Anda di halaman 1dari 32

A.

“Evaluasi Kebijakan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus

Di Kabupaten Karangasem)”.

B. Latar Belakang Masalah

Nawa cita merupakan Sembilan agenda prioritas yang di gagas oleh

Bapak Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Program ini digagas

untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat

secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam

kebudayaan.

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka negara kesatuan adalah salah satu bentuk program

pemerintah saat ini yang tertuang dalam nawa cita pada poin ketiga. Berbagai

gebrakan telah dilakukan di segala sektor. Salah satunya yaitu pembangunan

infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pembangunan

infrastruktur yang dilakukan di daerah perbatasan yang selama ini belum tersentuh

sama sekali oleh pemerintah.

Mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat adalah salah

satu tujuan terpenting Bangsa Indonesia, sebagaimana tujuan negara tersebut

tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alenia keempat

yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Sejalan dengan hal itu untuk

menciptakan kesejahteraan umum, maka perlu untuk melaksanakan pembangunan

di segala sektor untuk menunjang percepatan pencapaian suatu kesejahteraan.

Dimulai dari sektor paling bawah yaitu pembangunan dari desa.

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

1
2

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Undang

Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pada Ketentuan Umum. Undang Undang

tentang Desa ini menenmpatkan Desa sebagai ujung tombak pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat paling bawah. Desa diberikan kewenangan

dan sumber dana yang memadai agar dapat mengelola potensi yang dimilikinya

guna meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam mewujudkan kesejahteraan berbagai upaya dilakukan oleh

Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah. Salah satunya yakni dengan

cara melakukan pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan mancakup

aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan

pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap

dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka

mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih

maju.

Desa merupakan objek sasaran utama pembangunan, ini dilakukan

Pemerintah Pusat menngingat desa memiliki potensi yang sangat besar untuk

dikembangkan. Oleh karena itu salah satu bentuk perhatian yang diberikan oleh

pemerintah pusat untuk mempercepat proses pembangunan yang dimulai dari desa

adalah salah satunya dengan pemberian Dana Desa yang digelontorkan oleh

Pemerintah Pusat setiap tahunnya.


3

Dana Desa merupakan Dana APBN yang diperuntukan bagi desa yang

ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Tujuan pemberian dana desa

ini adalah untuk meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan

kemiskinan, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan

pembangunan antar desa dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek

pembangunan. Dalam Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang desa pada pasal

72 ayat (2) disebutkan bahwa alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf bersumber dari belanja Pusat dengan mengefektifkan program yang

berbasis Desa secara merata dan berkeadilan. Penjelasan Pasal 72 ayat (2) bahwa

besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10%

dari dan di luar dana Transfer Daerah (Oon top) secara bertahap. Dana Desa

dihitung berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan berdasarkan jumlah

penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis.

Tabel 1.1
Data Realisasi Dana Desa Di Provinsi Bali Tahun 2015
N Kabu Pagu Pemba Pember Penyele Pembina Total Perse
o paten Awal ngunan dayaan nggaraa an Realisas ntase
n Kemasy i
pemerint arakatan
ahan
desa
1 Jembr 12.410. 848.43 11.2178 138.225. 121.710. 12.387. 99.82
ana 047.000 6.252 746.804 268 000 418.325 %
2 Taba 37.068. 1.726.2 11.950. 464.755. 198.850. 14.340. 38.69
nan 941.636 84.250 875.709 670 000 765.629 %
3 Badu 13.826.3 - 636.165. - 388.295. 1.024.46 7.409
ng 42.000 000 408 0.408 %

4 Giany 19.166.5 1.384.5 6.471.70 789.087. 583.467. 9.228.84 48.15


ar 61.000 85.082 3.906 290 140 3.418 %

5 Klung 15.260.5 - 10.151.0 243.684. 1.601.23 12.022.9 78.78


kung
4

69.999 58.781 238 3.613 76.632 %

6 Bangli 19.197.7 - 14.175.3 - 13.180.6 14.188.5 73.91


75.000 70.782 88 51.471 %

7 Karan 21.962.8 44.321. 8.502.22 408.745. 372.654. 9668.51 44.02


gasem 11.000 924 0.430 000 283 8.016 %

8 Bulele 36.812.6 1.136.6 18.103.5 129.153. 237.818. 19.632.3 53.33


ng 89.000 69.000 96.600 000 325 01.925 %

9 Denpa 9.732.24 - - - - 5.306.42 54.57


sar 8.000 9.809 %

Sumber : Dinas PMD Provinsi Bali

Berdasarkan data dari tabel tersebut, dapat dicermati bahwa realisasi

Dana Desa di setiap Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali besarnya berbeda-

beda tergantung dari jumlah Desa dan dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk,

angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Selain itu data

tabel diatas menunjukkan realisasi penggunanaan dana desa pada tahun 2015

masih terfokus penggunaan dananya pada bidang penyelenggaraan pemerintahan

desa dan pembinaan kemasyarakatan saja, itu dilihat dari besaran dana yang

direalisasikan sedangkan bidang pembangunan dan pemberdayaan masih

cenderung kecil realisasinya. Dalam Permendes No 5 Tahun 2015 tentang

penetapan prioritas penggunaan dana desa tahun 2015 telah di atur pada Bab III

tentang prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan desa dan Bab IV

tentang prioritas penggunaan dana desa untuk pemberdayaan desa. Dari tabel

diatas dapat dicermati penggunaan dana desa tahun 2015 melenceng dari skala

prioritas yang telah ditetapkan itu terjadi dikarenakan kebijakan dana desa ini baru

digulirkan sehingga pemahaman mengenai peraturan yang mengatur tentang

penggunaan dana desa ini masih belum jelas dipahami.


5

Tabel 2.1
Data Realisasi Dana Desa Di Provinsi Bali Tahun 2016
N Kabup Pagu Pemban Pember Penyelen Pembina Total Perse
o aten Awal gunan dayaan ggaraan an Realisasi ntase
Pemerint Kemasya
ahan rakatan
Desa

1 Jembra 27.863.4 25.265.9 1.227.4 - - 26.493.3 95%


na 79.000 28.074 12.229 40.373

2 Taban 83.183.8 75.387.9 871.972 151.761. 826.044. 77.237.7 93%


an 13.000 60.770 .750 000 460 38.980

3 Badun 31.046.7 26.711.4 2.549.3 198.657. - 29.459.4 95%


g 83.000 63.607 36.620 000 57.227

4 Gianya 43.035.6 34.202.7 2.376.4 - 50.000.0 36.629.2 85%


r 91.000 06.461 98.974 00 05.435

5 Klung 34.259.1 27.665.1 529.856 - - 28.185.0 82%


kung 37.000 86.788 .968 43.756

6 Bangli 43.090.3 34.674.1 2.124.0 33.520.0 8.690.00 36.840.3 85%


05.000 32.809 56.150 00 0 98.959

7 Karan 49.301.9 45.686.0 1.158.1 - - 46.844.2 95%


gasem 84.000 68.030 95.008 63.038

8 Bulele 82.620.4 56.431.6 9.812.3 98.523.0 224.184. 66.566.7 81%


ng 93.000 10.912 92.836 00 950 11.698

9 Denpa 21.863.0 15.466.2 1.951.2 - - 17.417.4 80%


sar 05.001 00.737 28.603 29.340

Sumber : Dinas PMD Provinsi Bali

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dicermati bahwa realisasi penggunaan

dana desa ditahun 2016 sudah menunjukkan perubahan yang signifikan dilihat

dari jumlah besaran penggunaan dana desa secara umum sudah sesuai dengan

skala prioritas yang ditentukan dalam peraturan, namun tidak dapat dipungkiri

bahwa masih ada beberapa kabupaten yang tidak sesuai dengan skala prioritas

yang telah ditentukan sebelumnya.


6

Tabel 3.1
Data Realisasi Dana Desa Di Provinsi Bali Tahun 2017
N Kabup Pagu Pemban Pember Penyelen Pembina Total Perse
o aten Awal gunan dayaan ggaraan an Realisas ntase
Pemerint Kemasya i
ahan rakatan
Desa

1 Jembr 36.475.5 33.786.0 2.326.1 - - 36.112.2 99%


ana 65.000 54.741 57.306 12.047

2 Taban 106.417. 86.844.2 3.760.0 28.914.5 241.248. 90.874.4 85%


an 874.000 45.647 61.826 00 100 70.073

3 Badun 40.315.6 29.791.0 5.677.9 - - 35.469.0 88%


g 19.000 63.687 90.827 54.514

4 Giany 55.753.8 43.734.3 3.018.2 199.284. 35.355.0 47.047.2 84%


ar 28.000 67.209 87.153 954 00 94.316

5 Klung 44.540.0 41.881.3 1.180.4 - 105.250. 43.167.0 97%


kung 97.000 78.145 10.226 000 38.371

6 Bangli 55.783.7 44.727.6 3.538.1 5.000.00 136.122. 48.406.8 87%


53.000 06.340 46.145 0 545 75.030

7 Karan 63.682.7 47.981.9 5.312.6 - - 53.294.6 84%


gasem 42.000 29.241 98.423 27.664

8 Bulele 105.860. 78.069.0 6.163.5 - 38.233.9 84.270.8 80%


ng 971.000 58.584 25.948 20 18.452

9 Denpa 28.428.0 20.862.8 4.050.9 - 68.224.0 24.982.1 88%


sar 56.000 95.748 84.083 00 03.831

Sumber : Dinas PMD Provinsi Bali

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dicermati bahwa realisasi penggunaan

dana desa di tahun 2017 secara umum sudah sesuai dengan skala prioritas yang

tertuang dalam Permendes No 4 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No 22 tahun

2016 tentang penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017 pasal 4 ayat

(1) Prioritas penggunaan Dana desa untuk membiayai pelaksanaan program dan
7

kegiatan di Bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Namun jika kita mencermati tabel 3 diatas masih ditemukan ada beberapa

kabupaten yang menggunakan dana desa untuk kegiatan bidang lain yang tidak

sesuai dengan skala prioritas.

Pemerintah pusat mengalokasikan dana desa salah satu tujuannya adalah

mempercepat proses pembangunan yang ada di desa dengan memberdayakan

masyarakat yang ada di desa tersebut, selain itu pemerintah pusat juga mempunyai

tujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada di desa sehingga

dimasukkan dalam skala prioritas penggunaan dana desa. Lemahnya proses

verifikasi APBDES yang dilakukan oleh Kabupaten dalam hal ini leading

sektornya adalah Dinas PMD kabupaten hal itu dikarenakan dana desa yang

diajukkan oleh setiap desa yang ada di setiap kabupaten kota sudah tertuang

dalam APBDES sehingga dana desa tercampur dengan dana yang lain yang masuk

dalam APBDes.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan

judul “Evaluasi Kebijakan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa (Studi

Kasus Di Kabupaten Karangasem)”.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kebijakan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa di

Kabupaten Karangasem ?

2. Bagaimana efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan

ketepatan dalam pelaksanaan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa ?

3. Bagaimanakah dampak yang dirasakan dari Dana Desa dalam

pembangunan desa di Kabupaten Karangasem?


8

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui ,menganalisis dan mengevaluasi kebijakan Dana Desa

dalam Pembangunan Desa di Kabupaten Karangasem

4. Untuk mengetahui dan menganalisis efektifitas, efisiensi, kecukupan,

perataan, responsivitas dan ketepatan dalam pelaksanaan Dana Desa

Dalam Pembangunan Desa di Kabupaten Karangasem

2. Untuk mengetahui dampak yang dirasakan dari Kebijakan Dana Desa

dalam Pembangunan Desa di Kabupaten Karangasem

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran atau masukan bagi kajian ilmu sosial khususnya Administrasi

Publik untuk memahami Studi Evaluasi Kebijakan Dana Desa Dalam

Pembangunan Desa.

2. Kegunaan Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada

pihak-pihak terkait khususnya kepada Pemerintahan Desa yang ada di

Kabupaten Karangasem dalam pelaksanaan Dana Desa dan dapat memberi

manfaat sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi pengambil

keputusan dalam menentukan kebijakan selanjutnya sehubungan dengan

peningkatan Pembangunan desa dalam pelaksanaan Dana Desa di

Kabupaten Karangasem.
9

F. Kajian Teoritik

Menjelaskan tentang pendapat-pendapat para ahli tentang konsep

kebijakan publik, hal-hal yang berkaitan dengan implementasi kebijakan,

dan kajian empiris/penelitian sebelumnya.

Penelitian yang berhubungan dengan Evaluasi Kebijakan sudah

banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sri Mulyani Indrawati,

“Desa diberikan kewenangan dan sumber dana yang memadai agar dapat

mengelola potensi yang dimilikinya guna meningkatkan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat”,(kata pengantar dalam buku pintar dana

desa,2017).

Komunikasi antarlembaga dalam penanganan dana desa menjadi

kendala dalam penyaluran dan penggunaan dana desa yang memang

mengalami perubahan dalam perincian dana desa.

Konsep Kebijakan Publik

istilah kebijakan publik merupakan terjemahan istilah bahasa

inggris yaitu public policy. Kata policy ada yang menerjemahkan

menjadi “kebijkan” Samodra Wibawa (1994) dalam Sahya Anggara

(2014) da nada juga yang menerjemahkan menjadi “Kebijaksanaan”

Islamy(2001); Abdul Wahap (1990) dalam Sahya Anggara (2014).

Meskipun belum ada kesepakatan bahwa policy diterjemahkan menjadi

kebijakan atau bijaksana, kecenderungan untuk policy digunakan istilah

kebijkan. Oleh karena itu public policy diterjemahkan menjadi kebijakan

public. Sahya Anggara (2014:35).


10

Terdapat banyak sekali definisi yang dibuat oleh para ahli untuk

menjelaskan asrti kebijakan. Menurut Thomas R Dye sebagaimana

dikutip Sahya Anggara(2014:35) mendefinisikan kebijakan publik

sebagai “is whatever government choose tpo do or not to do” apapun

yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan.

Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai

perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan

pemerintah atau pejabat publik semata. Disamping itu pilihan pemerintah

untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan kebijakan publik karena

mempunyai pengaruh yang sama dengan pilihan pemerintah untuk

melakukan sesuatu. Menurutnya alasan suautu kebijakan harus dilakukan

dan bermanfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan

yang holistic agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar

bagi warganya tidak menibulkan kerugian, disinilah pemerintah harus

bijaksana dalam menerapkan suatu kebijakan adalah adanya tujuan

(goal), sasaran (objective) atau kehendak (purpose). Berdasarkan

pernyataan diatas, definisi kebijkan publik dari Thomas Dye tersebut

mengandung makna bahwa :

a. Kebijakan publik itu dibuat oleh pemerintah

b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau

tidak dilakukan oleh pemerintah

Menurut William Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno

(2007:32-34) proses kebijkan publik terdiri dari lima tahapan yaitu

sebagai berikut :
11

a. Penyusunan agenda (agenda setting) yakni suatu

proses agar suatu maslah bisa mendapat perhatian dari

pemerintah.

b. Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni suatu

proses perumusan pilihan-pilihan atau alternative

pemecahan masalah oleh pemerintah.

c. Penentuan kebijakan (policy adoption), yakni suatu

proses dimana pemerintah menetapkan alternative

kebijkan apakah sesuai dengan kriteria yang dipenuhi,

menentukan siapa pelaksana kebijkan tersebut, dan

bagaimana proses atau strategi pelaksanaan kebijakan

tersebut

d. Implementasi kebijakan (policy implementation),

yaknisuatu proses untuk melaksanakan kebijkan

supaya mencapai hasil, pada tahap ini perlu adanya

dukungan sumber daya dan penyusunan organisasi

pelaksana kebijakan.

e. Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni suatu

proses untuk memonitoring dan menilai hasil atau

kinerja kebijkan (subarsono,2005)

Konsep Evaluasi Kebijakan Publik

Sebuah kebijkan publik tidak bisa dilepaskan begitu saja, tanpa

dilakukan evaluasi. Evaluasi kebijkan dilakukan untuk menilai sejauh

mana kefektifan kebijakn publik untuk dipertanggung jawabkan kepada


12

publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi

dibutuhkan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan keyakinan.

Menurut Winarno (2008:225) bila kebijakan dipandang pula sebagai

kegiaatan berurutan, maka evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir

da;am proses kebijkan. Namun demikian, ada beberapa ahli yang

mengatakan sebaliknya bahwa evaluasi bukan merupakan tahap akhir dari

proses kebijkan publik. Pada dasarnya, kebijkan publik dijalankan dengan

mkasud tertentu, untuk meraih tujuan-tujuan tertentu yang berangkat dari

masalah-masalah yang telah diruuskan sbelumnya. Evaluasi dilakukan

karena tidak semua program kebijkan publik meraih hasil yang diinginkan.

Seringkali terjadi, kebijakan publik gagal meraih maksud atau tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Dengan demikian evaluasi kebijkan publik ditujukan untuk menilai

sejauh ana keefektivan kebijkan publik untuk dipertanggung jawabkan

kepada konstituennya. Sejauh ana tujuan dicapai serta untuk elihat sejauh

mana kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Enurut Anderson dan

Winarno (2008:16), secara umum evaluasi kebijkan dapat dikatakan

sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijkan yang

mencakup substansi, implementasi dan dampak pelaksanaan kebijakan

tersebut.

Dilihat sebagai proses, menurut Anderson (1975) dalam Arikunto,

(2006:1) Evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah

dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung

tercapainya tujuan. Sedangkan Stufflebeam(1971) dalam Arikunto


13

(2006:1), mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses

penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi

pengambil keputusan dalam menentukan alternative keputusan.

Sebagai salah satu tahapan dalam proses kebijakan publik,

evaluasi/penilaian kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai atau

melihat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik.

Oleh karena itu, evaluasi kebijakan publik menurut widodo (2009:112)

dibedakan dalam dua tipe, yaitu :

1. Tipe Evaluasi hasil, merupakan riset yang mendasarkan diri pada

tujuan kebijkan. Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijkan adalah

sejauh mana apa yang menjadi tujuan profam dapat dicapai.

2. Tipe Evaluasi proses, yaitu riset evaluasi yang mendasarkan diri

pada petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis).

Ukuran keberhasilan pelaksanaan suatu kebijkan adalah kesesuaian

proses implementasi suatu kebijkan dengan garis petunjuk (guide

lines) yang tealh ditetapkan.

Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagi suatu kegiatan

fungsional. Artinya evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada

tahap akhir saja, melainkan dilakukan dala seluruh proses kebijkan.

Oleh karena itu evaluasi kebijkan bisa meliputi tahap perumusan

masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk

menyelesaikan masalah kebijakan, impelemntasi, maupun tahap

dampak kebijkan. Abidin (2004:213) lebih lanjut mengemukakan


14

bahwa informasi yang dihasilkan dari evaluasi merupakan nilai (value)

antara lain berkenaan dengan:

1. Efisiensi (efficiency) yakni perbandingan antara hasil dan biaya

atau (hasil/biaya)

2. Keuntungan (profitability) yakni selisih antara hasil dengan biaya

3. Efektif (effectiveness) yakni penilaian pada hasil, tanpa

memperhitungkan biaya

4. Keadilan (equity) yakni keseimbangan dalam pembagian hasil dan

atau biaya

5. Detriments, yakni indicator megative dalam bidang sosial seperti

criminal dan sebagainya.

6. Manfaat tambahan (marginal rate or return) yakni tambahan hasil

banding biaya atau pengorbanan.

Tujuan Evaluasi Kebijakan

Adapun tujuan evaluasi menurut Sahya Anggara (2014:275), yaitu :

1. Mengukur efek suatu program/kebijkan pada kehidupan

masyarakat dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan

setelah adanya program tersebut.

2. Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan

serta nilai kesesuaian dan perubahan program dengan rencana.

3. Meberikan umpan balik manajemen dalam rangka

perbaikan/penyempurnaan implementasi.

4. Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijkan untuk pembutan

keputusan lebih lanjut mengenai program pada masa mendatang,


15

sebagai bentuk pertanggung jawaban publik/memenuhi

akuntabilitas publik.

Fungsi Evaluasi

Evaluasi memiliki tuga fungsi utama dalam analisis kebijkan yaitu :

1. Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya

mengenai kinerja kebijkan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai

dan kesempatan yang telah dapat dicapai memalui tindakan publik.

Dalam ha ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan

tertentu dan target tertentu telah dicapai.

2. Evaluasi memberikan sumbangan pada klarifiklasi dan kritik

terhadpa nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan

dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode

analisis kebijkan lainnya, termasuk perumusan masalah dan

rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijkan

yang dapat memberikan sumbangan pada perumusan ulang maslah

kebijkan Wahab (2002:51)

Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan tentang nilai evaluasi merupakan suatu proses

yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan

sebuah program.
16

Pendekatan Evaluasi Kebijakan

Menurut Dunn (2000:613) mengembangkan tiga pendekatan

evaluasi kebijakan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, evaluasi

keputusan teoritis. Perbandingan pendekatan salam evaluasi antara

evaluasi semu, formal dan teoritis akan ditampilkan dalam tabel 1 berikut

ini :

Tabel 1. Perbandingan Pendekatan dalam Evaluasi

Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk –Bentuk

Utama

Evaluasi semu menggunakan Ukuran manfaat Ekseperimentasi


(Pseude metode deskriptif atau nilai terbukti sosial,akuntansi
evaluation) untuk dengan sendirinya system
menghasilkan atau tidak social,pemeriksaan
informasi yang kontroversial social, sintesis
valid tentang hasil riset atau praktik
Evaluasi formal Menggunakan Tujuan dan Evaluasi
(formal metode deskriptif sasaran dari perkembangan
evaluation) untuk pengambil Evaluasi
menghasilkan kebijkan dan eksperimental,
informasi yang administrator Evaluasi proses
valid mengenai yang secara resmi retrospektif,
hasil kebijkan diumumkan evaluasi hasil
secara formal merupakan tetrospektif
diumumkan ukuran yang tepat
sebagi tujuan dari manfaat atau
program nilai kebijakan
kebijakan program.
Evaluasi Menggunakan tujuan dan Penilaian tentang
keputusan teoritis metode deskriptif sasaran dari dapat tidaknya
(decision untuk berbagai pelaku dievaluasi, Analisi
theoretic menghasilkan yang diumumkan utilitas multi
evaluation) informasi yang secara formal atribut
valid tentang hasil ataupun diam-
kebijkan yang diam merupakan
secara ekspilisit ukuran yang tepat
diinginkan oleh dari manfaat atau
berbagai pelaku nilai
kebijkan
Sumber : William Dunn
17

Berdasarkan rumusan diatas menjelaskan bahwa aktivitas evaluasi

kebijkan juga dapat digunkan untuk melihat bagaimana proses

implementasi sebuah kebijkan.

Sementara itu sebagai konteks evaluasinya yaitu : kekuasaan,

Kepentingan dan strategi actor yang terlihat, karakterisitk lembaga dan

penguasa, kepatuhan dan daya tangkap. Menurut Subanda (1994:22)

menyatakan ada tugas komponen yang dapat dipergunkan untuk mengukur

keberhasilan suatu program evaluasi, yaitu :

1. Tingkat kepatuhan pada bagian birokrasi terhadap birokrasi

diatasnya tingkat birokrasi sebagimana yang diatur dalam undang-

undang.

2. Keberhasilan evaluasi ditandai dengan lancarnya rutinitas dan tidak

adanya masalah-masalah yang dihadapi

3. Keberhasilan evaluasi mengacu dan mengarah pada pelaksanaan

serta dampak yang dikehendaki dari semua program-program yang

ada.

Kriteria Evaluasi Dampak

Mengevaluasi dampak suatu program atau kebijakan publik

diperlukan adanya suatu kriteria untuk mengukur keberhasilan program

atau kebijakan publik tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam

menghasilkan informasi terdapat kriteria evaluasi dampak kebijakan

publik yaitu sebagai berikut:

a. Efektivitas

Menurut Winarno (2008)


18

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung

pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Efektivitas disebut juga guna. Efektivitas selalu terkait dengan

hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang

sesungguhnya dicapai.

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa apabila pencapaian tujuan

– tujuan daripada organisasi semakin besar, maka semakin

besar pula efektivitasnya. Pengertian tersebut dapat

disimpulkan adanya pencapaian tujuan yang besar daripada

organisasi, maka makin besar pula hasil yang akan dicapai dari

tujuan-tujuan tersebut. Apabila setelah pelaksanaan kegiatan

kebijakan publik ternyata dampaknya tidak mampu

memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat,

maka dapat dikatakan bahwa suatu kegiatan kebijakan tersebut

telah gagal, tetapi ada kalanya suatu kebijakan publik hasilnya

tidak langsung efektif dalam jangka pendek, akan tetapi setelah

melalui proses tertentu.

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,

semaik besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapain tujuan, maka semakin efektif organisasi, program,

atau kegiatan. Ditinjau dari segi pengertian efektivitas usaha

tersebut, maka dapat diartikan bahwa efektivitas adalah sejauh

mana dapat mencapai tujuan pada waktu yang tepat dalam


19

pelaksanaan tugas pokok, kualitas produk yang dihasilkan dan

perkembangannya. Efektivitas merupakan daya pesan untuk

mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan – pesan untuk

mempengaruhi.

b. Efisiensi

Menurut Winarno (2008)

Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang

diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.

Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya

terkecil dinamakan efisien.

Apabila sasaran yang ingin dicapai oleh suatu kebijakan publik

ternyata sangat sederhana sedangkan biaya yang dikeluarkan

melalui proses kebijakan terlampau besar dibandingkan dengan

hasil yang dicapai, ini berarti kegiatan kebijakan telah

melakukan pemborosan dan tidak layak untuk dilakukan.

c. Kecakapan

Menurut Winarno (2008)

Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan

yang telah dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai

hal. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh

suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau

kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kecukupan

masih berhubungan dengan efektivitas dengan mengukur dan

memprediksi seberapa jauh alternative yang ada dapat


20

memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam

menyelesaikan masalah yang terjadi.

d. Perataan

Menurut Winarno (2008)

Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai

arti dengan keadilan yang diberikan dan diperolah sasaran

kebijakan publik. Kriteria kesamaan (equity) erat berhubungan

dengan rasionalitas legal dan sosial serta menunjuk pada

distribusi akibat dan usaha antara kelompok – kelompok yang

berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada

perataan adalah kebijakan yang akibat atau usahanya secara

adil didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat

efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya – biaya manfaat

merata.

e. Responsivitas

Menurut Winarno (2008)

Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai

respon dari suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran

kebijakan publik atas penerapan suatu kebijakan. Responsivitas

berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan dapat memuaskan

kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok – kelompok

masyarakat tertentu. Keberhasilan kebijakan dapat dilihat

melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan

setelah terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan


21

terjadi jika kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan

masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat

dirasakan dalam bentuk dukungan atau berupa penolakan.

Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat

memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efisiensi,

kecukupan, kesamaan) masih gagal jika belum menanggapi

kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan

dari adanya kebijakan. Oleh karena itu, kriteria responsivitas

adalah cerminan nyata kebutuhan, preferensi, dan nilai dari

kelompok tertentu terhadap kriteria efektivitas, efisiensi,

kecakapan, dan kesamaan.

f. Ketepatan

Menurut Winarno (2008)

Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program

dan pada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan – tujuan

tersebut. Kriteria yang dipakai untuk menyeleksi sejumlah

alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah

hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan

pilihan tujuan yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan

dengan rasionalitas substantive, karena kriteria ini menyangkut

substansi tujuan bukan cara atau instrument untuk

merealisasikan tujuan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud dengan

evaluasi dampak kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini


22

adalah suatu penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan yang

telah diberlakukan oleh organisasi atau pemerintah, dengan

cara mengevaluasi aspek – aspek dampak kebijakan yang

meliputi efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,

responsivitas, dan ketepatan pelaksanaan kebijakan tersebut

ditinjau dari aspek masyarakat sebagai saran kebijakan

tersebut.

G. Kerangka Pemikiran

Kebijakan Pemerintah Kebijakan pelaksana


1. UU No. 6 Tahun 2014 Tentang desa Dana Desa di Daerah
2. PP No. 43/2014 Jo PP No. 47/2015 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Uu Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa Optimalisasi
3. Permendagri No. 113/2014 Tentang Pengelolaan
pelaksanaan
Keuangan Desa Kriteria evaluasi kebijakan
4. PMK No. 247/PMK.07/2015 Tentang Tata Cara Dana Desa di
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Kabupaten
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa dan Dana
Desa Karangansem
Efektivitas
5. Permendesa PDTT No. 22/2016 jo Permendesa
PDTT No 4 Th. 2017 Tentang Penetapan Prioritas Efisiensi
Penggunaan Dana Desa Th. 2017
Perataan
6. PMK No. 50/PMK.07/2017 jo PMK No.
112/PMK.07/2017 Tentang Pengalokasian Transfer Kecakapan
Ke Daerah Dan Dana Desa
Ketepatan
Responsivitas

H. Definisi operasional

Untuk mempermudah pemahaman terhadap variaabel penelitian maka

disusunlah suatu definisi operasional sebagai berikut :

Kebijakan publik yaitu merupakan tindakan-tindakan pemerintah sebagai taktik

atau strategi untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, guna menjamin

terlaksananya pelaksanaan Dana Desa. Merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan
23

yang diusulkan oleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya hambtan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang

untuk mencapai tujauan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Evaluasi kebijkan dalam perspektif atau proses/siklus kebijakan

publik,menempati posisi terkhir setelah implementasi kebijkan, sehingga sudah

sewajarnya jika kebijakan publik yang telah dibuat dab dilaksanakan lalu dievaluasi. Dari

evaluasi akan dapat diketahui tingkat keberhasilan atau kegagalan sebuah kebijakan,

sehingga secara normative akan diperoleh rekomendasi apakah kebijkan dapat dilanjutkan

atau perlu perbaikan sebelum dilanjutkan atau bahkan harus dihentikan. Evaluasi juga

menilai keterkaitan antara teori (kebijakan) dengan prakteknya(impelementasi) dalam

bentuk dampak kebijjkan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau

tidak. Dari hasil evaluasi pula kita dapat menilai apakah sebuah kebijkan program

memberikan manfaat atau tidfak bagi masyarakat yangdituju. Secara normative fungsi

evaluasi sangat dibutuhkan sebagai benjtuk pertanggung-jawaban terlebih dimana

masyarakat yang makin kritis menilai kinerja dari pemerintah seperti sekarang ini.

I. Metode Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pemerintah Desa yang ada di Kabupaten

Karangasem, Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposif)

dengan pertimbangan bahwa bahwa Pemerintah Desa Selaku Pemerintahan

Yang paling Bawah yang menerima Dana Desa yang bersumber dari APBN

Pusat

b. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

Creswell (1994) dalam Patilima (2011;2), berpendapat bahwa penelitian


24

dengan pendekatan kualitatif merupakan suatu proses penyelidikan guna

memahami masalah sosial atau masalah manusia berdasarkan pada

penciptaan gambar holistic yang dibentuk dengan kata – kata, melaporkan

pandangan informasi secara terperinci.

c. Sumber Data

Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai

sumber dan berbagai cara. Menurut Arikunto (2010;172), yang dimaksud

dengan sumber data adlah subyek darimana data dapat diperoleh. Apabila

Peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan

datanya, maka sumber data disebut reponden, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan – pertanyaan Peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun

lisan.

Dalam pemilihan sampel sumber data penelitian kualitatif dapat

dilakukan secara purposif, dimana Peneliti memakai berbagai pertimbangan

yaitu berdasarkan konsep teori yang digunakan serta keinginan Peneliti

tentang faktor penyebab. Sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata

– kata sebagai hasil wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan sebagainya.

Menurut Arikunto (2010;172), untuk mempermudah mengidentifikasi

sumber data perlu dilakukan klarifikasi sumber data ada 2 yaitu :

a. Person, sumber data berupa orang, yaitu sumber data yang bisa

memberikan data berupa jawaban melalui wawancara atau jawaban

tertulis melalui angket.


25

b. Place, sumber data berupa tampilan, yaitu berupa data yang

menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.

c. Paper, sumber data berupa symbol yaitu sumber data yang

menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar atau symbol-

symbol lain.

Dilihat dari jenis datanya, maka pada penelitian ini untuk

pengumpulan data menggunakan sumber data berupa primer dan data

sekunder (Sugiyono, 2009;225).

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari proses

pengamatan, wawancara dan diskusi dengan ahli. Data primer

didapat langsung dari informasi disimpan dalam catatan tertulis,

rekaman suara dan pengambilan foto maupun video. dalam

penelitian ini data primernya adalah berupa foto/dokumentasi

wawancara antara informasi dan Peneliti dokumentasi kegiatan –

kegiatan program.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung, data ini berpa dokumen-dokumen yang dipandang

relevan dengan Peneliti ini. Dokumen dapat berupa laporan –

laporan, buku-buku, peraturan-peraturan, jurnal-jurnal ilmiah, surat

kabar, penelitian-penelitian terdahulu dan lainnya berkaitan dengan

permasalahan penelitian.
26

d. Informasi Penelitian

Reponden/informasi yang akan digunakan dalam penelitian dipilih

secara purposive (purposice sampling). Pemilihan informasi ini didasarkan

pada subyek yang menguasai permasalahan, memeliki data dan bersedia

memberikan data yang benar-benar relevan dan kompeten dengan

permasalahan peneliti. Responden awal adalah pihak – pihak atau orang-

orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kebijakan Dana Desa ini.

e. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan, Peneliti

menggunakan 2 macam teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Teknik wawancara mendalam

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012:231) Wawancara adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.

Teknik wawancara mendalam merupakan suatu tanya jawab/dialog

yang dilakukan Peneliti terhadap informasi secara mendalam agar

memperoleh data secara langsung (data primer) yang obyektif dan

factual tentang permasalahan dalam penelitian. Wawancara

dilakukan dengan panduan yang sudah disusun sebelumnya agar

dapat lebih foskus terhadap permaslahan penelitian. Wawancara

mendalam sangat penting dalam penelitian kualitatif ini, karena

dalam data penelitian kualitatif kata – kata dan tindakan menjadi


27

hal utama. Penelitian kualitatif kata – kata dan tindakan menjadi

hal utama. Peneliti melakukan wawancara dengan mengadakan

tanya jawab langsung.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan

dengan melihat dokumen atau catatan dalam bentuk apapun yang

ada kaitannya dengan penelitian ini. Berupa buku, dokumentasi,

jurnal dan peraturan perundang-undangan yang ada relevansinya

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Sugiyono

(2012;240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen,

dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya

monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi

yang digunakan adalah dokumentasi wawancara dengan informan,

dokumentasi kegiatan kegiatan yang sudah dilakukan dalam

penyaluran Dana Desa.

Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, menggunakan beberapa cara untuk

pemeriksaan keabsahan data seperti yang dilakukan Meleong (2007:175)

yaitu:

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan penelitian bertujuan untuk menentukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan yng dicari kemudian memusatkan perhatian terhadap


28

hal-hal tersebut secara rinci. Hal ini sangat pentinh tetapi

tergantung pada kemampuan peneliti dalam menangkap sesuatu

gejala atau masalah.

2. Triangulasi

Ini merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik

tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan

pembnding terhadap data yang telah ada. Ada empat kategori

triangulasi yaitu: 1). Triangulasi sumber data, 2). Triangulasi

penyidik, 3). Triangulasi teori, 4). Triangulasi metodelogi. Dalam

penelitian ini triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi

sumber data untuk menecek kebenaran informasi antara sumber

data yang satu dengan yang lainya. Salah satunya untuk mengecek

hasil wawancara dengan data dokumentasi.

3. Kecukupan Refrensi

Dipergunakan untuk pemeriksaan keabsahan dan terutama untuk

validasi data dan berfungsi sebagai refrensi dan analisis

penafsiran data. Dalam hal ini berhubungan dengan data yang

dipergunakn pada penelitian ini.

4. Uraian Rinci

Uraian yang rinci merupakan cara melaporkan hasil penelitian

dengan teliti dan cermat serta dapat menggambrkan konteks

penilitian. Langkah ini dimulai dari penyajian data sampai

dengan analisis yang sesuai dengan variable-variabel.


29

Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2008:244) mengemukakan bahwa :

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis


data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan, dan
domentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun oleh
orang lain”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam pengumpulan

data,data yang terkumpul masih harus diolah terlebih dahulu sehingga

dapat diketahui makna yang berguna dalam pemecahan masalah pada

penelitian. Setelah data dikumpulkan,maka diperlukan pengolahan analisis

agar bisa dijadikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti.

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengelola data adalah

analisis deskriptif, dimana analisis ini didasarkan pada argumentasi logika.

Oleh karena data ini diperoleh secara empiris studi lapangan, maka data

yang dianalisis adalah bagaimana makna antara data dengan

analisisnya,dan tidak mendasarkan pada hitungan kuantitatif, melainkan

pada kemampuan logika penulis dalam memaknai fakta dan data serta

informasi yang diperoleh di lapangan sehingga menghasilkan suatu

interpretasi tentang permasalahan yang diteliti.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2004:278) mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

jenuh.
30

Data
Collection
Data Display

Data
Reduction Conclusions
Drawing/Verifying

Gambar 3.2 Komponen dalam analisis Data (Interactive model)


Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2004:278)

1. Data Reduction (Reduksi data)

Data dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat

secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti

ke lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk

itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian dara yang telah direduksi

akan memberikan gambaran uang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini,

dengan memberiakan kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Data display (Penyajian data)

Dalam peneilitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.


31

Miles dan Huberman menyebutkan disini bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan dara dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi

jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
32

K. Pedoman Wawancara

Dalam pedoman wawancara penelitian ini penulis mengemukakan

rencana wawancara secara garis besar, selanjutnya akan dikembangkan secara

mendalam pada saat wawancara di lokasi penelitian dilakukan terhadap informan

sehingga perolehan informasi menjadi lebih lengkap, aktual, dan akurat. Berikut

pedoman awal wawancara yang akan digunakan penulis secara garis besar.

a. Pendapat tentang pelaksanaan Kebijakan Dana Desa di Kabupaten

Karangasem

b. Dampak yang dirasakan dalam pelaksanaan kebijakan Dana Desa di

Kabupaten Karangasem

c. Sumber daya yang digunakan dalam pelaksaan kebijakan dana desa

d. Komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan dana desa.

e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik masyarakat

Anda mungkin juga menyukai