Dependen Definisi Operasional Cara ukur Skala Hasil Ukur
ukur
1 Kepuasan Pasien Penilaian responden mengenai Kuosioner yang di Ordinal 1. Puas jika nilai kenyataan ≥
pelayanan berdasarkan selisih antara isi oleh responden. nilai harapan.
harapan dengan kenyataan, yang terdiri 2. Tidak puas jika nilai
dari : kenyataan < nilai harapan.
1. Responsiveness (daya tanggap),
yaitu penilaian pasien terhadap
petugas yang siap sedia dalam
melayani dan menangani keluhan
pasien, sikap petugas dalam
menerima pasien, dan pemberian
tindakan yang tepat dan tanggap
untuk pasien (Kurnia, 2008).
56
dilakukannya tindakan (Kurnia,
2008).
57
5. Tangibles (bukti fisik), yaitu
penilaian pasien mengenai fisik
kerapihan petugas, tersenyum dalam
menerima pasien, terlihat ramah,
terlihat bersahabat, berpakaian yang
sopan dan bersih (Kurnia, 2008).
58
3.3 Hipotesis Penelitian
59
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku
caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawat tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain Cross Sectional, yaitu suatu desain penelitian untuk mempelajari
suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dan dengan suatu
pendekatan, observasi ataupun dengan pengumpulan data pada saat tertentu (point
Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan Teratai Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati. Jalan RS. Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan pada bulan Mei-Juni
2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dewasa (umur
diatas 17 tahun) yang telah menjalani perawatan di ruang rawat inap rumah sakit
selama 3 hari atau lebih di ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati tahun 2016. Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu sejumlah
pasien yang mewakili populasi yang dirawat pada ruang rawat inap teratai RSUP
60
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus jumlah
Tabel 4.1
Perhitungan Besar Sampel Minimum
Variabel P1 P2 ά (%) ß (%) N
Assurance of human 0,88 0,12 5 80 28
presence 10 24
1 37
P1 = Baik
P2 = Buruk 5 90 33
Gurusinaga (2015) 10 28
1 43
Respectful deference 0,85 0,15 5 80 28
P1 = Baik 10 24
P2 = Buruk 1 38
Gurusinaga (2015) 5 90 34
10 29
1 45
Professional knowledge 0,87 0,13 5 80 28
and skill
10 24
P1 = Baik
1 38
P2 = Buruk
Gurusinaga (2015) 5 90 34
10 29
1 44
Positive Connectedness 0,53 0,42 5 80 348
61
Variabel P1 P2 ά (%) ß (%) N
P1 = Baik 10 274
P2 = Buruk 1 518
Gurusinaga (2015) 5 90 465
10 379
1 659
Attentive to other’s 0,80 0,43 5 80 26
10 21
P1 = Baik 1 39
P2 = Buruk 5 90 35
Gurusinaga (2015) 10 38
1 49
oleh Gurusinaga, (2015) didapati pasien yang merasa tidak puas dengan caring
perawat berjumlah 0,43%. Dengan demikian perhitungan sampel pada penelitian ini
Selanjutnya peneliti mendatangi ruangan rawat inap Teratai RSUP Fatmawati dan
bertemu dengan kepala ruangan untuk memohon izin melakukan pengumpulan data.
Untuk data primer, setelah mendapat izin kepada kepala ruangan untuk
penelitian, maka peneliti juga meminta izin untuk melihat data pasien dewasa (17
62
tahun keatas) yang sudah dirawat minimal 3 hari di ruang rawat inap. Setelah data
menemui pasien yang menjadi responden pada peneltian ini. Setelah menemui
tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuisioner, kemudian responden
mendampingi responden, agar apabila ada pe rnyataan yang tidak jelas, peneliti dapat
Adapun isi kuesioner terdiri lima variabel independen (perilaku caring) yaitu:
Data sekunder di peroleh dari profil rumah sakit, Laporan IKM tahun 2015
semester 1 dan 2, Laporan tahunan RS tahun 2015 dan laporan rekam medis
tahun 2015.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diisi
oleh seluruh responden. Kuisioner penelitian terdiri dari tiga kategori data yaitu
63
1. Kuisioner data demografi
pasien rawat inap yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, status,
Caring Behavior Inventory (CBI) yang dikembangkan oleh Wolf (1986) yang
terdiri dari 33 butir pernyataan yang didasari oleh 10 faktor karatif Watson
(1979).
Respectful deference yang terdapat dalam instrumen penelitian ini terdapat pada
15, 28, 6; Professional knowledge and skill pada nomor 29, 16, 18, 27, 30, 31,
32, 12; Positive connectedness pada nomor 33, 26, 24, 17, 14, 19, 13 dan
yang ada dalam kode etik keperawatan yang telah dikeluarkan oleh PPNI
khususnya pada poin perawat dan klien yang merupakan pedoman bagi
kode etik keperawatan ini menyesuaikan dengan dimensi caring Wolf yang
64
human presence pada nomor 6 dan Professional knowledge and skill pada
nomor 12.
Tabel 4.1
Blue Print Alat Ukur Perilaku Caring Perawat
Jumlah
No Perilaku Caring Perawat No Kuesioner
pertanyaan
1 Respectful deference 1, 2, 3, 5, 7, 8, 4 7
2 Assurance of human presence 9, 10, 11, 15, 28, 6 6
3 Professional knowledge and 29, 16, 18, 27, 8
skill 30,31, 32, 12
4 Positive connectedness 33, 26, 24, 17, 14, 7
19, 13
5 Attentive to other’s experience 20, 21, 22, 23, 25 5
responden hanya memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah
1) Tidak Pernah
2) Kadang-kadang
3) Sering
4) Selalu
pada nomor 1, 6, 11, 16, 21; Reliability (keandalan) pada nomor 2, 7, 12, 17,
22; Empathy (empati) pada nomor 3, 8, 13, 18, 23; Assurance (jaminan)
pada nomor 4, 9, 14, 19, 24 dan Tangibles (bukti fisik) pada nomor 5, 10,
15, 20, 25. terdapat 25 pertanyaan dengan blue print sebagai berikut:
65
Tabel 4.2
Blue Print Alat Ukur Kepuasan Pasien
Jumlah
No Dimensi Kepuasan Pasien No Kuesioner
pertanyaan
1 Responsiveness (daya 1, 6, 11, 16, 21, 5
tanggap)
2 Reliability (keandalan), 2, 7, 12, 17, 22 5
3 Empathy (empati), 3, 8, 13, 18, 23 5
4 Assurance (jaminan) 4, 9, 14, 19, 24 5
5 Tangibles (bukti fisik). 5, 10, 15, 20, 25 5
yang tersedia berupa: (1) sangat tidak puas, (2) tidak puas, (3) puas, (4)
berupa: (1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3) penting, (4) sangat
kesamaan karakteristik, yaitu pasien yang dewasa (usia diatas 17 tahun) yang dirawat
lebih dari 3 hari. Uji coba kuesioner ini dilakukan untuk menguji validitas dan
66
Tabel 4.3
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner
Variabel Jumlah Cronbach’s r tabel Keputusan
Pertanyaan Alpha
Kepuasan Pasien 25 0,838 0,361 Reliabel
Assurance of human 7 0,774 0,361 Reliabel
presence
Respectful deference 6 0,668 0,361 Reliabel
Professional knowledge 8 0,819 0,361 Reliabel
and skill
Positive connectedness 7 0,859 0,361 Reliabel
Attentive to other’s 5 0,691 0,361 Reliabel
experience
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Kuesioner
Variabel Pertanyaan r hitung r tabel Keputusan
Perilaku Assurance IA1 0,393 0,361 Valid
Caring of human IA2 0,535 0,361 Valid
Perawat presence IA3 0,717 0,361 Valid
IA4 0,617 0,361 Valid
IA5 0,810 0,361 Valid
IA6 0,628 0,361 Valid
IA7 0,624 0,361 Valid
Respectful IB1 0,515 0,361 Valid
deference IB2 0,367 0,361 Valid
IB3 0,787 0,361 Valid
IB4 0,816 0,361 Valid
IB5 0,575 0,361 Valid
IB6 0,483 0,361 Valid
Professiona IC1 0,705 0,361 Valid
l knowledge IC2 0,489 0,361 Valid
and skill IC3 0,659 0,361 Valid
IC4 0,453 0,361 Valid
IC5 0,567 0,361 Valid
IC6 0,468 0,361 Valid
IC7 0,439 0,361 Valid
IC8 0,699 0,361 Valid
67
ID5 0,698 0,361 Valid
ID6 0,761 0,361 Valid
ID7 0,705 0,361 Valid
Attentive to IE1 0,432 0,361 Valid
other’s IE2 0,642 0,361 Valid
experience IE3 0,662 0,361 Valid
IE4 0,571 0,361 Valid
IE5 0,639 0,361 Valid
Kepuasan Responsiven DA1 0,437 0,361 Valid
Pasien ess DA2 0,383 0,361 Valid
DA3 0,437 0,361 Valid
DA4 0,508 0,361 Valid
DA5 0,563 0,361 Valid
Reliability DB1 0,701 0,361 Valid
DB2 0,506 0,361 Valid
DB3 0,428 0,361 Valid
DB4 0,757 0,361 Valid
DB5 0,670 0,361 Valid
Empathy DC1 0,513 0,361 Valid
DC2 0,643 0,361 Valid
DC3 0,789 0,361 Valid
DC4 0,462 0,361 Valid
DC5 0,462 0,361 Valid
Assurance DD1 0,461 0,361 Valid
DD2 0,541 0,361 Valid
DD3 0,478 0,361 Valid
DD4 0,370 0,361 Valid
DD5 0,522 0,361 Valid
Tangibles DE1 0,787 0,361 Valid
DE2 0,515 0,361 Valid
DE3 0,392 0,361 Valid
DE4 0,392 0,361 Valid
DE5 0,599 0,361 Valid
Dari Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan memiliki nilai r hitung
melebihi ukuran r tabel 0,361. Sehingga keputusannya adalah seluruh pertanyaan
penelitian adalah valid.
68
1. Menyunting data (data editing).
dahulu, untuk memastikan data tersebut layak diolah lebih lanjut. Adapun data
kuesioner utuh dan tidak ada yang terlepas atau hilang. Setelah proses
diperiksa. Jika ternyata pada data-data tersebut ada data-data tersebut ada yang
kurang atau data yang salah, maka akan kembali ditanyakan kepada responden
penelitian.
lembar kuesioner. Sehingga pada saat proses pemasukan data (entry data)
dilakukan:
69
Tabel 4.5
Kode Instrumen Penelitian
Kode Variabel Kode Nomor Kuesioner
nomor
IA (Independen Respectful IA 1 – IA 7 1, 2, 3, 5, 7, 8, 4
deference)
IB (Independen Assurance of IB 1-IB 6 9, 10, 11, 15, 28, 6
human presence)
IC (Independen Professional IC 1- IC 8 29, 16, 18, 27,
knowledge and skill) 30,31, 32, 12
ID (Independen Positive ID 1- ID7 33, 26, 24, 17, 14,
connectedness) 19, 13
IE (Independen Attentive to IE 1- IE5 20, 21, 22, 23, 25
other’s experience)
Kepuasan DA (Dependen DA 1- DA 5 1, 6, 11, 16, 21,
Pasien. Responsiveness)
DB (Dependen DB 1- DB 5 2, 7, 12, 17, 22
Reliability)
DC (Dependen DC 1- DC 5 3, 8, 13, 18, 23
Empathy)
DD (Dependen DD 1- DD 5 4, 9, 14, 19, 24
Assurance )
DE (Dependen DE 1- DE 5 5, 10, 15, 20, 25
Tangibles)
diberi kode 0, dan untuk non kasus diberi kode 1. Adapun pengkodean
a. Kepuasan Pasien: 0 = tidak puas, jika nilai kenyataan < nilai harapan.
b. Perilaku caring perawat: 0 buruk, jika skor < mean atau median. 1
70
kategori, dengan kategori 3 berupa netral. Namun dalam penelitian ini hanya
dan skor terendah (jawaban tidak pernah denan kode 1) adalah 33.
2) Kepuasan Pasien
dan kenyataan. Skor paling tinggi pada tiap item pernyataan kepuasan
negatif maka akan diberi kode 0 yang artinya tidak puas, dan jika skor
positif (termasuk 0), maka akan diberi kode 1 yang artinya pasien merasa
puas.
4. Entry.
Pada data tahap ini, data-data dimasukkan dalam program perangkat lunak
komputer. Data dari kuesioner dimasukkan dengan bantuan software EPI data,
5. Cleaning
71
Data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data
Jika tahapan ini sudah selesai, maka tinggal dilakukan analisis data sesuai
variabel. Adapun tujuan analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk
independen.
72
BAB V
HASIL PENELITIAN
(tiga belas) Rumah Sakit Perusahaan Jawatan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Jakarta Selatan.
rumah sakit yang melayani secara terpadu dan holistik berbasis penelitian dengan
sakit sebagai institusi pemerintah yang dikelola secara efektif dan efisien.
Dengan demikian rumah sakit akan mampu memberikan pelayanan yang bermutu
Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Intensif, Instalasi Kebidanan
73
RSUP Fatmawati terletak dilahan seluas 133.993 m2 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 5.1
Kondisi Umum RSUP Fatmawati
No Keterangan Kondisi RSUP Fatmawati
1 Jumlah lantai bangunan 83 lantai
2 Luas lantai bangunan 57.391 m2
3 Kapasitas parker 339 mobil dihalaman
4 Jumlah kamar/tempat tidur total 750 tempat tidur
5 Jumlah karyawan
a. Pegawai Negeri Sipil 1.720
b. Pegawai BLU Non PNS 203
c. Kontrak/PTT 379
6 Pasien rawat jalan 1.400 – 1.500 orang/hari
Berawal dari gagasan Ibu Fatmawati Soekarno yang saat itu sebagai ibu
Negara Republik Indonesia untuk mendirikan Rumah Sakit Tuberkulose bagi anak-
anak, baik untuk perawatan maupun tindakan rehabilitasinya maka pada tanggal 30
Oktober 1953 ibu Fatmawati menggalang dana sebagai modal pertama pendirian
gedung Rumah Sakit TBC anak–anak dimulai dengan peletakan batu pertama pada
pembiayaan dan pemeliharaan rumah sakit dilaksanakan oleh dan dengan anggaran
Departemen Kesehatan R.I. Keputusan ini mulai berlaku tanggal 15 April 1961, dan
74
Atas usulan Dr. R. Soehasim selaku Direktur kepada ibu Fatmawati Soekarno,
maka pada tanggal 23 Mei 1967 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan
perubahan nama RSU Ibu Soekarno menjadi R.S. Fatmawati sekaligus pemberian
nama Jalan R.S. Fatmawati. Di tahun 2010, RSUP Fatmawati ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Kelas A Pendidikan dan berhasil mendapatkan status Akreditasi Penuh
5.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
Visi
2019”
Misi
terintegrasi.
5.1.3. Falsafah dan Nilai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
75
5.1.4. Tujuan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
2. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang
5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh SDM RS.
76
5.1.1.6. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati
Bagan 5.1 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati tahun 2016
77
5.2 Uji Univariat
Variabel kepuasan pasien dikategorikan menjadi dua yaitu puas dan tidak
Tabel 5.2
Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Anggrek
RSUP Fatmawati tahun 2016
No Kepuasan Pasien Jumlah Persentase
1 Tidak Puas 30 37%
2 Puas 51 63%
Total 81 100%
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat diketahui 37% pasien merasa tidak puas
lima dimensi kepuasan pasien. Hasil pengukuran kelima dimensi tersebut dapat
Tabel 5.3
Hasil Pengukuran Lima Dimensi Kepuasan Pasien
NO KEPUASAN PASIEN KATEGORI N %
Tidak Puas 15 18,5
Responsiveness
1 Puas 66 81,5
Total 81 100
Tidak Puas 34 42
Reliability
2 Puas 47 58
Total 81 100
Tidak Puas 23 28,4
Empathy
3 Puas 58 71,6
Total 81 100
4 Assurance Tidak Puas 18 22,2
78
NO KEPUASAN PASIEN KATEGORI N %
Puas 63 77,8
Total 81 100
Tidak Puas 22 27,2
Tangible
5 Puas 59 72,8
Total 81 100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui pasien yang merasa tidak puas dengan
baik dan buruk yang dikategorikan berdasarkan nilai median. Hal ini dilakukan
karena data perilaku caring perawat tidak terdistribusi normal. Adapun hasil yang
Tabel 5.4
Gambaran Perilaku Caring Perawat di Ruang Perawatan Anggrek
RSUP Fatmawati tahun 2016
No Perilaku Caring Jumlah Persentase
1 Buruk 29 35,8%
2 Baik 51 64,2%
Total 81 100%
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, dapat diketahui 35,8% pasien menilai perilaku
caring perawat buruk. Adapun perilaku caring perawat diukur berdasarkan lima
dimensi perilaku caring. Hasil pengukuran kelima dimensi tersebut dapat dilihat
79
Tabel 5.5
Indikator Penilaian Perilaku Caring Perawat
NO PERILAKU CARING KATEGORI N %
Assurance of human Buruk 22 27,2
1 presence Baik 59 72,8
Total 81 100
Buruk 16 19,8
Respectful deference
2 Baik 65 80,2
Total 81 100
Professional knowledge and Buruk 15 18,5
3 skill Baik 66 81,5
Total 81 100
Buruk 19 23,5
Positive connectedness
4 Baik 62 76,5
Total 81 100
Attentive to other’s Buruk 22 27,2
5 experience Baik 59 72,8
Total 81 100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui pasien yang menilai perilaku caring
80
5.3 Uji Bivariat
di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square.
Tabel 5.6
Hubungan Assurance of human presence dengan Kepuasan Pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016
Kategori
Kategori Kepuasan Pasien
Assurance of Total P-value
Tidak Puas Puas
human presence
N % N % N %
Buruk 15 68,2 7 31,8 22 100
0,001
Baik 15 25,4 44 74,6 59 100
Assurance of human presence buruk, sebanyak 68,2% merasa tidak puas terhadap
Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Pada alpha 0,05, dapat
tahun 2016.
81
5.3.2 Hubungan Respectful deference dengan Kepuasan Pasien
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square. Untuk
Tabel 5.7
Hubungan Respectful deference dengan Kepuasan Pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016
Kategori
Kepuasan Pasien
Kategori
Total P-value
Respectful deference Tidak Puas Puas
N % N % N %
Buruk 11 68,8 5 31,2 16 100 0,008
Baik 19 29,2 46 70,8 65 100
Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,008. Pada alpha 0,05, dapat
dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.
82
5.3.3 Hubungan Professional knowledge and skill dengan Kepuasan Pasien
Pasien di ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-
square. Untuk melihat hubungan antara Professional knowledge and skill dengan
Tabel 5.8
Hubungan Professional knowledge and skill dengan Kepuasan Pasien di
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016
Kategori
Kategori Kepuasan Pasien
Professional Total P-value
Tidak Puas Puas
knowledge and skill
N % N % N %
Buruk 10 66.7 5 33,3 15 100 0,016
Baik 20 30,3 46 69,7 66 100
Professional knowledge and skill buruk, sebanyak 66,7% merasa tidak puas
knowledge and skill baik, sebanyak 30,3% merasa tidak puas terhadap
pelayanan.
Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,016. Pada alpha 0,05, dapat
and skill dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati
tahun 2016.
83
5.3.4 Hubungan Positive connectedness dengan Kepuasan Pasien
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square. Untuk
Tabel 5.9
Hubungan Positive connectedness dengan Kepuasan Pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016
Kategori
Kepuasan Pasien
Kategori
Total P-value
Positive connectedness Tidak Puas Puas
N % N % N %
Buruk 13 68,4 6 31,6 19 100 0,002
Baik 17 27,4 45 72,6 62 100
Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Pada alpha 0,05, dapat
dengan kepuasan pasien di ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.
84
5.3.5 Hubungan Attentive to other’s experience dengan Kepuasan Pasien
ruang perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016 dilakukan uji chi-square.
Tabel 5.10
Hubungan Attentive to other’s experience dengan Kepuasan Pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016
Kategori
Kategori Kepuasan Pasien
Attentive to other’s Total P-value
Tidak Puas Puas
experience
N % N % N %
Buruk 14 63,6 8 36,4 22 100 0,004
Baik 16 27,1 43 72,9 59 100
other’s experience buruk, sebanyak 63,6% merasa tidak puas terhadap pelayanan.
Dari hasil statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Pada alpha 0,05, dapat
tahun 2016.
85
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bias karena variabel perilaku caring
sehingga hasilnya sangat subjektif. Namun peneliti telah berupaya agar data
responden kurang mengerti atau jika ada pertanyaan, maka peneliti dapat
2. Hasil penelitian ini dapat tidak sesuai dengan harapan peneliti karena
responden penelitian adalah pasien yang sedang sakit. Kondisi pasien yang
tidak sehat atau merasa terganggu berisiko terdapatnya jawaban yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jika hal ini terjadi, maka hasil
86
6.2. Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Teratai Rumah Sakit
rumah sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Pasien akan
senantiasa mengevaluasi produk maupun jasa yang telah diterimanya dari rumah
sakit. Dari hasil evaluasi ini akan menghasilkan perasaan puas ataupun tidak puas.
merupakan aspek yang paling menonjol dalam tingkat operasional pelayanan rumah
sakit. Menurut Supranto (2001), bila pelanggan tidak puas maka dia akan
Kepuasan adalah perasaan senang atau tidak senang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa
dengan harapan-harapan (Kotler, 1997). Hal ini juga disepakati oleh Sumarwan
(2003) yang menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan
oleh seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome
sedangkan 30 responden lainnya merasa tidak puas (37%). Jika dibandingkan dengan
standar kepuasan rawat inap yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, maka kepuasan
pasien masih berada di bawah standar. Rumah sakit membuat target pencapaian
kepuasan pasien yaitu 85%. Jika dibandingkan dengan indikator standar pelayanan
minimal, maka kepuasan pasien di RSUP Fatmawati masih tergolong rendah, karena
dalam SPM, Pemerintah menargetkan kepuasan pelayanan rawat inap adalah >90%.
87
Rendahnya kepuasan pasien ini terjadi karena terdapat kesenjangan antara lima
kenyataan dengan harapan terhadap lima dimensi kepuasan pasien. Sebanyak 15 dari
assurance (jaminan pelayanan), dan 16 dari 22 pasien (27,2%) tidak puas terhadap
pasien terjadi akibat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang
reliability.
pelanggan (pasien) dan menyediakan jasa / pelayanan yang cepat dan tepat.
kapan saja terhadap pasien, untuk itu petugas harus melakukan segala sesuatu dengan
cepat dan tepat. Pada penelitian yang dilakukan Rahmulyono (2008) menyatakan
tersebut maka pasien merasa terabaikan dan tidak puas dengan pelayanan
88
keperawatan yang diterimanya. Menurut Tjiptono (2011), respon perawat yang
tanggap terhadap setiap keluhan dan keinginan pasien dengan cepat dan sesuai
standar pelayanan yang ditetapkan, akan meningkatkan rasa puas kepada pasien yang
responden adalah pada petugas tanggap melayani pasien, yaitu sebanyak 28% atau
20 orang. Hal ini sesuai dengan Sarafino (1998) mengungkapkan bahwa pasien
sering kali mendapatkan pengalaman negatif baik berupa perilaku perawat yang
tergesa-gesa, tidak sensitif, kurang tanggap atau tidak mampu menjelaskan masalah-
masalah medis.
responsiveness ini, didapat bahwa pelayanan serta penanganan keluhan belum cepat
station untuk memanggil suster atau perawat, namun beberapa kali harus menunggu
lama dan harus memanggil untuk kedua bahkan ketiga kalinya untuk menyelesaikan
permasalahan seperti cairan infus kosong, jarum infus lepas ataupun masalah-
tempat tidur tiap ruang adalah 60 unit. Selama dua tahun terakhir, menurutnya
tempat tidur diruang teratai sangat jarang kosong, jika ada yang kososng pasti
langsung diisi oleh pasien baru. Bahkan ada yang mengantri demi mendapatkan
tempat tidur di ruang perawatan ini. Dengan demikian, jumlah tempat tidur yang ada
89
Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979 mengenai perhitungan
kebutuhan tenaga berdasarkan perbandingan antara jumlah tempat tidur dengan jenis
kategori tenaga tertentu, disebutkan bahwa perbandingan antara jumlah tempat tidur
dengan jumlah perawat untuk rumah sakit tipe A seperti RSUP Fatmawati adalah 4-
Jumlah perawat yang shift untuk pagi dan siang adalah 7 perawat. Jumlah
tempat tidur yang tersedia sebanyak 60 unit. Dengan demikian perkiraannya adalah
satu perawat akan bertugas untuk 8-10 orang yang artinya melebihi standar yang
telah ditentukan. Sedangkan shift malam perawat yang berjaga lebih sedikit, yaitu
hanya 5 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur, maka satu
perawatnya akan bertugas untuk 12 orang. Hal ini dapat meningkatkan beban kerja
perawat. Hasil penelitian Minarsih (2011) menyebutkan bahwa jumlah tenaga yang
pasien, namun juga administrasi yang mengerjakan pencatatan dan pelaporan pasien.
perilaku caring tinggi rata rata beban kerjanya lebih sedikit dan perawat dengan
perawat. Timbulnya emosi dari perawat akan mempengaruhi dimensi lain seperti
empati.
90
2. Empathy
dan memahami kebutuhan pelanggan. Philip Kolter 1994 dalam Supranto (2001)
perhatian pribadi bagi pelanggan yang mendatanngkan hubungan baik antar pasien
dan perawat.
Pasien yang merasa tidak puas dengan dimensi empathy yaitu 20 responden
empati adalah karena pasien banyak yang merasa petugas jarang memperhatikan
sembuh serta terkadang beberapa petugas bersikap kurang ramah terhadap pasien.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Damayanti (2000), yang menyebutkan
bahwa empati dipengaruhi oleh sikap petugas yang ramah dan mengerti terhadap
kebutuhan pasien, serta senantiasa menyemangati pasien untuk segera sembuh dari
sakitnya. Hal ini menandakan bahwa empati sangat bergantung pada komunikasi
Pelayanan profesional yang diberikan oleh perawat dalam sebuah rumah sakit
membuat perawat sering berinteraksi dengan pasien. Oleh karena itu, seharusnya
perawat dapat menjalin komunikasi yang baik dengan pasiennya dan tidak hanya
sekedar melakukan tugas rutin, seperti memberi obat atau memandikan pasiennya
91
dalam membentuk hubungan dan situasi perawatan yang baik antara lain ditentukan
sama.
kurang diberi pemahaman terkait dengan pasien sebagai manusia. Perawat lebih
banyak dididik untuk sekedar melaksanakan tugas dari dokter dan kurang
melakukan komunikasi dengan pasien. Komunikasi yang kurang baik antara perawat
yang kecil dapat memperburuk citra rumah sakit dan akan menimbulkan kerugian
Sumarwan (2003).
terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan koping terhadap stres
ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi (r xy ) sebesar 0,731 (p < 0,05) yang
artinya semakin tinggi kemampuan koping terhadap stres maka semakin tinggi pula
terhadap stres maka semakin rendah pula kemampuan empati perawat. Berdasarkan
(1998) dalam Munir (2006) menyebutkan salah satu faktor yang mempengaruhi
92
kemampuan empati adalah temperamen dan kepribadian, termasuk di dalamnya
adalah pengaturan emosi yang merupakan bagian dari kemampuan koping terhadap
stres.
Menurut Damon (1998) Munir (2006), terjadinya stres adalah akibat dari adanya
stresor atau pemicu stres. Banyaknya pekerjaan serta tuntuan bagi seorang perawat
dapat menjadi salah satu pemicu perawat untuk stres. Hal ini kembali lagi ke beban
belum sesuai dengan standar. Namun hal itu terjadi karena beberapa kendala seperti
pembatasan jumlah tenaga dan keterbatasan kemampuan rumah sakit dalam hal
anggaran. Namun menurut koordinator bagian kepegawaian ini, hal ini dapat diatasi
karena RSUP Fatmawati juga mewadahi para peserta didik dari berbagai institusi
untuk bekerjasama dalam merawat pasien. Hal ini membantu rumah sakit dalam
3. Reliability
melaksanakan jasa atau pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat, tepat dan
Rahmulyono (2008), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan adalah
mutu informasi yang diterima seperti apa yang dikerjakan dan apa yang dapat
diharap.
93
Hasil statistik menyebutkan kepuasan pasien dimensi realibility masih rendah,
yaitu sebanyak 34% pasien tidak puas. Banyak pasien yang tidak puas dengan
petugas dan pelayanan yang tidak tepat waktu sesuai dengan yang di janjikan. Hal
ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh Astuti (2003) kepuasan pasien di
Rumah Sakit Orthopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta yang menunjukkan bahwa
pada dimensi reliability adalah dimensi paling rendah diantara yang lainnya, yaitu
hanya 43% pasien yang puas. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Ryan
(2009), bahwa sebanyak 48,6% responden menyatakan tidak puas dengan dimensi
realibility.
termasuk kategori rendah adalah petugas dan pelayanan yang sering tidak tepat
waktu sesuai dengan yang telah di janjikan. Auliya (2006) menyebutkan bahwa
jadwal yang tidak pasti membuat costomer atau klien merasa kecewa, kekecewaan
Hasil penelitian Carey dan Posavar (1982) dalam Wijaya (2011) tentang
persepsi terhadap kemampuan perawat, respon yang cepat terhadap keluhan pasien
dan jawaban yang jelas bila pasien mengajukan pertanyaan (Wijaya, 2011).
94
4. Assurance
Hasil penelitian menunjukkan pasien yang merasa tidak puas dengan dimensi
assurance yaitu 15 responden (18,5%). Ketidakpuasan ini karena masih ada pasien
informasi dengan baik dan memiliki pengetahuan yang memadai demi terjaminnya
Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Juga
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Selain itu
tercantum dalam pasal 32 undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
95
Secara umum pasien di ruang perawatan Anggrek RSUP Fatmawati sudah puas
(63,6%).
5. Tangible
penampilan fisik, peralatan, penampilan karyawan dan sarana komunikasi yang ada.
Dimensi ini merupakan dimensi yang pertama kali disadari oleh pelanggan dan
menjadi hal paling penting, kekurangan atau keburukan dari dimensi ini akan cepat
terlihat (Moenir, 2002). Perawat dengan penampilan yang bersih, seragam yang
diharapkan mampu mengubah suasana hati pasien (Gunarsa, 1995). Menurt Philip
Hasil penelitian menunjukkan didapat pasien yang merasa tidak puas dengan
dimensi tangible yaitu 22 responden (27%), ketidakpuasan ini berdasarkan hasil skor
minus pada pernyataan RS memiliki ruang tunggu & ruang perawatan yang cukup
baik siang maupun malam sehingga menjadikan pasien tidak nyaman. Ada pula
kamar yang memiliki kipas angin di langit-langit kamar, namun posisinya berada
dibawah lampu. Sehingga kipas yang bergerak menghalangi cahaya lampu dan
96
mengakibatkan efek bayangan yang bergerak didalam ruangan. Beberapa pasien
merasa pusing karena bayangan kipas angin ini. Padahal menurut Supranto (2015)
Dari kelima dimensi kepuasan pasien ini, perlu adanya upaya untuk
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien yang cocok di institusi
rumah sakit adalah Penerapan Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah
kebutuhan dan harapan tersebut. Dengan QFD, operasional perusahaan didorong oleh
suara pelanggan dan bukan oleh perintah manajemen ataupun opini/keinginan dari
para ahli. Penggunaan QFD berfokus pada penyebab-penyebab utama kepuasan serta
selama ini rumah sakit sudah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan meningkatkan kepuasan konsumen, termasuk QFD. Usaha yang telah
sms pengaduan, survei kepuasan tiap semester hingga pelatihan service exellence
yang dilakukan tiap tahunnya untuk perawat baru. Menurutnya pencapaian kepuasan
pasien hampir pada angka 70% sudah merupakan prestasi besar mengingat fatmawati
97
adalah rumah sakit yang tidak pernah sepi pengunjung yang tentunya memiliki
asuhan keperawatan dengan didasari oleh perilaku caring perawat (Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik DepKes RI, 2008). Caring secara umum dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan
waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan dan merupakan esensi dari profesi keperawatan (Wiyana, 2008).
Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai
orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan
menghargai setiap manusia. Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan
mempunyai perilaku kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian
98
Perawat merupakan tokoh penting dalam perawatan pasien dan berinteraksi
dengan pasien lebih sering daripada tokoh kesehatan lainnya, Perawat memiliki
kepedulian dan peran yang besar (Sunaryo, 2004). Perawat hadir 24 jam sehari
selama 7 hari dalam seminggu. Oleh karena itu perawat memiliki dampak yang
(Gunarsa, 2003).
Setelah dilakukan uji statistik mengenai perilaku caring perawat dirawat ruang
rawat inap ruang Teratai RSUP Fatmawati diperoleh bahwa penilaian perilaku caring
perawat buruk yaitu sebesar 26% dan perilaku caring baik sebesar 74%. Hal ini
penelitian yang dikukan Damayanti (2000), bahwa perilaku caring perawat hanya
53,3%. Angka tersebut menunjukkan prestasi yang baik dari perawat dengan
peningkatan mencapai 20%. Hal ini menandakan kelima dimensi caring perawat
telah dilakukan dengan baik oleh seluruh perawat di ruang perawatan Anggrek RSUP
Fatmawati.
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, didapat bahwa dimensi caring
dikategorikan buruk dengan persentase 73%, dan profesional skill and knowladge
99
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaur, et al.,
(2015) di beberapa rumah sakit pemerintah Malaysia, didapat bahwa dimensi caring
dikategorikan baik dengan persentase 81%, dan profesional skill and knowladge
Hasil analisis data mengenai perilaku caring perawat di ruang teratai RSUP
Fatmawati ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al (1998)
didapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 203.92 (SD = 34,35) berada
data bahwa rata-rata perilaku caring 4.9 (SD=0.8) berada pada kategori baik, dengan
ketentuan rentang skor 1–6. Penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian
100
6.4. Hubungan Assurance of human presence dengan Kepuasan Pasien
Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti mendatangi dan berinteraksi
dengan pasein, cara berbicara perawat, sikap mendorong pasein untuk memanggil
sakit pasein dan memberikan obat tepat pada waktunya (Wolf, et al, 1994).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Thiroux (1990) dalam Potter & Perry (2005) yang
menghargai dirinya sendiri dan orang lain termasuk kehidupan dan kematian.
Kehidupan adalah hak dasar yang dimiliki oleh semua manusia dan merupakan
sesuatu yang berharga bagi manusia, oleh karena itu perawat diwajibkan untuk
kuantitas maupun secara kualitas. Tindakan ini juga berarti menghargai perbedaan
dan keunikan klien sebagai individu. Hal ini dapat dilakukan perawat jika perawat
kebutuhan manusia.
Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya
ada hubungan antara Assurance of human presence dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
101
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan
Pvalue (0,003) < alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat
presence dengan kepuasan pasien dengan nilai Pvalue 0,036< alpha 0,05.
Dari hasil statistik pada dimensi Assurance of human presence terdapat 26%
(17 dari 81 pasien) menilai perawat masih belum berperilaku baik. Hal ini karena
beberapa pasien merasa perawat tidak selalu mendatangi dan berinteraksi dengan
pasien, kurang berbicara dengan tutur yang sopan dan baik, jarang mendorong dan
mempersilakan pasien untuk memanggil jika ada masalah, dan kurang menanggapi
panggilan pasien.
Ketidakpuasan pasien pada dimensi ini sesuai dengan hasil penelitian Malini
didapati perawat masih kurang ramah dalam melayani pertanyaan dari klien,
berperilaku tidak bersahabat dan jarang tersenyum ini berarti masih didapati perawat
Begitu juga dengan hasil pengamatan suwardi (2008) terhadap komunikasi terapeutik
di beberapa rumah sakit Jawa Tengah yang menemukan masih banyak perawat yang
ketus dan cenderung agak kasar kepada pasien. Padahal menurut Valentine (1997)
dalam Malini (2009) menyatakan pilihan klien dalam mencari pusat pelayanan
102
kesehatan. Jika pasien kecewa terhadap sikap petugas, maka akan menimbulkan
keperawatan, bersikap percaya diri, menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh pasein (Wolf, et al, 1994). Achmad (2000) dalam Hartati
terhadap petugas. Keyakinan ini akan timbul ketika pasien melihat dan merasakan
profesinya, ahli, menguasai, tangkas dan penuh percaya diri dalam melakukan
prosedur perawatan, perawat diharapkan serius dalam bekerjanya, periang tetapi jelas
tulus merawatnya.
perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal pengetahuan dan keterampilan
memberikan suntikan, infus, dan lain-lain, selalu bersikap percaya diri dengan
pasien, selalu menggunakan gaya bahasa yang lembut terhadap pasien, menjelaskan
tindakan medis yang akan dilakukan, mengelola peralatannya secara terampil, selalu
103
Namun, masih ada perawat yang tidak puas dengan perawat yang jarang
persentase 31% atau 21 orang. Padahal salah satu hak pasien berdasarkan pasal 52
medis.
Gaffar (1999) dalam Hartati (2011) menyebutkan bahwa salah satu fungsi dari
adalah pasien atau keluarga pasien harus tau rencana keperawatan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Ryan (2009) menyebutkan
(1985) menyebutkan bahwa salah satu dimensi kepuasan pasien adalah assurance.
Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya
ada hubungan antara professional knowledge and skill dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa semakin baik professional knowledge and skill perawat
Pvalue (0,01) < alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat
skill dengan kepuasan pasien dengan nilai Pvalue 0,031< alpha 0,05.
104
Arquiza (1997) dalam Gurusinaga (2015) menyebutkan bahwa perawat yang
individu yang unik dan menganggap bahwa klien berhak mendapatkan perlakuan
dan lain-lain. Pendapat ini diperkuat oleh Potter & Perry (2005) yang menyatakan
bahwa hubungan caring yang terbentuk antara klien dan perawat membantu perawat
untuk lebih mengenal klien secara individu yang unik sehingga perawat dapat
Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti meluangkan waktu bersama
pasein, memberi harapan kepada pasein, memberikan kenyamanan untuk pasein dan
perawat. Positive connectedness adalah suatu kondisi dimana terjadi koneksi atau
keterhubungan antara dua orang atau lebih yang disebabkan adanya komunikasi yang
2010).
perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal menciptakan hubungan yang
positif. Perawat dan pasien dalam hubungannya didasarkan atas saling percaya
105
mengarahkan kekuatan yang ada semaksimal mungkin untuk mempertahankan
Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan Pvalue (0,001)
< alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat dengan kepuasan
pasien. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Gurusinaga (2015) yang
baik antara perawat dan pasien harus senantiasa dapat dipertahankan dan perawat
harus selalu memberikan perhatian yang cukup kepada pasien secara pribadi
memberikan keterangan sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh
Hasil penelitian tentang positive connectedness ini secara umum sudah baik,
karena pasien mempercayai perawat, perawat selalu bersikap sabar atau tidak kenal
lelah terhadap pasien, perawat sering bercanda dengan pasien, pasien merasa nyaman
untuk berbicara kepada perawat, perawat memberikan harapan pasien untuk sembuh
Namun, masih ada beberapa pasien yang belum puas karena mereka menilai
perawat jarang perawat yang meluangkan waktu dengan pasien, yaitu sebanyak 18%
atau 12 orang. Hal ini karena pasien merasa perawat hanya menjalankan tugas saja
kemudian pergi.
106
Hasil diskusi peneliti dengan kepala ruangan anggrek, diketahui bahwa
pekerjaan yang lain, juga karena motivasi untuk menjalankan caring itu sendiri. Hal
ini terlihat dari observasi peneliti di ruang anggrek, ketika ada panggilan pasien di
seharusnya pasien adalah prioritas utama dari profesi keperawatan. Hal ini
menandakan keinginan perawat untuk berperilaku caring masih kurang dan tidak
didasari dari hati perawat tersebut. Hasil penelitian Indrastuti (2010) menyebutkan
bahwa perilaku caring perawat berasal dari dalam hati perawat itu sendiri. Menurut
interpersonal yang baik antara perawat dengan pasien, perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya, sehingga akan tercapai pelayanan keperawatan yang baik dan
berkualitas (Darlington, et al, 2011). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Sobirin (2006) menyebutkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara
terdiri dari aktivitas mengutamakan kepentingan pasein, memiliki sikap empati, dan
Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya
107
ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Wolf, et al (1998) didapatkan Pvalue (0,029) < alpha (0,05) yang
berarti adanya hubungan antara caring perawat dengan kepuasan pasien. Begitupula
hubungan antara attentive to other’s experience dengan kepuasan pasien dengan nilai
perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal perhatian terhadap yang dialami
orang lain. Hasil penelitian tentang perilaku caring perawat ini terdapat pada
tindakan perawat yang mayoritas selalu menjadikan pasien sebagai prioritas utama,
Namun, dari wawancara peneliti dengan pasien diketahui bahwa masih ada
beberapa pasien yang merasa tidak puas dengan dengan attentive to other’s
experience ini. Pasien menilai bahwa perawat sangat jarang datang dan bertanya
mengenai keadaannya. Menurut mereka justru profesi dokter yang lebih dekat dan
sering bertanya mengenai pengalaman mereka ini. Sedangkan perawat hanya datang
sekedar memeriksa tensi, cek infus, menyuntik dan sebagainya, sehingga beberapa
pasien mengaku enggan untuk bertanya kepada perawat yang sedang bertugas.
experience buruk terdapat pada pernyataan perawat memiliki sikap empati terhadap
pasien yaitu sebanyak 18% atau 12 orang. Menurut beberapa pasien yang
108
diwawancarai, perawat kurang peka dan kurang paham keinginan dan kebutuhan
pasien. Diantaranya ada yang mengaku sudah meminta perawat untuk menggannti
cairan infus yang habis, namun perawat tidak segera menggantinya. Beberapa
diantara pasien juga mengaku ketika sudah dipasang cairan infus, beberapa kali
jarum terlepas bahkan berdarah, setelah keluarga pasien melapor ke nurse station,
menandakan perawat belum merasa peduli dan paham akan kebutuhan pasien.
Peduli dan paham kebutuhan pasien bahkan tanpa harus ada keluhan atau aduan dari
klien merupakan salah satu bentuk dari sikap empati (Supranto, 2015).
Philip Kolter 1994 dalam Supranto (2015) bahwa empati (emphaty) merupakan
syarat untuk peduli (caring), memberi perhatian pribadi bagi pelanggan yang
Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti bersikap mendengarkan pasein,
2015).
Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) < alpha 0,05. Artinya
perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
109
pelayanan keperawatan kepada pasien maka tingkat kepuasan pasien terhadap
Pvalue (0,005) < alpha (0,05) yang berarti adanya hubungan antara caring perawat
perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal menanggapi pasien dengan rasa
hormat. Namun masih ada beberapa pasien yang tidak puas terhadap perilaku
perawat pada dimensi ini. Hal ini terjadi karena beberapa pasien merasa perawat
Hasil penelitian tentang perilaku caring perawat ini sejalan dengan teori
keperawatan yang diterbitkan oleh Watson (1979), The Phylosophy and Science of
yang tidak diturunkan melalui genetika, tetapi dipelajari melalui pendidikan sebagai
bukan merupakan suatu hal yang unik tetapi caring merupakan suatu bentuk
pendekatan seni dan ilmu dalam merawat klien yang merupakan sentral praktik
keperawatan, dan juga merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana
110
perawat bekerja untuk lebih meingkatkan kepeduliannya terhadap pasien. (Watson,
1979).
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan caring tidak serta akan dapat membuat
perawat berperilaku caring lebih baik, oleh karena itu perlu adanya upaya dengan
melalui supervisi dan pembinaan serta role model yang baik dari atasan dalam
berperilaku caring. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sutriyanti (2009) untuk melihat pengaruh pelatihan perilaku caring perawat terhadap
kepuasan pasien dan keluarga yang mendapatkan hasil bahwa adanya perbedaan
yang bermakna pada kepuasan pasien antara kelompok perawat yang diberi
dilakukan oleh Supriatin (2009) yang menyatakan ada hubungan antara faktor
organisasi dengan perilaku caring perawat, dalam hal ini faktor kepemimpinan,
struktur organisasi, imbalan dan desain kerja makaupaya yang dapat dilakukan untuk
pengembangan SDM perawat, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja
111
keperawatan. Peran organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang
melalui pengayaan tugas dan tanggung jawab kerja yang diharapkan dapat
perubahan perilaku membutuhkan waktu yanglama sehingga akan lebih efektif jika
Pendidik perawat dituntut agar dapat mengajarkan, menjadi role model dan
mahasiswa perawat. Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, mengingat
walaupun caring tercantum dalam kurikulum akan tetapi biasanya jarang tercakup
dalam penerapan keterampilan yang nyata dalam praktik laboratorium atau pelajaran
yang dilakukan pada masa awal pendidikan bersamaan dengan pengenalan konsep
kesehatan, adanya komunitas caring di sekolah yang dapat dijadikan ajang untuk
112
melatih perilaku caring di antara sesama teman, dan adanya role model serta metode
pembelajaran yang memberikan gambaran nyata penerapan caring kepada klien yang
dapat diwujudkan dalam bentuk role play atau studi kasus (AACN, 1998 dalam
Duffy, 2005). Pribadi caring mahasiswa perawat diharapkan dapat muncul dari
institusi yang secara terus menerus melakukan pengembangan mutu yang selaras
dengan hal tersebut, dimana hal ini harus diperkuat tidak hanya institusi pendidikan
melainkan juga institusi tempat tempat praktik serta sarana praktik yang sesuai
ruang Teratai RSUP Fatmawati yang tergolong baik, maka potensi untuk
Hal ini perlu menjadi pertimbangan pihak manager keperawatan dan manager rumah
sakit untuk mempertahankan perilaku caring yang baik dengan cara menciptakan
lingkungan yang mendukung dan dapat menimbulkan budaya perilaku caring. Upaya
yang dapat dilakukan yaitu dengan role model atasan dalam berperilaku caring,
perencanaan dan pelaksanaan seminar dan pelatihan tentang caring bagi perawat
pelaksana maupun kepala ruang dan wakil kepala ruang, membuat standar aturan
baku dan instrumen baku penilaian pelaksanaan perilaku caring perawat, melibatkan
kepala ruang dalam proses evaluasi perilaku caring perawat pelaksana sebagai dasar
perawat.
113
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
114
7.2 Saran
melalui supervisi dan pembinaan serta role model yang baik dari
pada dimensi caring wolf (1994) dengan karatif caring Watson (1985).
115
DAFTAR PUSTAKA
Astuti. 2003. Gambaran kepuasan pasien di Rumah Sakit Orthopedi Prof. DR. R.
Makassar.
Harapan.
Becker,et al. 2008. Nursing Student Caring Behaviours During Blood Pressure
2016.
116
Darmawan. 2006. Manajemen Kinerja Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Darlington D., Strauss M.B, & Abreu P. (2011) Nurse caring behaviour as
2016.
web http://www.depkes.go.id/folder/view/09857/kualitas-pelayanan-
Duffy, J. M (2005): The impact of nurse caring on patient outcomes. In: D. Gaut
(Editor). The presence of caring in nursing. New York: National League for
Nursing 113–136.
Pasien Rawat Inap RS Adam Malik Medan tahun 2015. Tesis: Universitas
Sumatera Utara.
117
Haffizurrachman. 2004. Mengukur Kepuasan Suatu Institusi Kesehatan. Majalah
Indrastuti, Yani. 2010. Analisis Hubungan Perilaku Caring dan Motivasi dengan
Indonesia.
118
Ryan,Ryan, Husni. 2009. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap
Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Cempaka Jakarta tahun 2009.
Universitas Indonesia.
Minarsih. 2008. Hubungan stress kerja dengan kinerja di ruang ICU rumah sakit
119
Priyono, Joko. 2004. Peranan Perbaikan Kualitas Layanan terhadap Peningkatan
Proborani, A.. 2010. Kemampuan Berempati pada Perawat ditinjau dari Tipe
Publishing.
Penerbit Andi.
Priharjo, R. 2008. Tehnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC
Prompahakul, C., Nilmanat, K., & Kongsuwan, W. 2011. Nurses caring behavior
1(2), 147-158.
Yogyakarta.
KATIGA Bina.
120
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV Mandar Maju.
Universitas Indonesia.
perilaku caring perawat di instalsi rawat inap rsud kota bandung. Tesis:
kepuasan pasien dan keluarga di ruang rawat inap rsud curup Bengkulu.
Utama.
121
tahun 2006. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta.
Jakarta : EGC.
Penerbit Andi.
Watson, J. 1979. The Philosophy and Science of Caring. Boston: Little Brown.
Watson, J. 1999. Nursing human science and human care: A theory of nursing.
Wijaya, Toni. 2011. Manajemen Kualitas Jasa Desain Servqual, QFD dan Kano
Press, Surabaya
Andi
Wolf, Z. R., Colahan, M., & Costello, A. 1994. Relationship between nurse caring
Harapan.
122
Zaidin. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Professional. Jakarta: Widya Medika.
123
LAMPIRAN 1
2016.
NIM : 1112101000019
Saya adalah mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. saya sedang melaksanakan penelitian dengan
tujuan mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang
perawatan teratai RSUP Fatmawati tahun 2016.
Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari
pihak manapun. Apabila saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka
saudara diharapkan untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden ini..
Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan data yang responden berikan. Informasi yang
responden berikan akan saya simpan seaman mungkin dan apabila dalam pemberian informasi
ada yang kurang mengerti maka responden dapat menanyakannya kepada peneliti.
Peneliti
Responden
(Umi Kalsum)
(……………………)
xvii
INSTRUMEN PENELITIAN
Hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang perawatan teratai RSUP
Fatmawati tahun 2016.
No. Responden :
Hari/ Tanggal :
Petunjuk Pengisian :
1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada
tempat yang tersedia.
2. Semua pernyataan harus dijawab.
3. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.
4. Bila data yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
xviii
II. Kuesioner Perilaku Caring Perawat
Petunjuk Pengisian: Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist
(√) pada jawaban yang sesuai dengan pengalaman saudara/i ketika menerima tindakan
keperawatan dari perawat di RSUP Fatmawati dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Tidak Pernah
2) Kadang-kadang
3) Sering
4) Selalu
Pilihan Jawaban
Pertanyaan
No Tidak Kadang- KODE
Sering Selalu
Pernah kadang
Assurance of Human Presence
Perawat mendatangi dan berinteraksi
1 IA.1
dengan pasien tanpa harus diminta.
Perawat berbicara dengan pasien
2 IA.2
dengan tutur yang sopan dan baik.
Perawat mendorong dan
3 mempersilakan pasien untuk IA.3
memanggil jika ada masalah
Perawat mampu membantu
5 IA.4
mengurangi rasa sakit pada pasien.
Perawat menanggapi panggilan
7 pasien dengan cepat atau kurang dari IA.5
5 menit
perawat bersikap manusiawi dan
8 IA.6
tidak kasar
Perawat tidak membeda-bedakan
4 IA.7
pasien dan berlaku adil
Respectful Deferance
Perawat mendengarkan keluhan
9 IB.1
pasien dengan sungguh-sungguh
Perawat menghormati pasien dan
10 IB.2
keluarga pasien
Perawat memberikan dukungan dan
11 IB.3
motivasi untuk sembuh.
Perawat mempersilakan pasien untuk
15 mengungkapkan keluhan- IB.4
keluhannya.
28 Perawat menyapa pasien IB.5
6 Perawat memelihara suasana IB.6
lingkungan yang menghormati nilai-
xix
nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan beragama pasien
Professional Skill and Knowledge
Perawat mengetahui bagaimana
29 IC.1
memberikan suntikan, infus, dll
Perawat bersikap percaya diri dalam
16 IC.2
merawat pasien
Perawat menjelaskan tindakan medis
18 IC.3
yang akan dilakukan
Perawat mengelola peralatannya
27 IC.4
secara terampil.
Perawat menjaga kerahasiaan
30 IC.5
informasi pasien.
Perawat memberitahukan rencana
31 perawatannya kepada pasien dan IC.6
keluarga
Perawat menggunakan bahasa yang
32 IC.7
sederhanda dan mudah dimengerti
Perawat bertanggung jawab atas
12 pasien yang membutuhkan asuhan IC.8
keperawatan.
Positive Connectedness
Perawat meluangkan waktu dengan
33 ID.1
pasien untuk berbincang
26 Responden percaya kepada perawat. ID.2
Perawat bersikap sabar atau tak kenal
24 ID.3
lelah terhadap pasien.
17 Perawat mengajak bercanda pasien ID.4
Pasien merasa nyaman untuk
14 ID.5
berbicara kepada perawat
Perawat memberikan harapan pasien
19 ID.6
untuk sembuh
13 Perawat menjaga kerahasiaan pasien ID.7
Attentive to Others
Perawat menjadikan pasien sebagai
20 IE.1
prioritas utama
Perawat mendengarkan pengalaman-
21 IE.2
pengalaman pasien
22 Perawat memiliki sikap ramah IE.3
Perawat mempersilakan pasien
23 IE.4
mengekspresikan perasaannya.
Perawat menanyakan perkembangan
25 IE.5
kesembuhan pasien.
xx
III. Kuesioner Kepuasan Pasien
Petunjuk Pengisian:
a. Berikan tanda √ (checklis) untuk setiap pernyataan berikut yang sesuai dengan
“KENYATAAN” yang dirasa dan diterima pasien dalam pelayanan, pada kolom :
1. Sangat Tidak Puas
2. Tidak Puas
3. Puas
4. Sangat Puas
b. Berilah tanda √ (checklis) untuk setiap pernyataan tentang “HARAPAN” berdasarkan
seberapa pentingkah pernyataan itu bagi Anda :
1. Sangat Tidak Penting
2. Tidak Penting
3. Penting
4. Sangat Penting
Petugas memberikan
pelayanan dengan teliti, hati-
2 DB.1
hati dan tepat waktu sesuai
dengan yang di janjikan.
7 Petugas, membantu jika ada DB.2
permasalahan pasien.
12 Petugas memberitahu jenis DB.3
penyakit secara lengkap,
xxi
memberitahu cara perawatan
dan cara minum obat.
17 Petugas memberikan DB.4
informasi kepada pasien
sebelum pelayanan diberikan.
22 Petugas menerangkan DB.5
tindakan yang akan dilakukan.
Empathy
xxii
Petugas terlihat meyakinkan DE.3
15
dan bersahabat.
Petugas dan karyawan DE.4
20
berpenampilan rapi dan bersih.
25 Pakaian petugas terlihat sopan DE.5
xxiii
LAMPIRAN 2
1. Analisis Univariat
kepuasan_pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 30 37.0 37.0 37.0
Puas 51 63.0 63.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
Responsiveness
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 15 18.5 18.5 18.5
Puas 66 81.5 81.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
Reliability
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 34 42.0 42.0 42.0
Puas 47 58.0 58.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
Empathy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 23 28.4 28.4 28.4
Puas 58 71.6 71.6 100.0
xxiv
Empathy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 23 28.4 28.4 28.4
Puas 58 71.6 71.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
Assurance
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 18 22.2 22.2 22.2
Puas 63 77.8 77.8 100.0
Total 81 100.0 100.0
Tangible
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak puas 22 27.2 27.2 27.2
puas 59 72.8 72.8 100.0
Total 81 100.0 100.0
perilaku caring
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Assurance_of_Hu
man Respectful Professional Connectedness Attentive caring
N 81 81 81 81 81 81
xxv
Kolmogorov-Smirnov Z 2.432 2.671 1.573 1.831 2.017 2.179
Statistics
Assurance_of_H
uman Respectful Professional Connectedness Attentive caring
N Valid 81 81 81 81 81 81
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 21.17 19.21 23.63 21.20 14.37 49.7901
Median 23.00 21.00 24.00 23.00 17.00 54.5000
a
Mode 25 21 23 23 18 55.00
Std. Deviation 5.076 4.585 5.004 5.190 4.559 9.95674
Minimum 7 8 9 8 5 22.00
Maximum 28 25 30 28 20 62.50
Sum 1715 1556 1914 1717 1164 4033.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Assurance_of_Human
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 22 27.2 27.2 27.2
baik 59 72.8 72.8 100.0
Total 81 100.0 100.0
Respectful
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 16 19.8 19.8 19.8
baik 65 80.2 80.2 100.0
Total 81 100.0 100.0
Professional
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 15 18.5 18.5 18.5
baik 66 81.5 81.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
Connectedness
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 19 23.5 23.5 23.5
baik 62 76.5 76.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
xxvi
Attentive
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid buruk 22 27.2 27.2 27.2
baik 59 72.8 72.8 100.0
Total 81 100.0 100.0
2. Analisis Bivariat
Crosstab
kepuasan_pasien
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
12.563 1 .000
b
Continuity Correction 10.797 1 .001
Likelihood Ratio 12.362 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.408 1 .000
b
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kepuasan_pasien
xxvii
% within Respectful 29.2% 70.8% 100.0%
Total Count 30 51 81
% within Respectful 37.0% 63.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
8.599 1 .003
b
Continuity Correction 6.988 1 .008
Likelihood Ratio 8.361 1 .004
Fisher's Exact Test .008 .005
Linear-by-Linear Association 8.493 1 .004
b
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,93.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kepuasan_pasien
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
6.930 1 .008
b
Continuity Correction 5.459 1 .019
Likelihood Ratio 6.717 1 .010
Fisher's Exact Test .016 .011
Linear-by-Linear Association 6.845 1 .009
b
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,56.
b. Computed only for a 2x2 table
xxviii
d. Hubungan Positive Connectedness dengan Kepuasan Pasien
Crosstab
kepuasan_pasien
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
10.484 1 .001
b
Continuity Correction 8.800 1 .003
Likelihood Ratio 10.248 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 10.355 1 .001
b
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,04.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kepuasan_pasien
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
9.164 1 .002
b
Continuity Correction 7.665 1 .006
Likelihood Ratio 8.978 1 .003
xxix
Fisher's Exact Test .004 .003
Linear-by-Linear Association 9.051 1 .003
b
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.
b. Computed only for a 2x2 table
xxx
HASIL UJI VALIDITAS
1. Respectful deference
Correlations
xxxi
* ** ** ** ** ** **
TOTAL_IA Correlation Coefficient .393 .525 .717 .617 .810 .628 .624 1.000
Sig. (2-tailed) .032 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Correlations
xxxii
N 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** ** **
TOTAL_IB Correlation Coefficient .515 .367 .787 .816 .575 .483 1.000
Sig. (2-tailed) .004 .046 .000 .000 .001 .007 .
N 30 30 30 30 30 30 30
Correlations
xxxiii
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
IC7 Correlation Coefficient .314 .126 .329 .147 .216 .115 1.000 .309 .439
Sig. (2-tailed) .091 .508 .076 .439 .251 .547 . .096 .015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** **
IC8 Correlation Coefficient .905 .211 .947 .230 .819 .271 .309 1.000 .699
Sig. (2-tailed) .000 .263 .000 .221 .000 .147 .096 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** * ** ** * **
TOTAL_IC Correlation Coefficient .705 .489 .659 .453 .567 .468 .439 .699 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .012 .001 .009 .015 .000 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
4. Positive connectedness
Correlations
xxxiv
N 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * * **
ID5 Correlation Coefficient .071 .991 .189 .782 1.000 .377 .390 .698
Sig. (2-tailed) .711 .000 .318 .000 . .040 .033 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** * ** **
ID6 Correlation Coefficient .218 .426 .819 .689 .377 1.000 .948 .761
Sig. (2-tailed) .248 .019 .000 .000 .040 . .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** * ** **
ID7 Correlation Coefficient .312 .441 .745 .633 .390 .948 1.000 .705
Sig. (2-tailed) .093 .015 .000 .000 .033 .000 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** ** ** ** **
TOTAL_ID Correlation Coefficient .430 .712 .589 .923 .698 .761 .705 1.000
Sig. (2-tailed) .018 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30
xxxv
N 30 30 30 30 30 30
* **
IE4 Correlation Coefficient .035 .406 .082 1.000 .337 .571
Sig. (2-tailed) .853 .026 .665 . .068 .001
N 30 30 30 30 30 30
**
IE5 Correlation Coefficient .106 .184 .280 .337 1.000 .639
Sig. (2-tailed) .577 .330 .134 .068 . .000
N 30 30 30 30 30 30
* ** ** ** **
TOTAL_IE Correlation Coefficient .432 .642 .662 .571 .639 1.000
Sig. (2-tailed) .017 .000 .000 .001 .000 .
N 30 30 30 30 30 30
6. Responsiveness
Correlations
xxxvi
** **
DA5 Correlation Coefficient .049 .681 -.196 .088 1.000 .563
Sig. (2-tailed) .797 .000 .299 .645 . .001
N 30 30 30 30 30 30
* * * ** **
TOTAL_DA Correlation Coefficient .437 .383 .437 .508 .563 1.000
Sig. (2-tailed) .016 .036 .016 .004 .001 .
N 30 30 30 30 30 30
7. Reliability
Correlations
xxxvii
Sig. (2-tailed) .000 .004 .018 .000 .000 .
N 30 30 30 30 30 30
8. Empathy
Correlations
9. Empathy
xxxviii
Correlations
10. Assurance
Correlations
xxxix
Sig. (2-tailed) . .046 .925 .925 .368 .000
N 30 30 30 30 30 30
* **
DE2 Correlation Coefficient .367 1.000 .288 .288 .135 .515
Sig. (2-tailed) .046 . .122 .122 .478 .004
N 30 30 30 30 30 30
** ** *
DE3 Correlation Coefficient -.018 .288 1.000 1.000 .681 .392
Sig. (2-tailed) .925 .122 . . .000 .032
N 30 30 30 30 30 30
** ** *
DE4 Correlation Coefficient -.018 .288 1.000 1.000 .681 .392
Sig. (2-tailed) .925 .122 . . .000 .032
N 30 30 30 30 30 30
** ** **
DE5 Correlation Coefficient .170 .135 .681 .681 1.000 .599
Sig. (2-tailed) .368 .478 .000 .000 . .000
N 30 30 30 30 30 30
** ** * * **
TOTAL_DE Correlation Coefficient .787 .515 .392 .392 .599 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .004 .032 .032 .000 .
N 30 30 30 30 30 30
xl
HASIL UJI RELIABILITAS
Reliability Statistics
(Assurance)
Cronbach's
Alpha N of Items
.774 7
Reliability Statistics
(Respectful)
Cronbach's
Alpha N of Items
.668 6
Reliability Statistics
(Profesional)
Cronbach's
Alpha N of Items
.819 8
Reliability Statistics
(Connective)
Cronbach's
Alpha N of Items
.859 7
Reliability Statistics
(Attentive)
Cronbach's
Alpha N of Items
.601 5
2. Kepuasan Pasien
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.838 25
xli