Bahan Ajar TPP Prodip I Udah Edit - Final
Bahan Ajar TPP Prodip I Udah Edit - Final
TEKNIS
PERBENDAHARAAN PENERIMAAN
OLEH:
SURONO
RITA DWI LINDAWATI
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
ilmu bagi umat manusia yang senantiasa berpikir. Karunia utama yang kami rasakan
saat ini adalah diberikannya kesempatan untuk memberikan sumbang pemikiran
dalam bentuk bahan ajar yang ditujukan bagi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara,
khususnya Program Spesialisasi Bea dan Cukai untuk mata kuliah Teknis
Perbendaharaan Penerimaan.
Bahan Ajar ini disusun untuk Program Diploma I Bea dan Cukai berisi
pengetahuan dasar administrasi kepabeanan dan cukai. Untuk penulisan ini kami
mengambil referensi utama dari aturan pelaksanann Undang-undang Kepabeanan
dan Undang-undang Cukai. Selain hal tersebut, penulis juga mengambil referensi
tambahan dari buku-buku terkait dan juga artikel-artikel on-line dengan tujuan agar
penyajian modul ini dapat lebih menarik dan up to date.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari tingkat sempurna, untuk itu
diharapkan kritik dan masukannya untuk pengembangan dan penyempurnaan ke
depan.Terakhir, semoga Bahan Ajar ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa STAN
pada umumnya dan bagi siapa saja yang tertarik membacanya.
Surono
Rita Dwi Lindawati
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................v
PENDAHULUAN....................................................................................................1
iii
Rangkuman………………………………………………………………………………..100
Latihan……………………………………………………………………………………..101
PENUTUP………………………………………………………………………………….133
GLOSARIUM……………………………………………………………………………...134
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...135
BIODATA PENULIS……………………………………………………………………...137
iv
DAFTAR GAMBAR
No Nama Halaman
1.1 Pejabat Pengelola Keuangan Negara 7
1.2 Penggantian Bendahara Penerima 10
1.3 Ganti Rugi Kerugian Negara 12
1.4 Larangan Bendahara 13
2.1 Siklus Pajak 27
3.1 SSPCP 51
3.2 Tata Kerja Pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka 54
Impor Melalui Bank Devisa Persepsi Atau Pos Persepsi
3.3 Tata Kerja Pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka 57
Impor Melalui Kantor Bea Dan Cukai
3.4 Tata Kerja Pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka 60
Impor Ataskiriman Pos Melalui Kantor Pos
3.5 Tata Kerja Pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka 63
Ekspor Melalui Bank Devisa Persepsi Atau Pos Persepsi
3.6 Tata Kerja Pembayaran Penerimaan Negara Atas Barang Kena 58
Cukai ( Pembayaran Melalui Bank Persepsi atau Pos Persepsi)
3.7 Tata Kerja Penyetoran Penerimaan Negara (Oleh Kantor Bea Dan 76
Cukai)
3.8 Tata Kerja Penyetoran Penerimaan Negara (Oleh Kantor Pos) 80
5.1 Mekanisme Penagihan Kepabeanan Dan Cukai 102
6.1 Tahap Pengembalian Bea Masuk 122
6.2 Alur Pengembalian Bea Masuk 123
6.3 Tahap Pengembalian Bea Keluar 127
v
PENDAHULUAN
Untuk memudahkan penyampaian, Bahan ajar ini akan kami bagi menjadi 6
(enam) bab pembahasan. Masing-masing bab akan berisi materi teknis
perbendaharaan yang diselaraskan dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam
mata kulian ini. Secara ringkas, sub pokok bahasan yang akan dibahas dalam modul
ini adalah sebagai berikut:
1
- Barang Kena Cukai, Tarif Cukai dan Harga Dasar BKC, mencakup BKC,
penambahan atau pengurangan BKC, Konsep tarif cukai dan harga dasar BKC.
- Jenis-jenis pungutan negara, mencakup: penjelasan tentang pungutan-
pungutan negara yang dikelola DJBC yang terkait dengan barang impor, ekspor
dan barang kena cukai.
- Mekanisme pembayaran dan penyetoran pungutan negara mencakup:
penjelasan tentang mekanisme pembayaran dan juga penyetoran terhadap
penerimaan bea masuk, PDRI, cukai, denda dan bunga .
2
BAB
Tugas,
Tugas, fungsi
fungsi dan
dan tanggung
tanggung jawab
jawab Bendahara
Bendahara
Bendahara
Bendahara penerima
penerima di
di bidang
bidang kepabeanan
kepabeanan dan
dan cukai
cukai
Pungutan bea masuk, bea keluar dan cukai adalah jenis penerimaan pajak
tidak langsung yang administrasi penerimaannya dikelola oleh DJBC. Ketiga jenis
penerimaan pajak tersebut menjadi instrumen penerimaan yang memiliki kedudukan
cukup penting sebagai alat pengumpul penerimaan negara. Secara prinsip,
penerimaan negara tersebut menjadi salah satu aspek keuangan negara. Untuk lebih
menggambarkan pengertian keuangan negara ini, mari kita simak beberapa
konsepsi dasar mengenai keuangan negara sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3
Beberapa pengertian umum tentang administrasi Keuangan Negara
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke kas Negara.
Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
Pengeluaran Negara adalah uang yang keluar dari kas Negara.
Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggung jawaban
Keuangan Negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan dalam APBN dan APBD.
Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) untuk menampung
seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang
negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung
seluruh penerimaan dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank
sentral.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain
yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Kemudian, dari sisi proses,
4
Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan,
Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang
berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di
atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Bila ditinjau dari aspek cakupan keuangan negara, maka pengertian keuangan
negara bisa dikelompokkan menjadi dua.
Pertama, keuangan negara dalam arti yang luas pendekatannya lebih kepada
sisi objeknya. Sesuai definisi keuangan negara dalam UU nomor 17 tahun 2003,
cakupan keuangan negara mencakup kebijakan dan kegiatan dalam bidang
fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Bidang
pengelolaan fiskal meliputi kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bidang
pengelolaan moneter berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan
sektor perbankan dan lalu lintas moneter baik dalam maupun luar negeri.
Sedangkan bidang kekayaan negara yang dipisahkan berkaitan dengan
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha Milik
Negara/Daerah (BUMN/BUMD) yang orientasinya mencari keuntungan (profit
motive).
Memahami konsep keuangan negara tersebut maka kita dapat melihat bahwa
kedudukan penerimaan bea masuk, bea keluar dan cukai yang dikelola oleh DJBC
adalah salah satu aspek pengelolaan keuangan negara dari sisi fiskal.
5
2. Konsep Perbendaharaan
Pengertian Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk
dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/
menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara/daerah. Dalam
Undang-undang Perbendaharaan tersebut diketahui bahwa pada dasarnya
bendahara ada 2 jenis yaitu:
a. Bendahara penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan
kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah.
b. Bendahara pengeluaran
Bendahara pengeluaran adalah orang yang ditunjuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan uang untuk
keperluan belanja Negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD
pada kantor/satuan kerja kementerian Negara/ lembaga/daerah.
6
Pejabat Perbendaharaan Negara
Gambar 1.1
Pejabat Pengelola Keuangan Negara
7
kode nomor/kombinasi nomor lemari kas/brankas yang telah diaturnya yang hanya
diketahuinya sendiri. Kemudian dimasukkan dalam amplop tertutup bersama anak
kunci brankas, selanjutnya ditutup dan disegel, dan dimasukkan kedalam amplop
kedua yang juga disegel/diparaf bendahara dan diserahkan kepada Kepala Kantor.
Pembukaan amplop yang tersegel dilakukan oleh Kepala Kantor hanya pada
saat/keadaan sebagai berikut:
8
2) Menyimpan dalam lemari yang disegel semua buku-buku dan bukti-bukti
lain yang berkaitan dengan penerimaan /penyetoran.
3) Menyegel brankas.
Penutupan buku catatan Pabean untuk penerimaan harian dan buku-buku
lainnya, penyegelan dan pemerikasaan kas harus disaksikan oleh ahli
waris/keluarga bendahara yang bersangkutan dan 2 (dua) orang pejabat
yang ditunjuk oleh Kepala Kantor.
Selanjutnya apabila tugas diatas telah selesai dilaksanakan, dilakukan
pengujian dengan membuka segel, melakukan pemeriksaan kas dan
semua uang dan dokumen berharga lainnya dihitung dan dituangkan
dalam berita acara. Penutupan buku catatan Pabean untuk penerimaan
harian dan buku-buku lainnya, penyegelan dan pemerikasaan kas harus
disaksikan oleh ahli waris/keluarga bendahara yang bersangkutan dan 2
(dua) orang pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Kantor. Guna kelancaran
tugas sehari-hari Kepala Kantor selaku atasan langsung segera menunjuk
Bendahara Penerima Pengganti Sementara, yang sebelum melaksanakan
tugasnya terlebih dahulu dilakukan serah terima dari Tim kepada
Bendahara Penerima Pengganti Sementara tersebut dan dibuatkan Berita
Acara. Apabila Bendahara Penerima sudah dapat menjalankan tugasnya
kembali, maka segera dibuatkan surat pencabutan atas surat kuasa atau
penunjukannya.
9
Gambar 1.2
PENGGANTIAN BENDAHARA PENERIMAAN
BUKU PENERIMAAN
DITUTUP DAN DIBUATKAN BERITA
ACARA SERTA PERTEAN PENUTUPAN
KEPLA KANTOR MEMBENTUK TIM YANG
KAS
BERTUGAS:
Menutup Buku catatan untuk penerimaan
pabean/ cukai
DITANDATANGANI OLEH BENDAHARA Menyimpan dalam lemari yang disegel
PENERIMAAN YANG LAMA DAN YANG semua yang berkaitan dengan
BARU penerimaan dan penyetoran
Menyegel brankas
10
Bendahara penerimaan bertanggung jawab secara fungsional atas pengelolaan uang
yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara.
Selanjutnya kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Menteri
Keuangan dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan
penerimaan yang dilakukannya. Selanjutnya Menteri Keuangan bertanggung jawab
kepada Presiden dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan
penerimaan Negara
Kerugian negara yang timbul wajib dilaporkan oleh Kepala Kantor kepada
Menteri Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari kerja sejak kerugian Negara itu diketahui. Kepala kantor segera meminta surat
pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi
tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian Negara kepada Bendahara
Penerimaan. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh
atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah, gubernur/bupati/walikota
yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian
kerugian sementara kepada yang bersangkutan.
Pada dasarnya tuntutan ganti rugi terhadap bendahara tidak hilang walaupun
bendahara telah dijatuhi hukuman pidana. Dengan kata lain, Bendahara tetap
11
dituntut menyelesaikan kerugian negara yang diakibatkan karena kelalaiannya.
Namun demikian, tuntutan ganti rugi tersebut memiliki waktu daluwarsa. Menurut
Pasal 65 undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
ditetapkan bahwa kadaluwarsa membayar ganti rugi bagi bendahara dan pegawai
negeri yang bukan bendahara adalah:
5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut dan tidak dilakukan tuntutan
ganti rugi atau.
8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian dan tidak dilakukan penuntutan ganti
rugi.
Gambar 1.3
Ganti rugi Kerugian Negara
MELALUI
MEKANISME
12
b. Bendahara penerimaan atau bendahara pengeluaran dilarang melakukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas
kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut.
Gambar 1.4
Larangan Bendahara
Dirangkap
Dirangkap oleh
oleh Pengguna
Pengguna
Anggaran
Anggaran atau
atau kuasanya
kuasanya
Melakukan:
Melakukan:
Perdagangan
Perdagangan
Pemborongan
Pemborongan
Penjualan
Penjualan Jasa
Jasa
Penjamin
Penjamin atas
atas
kegiatan
kegiatan diatas
diatas
13
diangkat oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
sebagai Kepala Bidang Perbendaharaan atau Kepala Seksi/Kasubsi
Perbendaharaan pada Kantor-Kantor Pelayanan Utama Tipe A atauTipe B, Kantor
Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean dan Cukai serta
Kantor Pelayanan dan Pengawasan Tipe A.1, A.2, A.3, dan Tipe B di lingkungan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Struktur Organisasi
Fungsi perbendaharaan di lingkungan Kantor Pelayanan Utama dilaksanakan oleh
Bidang Perbendaharaan dan Keberatan, yang membawahi:
1) Seksi Penerimaan dan Pengembalian
2) Seksi Penagihan
3) Seksi Keberatan
Tugas Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan dan Keberatan mempunyai tugas melaksanakan
pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, cukai, dan pungutan negara
lainnya yang dipungut oleh DJBC, penelitian atas keberatan dibidang kepabeanan
dan cukai serta penyiapan administrasi urusan banding.
Seksi Penerimaan dan Pengembalian
14
Seksi Penagihan
Seksi Keberatan
Fungsi Perbendaharaan
1) Pengadministrasian penerimaan bea masuk, cukai, denda administrasi, bunga,
sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang dipungut
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
2) Pengadministrasian jaminan serta pemrosesan penyelesaian jaminan
penangguhan bea masuk, jaminan Pengusaha Pengguna Jasa Kepabeanan dan
jaminan dalam rangka keberatan, banding serta jaminan lainnya.
3) Penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, pengurusan permintaan dan
pengembalian pita cukai.
4) Penagihan dan pengembalian bea masuk, cukai denda administrasi, bunga
sewa tempat penimbunan pabean, pungutan negara lainnya yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta pengadministrasian dan penyelesaian
premi.
5) Penerbitan dan pengadministrasian surat teguran atas kekurangan pembayaran
bea masuk, cukai, denda adminstrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean,
dan pungutan negara lainnya yang telah jatuh tempo.
6) Penerbitan dan pengadministrasian surat paksa dan penyitaan, serta
administrasi pelelangan.
7) Pengadminstrasian dan penyelesaian surat keterangan impor kendaraan
bermotor.
8) Penyajian laporan realisasi bea masuk, cukai, dan pungutan negara lainnya;
15
9) Pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan dibidang
kepabeanan dan cukai dan penyiapan administrasi urusan banding.
Struktur Organisasi
Tugas Perbendaharaan
Fungsi Perbendaharaan
16
6) Penerbitan dan pengadministrasian surat keterangan impor kendaraan bermotor.
Penyajian laporan realisasi penerimaan BM, cukai, dan pungutan negara
lainnya.
Tugas Perbendaharaan
Fungsi perbendaharaan
17
6) Penerbitan dan penyelesaian penyitaan serta administrasi pelelangan.
Pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan impor
kendaraanbermotor.
7) Penyajian laporan realisasi penerimaan BM, cukai dan pungutan negara lainnya.
Struktur Organisasi
Fungsi perbendaharaan pada Kantor Bea dan Cukai Tipe A dilaksanakan oleh Seksi
Perbendaharaan, yang membawahi:
1) Subseksi penerimaan dan jaminan.
2) Subseksi penagihan dan pengembalian.
Tugas Perbendaharaan
Seksi perbendaharaan mempunyai tugas melakukan pemungutan dan
pengadministrasian BM, cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal.
Fungsi Perbendaharaan
1) Pengadministrasian penerimaan BM, cukai, denda administrasi, bunga, sewa
penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal.
2) Pengadministrasian jaminan serta pemrosesan penyelesaian jaminan
penagguhan BM, jaminan PPJK, jaminan dalam rangka keberatan dan banding
serta jaminan lainnya.
3) Penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, pengurusan permintaan dan
pengembalian pita cukai.
4) Penagihan dan pengembalian BM, cukai, denda administrasi, bunga, sewa
tempat penimbunan pabean, pungutan negara lainnya yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal serta pengadministrasian dan penyelesaian premi.
18
5) Penerbitan dan pengadministrasian surat teguran atas kekurangan pembayaran
BM, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan
pungutan negara lainnya yang telah jatuh tempo.
6) Penerbitan dan pengadministrasian surat paksa dan penyitaan, serta
administrasi pelelangan.
7) Pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan impor
kendaraanbermotor.
8) Penyajian laporan realisasi penerimaan BM, cukai, dan pungutan negara
lainnya.
Struktur Organisasi
Fungsi perbendaharaan pada Kantor Bea dan Cukai tipe B dilaksanakan oleh unit
Sub seksi Perbendaharaan dan Pelayanan.
Fungsi Perbendaharaan
19
7) Pengadministrasian dan penyelesaian surat paksa dan keterangan impor
kendaraan bermotor;
8) Penyajian laporan realisasi penerimaan BM, cukai dan pungutan negaralainnya
9) Penerimaan dan penatausahaan RKSP dan jadwal kedatangan SP;
10) Pelaksanaan penerimaan, pendistribusian, penelitian dan penyelesaianmanifest
kedatangan dan keberangkatan SP;
11) Pelayanan pemberitahuan pengangkutan barang serta perhitungan denda
administrasi terhadap kelambatan penyerahan dokumen SP;
12) Pelayanan fasilitas dan perizinan dibidang kepabeanan dan cukai, penelitian
pemberitahuan impor, ekspor, dokumen cukai dan pengusaha BKC;
13) Pemeriksaan barang, pemeriksaan badan dan pengoperasian sarana deteksi;
14) Penelitian pemberitahuan klasifikasi barang, tarif BM, nilai pabean dan fasilitas
impor serta penelitian kebenaran perhitungan BM, cukai, PDRI, PDRE dan
pungutan negara lainnya;
15) Penetapan klasifikasi barang, tarif BM, dan nilai pabean;
16) Pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean,
pelayanan dan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang ekspor ke SP;
17) Pelaksanaan urusan pembukuan dokumen cukai, pelaksanaan urusan
pemusnahan dan penukaran pita cukai, pemeriksaan pengusaha BKC, buku
daftar dan dokumen yang berhubungan dengan BKC, pelaksanaan dan
pengawasan dan pemantauan produksi, harga dan kadar BKC;
18) Pengadministrasian perizinan TPB, pengelolaan TPB dan TPP, pengawasan
pemasukan dan pengeluaran barang di TPB dan TPP, pemeriksaan dokumen,
pemeriksaan fisik dan pencacahan di TPB dan TPP;
19) Pelaksanaan urusan penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai,
dikuasai negara, dan barang-barang yang menjadi milik negara serta
pelaksanaan urusan pemusnahan barang yang dinyatakan tidak dikuasai,
dikuasai negara dan barang milik negara dan atau busuk;
20) Penerimaan, penelitian kelengkapan dan pendistribusian dokumen pabean dan
cukai, serta penyajian data kepabeanan dan cukai.
20
1) Kegiatan perbendaharaan merupakan kegiatan yang tidak terlepaskan dari
administrasi pengelolaan keuangan Negara.
21
Menteri/Pimpinan Lemabaga lainnya yang berfungsi sebagai Chief
Operational Officer serta wakil pemerintah pada Badan usaha Milik
Pemerintah
22
11) Fungsi perbendaharaan di lingkungan KPPBC Tipe A1 dilaksanakan oleh
Kepala Seksi Perbendaharaan, yang membawahi: Subseksi administrasi
penerimaan jaminan dan Subseksi penagihan dan pengembalian
LATIHAN
23
BAB
Siklus
Siklus pungutan
pungutan kepabeanan
kepabeanan dan
dan cukai
cukai
Jenis
Jenis pungutan
pungutan dan
dan Cara
Cara Penghitungan
Penghitungan Pungutan
Pungutan kepabeanan
kepabeanan dan
dan cukai
cukai
Dalam kegiatan belajar ini diuraikan tentang objek, subjek, siklus dan jenis-
jenis pungutan negara dibidang pabean, cukai dan juga pungutan negara lainnya.
Pungutan kepabeanan meliputi bea masuk dan bea keluar sedangkan pungutan
cukai adalah pungutan atas barang kena cukai. Pungutan negara lainnya adalah
pungutan yang ditetapkan menyertai pungutan-pungutan tersebut yang
pemungutannya dibebankan kepada pihak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
24
1. Objek Pungutan Kepabeanan dan Cukai
Objek pajak atas pungutan bea masuk adalah semua barang yang dimasukkan
kedalam daerah pabean Indonesia untuk dipakai, dimiliki atau dikuasai oleh orang
yang berdomisili di Indonesia.
Objek Cukai
25
5) Bijih ( raw material atau ore) dalam bentuk logam, bukan logam dan batuan yang
seluruhnya berjumlah 65 jenis barang.
Yang dimaksud subjek pembayaran terhadap barang impor adalah siapa saja
atau pihak mana saja yang memiliki atau menguasai barang yang pada waktu
pemasukannya wajib dikenakan pungutan pabean impor dan/atau PDRI lainnya.
Adapun pihak-pihak dimaksud adalah:
1) Importir
2) Pengangkut
3) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara
4) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat
5) PPJK
6) Perorangan
26
Pada dasarnya pungutan pajak mempunyai kegiatan awal dan akhir yang
tertentu. Hal ini sering diistilahkan sebagai lingkaran atau siklus pajak (tax circle).
Menganalogikan dengan konsep siklus pajak tersebut, kami mencoba untuk
mengilustrasikan siklus pajak tersebut terhadap pungutan kepabeanan dan cukai.
Gambaran sederhana siklus pajak dapat dilihat pada gambar ilustrasi berikut:
Gambar 2.1
Siklus Pajak
27
Saat terutang pungutan atas barang yang diimpor
Saat terutang pungutan impor adalah pada saat barang memasuki daerah
pabean Indonesia. Pada saat itu secara bersamaan terutang pajak-pajak dalam
rangka impor. Sehingga atas impor barang tersebut wajib dikenakan BM dan pajak-
pajak dalam rangka impor. Titik inilah yang merupakan dasar bagi pejabat Bea dan
Cukai untuk melakukan pengawasan dalam rangka mengamankan hak-hak negara
terutama hak keuangan negara.
2. Saat Pelunasan
28
penundaan dalam hal pembayarannya dilakukan secara berkala atau menunggu
pembebasan atau keringanan.
b. Untuk barang impor yang ditetapkan SPTNP, Kekurangan pembayaran bea
masuk dan/atau denda administrasi yang terutang wajib dibayar paling lambat
60 (enam puluh ) hari sejak tanggal penetapan.
Atas permintaan yang berutang Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat
memberikan penundaan atau pengangsuran kewajiban membayar bea masuk
dan/atau denda administrasi paling lama 12 bulan dan atas penundaan ini dikenai
bunga 2% perbulan, bagian dari bulan dihitung satu bulan. Hal ini juga berlaku
terhadap importir yang mendapat penundaan karena alasan sedang mengajukan
permohonan fasilitas fiskal (vooruitslag). Namun dalam hal importir mendapat
fasilitas pembayaran berkala, maka pembayaran tidak dikenai bunga .
29
Pelunasan Bea Keluar dilakukan sebelum pendaftaran dokumen PEB di Kantor
Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai. Dalam pengertian ini, PEB dari
eksportir akan ditolak apabila pada saat penyampaian PEB, kewajiban pembayaran
bea keluarnya belum dilakukan. Titik ini hampir berhimpitan dengan saat terutangnya
bea keluar. Namun demikian, pengecualian dapat dilakukan terhadap barang ekspor
tertentu, yang belum dapat diketahui jumlah maupun spesifikasi nilainya pada saat
penyampaian PEB.
3. Fasilitas Fiskal
30
3) barang untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
4) barang contoh dan tidak untuk diperdagangkan.
5) barang pindahan.
6) barang pribadi penumpang, ASP, pelintas batas, dan barang kiriman sampai
batas nilai tertentu.
7) barang asal impor yang diekspor kembali.
8) barang ekspor yang diimpor kembali.
4. Saat Penagihan
31
Administrasi (SPSA)). Pada titik inilah munculnya kewajiban penagihan yang bersifat
administraif. Berakhirnya batas waktu penagihan administratif atas tagihan bea
masuk atau bea keluar adalah enam puluh hari sejak tanggal penetapan pabean.
Apabila setelah berakhirnya batas waktu penagihan administratif si wajib bayar
belum juga melunasi tagihan maka pihak DJBC akan meningkatkan status
penagihannya menjadi penagihan aktif.
5. Pengembalian
6. Kadaluwarsa Tagihan
Salah satu aspek dasar perpajakan adalah mewujudkan kepastian bagi wajib
bayarnya. Hal ini sangat penting untuk diwujudkan oleh pemerintah selaku pemungut
pajak dalam rangka menjamin kepastian bisnis si wajib bayar. Ketentuan undang-
undang kepabeanan dan undang-undang Cukai telah mengatur dengan tegas batas
waktu kadaluwarsanya tagihan bea masuk, bea keluar dan cukai.
32
Kadaluwarsa Tagihan Bea Masuk dan Bea Keluar
33
h. Bunga Penagihan atas pajak dalam rangka impor .
Pemberitahuan Impor Barang (BC 2.0), terhadap barang impor untuk dipakai
yang dikenakan kewajiban pembayaran bea masuk.
Pemberitahuan Impor barang Khusus (BC 2.1), terhadap barang impor untuk
dipakai yang barang impornya mendapat pengecualian kewajiban penyampaian
PIB secara elektronik. Contoh: barang pindahan, barang kiriman, dan
sebagainya.
Customs Declaration (BC 2.2), terhadap barang impor yang dibawa oleh
penumpang atau awak sarana pengakut yang datang dari luar negeri yang
dikenakan kewajiban pembayaran bea masuk.
Buku Pas Barang Lintas Batas (BPBLB), terhadap barang impor yang dibawa
oleh pelintas batas yang dikenakan kewajiban pembayaran bea masuk.
Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP), terhadap barang impor
berupa barang kiriman pos khusus yang ditangani oleh PT. Pos Indonesia.
34
Pemb.Penyelesaian Barang asal Impor yang Mendapat fasilitas KITE (BC 2.4),
terhadap barang impor eks. Fasilitas KITE yang tidak diekspor namun di jual ke
peredaran bebas.
Pemb.Penyelesaian Barang asal Impor yang Mendapat fasilitas Tempat
Penimbunan Berikat (BC 2.5), terhadap barang impor eks. Fasilitas TPB yang
tidak diekspor namun di jual ke Tempat lain dalam daerah pabean (peredaran
bebas).
Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean (SPTNP), terhadap barang impor yang
ditetapkan kekurangan pembayaran bea masuk karena adanya kesalahan pos
tarif dan nilai pabean.
Surat Penetapan Kembali Tarif dan Nilai Pabean (SPKTNP), terhadap barang
impor yang ditetapkan kekurangan pembayaran bea masuk karena adanya
penetapan kembali Pos Tarif dan Nilai Pabean. Contoh: penetapan kembali dari
hasil temuan Post Clereance Audit.
Surat Penetapan Pabean (SPP), terhadap barang impor yang ditetapkan
kekurangan pembayaran bea masuk di luar kasus kesalahan Pos tarif dan Nilai
Pabean. Contoh: pembatalan fasilitas kepabeanan.
Surat Penetapan Sanksi Administrasi (SPSA), terhadap subjek pungutan impor
yang melanggar ketentuan administrasi pabean berdasarkan Undang-undang
Kepabeanan.
Surat teguran (ST) terhadap subjek pungutan impor yang tidak melunasi tagihan
kekurangan pembayaran bea masuk setelah berakhirnya jangka waktu
pembayaran.
Surat Paksa (SP) terhadap subjek pungutan impor yang tidak melunasi tagihan
kekurangan pembayaran bea masuk setelah dikeluarkannya surat teguran dan
berakhirnya jangka waktu surat teguran .
Dokumen Dasar Pembayaran di bidang ekspor
35
Surat Penetapan Sanksi Administrasi (SPSA), terhadap subjek pungutan ekspor
yang melanggar ketentuan administrasi pabean berdasarkan Undang-undang
Kepabeanan
Surat teguran (ST) terhadap subjek pungutan impor yang tidak melunasi tagihan
kekurangan pembayaran bea keluar setelah berakhirnya jangka waktu
pembayaran
Surat Paksa (SP) terhadap subjek pungutan ekspor yang tidak melunasi tagihan
kekurangan pembayaran bea keluar setelah dikeluarkannya surat teguran dan
berakhirnya jangka waktu surat teguran
Dokumen Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1), terhadap pita cukai
yang dipesan untuk BKC hasil tembakau
Dokumen Pemesaan Pita Cukai MMEA (CK-1A), terhadap pita cukai yang
dipesan untuk BKC MMEA
Dokumen Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5), terhadap BKC etil
alkohol dan MMEA Golongan A yang dibuat di dalam negeri yang akan
dikeluarkan dari pabrik atau tempat penyimpanan
Surat Tagihan Cukai (STCK-1), terhadap utang cukai yang tidak dibayar pada
waktunya atau adanya temuan kekurangan pembayaran cukai.
36
Rumus dasar penghitungan BM, adalah: tarif BM dikalikan dengan Nilai Pabean
Pajak-pajak Dalam rangka Impor (PDRI) seperti: PPN, PPn.BM dan PPh. Pasal
22 dihitungan dengan cara mengalikan anatar tarif pajak dengan Nilai Impor.
Nilai Impor dihitung dengan cara menjumlahkan antara Nilai Pabean Barang
Impor dengan Nilai Pungutan Bea Masuk yang terhutang.
Apabila barang impor juga dikenakan pungutan Bea masuk tambahan (BMAD,
BMTP, dsb) maupun pungutan cukai, maka komponen Bea masuk Tambahan
dan Cukai tersebut juga menjadi bagian dari Nilai Imporadalah sebagai berikut;
Contoh Penghitungan Pungutan Impor :
Importir PT.Sarinah mengimpor BKC berupa MMEA jenis BRENDY, dengan kadar
etil alkohol 26% sebanyak 100.000 botol @ 660ml, Harga CIF seluruhnya
USD.100.000,-, kurs atau NDPBM yang berlaku pada saat impor adalah Rp.10.000,-
tiap USD, Tarip Cukai atas MMEA tersebut Rp. 130.000,-/liter, BM.Spesifik
Rp.125.000,-/ltr, PPn. 10% dan PPh.Pasal 22. Sebesar 2,5%.
Penghitungannya sbb:
BM= 100.000,- btl x 0,66 x Rp125.000,- = Rp 8.250.000.000,-
Cukai = 100.000 X 0,66 ltr X Rp130.000,- = Rp 13.372.500.000,-
CIF = USD 100.000,- X Rp10.000,- = Rp 1.000.000.000,-
Nilai Impor = Rp 22.622.500.000,-
Rp 24.450.312.500,-
37
Utang BM yang tidak atau kurang dibayar pada saat jatuh tempo disamping
dibayar BM dan denda administrasi juga dikenakan bunga sebesar 2% setiap bulan
bagian dari bulan dihitung sebulan penuh dan dihitung selama-lamanya 24 bulan.
Hal tersebut berlaku pula untuk pembayaran cukai, kekurangan cukai atau denda
administrasi juga dikenai bunga 2 % perbulan untuk paling lama 24 bulan.
Contoh:
Pasal 10.a.(3) UUP yaitu pengangkut yang mengangkut barang impor pada saat
pembongkaran kedapatan kurang dari yang diberitahukan, dikenakan denda
38
minimum Rp25.000.000,- dan maksimum Rp250.000.000,- misalkan pengangkut
dalam 6 bulan terakhir telah melanggar sebanyak 5 kali, maka dendanya = 7 kali
Rp25.000.000,- = Rp175.000.000,-, denda ditagih dengan menggunakan formulir
SSPCP pada kolom denda.
Contoh:
Importir Y salah memberitahukan nilai pabean atau jumlah atau jenis
yangmenyebabkan kekurangan pembayaran BM, misalnya sudah bayar BM
Rp.10.000.000,-, seharusnya Rp.15.000.000,- selisih kurang = Rp.5.000.000,-
Rp.5.000.000,-/ Rp.10.000.000,- X 100% = 50% denda= 200%. 200% X
Rp.5.000.000,- = Rp.10.000.000,-
Contohnya:
39
Importir X yang mendapat fasilitas impor, mengimpor alat-alat besar 15 Unit CIF @
Rp1.000.000,- per unit, CIF seluruhnya=Rp.15.000.000,-. BM yang ditetapkan
adalah; BM tanpa Fasilitas = 15% dan BMFasilitas = 5%. Dalam penelitian Pejabat
Bea dan Cukai terdapat penyalah gunaan fasilitas dimaksud 3 unit, maka cara
penghitungan denda adalah sebagai berikut:
1) BM tanpa Fas (15 Unit) : 15% X Rp.15.000.000,- = Rp.2.250.000,-
BM fasilitas : 5% X Rp.15.000.000,- = Rp. 750.000,-
--------------------
Rp.1.500.000,-
2). Misalkan disalahgunakan 3 Unit;
BM tanpa fasilitas : 15% X (3 X Rp.1.000.000,-)=Rp. 450.000,-
BM Fasilitas : 5% X ( 3 X Rp.1.000.000,-) =Rp. 150.000,-
-----------
Rp. 300.000,-
3). Denda = Rp300.000,-/ Rp1.500.000.000,- X 100% = 33,33%
Pada tabel 33,33% masuk ke klasifikasi denda 200%
Jadi 200% X Rp300.000,- = Rp600.000,-
40
Jumlah batang atau gram, dikonversi dari jumlah lembar pita cukai yang
dipesan. Rumusnya adalah, Jumlah Batang : Jumlah Lembar x Jumlah
Keping Seri x Isi per kemasan
Pita cukai HT terdiri atas 3 seri, seri I isi 120keping perlembar, seri II isi 56
keping per lembar dan seri III isi 150 keping per lembar
Tarif cukai spesifik untuk masing-masing hasil tembakau mengacu pada
penetapan tarif sesuai Keputusan Kepala Kantor Bea dan Cukai
Khusus untuk hasil tembakau,DJBC juga berkewajiban untuk mengelola
pungutan PPN hasil Tembakau.
Perhitungan PPN Hasil Tembakau mengacu pada Harga Jual Eceran per
kemasan yang telah ditetapkan bersamaan dengan penetapan tarif cukai,
oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai
Jawab :
41
Perhitungan Cukai dan PPN untuk merk A
Jumlah batang = 1.000 lbr x 12 x 150 keping = 1.800.000 batang
Cukai terhutang = Rp. 285 x 1.800.000 = Rp. 513.000.000,-
PPN terhutang = 8,4% x Rp. 6.600 x 1.000 lbr x 150 = Rp. 83.160.000,-
42
Sistem pemungutan cukai etil alkohol menggunakan sistem tarif cukai spesifik
murni. Pengertiannya bahwa cukai dipungut berdasarkan jumlah satuan spesifik
tertentu tanpa membedakan kadar etil alkohol yang terkandung di dalamnya dan
juga tanpa membedakan apakah etil alkohol tersebut diperoleh dari impor atau
diproduksi di dalam negeri.
Besarnya tarif cukai etil alkohol ditetapkan tarif flat Rp.20.000,-/ltr dan khusus
untuk konsentrat mengandung etil alkohol sebesar Rp.100.000,-/liter
Rumus penghitungan cukai etil alkohol :
Contoh Penghitungan:
Pabrik etil alkohol “madu kismo” mengajukan permohonan pengeluaran BKC
dengan pelunasan cukai (dokumen CK-5) kepada Kantor Bea dan Cukai
setempat, dengan rincian:
- 20 drum isi @ 200 liter, etil alkohol kadar 96%.
Pertanyaan, Berapa nilai cukai yang harus dibayar Pengusaha ?
Jawab :
Pungutan Cukai yang harus dilunasi = 20 x 200 ltr x Rp. 20.000,-
= Rp. 80.000.000,-
43
karena telah disebutkan dalam undang-undang, mengenai kelipatan tertentu
dari nilai cukai, jadi harus dihitung terlebih dahulu nilai cukainya, sedangkan
persentase tertentu dari nilai cukai juga dihitung terlebih dahulu nilai cukainya
dan kemudian dikali dengan besarnya persentase yang ditetapkan dalam
undang-undang.
b. Terhadap denda yang ditetapkan minimum sampai maksimum dalam rupiah,
dengan ketentuan apabila dalam 5 (lima) tahun terakhir melakukan
pelanggaran
Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
1) X Melanggar, denda = 1 X denda Minimum.
2) X Melanggar, denda = 3 X denda Minimum.
3) X Melanggar, denda = 5 X denda Minimum.
4) X Melanggar, denda = 7 X denda Minimum.
5) ≥ 5 X Melanggar, denda = 1 X denda Maximum.
c. Terhadap denda yang ditetapkan minimum sampai dengan maksimum dalam
rupiah khusus pada pasal 25 (4A), dengan ketentuan apabila dalam 5 (lima)
tahun terakhir melakukan pelanggaran.
Cara menghitungnya sebagai berikut :
1). 1 X Melanggar, denda = 1 X denda minimum
2). 2 X Melanggar, denda = 2 X denda minimum
3). 3 X Melanggar, denda = 3 X denda minimum
4). 4 X Melanggar, denda = 4 X denda minimum
5). ≥5 X Melanggar, denda =1 X denda maksimum
44
Sanksi administrasi berupa denda atas pengangkutan barang-barang tertentu
Bebarapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam penghitungan bea keluar
adalah sebagai berikut:
Bea keluar secara umum ditetapkan dengan sistem tarif advalorum yang
besarnya berbeda-beda untuk setiap jenis barang yang dikenakan bea keluar.
Acuan tarif advalorum bea keluar diatur dalam PMK nomor 75/PMK.011/2008
tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea
Keluar.
Harga sebagai acuan penghitungan bea keluar ditetapkan oleh Menteri
Keuangan atas usulan Menteri Perdagangan setiap bulan sekali, yang disebut
sebagai Harga Ekspor.
Rumus pengitungan Bea keluar secara sederhana adalah sebagai berikut :
45
dalam Kolom 5 PMK 75/2012 (TarifBea Keluar sebesar 12 %), Harga Ekspor
pada bulan dimana PEB diajukan sebesar USD. 781,-/MT, Kurs Pajak
Rp.10.000,-/USD.
Maka besarnya Bea Keluar :
Bea Keluar : 100 MT x 12 % x USD 781. x Rp. 10.000,- = Rp.93.720.000,-
46
RANGKUMAN
1) Objek pungutan bea masuk adalah semua barang yang dimasukkan ke dalam
daerah pabean Indonesia untuk dipakai, dimiliki atau dikuasai oleh orang yang
berdomisili di Indonesia. Objek bea keluar adalah barang-barang tertentu yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, saat ini meliputi: kayu, kelapa sawit, CPO
dan produk turunannya; jangat dan jangat kulit pickled; biji kakao; dan bijih
mineral. Kemudian objek pungutan cukai mencakup: EA, MMEA dan Hasil
tembakau
2) Subjek pungutan kepabeanan: importir, pengangkut, Pengusaha Tempat
Penimbunan Sementara, Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat, PPJK dan
perorangan. Subjek pungutan Bea Keluar: eksportir, pengangkut, pengusaha
TPS, PPJK dan Perorangan. Subjek pungutan Cukai: Pengusaha Pabrik BKC,
Pengusaha TPE, Importir BKC, Penyalur MMEA, Pengusaha TPE EA dan
MMEA, perorangan.
3) Tahapan siklus pungutan kepabeanan dan cukai : saat terutang, saat pelunasan,
fasilitas, penagihan, pengembalian dan kadaluwarsa
4) Jenis-jenis pungutan kepabeanan: Bea Masuk dan bea masuk tambahan, yaitu:
Bea masuk Anti Dumping (BMAD), Bea Masuk Imbalan, Bea Masuk Tindak
Pengamanan (BMTP), Bea Masuk Pembalasan, Bea Masuk Ditanggung Negara
(BMDTP/BM SPM nihil), Sanksi administrasi berupa denda., Pendapatan
pabean lainnya: bunga atas BM, bunga atas denda administrasi pabean dan
biaya surat paksa, Pungutan cukai atas BKC yang diimpor dan penerimaan
cukai lainnya; biaya pengganti label pengawas dan pita cukai serta bunga dan
biaya surat paksa, PPN Impor, PPn BM,PPh pasal 22, Bunga Penagihan atas
pajak dalam rangka impor .
Jenis-jenis pungutan di bidnag ekspor: bea keluar, sanksi administrasi,
pendapatan ekspor
Jenis-jenis pungutan atas BKC: cukai HT, cukai MMEA, cukai EA, sanksi
administrasi, dan pendapatan cukai lainnya
5) Dokumen dasar pembayaran impor: PIB, PIBT, CD, BPBLB, PPKP, BC2.4,
BC2.5, SPTNP, SPKTNP, SPP, SPSA, ST dan SP
Dokumen dasar pembayaran ekspor: PEB, SPPBK, SPKPBK, SPSA, ST dan SP
Dokumen dasar pembayaran cukai: CK-1, CK-1A, CK-5 dan STCK-1
47
LATIHAN
1) Jelaskan konsep tax circle yang berlaku atas pungutan bea masuk !
2) Jelaskan jenis-jenis penerimaan cukai !
3) Jelaskan jenis-jenis dokumen dasar pembayaran di bidang ekspor !
4) Jelakan perbedaan cara menghitung pungutan cukai etil alkohol dengan cukai
MMEA !
5) Jelaskan rumusan perhitungan BM, BK dan cukai !
48
BAB
Tata
Tata Kerja
Kerja Pembayaran
Pembayaran Pungutan
Pungutan Impor
Impor Melalui
Melalui Bank
Bank Devisa
Devisa atau
atau Pos
Pos Persepsi
Persepsi
Tata
Tata Kerja
Kerja Pembayaran
Pembayaran Pungutan
Pungutan Impor
Impor Melalui
Melalui Kantor
Kantor Bea
Bea dan
dan Cukai
Cukai
Tata
Tata Kerja
Kerja Pembayaran
Pembayaran Pungutan
Pungutan Impor
Impor Melalui
Melalui Kantor
Kantor Pos
Pos
Tata
Tata Kerja
Kerja Pembayaran
Pembayaran Pungutan
Pungutan Ekspor
Ekspor
Tata
Tata Kerja
Kerja Pembayaran
Pembayaran Pungutan
Pungutan atas
atas Barang
Barang Kena
Kena cukai
cukai
Tata
Tata kerja
kerja Pembayaran
Pembayaran atas
atas Denda
Denda Administrasi
Administrasi Barang
Barang tertentu
tertentu
Tata Dalam
Tata Kerja
Kerja kegiatan
Penyetoran
Penyetoran belajar Bab
Penerimaan
Penerimaan 3 ini diuraikan tentang tata cara pembayaran dan
Negara
Negara
penyetoran pungutan kepabeanan dan cukai. Untuk lebih memudahkan pemahaman
maka penjabaran dalam Bab 3 ini kami bagi berdasarkan kategori pungutan masing-
masing, yaitu: kategori pungutan impor, ekspor, cukai, dan denda administrasi atas
barang tertentu.
49
Penyetoran adalah kegiatan menyerahkan seluruh pembayaran penerimaan
negara dalam rangka impor, penerimaan negara dalam rangka ekspor, penerimaan
negara atas barang kena cukai, dan penerimaan negara yang berasal dari
pengenaan denda administrasi atas pengangkutan barang tertentu yang diterima dari
wajib bayar ke Kas Negara oleh Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi, Pos
Persepsi, Kantor Bea dan Cukai, atau Kantor Pos.
1. Dokumen Pembayaran
50
Gambar 3.1
SSPCP
51
NTB, NTP dan NTPN
2. Lokasi Pembayaran
52
- Pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor
- Pembayaran penerimaan Negara dalam rangka ekspor
- Pembayaran penerimaan negara atas BKC yang dibayar bersamaan dengan
pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor.
- Pembayaran penerimaan negara impor dan ekspor yang dapat dilakukan di
Kantor Bea dan Cukai.
b. Bank Persepsi merupakan Bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
untuk menerima setoran penerimaan negara dalam negeri. Jenis penerimaan
yang dapat diterima adalah:
- Pembayaran penerimaan negara atas BKC
- Pembayaran penerimaan negara denda administrasi atas pengangkutan
barang tertentu
c. Pos Persepsi, yaitu Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
menerima setoran penerimaan negara dalam rangka ekspor, impor dan juga
penerimaan dalam negeri. Jenis-jenis penerimaan yang dapat diterima adalah:
- Penerimaan negara dalam rangka impor.
- Penerimaan negara dalam rangka ekspor.
- Pembayaran penerimaan Negara atas BKC.
- Pembayaran penerimaan negara impor dan ekspor yang dapat dilakukan di
Kantor Bea dan Cukai.
d. Kantor Pos atau yang lebih familiar disebut sebagai Kantor Pos Lalu Bea, yaitu
Kantor-Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dan Menteri bersama-
sama dengan Menteri terkait sebagai tempat pembayaran penerimaan negara
dalam rangka impor atau ekspor khusus untuk barang-barang kiriman pos.
53
Gambar 3.2
54
Kegiatan Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi:
1. Menerima dari wajib bayar:
a. Dokumen dasar pembayaran;
b. SSPCP dalam rangkap 4 (empat); dan
c. Uang pembayaran sebesar jumlah yang tercantum dalam SSPCP.
2. Meneliti:
a. Kelengkapan pengisian SSPCP dan kesesuaian pengisian SSPCP dengan
dokumen dasar pembayaran;
b. Pembayaran PNBP, dalam hal terhadap jasa pelayanan impor dikenakan
PNBP.
3. Dalam hal SSPCP telah diisi dengan lengkap dan/atau telah sesuai dengan
ketentuan peraturan:
a. Menerima berkas sebagaimana dimaksud pada angka 1;
b. Mengisi nama dan kode bank atau pos, nomor SSPCP, unit dan kode KPPN,
tanggal dan waktu pembayaran, nama dan tanda tangan petugas penerima
pembayaran, dan cap bank pada SSPCP;
c. Membubuhkan cap, tanggal pelunasan SSPCP, tanda tangan, dan nama jelas
petugas pada dokumen dasar pembayaran; dan menerakan NTB/NTPN
4. Menyerahkan kepada wajib bayar:
a. Dokumen dasar pembayaran yang telah dibubuhi tanda terima;
b. SSPCP lembar ke-1 untuk wajib bayar;
c. SSPCP lembar ke-3 untuk Kantor Bea dan Cukai.
5. Mengirimkan credit advice, (data atas SSPCP yang telah dilunasi oleh wajib
bayar) ke Kantor Bea dan Cukai telah terhubung dengan sistem PDE.
6. Menerima respon dari Kantor Bea dan Cukai atas penermintaan data
sebagaimana dimaksud pada angka 6.
7. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap kode akun dalam
modul Bank yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara (MPN).
8. Mendistribusikan SSPCP lembar ke-2 ke yang telah diterakan NTB/ NTPN/NTP
ke KPPN.
9. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran dan/atau
penyetoran jika diminta oleh Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai.
55
Kegiatan Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN):
1. Menerima SSPCP lembar ke-2 dari Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi
yang telah mendapatkan NTB/NTP dan NTPN.
2. Mencocokkan data SSPCP lembar ke-2 dengan data pada MPN.
3. Melakukan validasi terhadap SSPCP lembar ke-2.
4. Mengirimkan SSPCP lembar ke-2 yang telah divalidasi ke Kantor Pelayanan dan
Pengawasan Bea dan Cukai
5. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran dan/atau
penyetoran dari Kantor Bea dan Cukai.
56
Alur proses tatakerja pembayaran penerimaan Negara dalam rangka impor
melalui Kantor Bea dan Cukai dapat kami gambarkan dalam flowchart berikut.
Gambar 3.3
57
2. Menerima CD yang telah diberi nomor dan tanggal oleh petugas Kantor
Bea dan Cukai atau Buku Pas Barang Lintas Batas (BPBLB), yang
didalamnya telah tercantum besarnya penerimaan negara dalam rangka
impor yang harus dibayar.
3. Melakukan pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor di
Kantor Bea dan Cukai dengan menyerahkan:
a. CD atau BPBLB.;
b. SSPCP dalam rangkap 4 (empat); dan
c. uang pembayaran sebesar jumlah yang tercantum dalam SSPCP.
4. Menerima bukti pembayaran berupa SSPCP lembar ke-1 yang telah
diberi nomor SSPCP, tanggal dan waktu pembayaran, nama dan tanda
tangan petugas penerima pembayaran, dan cap dinas Kantor Bea dan
Cukai.
58
Kegiatan Wajib Bayar:
1. Menyerahkan Customs Declaration (CD) yang telah diisi dengan lengkap,
dokumen pelengkap pabean, dan/atau barang impor kepada petugas Kantor Bea
dan Cukai.
2. Menerima CD yang telah diberi nomor dan tanggal oleh petugas Kantor Bea dan
Cukai atau Buku Pas Barang Lintas Batas (BPBLB), yang di dalamnya telah
tercantum besarnya penerimaan negara dalam rangka impor yang harus dibayar.
3. Melakukan pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor di Kantor Bea
dan Cukai dengan menyerahkan:
a. CD atau BPBLB.;
b. SSPCP dalam rangkap 4 (empat); dan
c. uang pembayaran sebesar jumlah yang tercantum dalam SSPCP.
4. Menerima bukti pembayaran berupa SSPCP lembar ke-1 yang telah diberi nomor
SSPCP, tanggal dan waktu pembayaran, nama dan tanda tangan petugas
penerima pembayaran, dan cap dinas Kantor Bea dan Cukai.
59
D. Tata kerja pembayaran penerimaan negara dalam rangka
impor atas kiriman Pos melalui Kantor Pos
Gambar 3.4
60
4. Dalam hal SSPCP belum diisi dengan lengkap dan/atau belum sesuai dengan
ketentuan peraturan, wajib bayar;
a. Menerima kembali berkas sebagaimana dimaksud pada angka 3 untuk
dilengkapi dan diperbaiki; dan,
b. Mengajukan kembali berkas sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut
ke Kantor Pos.
5. Dalam hal SSPCP telah diisi dengan lengkap dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan serta uang pembayaran telah diserahkan, menerima dari petugas
kantor pos:
a. Barang kiriman pos;
b. SSPCP lembar - ke-1 yang telah dibubuhi nomor SSPCP, tanggal dan waktu
pembayaran, nama dan tanda tangan petugas penerima pembayaran dan cap
dinas Kantor Pos; dan
c. PPKP lembar ke-3.
61
b. SSPCP lembar ke-1 yang telah dibubuhi nomor SSPCP, tanggal dan waktu
pembayaran, nama dan tanda tangan petugas penerima pembayaran, dan
cap dinas kantor Pos; dan
c. PPKP lembar 1-c-3.
6. Menyerahkan PPKP lembar ke-1 yang telah dibubuhi tanda tangan dan cap dinas
dari petugas kantor pos dan SSPCP lembar ke-3 ke Kantor Bea dan Cukai.
62
Gambar 3.5
63
3. Dalam hal SSPCP belum diisi dengan lengkap dan/atau belum sesuai dengan
ketentuan peraturan, wajib bayar:
a. Menerima kembali berkas sebagaimana dimaksud pada angka 2 untuk
dilengkapi dan diperbaiki; dan
b. Mengajukan kembali berkas sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut ke
Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi.
4. Dalam hal SSPCP telah diisi dengan lengkap dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan serta uang pembayaran telah diserahkan, menerima kembali:
a. Dokumen dasar pembayaran yang telah dibubuhi tanda terima;
b. SSPCP lembar ke-1 dan ke-3 yang telah divalidasi;
c. Menyerahkan dokumen dasar pembayaran dan SSPCP lembar ke-3 ke
Kantor Bea dan Cukai.
64
c. membubuhkan cap, tanggal pelunasan SSPCP, tanda tangan, dan nama jelas
pelugas pada dokumen dasar pembayaran; dan
d. menerakan NTB/NTP dan/atau NTPN.
5. Menyerahkan kepada wajib bayar:
a. Dokumen dasar pembayaran. yang telah dibububi tanda terima,
b. SSPCP lembar ke-1 untuk wajib bayar; dan
c. SSPCP lembar ke-3 untuk Kantor Bea dan Cukai.
6. Mengirimkan credit advice (data atas SSPCP yang telah dilunasi oleh wajib
bayar), ke Kantor Bea dan Cukai yang telah terhubung dengan sistem PDE.
7. Menerima respon dari Kantor Bea dan Cukai atas penerimaan data sebagaimana
dimaksud pada angka.
8. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap kode akun dalam
modul Bank yang terhubung dengan MPN.
9. Mendistribusikan SSPCP lembar ke-2 yang telah diterakan NTB/NTP dan NTPN
ke KPPN.
10. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran dan/atau
penyetoran. Jika diminta oleh Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan
Cukai.
65
c. melakukan. pencocokan data penerimaan negara dalarn rangka ekspor yang
tercantum dalam dokumen dasar pembayaran dengan credit advice yang
dikirim dari Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi.
2. Menerima dokumen dasar pernbayaran yang telah dibubuhi tanda terima dan
SSPCP lembar ke-3 dari wajib bayar.
3. Menerima SSPCP lembar ke-2 dari KPPN untuk dilakukan pencocokan dengan
SSPCP lembar ke-3 yang diterima dari wajib bayar.
4. Dalam hal hasil pencocokkan data SSPCP lembar ke-2 dengan lembar ke-3 tidak
sesuai, Pejabat Bea dan Cukai melakukan konfirmasi ke Bank Devisa Persepsi,
Pos Persepsi, dan/atau KPPN.
5. Dalam hal hasil rekonsiliasi/pencocokan data SSPCP lembar ke-2 dengan lembar
ke-3 sesuai, Pejabat Bea dan Cukai menatausahakan SSPCP.
Untuk ekspor barang yang dilakukan oleh penumpang, awak sarana pengangkut dan
pelintas batas;
66
a. PEB atau Pemberitahuan dan Perhitungan Bea Keluar Ekspor Barang
Bawaan dan Kiriman;
b. SSPCP dalam rangkap 4 (empat); dan
c. Uang pembayaran sebesar jumlah yang tercantum dalam SSPCP.
d. Menerima bukti pembayaran berupa SSPCP lembar ke-1 yang telah diberi
nomor SSPCP, tanggal dan waktu pembayaran, nama dan tanda tangan
petugas penerima pembayaran, dan cap dinas Kantor Bea dan Cukai.
67
Pembayaran melalui Bank Persepsi atau Pos Persepsi
Gambar 3.6
68
b. SSPCP dalam rangkap 4 (empat); dan
c. Uang pembayaran sebesar jumlah yang tercantum dalam SSPCP.
3. Dalam hal SSPCP telah diisi dengan lengkap dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan. serta uang pembayaran telah diserahkan, menerima kembali:
a. Dokumen dasar pembayaran yang telah dibubuhi tanda terima; dan
b. SSPCP lembar ke-I dan ke-3 yang telah divalidasi.
4. Menyerahkan dokumen dasar pembayaran dan SSPCP lembar ke-3 ke Kantor
Bea dan Cukai.
5. Menerima kembali dokumen dasar pembayaran yang telah diisi dan ditanda
tangani oleh Pejabat Bea dan Cukai dari Kantor Bea dan Cukai.
69
5. Mengirimkan credit advice (data atas SSPCP yang telah dilunasi oleh wajib
bayar) ke kantor Bea dan Cukai yang telah terhubung dengan sistem PDE.
6. Menerima respons dari Kantor Bea dan Cukai atas penerimaan data
sebagaimana dimaksud pada angka 6.
7. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap kode akun dalam
modul Bank yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara (MPN).
8. Mendistribusikan SSPCP lembar ke-2 yang telah diterakan NTB/NTP dan NTPN
ke KPPN.
9. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran
dari Kantor Bea dan Cukai.
70
4. Menerima SSPCP lembar ke-2 dari KPPN untuk dilakukan pencocokan dengan
SSPCP lembar ke-3 yang diterima dari wajib bayar.
5. Dalam hal hasil rekonsiliasi/pencocokan data SSPCP lembar ke-2 dengan lembar
ke-3 tidak sesuai, Pejabat Bea dan Cukai melakukan konfirmasi ke Bank
Persepsi, Pos Persepsi, dan/atau
6. Dalam hal hasil rekonsiliasi/pencocokan data SSPCP lembar ke-2 dengan lembar
ke-3 sesuai, Pejabat Bea dan Cukai menatausahakan SSPCP.
71
2. Meneliti
a. kelengkapan pengisian SSPCP dan kesesuaian pengisian SSPCP dengan
dokumen dasar pembayaran;
b. ada atau tidaknya pengenaan bunga sebesar 2% setiap bulannya; dan
c. pengenaan PNBP, dalam hal terhadap jasa pelayanan cukai dikenakan PNBP.
3. Dalam hal SSPCP telah diisi dengan lengkap dan/atau telah sesuai dengan
ketentuan peraturan:
a. menerima berkas sebagaimana dimaksud pada angka 1;
b. mengisi nama dan kode bank atau pos, nomor SSPCP, unit dan kode KPPN,
tanggal dan waktu pembayaran, nama dan tanda tangan petugas penerima
pembayaran, dan cap bank pada SSPCP
c. membubuhkan cap, tanggal pelunasan SSPCP, tanda tangan, dan nama jelas
petugas pada dokumen dasar pembayaran; dan
d. menerakan NTB/NTP dan/atau NTPN.
4. Menyerahkan kepada wajib bayar:
a. Dokumen dasar pembayaran yang telah dibubuhi tanda terima;
b. SSPCP lembar ke-l untuk wajib bayar; dan
c. SSPCP lembar ke-3 untuk Kantor Bea dan Cukai.
5. Mengirimkan credit advice (data atas SSPCP yang telah dilunasi oleh wajib
bayar) ke Kantor Bea dan Cukai yang telah terhubung dengan sistem PDE.
6. Menerima respons dari Kantor Bea dan Cukai atas penerimaan data
sebagaimana dimaksud pada angka 5.
7. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap kode akun dalam
modul Bank yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara (MPN).
8. Mendistribusikan SSPCP lembar ke-2 yang telah diterakan NTB/NTP dan NTPN
ke KPPN.
9. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran
dari Kantor Bea dan Cukai.
72
3. Melakukan validasi terhadap SSPCP lembar ke-2.
4. Menerima SSPCP lembar ke-2 yang telah divalidasi ke Kantor Bea dan Cukai.
5. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran
dari Kantor Bea dan Cukai.
73
2. Melakukan pembayaran penerimaan negara dalam rangka impor di Bank
Persepsi atau Pos Persepsi dengan menyerahkan:
a. Dokumen dasar pembayaran;
b. SSPCP dalam rangkap 4 (empat); dan
c. Uang pembayaran sebesar jumlah yang tercantum dalam SSPCP.
3. Dalam hal SSPCP telah diisi dengan lengkap dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan serta uang pembayaran telah diserahkan, menerima kembali:
a. Dokumen dasar pembayaran yang telah dibubuhi tanda terima; dan
b. SSPCP lembar ke-1 dan ke-3 yang telah divalidasi.
2. Meneliti :
a. Kelengkapan pengisian SSPCP dan kesesuaian pengisian SSPCP dengan
dokumen dasar pembayaran; dan
b. Ada atau tidaknya pengenaan bunga sebesar 2% setiap bulannya.
3. Dalam hal SSPCP telah diisi dengan lengkap dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan:
a. Menerima berkas sebagaimana dimaksud pada angka 1;
b. Mengisi nama dan kode bank atau pos, nomor SSPCP, unit dan kode KPPN,
tanggal dan waktu pembayaran, nama dan tanda tangan petugas penerima
pembayaran, dan cap bank pada SSPCP;
c. Membubuhkan cap, tanggal pelunasan SSPCP, tanda tangan, dan nama jelas
petugas pada dokumen dasar pembayaran;
d. Menerakan NTB/NTP dan/atau NTPN.
74
b. SSPCP lembar ke-l untuk wajib bayar dan
c. SSPCP lembar ke-3 untuk Kantor Bea dan Cukai.
5. Mengirimkan credit advice (data atas SSPCP yang telah dilunasi oleh wajib
bayar), ke kantor Bea dan Cukai yang telah terhubung dengan sistem PDE.
6. Menerima respon dari Kantor Bea dan Cukai atas penerimaan data sebagaimana
dimaksud pada angka 6.
7. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap kode akun dalam
modul Bank yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara (MPN).
4. Mengirimkan SSPCP lembar ke-2 yang telah divalidasi ke Kantor Bea dan Cukai.
75
2. Menerima dokumen dasar pembayaran yang telah dibubuhi tanda terima dan
SSPCP lembar ke-3 dari wajib bayar.
3. Menerima SSPCP lembar ke-2 dari KPPN untuk dilakukan pencocokan dengan
SSPCP lembar ke-3 yang diterima dari wajib bayar.
4. Dalam hal hasil pencocokan data SSPCP lembar ke-2 dengan lembar ke-3 tidak
sesuai, Pejabat Bea dan Cukai melakukan konfirmasi ke Bank Persepsi, Pos
Persepsi, dan/atau KPPN.
5. Dalam hal hasil pencocokan data SSPCP lembar ke-2 dengan lembar ke-3
sesuai, Pejabat Bea dan Cukai menata usahakan SSPCP.
Tata kerja penyetoran penerimaan negara oleh Kantor Bea dan Cukai
Alur proses tatakerja penyetoran penerimaan Negara oleh Kantor Bea dan
Cukai dapat kami gambarkan dalam flowchart berikut.
Gambar 3.7
76
Kegiatan Kantor Bea dan Cukai:
1. Menyiapkan penyetoran penerimaan negara yang telah diterima dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Seluruh penerimaan negara yang diterima wajib disetor ke kas negara
selambatnya pada hari kerja berikutnya.
b. Penyetoran atas penerimaan negara dimaksud dilakukan melalui Bank
Devisa. Persepsi, Bank Persepsi, atau Pos Persepsi sesuai ketentuan
mengenai tempat pembayaran penerimaan negara.
c. Dalam hal penyetoran terhadap lebih dari 5 (lima) lembar SSPCP untuk tiap-
tiap jenis dasar pembayaran, bendahara penerima dapat membuat
rekapitulasi penyetoran dalam rangkap 3 (tiga) berdasarkan masing-masing
jenis dokumen dasar pembayaran pada SSPCP.
77
a. SSPCP lembar ke-2 s.d ke-4; dan
b. uang penyetoran sebesar jumlah yang tercantum dalam SSPCP.
3. Dalam hal jumlah uang penyetoran telah sesuai dengan jumlah yang tercantum
dalam SSPCP dan/atau rekapitulasi penyetoran dan uang telah diserahkan;
a. Menerima SSPCP lembar ke-3 yang telah disahkan dan telah dicantumkan
NTB/NTP dan/atau NTPN, dalam hal yang yang ditanda sahkan adalah
SSPCP; atau
b. Menerima lembar ke 3 rekapitulasi penyetoran yang telah ditandasahkan dan
telah dicantumkan NTB/NTP dan/atau NTPN serta SSPCP lembar ke-3,
dalam hal yang ditandasahkan adalah rekapitulasi penyetoran.
5. Melakukan pencocokan data SSPCP lembar ke-2 dan lembar ke-3 atau lembar ke
2 rekapitulasi penyetoran dengan lembar ke 3 rekapitulasi penyetoran
6. Dalam hal hasil pencocokan data angka 5 tidak sesuai, bendahara penerima
melakukan konfirmasi ke Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi, Pos Persepsi
dan/atau KPPN.
78
3. Dalam hal jumlah uang yang diserahkan sesuai dengan jumlah yang tercantum
dalam SSPCP atau rekapitulasi penyetoran:
a. Mengisi nama dan kode Bank atau Pos, nomor SSPCP, unit kode KPPN,
tanggal dan waktu penyetoran, nama dan tanda tangan petugas penerima
penyetoran, nama dan tanda tangan petugas penerima penyetoran, dan cap
bank pada SSPCP, dalam hal yang ditanda sahkan SSPCP atau
b. Mengisi nama dan kode bank atau pos, unit dan kode KPPN, tanggal dan
waktu pembayaran, nama dan tanda tangan petugas penerima penyetoran,
dalam hal yang ditandasahkan adalah rekapitulasi penyetoran
4. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap kode akun dalam
modul bank yang tergabung dengan modul penerimaan negara (MPN). Dalam hal
perekaman data rekapitulasi penyetoran;
a. NPWP yang digunakan adalah NPWP bendahara penerimaan
b. Nomor dan tanggal dokumen dasar penyetoran adalah nomor dan tanggal
rekapitulasi penyetoran; dan
c. Jenis dokumen dasar sesuai dengan jenis dokumen dasar yang tertera pada
rekapitulasi penyetoran.
79
3. Melakukan validasi terhadap SSPCP lembar ke-2 atau lembar ke 2 rekapitulasi
penyetoran.
Alur proses tatakerja penyetoran penerimaan Negara oleh Kantor Bea dan
Cukai dapat kami gambarkan dalam flowchart berikut.
Gambar 3.8
80
a. Seluruh penerimaan negara yang diterima wajib disetor ke kas negara.
selambat lambatnya pada hari kerja berikutnya.
b. Penyetoran atas penerimaan negara dimaksud dilakukan melalui Bank Devisa
Persepsi, Bank Persepsi, atau Pos Persepsi, sesuai dengan ketentuan
mengenai tempat pembayaran penerimaan negara.
c. Dalam hal penyetoran terhadap lebih dari 5 (lima) lembar SSPCP untuk tiap-
tiap jenis dokumen dasar pembayaran, petugas kantor Pos dapat menbuat
rekapitulasi penyetoran dalam rangkap 3 (tiga) berdasarkan masing-masing
jenis dokumen dasar pembayaran pada SSPCP.
3. Dalam hal jumlah uang penyetoran telah sesuai dengan jumlah yang tercantum
dalam SSPCP dan rekapitulasi penyetoran serta uang telah diserahkan;
a. Menerima SSPCP lembar ke-3 yang telah ditanda sahkan dan telah
dicantumkan NTB/NTP dan/atau NTPN serta SSPCP; atau
b. Menerima lembar ke-3 rekapitulasi penyetoran yang telah ditanda sahkan dan
telah dicantumkan NTB/NTP dan/atau NTPN serta SSPCP lembar ke 3,
dalam hal yang ditanda sahkan adalah rekapitulasi penyetoran.
81
2. Mencocokkan jumlah uang yang diserahkan dengan jumlah yang tercantum
dalam SSPCP atau rekapitulasi penyetoran.
3. Dalam hal jumlah uang yang diserahkan sesuai dengan jumlah yang tercantum
dalam SSPCP atau rekapitulasi penyetoran:
a. Mengisi nama dan kode bank atau pos, nomor SSPCP, unit dan kode KPPN,
tanggal dan waktu pembayaran, nama dan tanda tangan petugas penerima
pembayaran, dan cap bank pada SSPCP dalam hal yang ditandasahkan
adalah SSPCP; atau
b. Mengisi nama dan kode bank atau pos, unit dan kode KPPN, tanggal dan
waktu penyetoran, dan cap bank pada rekapitulasi penyetoran, jika yang
ditandasahkan adalah rekapitulasi penyetoran.
4. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap kode akun dalam
modul bank yang terhubung dengan Modul Penerimaan Negara (MPN). Dalam
hal perekaman data rekapitulasi penyetoran;
a. NPWP yang digunakan adalah NPWP bendahara penerimaan;
b. Nomor dan tanggal dokumen dasar penyetoran adalah nomor dan tanggal
rekapitulasi penyetoran;
c. Jenis dokumen dasar sesuai dengan jenis dokumen dasar sesuai yang tertera
pada rekapitulasi penyetoran.
6. Menyerahkan kepada petugas kantor pos SSPCP lembar ke-3 dan lembar ke-3
rekapitulasi penyetoran.
82
2. Mencocokkan data SSPCP lembar ke-2 atau lembar ke 2 rekapitulasi penyetoran
dengan data pada MPN.
3. Melakukan validasi terhadap SSPCP lembar ke-2 atau lembar ke-2 rekapitulasi
penyetoran.
4. Mengirimkan SSPCP lembar ke-2 dan lembar ke-2 rekapitulasi penyetoran yang
telah divalidasi ke Kantor Bea dan Cukai.
3. Dalam hal hasil pencocokan data pada angka 2 sesuai, bendahara penerimaan
menata usahakan SSPCP dan/atau rekapitulasi penyetoran.
83
RANGKUMAN
1) Pembayaran adalah kegiatan pelunasan penerimaan negara dalam rangka
impor, penerimaan negara dalam rangka ekspor, penerimaan negara atas
barang kena cukai, dan penerimaan negara yang berasal dari pengenaan
denda administrasi atas pengangkutan barang tertentu oleh wajib bayar ke
KPPN melalui Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi, Pos Persepsi, Kantor Bea
dan Cukai
2) Untuk melakukan pembayaran atas pungutan kepabeanan dan cukai maka
wajib bayar wajib menggunakan SSPCP. SSPCP dibuat dalam rangkap 4
dengan peruntukan: lembar-1 untuk wajib bayar, lembar-2 untuk KPPN
diteruskan ke Bea dan Cukai, lembar-3 untuk Kantor Bea dan Cukai dan
lembar ke-4 untuk Bank atau Kantor Pos
3) Dokumen dasar pembayaran dan SSPCP lembar ke-2 dan ke-3 dipakai
sebagai sumber data oleh bendahara untuk penyajian laporan penerimaan dan
selanjutnya SSPCP di file secara khusus sesuai ketentuan pengarsipan atas
dokumen-dokumen yang menyangkut keuangan negara
4) Sebagai referensi pembayaran maka setelah SSPCP dan uang pungutan
kepabeanan dan cukai diterima oleh Bank/Kantor Pos maka pihak Bank akan
memberikan NTB/NTP
5) Lokasi pembayaran atas pungutan kepabeanan dan cukai dapat dilakukan di:
Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi, Pos Persepsi dan Kantor Pos
6) Tata kerja pembayaran dan penyetoran pungutan negara dalam rangka
kepabeanan dan cukai dilakukan dengan melibatkan pihak DJBC, Bank, Kantor
Pos dan KPPN. Sebagai bentuk kontrol atas mekanisme tersebut dilakukan
proses rekonsiliasi
84
LATIHAN
1) Jelaskan perbedaan antara Bank persepsi dengan Bank Devisa Persepsi !
2) Jelaskan tentang struktur dan fungsi SSPCP !
3) Jelaskan fungsi dari NTB dan NTPN !
4) Jelaskan mekanisme pembayaran dan penyetoran penerimaan bea masuk oleh
penumpang dan awak sarana pengangkut !
5) Jelaskan mekanisme pembayaran pungutan bea masuk atas barang kiriman
pos !
85
BAB
Administrasi
Administrasi penerimaan
penerimaan oleh
oleh Bendahara
Bendahara
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi Penerimaan
Penerimaan
1. Sifat Penggunaan
Jaminan yang diserahkan dapat dikurangi setiap ada pelunasan bea masuk
sampai Jaminan tersebut habis; atau
86
Jaminan tetap dalam batas waktu yang tidak terbatas sehingga setiap
pelunasan bea masuk dilakukan dengan tanpa mengurangi Jaminan yang
diserahkan.
2. Tujuan Penggunaan
3. Besarnya Jaminan
87
KPPBC Tipe A4 Rp50.000.000,-
KKPBC Tipe lainnya Rp25.000.000,-
Sanksi Administrasi sebesar yang tertera pada Surat Penetapan Ssanksi
Administrasi;
MMEA buatan dalam negeri sebesar rata-rata perbulan kewajiban cukai dan
pungutan lain atas pengeluaran MMEA dalan negeri dalam 2 (dua) tahun
terakhir;
Jaminan dalam rangka pembayaran berkala dibidang cukai adalah sebesar 1,5
kali rata-rata setiap bulan dari jumlah nilai cukai atas pengeluaran BKC dalam 12
bulan terakhir sejak pengajuan permohonan secara berkala;
Jaminan dalam rangka penundaan adalah sebesar:
1) nilai cukai berdasarkan pemesanan Pita Cukai (PC) yang berlaku sendiri;
1) nilai cukai dari beberapa dokumen pemesanan PC yang diajukan secara
bersamaan untuk jaminan yang berlaku atas beberapa dokumen pemesanan
PC;
2) nilai maksimum penundaan untuk jaminan yang berlaku atas keseluruhan
pemesanan PC dalam satu periode keputusan pemberian penundaan.
88
5. Bentuk Jaminan
Jaminan Tunai
Merupakan Jaminan berupa uang tunai yang diserahkan oleh terjamin pada Kantor
Pabean. Administrasi jaminan tunai oleh Bendahara harus disimpan pada rekening
khusus Jaminan Kantor Pabean. Dalam hal Jaminan tunai diserahkan untuk
menjamin kegiatan kepabeanan oleh penumpang atau pelintas batas, Jaminan tunai
dapat disimpan di Kantor Pabean. Penyerahan Jaminan tunai dapat dilakukan
dengan cara:
menyerahkan uang tunai kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean;
dan/atau
menyerahkan bukti pengkreditan rekening khusus Jaminan Kantor Pabean
kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean
Jaminan bank
Jaminan bank merupakan Jaminan berupa warkat yang diterbitkan oleh bank
sebagai Penjamin pada Kantor Pabean yang mengakibatkan kewajiban bank untuk
melakukan pembayaran apabila Terjamin cidera janji (wanprestasi). Jaminan bank
yang dapat diterima Bendahara hanya jaminan Bank yang diterbitkan oleh Bank
Devisa Persepsi. Dan format warkatnya harus sesuai dengan contoh format yang
diatur Meneteri Keuangan.
89
Jaminan Indonesia Exim Bank; adalah jaminan berupa sertifikat yang lembaga
pembayaran ekspor Indonesia yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan;
Jaminan perusahaan penjamin;
Jaminan Perusahaan (corporate guarantee); adalah juaminan berupa sertifikat
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (sekali pakai atau terus menerus);
Jaminan tertulis, dipakai oleh Instansi Pemerintah, Perusahaan Penerbangan
(impor sementara), Perusahaan Pelayaran (impor sementara), wisatawan asing,
penumpang Warga Negara Asing (WNA) yang memasukkan barang impor
sementara.
6. Penyerahan jaminan
90
yang wajib dilunasi karena tidak dipenuhinya kewajiban pabean. Hal ini wajib
diberitahukan kepada terjamin.
Klaim jaminan atas jaminan bank, perusahaan asuransi dan jaminan lainnya
dilakukan dalam hal terdapat tagihan pungutan dalam rangka kegiatan
kepabeanan yang wajib dilunasi karena tidak dipenuhinya kewajiban pabean;
Jatuh tempo klaim jaminan adalah 30 (tiga puluh hari) sejak berakhirnya jangka
waktu jaminan dengan surat pencairan jaminan. Surety atau penjamin dalam
jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya surat pencairan
jaminan harus mencairkan jaminan .
Untuk klaim jaminan tertulis:
1) Instansi Pemerintah diberikan surat permintaan pembayaran dan apabila
belum melunasi utangnya KKPBC melaporkan ke Direktur Jenderal Bea
dan Cukai untuk dilaporkan ke Menteri Keuangan.
2) Importir; 30 hari sejak berakhirnya jangka waktu jaminan tertulis berakhir
KKPBC menyampaikan surat permintaan pembayaran, apabila setelah 30
hari ditambah 7 hari belum dilunasi utangnya, maka diterbitkan surat
teguran dan proses selanjutnya sesuai ketentuan penagihan dengan surat
paksa.
8. Pengembalian jaminan:
a. Diserahkan setelah dipenuhi seluruh kewajiban pabean; atau
b. Telah gugur kewajiban penyerahan jaminan.
91
c. Jaminan Bank;
d. Excise bond; atau
e. Corporate guarantee (jaminan perusahaan).
Bentuk jaminan:
a. Jaminan Bank adalah garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh
Bank yang wajib membayar jika apabila pihak yang dijamin cidera janji
(wanprestasi);
b. Excise bond adalah sertifikat jaminan yang diterbitkan oleh surety yang
memberikan jaminan pembayaran cukai apabila terjamin gagal melakukan
pembayaran;
c. Corporate guarantee adalah surat pernyataan tertulis dari pengusaha yang
berisi kesanggupan untuk membayar seluruh utang cukai sehubungan
dengan penundaan yang telah jatuh tempo yang telah diberikan.
c. Dalam hal Bank penjamin tidak diizinkan lagi menerbitkan jaminan Bank,
terhadap jaminan Bank yang telah diterbitkan tetap berlaku sampai dengan
jatuh tempo jaminan Bank dan tetap menjadi tanggung jawab dari Bank
penjamin yang menerbitkan jaminan.
92
d. Dalam hal surety tidak lagi dizinkan menerbitkan Excise bond, maka
terhadap excise bond yang telah diterbitkan tetap berlaku sampai dengan
jatuh tempo dan tetap menjadi tanggung jawab surety yang menerbitkan
excise bond.
Buku ini digunakan untuk mencatat penerimaan dibidang pabean dan cukai
selama 1 (satu) hari/harian. Buku ini ditutup pada setiap akhir jam kantor setelah
penutupan kas, seluruh penerimaan yang ada didalam buku catatan penerimaan
harian dipindahkan ke buku Penerimaan Harian.
Cara pencatatan;
Satu jalur untuk mencatat satu jenis dokumen pembayaran.
Tiap jenis penerimaan dicatat pada kolom yang sesuai dengan jenis penerimaan
yang bersangkutan.
Apabila terjadi kesalahan pencatatan, segera dilakukan pembetulan dengan
cara mencoret angka yang salah dengan garis tinta merah, namun angka yang
salah masih terlihat/terbaca, kemudian diparaf dan selanjutnya ditulis dengan
angka yang benar.
Setelah kas ditutup, buku catatan penerimaan juga segera ditutup dengan cara
membuat “dua garis lurus” dibawah penerimaan pada hari tersebut.
Menjumlah angka penerimaan pada hari itu dibawah garis penutup sesuai jenis
penerimaan pada masing-masing lajur.
93
Menutup seluruh hasil penerimaan pada hari tersebut dengan menyebutkan
jumlah penerimaan yang terbagi dalam 2 (dua) jenis penerimaan yaitu;
- pungutan pabean dan/atau cukai dan;
- pungutan pajak.
Dalam hal halaman tidak cukup untuk mencatat penerimaan dalam satu hari,
maka dapat dilanjutkan dihalaman berikutnya dengan cara menjumlah terlebih
dahulu seluruh penerimaan pada masing-masing lajur jenis penerimaan dan
ditulis di depannya kata ”dipindahkan”, pada halaman berikutnya/lanjutan,
angka-angka penjumlahan yang telah dicatat diulang dicatat kembali sesuai
lajurnya masing-masing dan di depannya ditulis “pindahan”.
Dalam hal frekuensi penerimaan kecil/jarang, maka lembar/halaman yang
tersisa dapat digunakan untuk mencatat penerimaan hari/ tanggal berikutnya.
Penanda sah Buku Catatan Penerimaan dengan penanda tanganan oleh
Penanggung jawab/kasir dengan diketahui oleh Bendahara.
94
penerimaan sampai dengan hari/tanggal tersebut pada bulan yang
sedang berjalan.
3. Pada akhir bulan setelah tahap-tahap pencatatan diatas dilakukan,
kemudian buku penerimaan harian ditutup.
……………………………….
NIP …………………....
95
……… tanggal …………...
Kepala Seksi Perbendaharaan
Kantor……………….......………
.................................................
NIP ………………….....…..
………….tanggal………
Mengetahui Kepala Seksi Perbendaharaan
Kepala Kantor……… Pemeriksa Kas Kantor………
96
kepabeanan dan cukai. Namun hal ini menimbulkan kesulitan yang sangat tinggi di
lapangan. Alasan utamanya adalah proses rekonsiliasi dilakukan secara manual
padahal jumlah dokumen yang harus direkonsiliasi sangatlah banyak.
97
3. Kepala Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan pada KPPBC tipe B;
4. Kepala Subbag umum pada pangkalan operasi Bea dan Cukai dan Balai
Penelitian dan Identifikasi Barang.
Dapat diberikan asistensi oleh KWBC atau KPBC.
Metode Rekonsiliasi
Proses rekonsiliasi dilakukan dengan secara berurutan, disesuaikan dengan
data yang tersedia pada dokumen-dokumen dasar pembayaran yang tersedia pada
DJBC dengan data pembanding yang bersumber dari DJPB, Kanwil DJPB, dan
DJPB. Proses rekonsiliasi dapat dilakukan secara manual atau elektronik dan hasil
98
rekonsiliasi dituangkan dalam kertas kerja dan dibuatkan Berita Acara Rekonsiliasi
(BAR).
99
RANGKUMAN
1) Jaminan pada dasarnya berfungsi sebagai tindakan preventif oleh pihak DJBC
untuk mengamankan hak-hak negara.
3) Atas penerimaan yang dibayar pada bendahara DJBC, oleh bendahara penerima
DJBC wajib dibukukan terlebih dahulu dalam buku catatan penerimaan dan
kemudian dipindahkan ke buku penerimaan harian. Jumlah-jumlah yang diterima
pada hari itu wajib disetorkan ke Kas negara pada akhir hari kerja dan paling
lambat pada hari kerja berikutnya. Semua dokumen yang menjadi dasar
pembayaran serta SSPCP dan dokumen pelengkapnya yang diwajibkan menjadi
dasar oleh bendahara penerima sebagai bahan untuk penyajian laporan dan
akhirnya dokumen-dokumen tersebut diarsipkan sesuai ketentuan pengarsipan
dokumen yang mengandung keuangan negara.
7) Data penerimaan yang direkonsiliasi harus berasal dari sumber yang sama
namun berbeda sistem atau sub sistemnya,
LATIHAN
100
1) Jelaskan bentuk-bentuk jaminan yang dapat digunakan dalam bidang
kepabeanan
2) Jelaskan proses pencairan jaminan dalam hal wajib wanprestasi !
3) Jelaskan tatacara penutupan buku harian penerimaan !
4) Jelaskan konsep rekonsiliasi dan mekanismenya !
5) Jelaskan ruang lingkup penerimaan yang direkonsiliasi !
101
BAB
PENAGIHAN
5
KEPABEANAN DAN CUKAI
Tujuan
Tujuan Instruksional
Instruksional Khusus:
Khusus:
Setelah
Setelah mengikuti
mengikuti pembelajaran
pembelajaran ini
ini mahasiswa
mahasiswa diharapkan
diharapkan mampu
mampu menjelaskan:
menjelaskan:
Penagihan
Penagihan Pungutan
Pungutan Kepabeanan
Kepabeanan
Penagihan
Penagihan Pungutan
Pungutan Cukai
Cukai
Penyelesaian
Penyelesaian Barang
Barang Tidak
Tidak Dikuasai,
Dikuasai, Dikuasai
Dikuasai Negara
Negara dan
dan Milik
Milik Negara
Negara
Gambar 5.1
Mekanisme Penagihan Kepabeanan dan Cukai
102
A. Penagihan Pungutan Kepabeanan
Penagihan administratif adalah tindakan yang diambil oleh Kepala Kantor Bea
dan Cukai atau Pejabat yang berwenang untuk menerbitkan Surat Penetapan atau
Keputusan dalam rangka memulihkan hutang pajak/kekurangan tagihan pajak/denda
administrasi/bunga yang timbul berdasarkan ketentuan Kepabeanan yang berlaku.
Penagihan administratif dilakukan oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai dengan
menerbitkan Surat Penetapan. Dalam mekanisme penetapan kepabeanan, ada
beberapa jenis surat penetapan tagihan, yatu:
Di bidang Impor :
Surat Penetapan Tarif Dan Nilai Pabean (SPTNP)
Surat Penetapan Sanksi Adminitrasi
Surat Penetapan Pabean
Surat Penetapan Kembali Tarif Dan Nilai Pabean (SPKTNP)
Di bidang Ekspor :
Surat Penetapan Perhitungan Bea Keluar (SPPBK)
Untuk kepentingan penetapan tarif dan nilai pabean, pejabat Bea dan Cukai
dapat melakukan pemeriksaan fisik atas barang impor setelah pemberitahuan
pabean impor disampaikan. Hal ini juga berlaku bagi barang ekspor yang terkena
kewajiban bea keluar. Dalam hal hasil pemeriksaan fisik terdapat perbedaan jenis
Dalam hal hasil pemeriksaan fisik terdapat perbedaan jenis dan/atau jumlah barang
103
dengan pemberitahuan pabean impor, pejabat bea dan cukai melakukan penetapan
tarif dan/atau nilai pabean sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik.
Pejabat bea dan cukai dapat menetapkan tarif dan nilai pabean atas barang
impor yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean impor. Penetapan tersebut
harus dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran
pemberitahuan pabean impor. Apabila dalam jangka waktu tersebut penetapan tidak
dilakukan maka tarif dan nilai pabean yang diajukan importir dianggap diterima.
Pasal 8A ayat (2) dan 10A ayat (3) : membongkar barang impor kurang dari
yang diberitahukan.
104
Pasal 43 ayat (3): Pengusaha Tempat penimbunan yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan barang yang ditimbunnya.
Pasal 45 ayat (4): Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan barang yang ditimbunnya.
Surat penetapan tagihan yang dikeluarkan oleh pejabat bea dan cukai dalam
bentuk SPTNP, SPP dan SPSA, berfungsi sekaligus sebagai:
Surat penetapan pejabat bea dan cukai;
Pemberitahuan; dan,
Pengaihan kepada importir (dalam hal SPTNP) dan penagihan kepada orang
(dalam hal SPP atau SPSA).
Jatuh tempo tagihan piutang kepabeanan oleh wajib bayar kepada negara
adalah 60 (enam puluh) hari sejak tnggal penetapan. Dalam hal penghitungan
tagihan, maka jumlah tagihan dibulatkan dalam ribuan rupiah.
105
2. Penagihan Aktif Kepabeanan
Penagihan aktif adalah upaya pemulihan hak-hak negara secara aktif oleh
pihak fiskus kepada pihak terteagih. Pengertian aktif disini diwujudkan dengan
upaya-upaya teguran, pemaksaan dan bahkan hingga ke langkah penyitaan. Dasar
hukum pelaksanaan penagihan aktif ini menggunakan aturan Undang-undang nomor
19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Surat Teguran
Pada saat jatuh tempo penagihan administratif telah berakhir (60 hari setelah
tanggal penetapan), tidak serta merta fiskus melakukan upaya penagihan aktif.
Dalam hal ini, tertagih masih diberi kesempatan untuk melunasi tagihannya dalam
jangka waktu 7 hari setelah berakhirnya batas waktu penagihan administratif. Dalam
periode ini sudah muncul tambahan bunga atas tagihan tersebut. Tindakan awal
yang dilakukan pihak Kantor Bea dan Cukai adalah melakukan pemblokiran terhadap
seluruh akses kegiatan pabean pihak tertagih.
Penagihan aktif mulai dilakukan saat diterbitkannya surat teguran (ST) kepada
pihak tertagih. Adapun saat penerbitan surat teguran ini paling cepat setelah
berakhirnya jatuh tempo penagihan administratif (60 hari) ditambah dengan 7 (tujuh)
hari waktu ekstra. Surat teguran merupakan upaya peringatan awal dan sekaligus
terkhir sebagai himbauan persuasif agar tertagih segera melunasi tagihannya.
Surat teguran diterbitkan oleh Kepala Kantor bea dan Cukai dan segera dikirim
ke alamat tertagih. Pihak tertagih diwajibkan menyelesaikan kewajibannya dalam
waktu 21 hari sejak dikeluarkannya ST tertsebut.
Surat Paksa
Apabila Surat Teguran telah jatuh tempo dan belum juga dilunasi oleh pihak
tertagih, maka Kepala Kantor Bea dan Cukai segera melakukan tindakan:
a. Menerbitkan Surat Paksa (SP) untuk penagihan BM, Cukai, Sanksi administrasi
dan Bunga. Surat Paksa ini merupakan perintah untuk membayar utang BM dan
pungutan lainnya .
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan utang pajak dalam rangka impor SPDRI
(PPN, PPn. BM dan PPh Pasal 22) serta PPN HT dalam negeri kepada Kepala
106
Kantor Pelayanan Pajak tempat yang berutang berdomisili untuk diselesaikan
sesuai ketentuan pajak yang berlaku.
c. Apabila ditemukan PPh Pasal 22 yang tidak atau kurang dibayar lewat tahun
takwim, Kepala KPU/Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai
menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana wajib Pajak
berdomisili.
Dalam hal tertentu Kepala KPPBC dapat melakukan Penagihan Seketika dan
Sekaligus, yaitu suatu tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita
Bea dan Cukai terhadap tertagih tanpa menunggu jatuh tempo. Hal-hal tertentu
tersebut antara lain:
a. Tertagih diperkirakan akan meninggalkan Indonesia selama-lamanya.
b. Tertagih menghentikan secara nyata, mengecilkan usahanya atau memindah
tangankan barang yang dimiliki atau dikuasai.
c. Tertagih berniat atau ada tanda-tanda akan membubarkan usahanya.
d. Badan usahanya akan dibubarkan oleh Negara, atau
e. Terjadi penyitaan atas barang tertagih oleh pihak ketiga.
Dalam waktu 2 X 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan tertagih masih diberi
kesempatan untuk melunasi utangnya. Apabila dalam waktu tersebut dilampaui,
Kepala KPPBC segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
(SPMP). Dalam hal ini, tugas penyitaan tersebut dlaksanakan oleh Juru Sita Bea dan
Cukai. Juru Sita adalah pegawai DJBC yang telah dididik secara khusus dan
diangkat oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan.
Adapun besarnya aset yang disita berupa barang bergerak ataupun tidak
bergerak adalah sebesar utang yang wajib dilunasi. Apabila tindakan penyitaan
pertama belum mencukupi besaran utang tertagih maka dapat dibuatkan surat
penyitaan tambahan.
Pelaksanaan penyitaan
107
Pelaksanaan Penyitaan dilakukan oleh Juru sita Bea dan Cukai dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang dewasa penduduk Indonesia yang dikenal dan
dipercaya oleh Juru Sita. Dalam setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita wajib
membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditanda tangani oleh Juru Sita dan
saksi-saksi. Berita Acara ini tetap mengikat walaupun saksi-saksi menolak menanda
tanganinya. Pengajuan Keberatan dan Banding tidak mengakibatkan penundaan
pelaksaan penyitaan.
108
Penagihan administratif adalah langkah awal untuk memulihkan hak-hak
Negara. Penagihan dibidang cukai dilakukan terhadap utang cukai yang tidak
dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda,
dan/atau bunga. Penagihan cukai dilaksanakan oleh Pejabat Bea dan Cukai.
c. untuk sanksi administrasi berupa denda, dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja
setelah ditemukannya pelanggaran yang dikenai sanksi administrasi berupa
denda.
Jatuh tempo tagihan piutang cukai oleh wajib bayar kepada negara adalah 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya surat tagihan. Hal ini memiliki perbedaan
yang cukup prinsip dengan tagihan kepabeanan. Utang atau tagihan kepada negara
berdasarkan undang-undang cukai yang tidak atau kurang dibayar dikenai bunga
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
dihitung sejak tanggal jatuh tempo sampai hari pembayarannya, dan bagian bulan
dihitung 1 (satu) bulan.
109
Kadaluarsa penagihan utang cukai
Penagihan aktif adalah upaya pemulihan hak-hak negara secara aktif oleh
pihak fiskus kepada pihak tertagih. Pengertian aktif disini diwujudkan dengan upaya-
upaya teguran, pemaksaan dan bahkan hingga ke langkah penyitaan. Dasar hukum
pelaksanaan penagihan aktif ini menggunakan aturan Undang-undang nomor 19
tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dengan demikian secara
prinsip, penagihan aktif di bidang cukai dengan penagihan aktif kepabeanan
menggunakan mekanisme yang sama. Yang sedikit berbeda adalah penggunaan
dokumen adminsitrasinya.
110
Apabila utang cukai tidak dilunasi oleh Penanggung Cukai setelah lewat waktu
21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal dikirimkan STCK-2, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. kepala Kantor segera menerbitkan Surat Paksa untuk penagihan utang cukai
yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, dan/atau sanksi
administrasi berupa denda
b. kepala Kantor segera menyerahkan penagihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang dikaitkan dengan pelunasan cukai kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
setempat dengan menggunakan Surat Penyerahan Penagihan PPN (STCK-3).
e. terjadi penyitaan atas barang milik Penanggung Cukai oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
111
C. Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai, Dikuasai Negara, dan
Milik Negara
1. Bidang Kepabeanan
Penetapan status barang impor menjadi BTD dilakukan oleh Kepala Kantor
Bea dan Cukai dengan cara mencantumkannya ke dalam daftar BTD. Selanjutnya
barang yang telah ditetapkan sebagai BTD dibukukan dalam Buku Catatan Pabean
mengenai BTD. BTD yang telah dibukukan, disimpan di Tempat Penimbunan
Pabean (TPP) atau tempat lain yang berfungsi sebagai TPP dan dipungut sewa
gudang. Pejabat Bea dan Cukai memberitahukan secara tertulis kepada pemilik
barang untuk segera menyelesaikan kewajiban pabean yang terkait dengan BTD,
112
dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak disimpan di TPP atau tempat lain
yang berfungsi sebagai TPP.
Untuk status barang impor yang dapt menjadi barang dikuasai Negara, apabila
dalam proses importasinya dinyatakan sebagai:
113
a. barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak
diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam Pemberitahuan
Pabean;
b. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai;
atau,
c. barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh
pemilik yang tidak dikenal.
Penetapan BDN dilakukan oleh Kepala Kantor Pabean atau pejabat yang
ditunjuk dengan menerbitkan keputusan mengenai penetapan BDN. Proses
penyelesaian terhadap BDN pada dasarnya hamper sama dengan BTD.
Kemudian status barang impor yang dapat dapat menjadi Barang Milik Negara
apabila memenuhi kriteria:
a. BTD yang merupakan barang yang dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali
terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
b. BTD yang merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang
tidak diselesaikan oleh pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean atau tempat lain yang
berfungsi sebagai Tempat Penimbunan Pabean;
c. barang dan/ atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai
yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal;
d. barang dan/ atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh
pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.
114
2. Bidang Cukai
Dibidang cukai atas BKC dan barang lain dari pelanggar yang tidak dikenal
dikuasai negara dibawah pengawasan DJBC, terhadap barang ini dibagi kedalam;
a. Barang dikuasai negara dari pelanggar yang tidak dikenal ;
b. Barang dikuasai negara yang berasal dari pemiliknya tidak diketahui.
Penyelesaian BDN
Penyelesaian atas BKC dan barang lain dari pelanggar tidak dikenal adalah sebagai
berikut;
a. Barang dinyatakan dikuasai negara ditempatkan di Tempat Penimbunan Pabean
atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala KPPBC;
b. Apabila dalam jangka waktu 14 hari sejak dikuasai negara pelanggarnya tetap
tidak diketahui, dinyatakan menjadi milik negara;
Penyelesaian atas BKC dan barang lain yang dikuasai negara yang berasal dari
pemilik yang tidak diketahui adalah sebagai berikut ;
a. Barang dinyatakan dikuasai Negara ditempatkan di Tempat Penimbunan Pabean
atau tempat lain yang ditunjuk Kepala KPU atau Kepala KPPBC ;
b. Diumumkan secara resmi melalui media massa yang ditujukan kepada
pemiliknya, apabila 30 hari sejak dikuasai negara pemiliknya tidak
menyelesaikan kewajibannya, barang tersebut dinyatakan menjadi milik negara;
c. Penyelesaian lebih lanjut; Barang BKC dan barang lain yang mudah busuk/rusak
dimusnahkan;
115
BKC dan barang lainnya yang tersangkut tindak pidana berdasarkan undang-
undang cukai, dan yang berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap dinyatakan dirampas untuk negara dan dibawah
pengawasan Menteri Keuangan Selaku pengelola kekayaan negara.
Pelelangan
Dalam pelelangan barang yang tidak dikuasai atau yang dikuasai negara harus
ditetapkan harga lelang yang meliputi jumlah pungutan;
a. Bea Masuk, Cukai, PPN impor, PPn BM dan PPh Psl.22;
b. Sewa gudang di Tempat Penimbunan Sementara untuk selama-lamanya 2
(dua) bulan;
c. Sewa gudang di Tempat Penimbunan Pabean; dan
d. Biaya pencacahan dan penimbunan di Tempat Penimbunan Pabean.
Untuk menghitung BM dan PDRI Kepala KPU atau Kantor Pelayanan dan
Pengawasan Bea dan Cukai menetapkan nilai pabean dari barang yang akan
dilelang berdasarkan data yang tersedia pada Kantor Pabean tersebut.
Hasil pelelangan setelah dikurangi dengan BM, Cukai, PPN, PPnBM, PPh Psl.
22, sewa gudang serta biaya-biaya lain jika masih ada sisa disediakan untuk
diterimakan kepada pemiliknya.
Sisa uang yang yang disediakan untuk diterima kepada pemiliknya oleh Kepala
Kantor wajib disampaikan secara tertulis dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal pelelangan dan apabila dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah
116
tanggal pemberitahuan oleh pemiliknya belum juga diambil, maka uang tersebut
dipertanggung jawabkan oleh bendahara penerima menjadi milik negara.
Semua pungutan-pungutan dan uang sisa yang tidak diambil disetorkan oleh
Bendahara Penerima ke Rekening Umum Kas Umum Negara sesuai MAP (Mata
Angaran Penerimaan) masing-masing.
Apabila harga pada pelelangan pertama tidak mencapai harga terendah, maka
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari dilakukan
pelelangan kedua dan apabila pada pelelangan kedua harga belum juga
mencapai harga terendah, maka Kepala KPU atau Kepala Kantor Pabean dan
cukai mengusulkan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan
Cukai untuk mendapatkan persetujuan pemusnahan barang atau ditentukan
peruntukan lainnya.
Atas BKC impor tidak dilakukan pelelangan, melainkan segera dimusnahkan dan
dibuatkan Berita Acara Pemusnahan, termasuk barang yang mudah busuk/rusak,
berbahaya dan yang penyimpanannya memerlukan biaya tinggi dilelang terlebih
dahulu dan atas pelelangan ini Kepala Kantor wajib memberitahukan secara
tertulis kepada pemiliknya.
117
RANGKUMAN
1) Penagihan dibidang kepabeanan dan cukai dilakukan jika wajib bayar atau
kuasanya terlambat atau tidak melaksanakan kewajibannya dalam melunasi
pungutan impor, ekspor dan cukai serta denda dan pungutan-pungutan lain yang
terkait yang wajib dipungut oleh DJBC.
2) Penagihan yang dilakukan pihak fiskus dapat bersifat penagihan administratif dan
penagihan aktif. Mekanisme penagihan administratif dilakukan berdasarkan
ketentuan Undang-undang Kepabeanan dan Undang-undang Cukai. Penagihan
aktif dilakukan dengan berlandasakan pada Undang-undang Nomor 19 tahun
2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
4) Wajib bayar yang memiliki utang > Rp. 100 juta dapat dicekal oleh Kepala
KPU/Kepala KPPBC dengan tujuan untuk segera melunasi utangnya, apabila
tidak dilunasi dan atas seizin Menteri Keuangan dapat mengurung/mengekang
kebebasan dari wajib pajak dimaksud.
5) Terdapat 2(dua) cara dalam penyelesaian barang yang tidak dikuasai negara
karena melampaui batas waktu penimbunan tanpa diselesaikan fasilitas
kepabeanannya dan akan beralih ke barang dikuasai negara apabila melampaui
waktu yang ditetapkan dan sekanjutnya barang menjadi barang milik negara.
7) Terhadap barang kena cukai yang telah menjadi milik negara penyelesaiannya
tidak dapat dilelang akan tetapi dimusnahkan dan dibuatkan Berita Acara
Pemusnahan.
LATIHAN
118
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan penagihan administratif dan penagihan
aktif !
2) Jelaskan langkah-langkah penagihan pajak dengan upaya penyitaan !
3) Jelaskan perbedaan mendasar antara mekanisme penagihan kepabeanan
dengan penagihan di bidang cukai !
4) Jelaskan fungsi dari dokumen-dokumen berikut: SPTNP, SPP, SPSA, ST, SP !
5) Jelaskan pengertian barang tidak dikuasai, barang dikuasai negara dan barang
milik negara !
119
BAB
PENGEMBALIAN
KEPABEANAN DAN CUKAI 6
Tujuan
Tujuan Instruksional
Instruksional Khusus:
Khusus:
Setelah
Setelah mengikuti
mengikuti pembelajaran
pembelajaran ini
ini mahasiswa
mahasiswa diharapkan
diharapkan mampu
mampu menjelaskan:
menjelaskan:
Jaminan
Jaminan kepabenan
kepabenan dan
dan cukai
cukai
Besarnya
Besarnya Jaminan
Jaminan
Objek
Objek dan
dan subjek
subjek Pungutan
Pungutan kepabeanan
kepabeanan dan
dan cukai
cukai
Siklus
Siklus pungutan
pungutan kepabeanan
kepabeanan dan
dan cukai
cukai
Pengembalian
Jenis
Jenis pungutan
pungutan dan
beaPenghitungan
dan Cara
masuk, bea
Cara Penghitungan
keluar,
Pungutan cukai, dan
Pungutan kepabeanan
dan
kepabeanan dan
pungutan lainnya pada
cukai
cukai
dasarnya merupakan penerapan azas keadilan dalam pungutan pajak. Pengertian
pengembalian adalah pengembalian berupa uang yang telah dibayarkan kepada
Negara melalui DJBC karena adanya kelebihan pembayaran yang diakibatkan
berbagai hal yang jelas disebutkan dalam masing-masing Undang-Undang
Kepabeanan maupun Undang-undang Cukai.
Untuk mempermudah mempelajari tentang pengembalian yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kami membagi penjabaran materi ini menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Pengembalian Bea Masuk, Denda Administrasi dan Bunga;
b. Pengembalian Bea Keluar;
c. Pengembalian Cukai
120
a. Kelebihan pembayaran Bea Masuk karena penetapan tarip Bea Masuk dan/atau
nilai pabean oleh pejabat Bea dan Cukai;
b. Kelebihan pembayaran Bea Masuk karena penetapan kembali tarip bea masuk
dan/atau nilai pabean oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
c. Karena kesalahan tata usaha;
d. Impor barang yang mendapat pembebasan atau keringanan Bea Masuk;
e. Impor barang yang harus direekspor atau dimusnahkan dibawah pengawasan
pejabat Bea dan Cukai;
f. Impor barang yang sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai
kedapatan jumlah lebih kecil daripada yang telah dibayar Bea Masuknya, cacat,
bukan barang yang dipesan, atau berkualitas rendah;
g. Impor barang dalam keadaan curah yang diberikan persetujuan impor tanpa
pemeriksaan fisik, kedapatan jumlah fisik barang kurang sehingga menimbulkan
kelebihan pembayaran Bea Masuk dalam hal ini harus ada rekomendasi hasil
audit;
h. Akibat putusan Banding di Pengadilan Pajak.
Secara umum mekanisme pengembalian bea masuk, denda administrasi dan bunga
dibagi menjadi dua tahap.
Tahap I adalah tahapan pembentukan dasar pengembalian. Artinya, tahap
penetapan apakah suatu kriteria pengembalian memang layak dan secara sah
memenuhi kriteria pengembalian. Sebagai contoh: apabila importir kelebihan
membayar pungutan bea masuk. Maka tahap penetapan ini akan berhenti
sampai dengan diterbitkannya Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean (SPTNP)
yang isinya menyatakan kelebihan bayar tersebut.
Tahap II adalah tahapan pengajuan Keputusan Pengembalian hingga
pencairan dana pengembalian. Setelah memperoleh SPTNP yang
menyatakan adanya kelebihan pembayaran, ini bukan berarti secara otomatis
121
importir akan menerima dana pengembalian. Namun untuk mendapatkan
pengembalian, importir wajib mengajukan permohonan pengembalian untuk
mendapatkan Surat Keputusan Pengembalian Bea Masuk (SKPBM) hingga
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Kas Negara .
Gambar 6.1
Tahap Pengembalian Bea Masuk
Syarat-syarat pengembalian
122
Gambar 6.2
Alur Pengembalian Bea Masuk
123
- Apabila ada keragu-raguan tanda tangan, maka KPPN dapat meminta
konfirmasi ke Kepala KPU/KPPBC.
- Importir yang berhak mendapatkan pengembalian/restitusi tidak
mempunyai tunggakan/utang pada KPU/KPPBC penerbit SPMKBM.
a. Apabila Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai telah
memberikan persetujuan pengembalian/restitusi, kemudian menanda tangani
SKPBM yang ditanda tangani atas nama Menteri Keuangan dalam rangkap 4
(empat);
Lembar ke-1 untuk Importir/yang berhak mendapatkan pengembalian;
Lembar ke-2 untuk Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Lembar ke-3 untuk Kepala KPPN mitra kerja KPU/KPPBC; dan
Lembar ke-4 untuk KPU/KPPBC.
Lembar ke-1 untuk importir Yang bersangkutan untuk ditunaikan di Bank yang
Ditunjuk;
Lembar ke-1 dan 2 untuk KPPN;
Lembar ke-3 untuk pihak yang berhak; dan
Lembar ke-4 untuk KPPBC.
d. SPMKBM dibebankan pada mata anggaran pengembalian pendapatan setoran
BM tahun anggaran berjalan yaitu pada mata anggaran yang sama atau sejenis
dengan mata anggaran penerimaan setoran BM dan disampaikan ke KPPN
paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum berakhirnya jangka waktu
pengembalian BM, denda administrasi dan/ atau bunga.
124
Pemberian Imbalan Bunga
Pemberian imbalan bunga diberikan dalam hal;
Keterlambatan pengembalian uang (restitusi) dalam bentuk penerbitan SKPBM,
SKPBK,SKPC atau SKPFP BM-C yang melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari dihitung sejak tanggal diterbitkannya dokumen-dokumen tersebut diatas.
Pengembalian jaminan berupa uang tunai dibidang pabean dan cukai yang
melebihi waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diputuskannya keberatan diterima, atau
dianggap diterima oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Pengembalian uang (restitusi) Bea Masuk atau Cukai sebagai akibat Putusan
banding oleh Pengadilan Pajak yang menetapkan pemberian bunga.
Besarnya bunga ditetapkan 2% setiap bulan untuk selama-lamanya 24 bulan,
bagian dari bulan dianggap satu bulan penuh.
125
pengembalian bea keluar dapat diberikan terhadap seluruh atau sebagian bea
masuk yang telah dibayar atas :
a. barang yang dibatalkan ekspornya atau tidak jadi diekspor;
b. kesalahan tata usaha;
c. kelebihan pembayaran Bea Keluar oleh karena adanya penetapan perhitungan
Bea Keluar (SPPBK) oleh Kepala kantor Bea dan Cukai
d. kelebihan pembayaran Bea Keluar oleh karena adanya penetapan perhitungan
Kembali Bea Keluar (SPPKBK) oleh Direktur Jenderal
e. kelebihan pembayaran Bea Keluar akibat keputusan keberatan; atau
f. kelebihan pembayaran Bea Keluar akibat putusan Pengadilan Pajak.
Gambar 6.3
Tahap Pengembalian Bea Keluar
Gambar 6.4
126
Flowchart Mekanisme Pengembalian Bea Keluar
C. Pengembalian Cukai
127
Berbeda dengan mekanisme pengembalian bea masuk dan bea keluar,
dalam mekanisme pengembalian di bidang cukai dimungkinkan adanya kompensasi.
Artinya, hak pengembalian cukai yang telah mendapatkan penetapan dari Kepala
Kantor Bea dan Cukai dapat dikompensasi dengan kewajiban pembayaran cukai
berikutnya.
Adapun alasan dasar pengembalian Cukai dan/atau denda administrasi
diberikan dalam hal;
a. Kelebihan karena salah hitung;
b. BKC yang telah dibayar cukainya kemudian diekspor;
c. BKC yang telah berada diperedaran bebas dimasukkan kembali untuk
diolah/dimusnahkan;
d. BKC telah dibayar cukainya kemudian mendapat pembebasan;
e. BKC yang telah dilekati pita cukai tetapi tidak jadi di impor;
f. Pita cukai yang diterima rusak/tidak dipakai;
g. Putusan Pengadilan Pajak.
128
c. Pengembalian cukai hanya diberikan kepada pengusaha pabrik/pengusaha
tempat penyimpanan yang tidak memiliki utang cukai;
d. Cukainya telah dibukukan dalam rekening Kas Umum Negara.
Cara pengembalian ;
a. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai meneliti permohonan yang
bersangkutan dan apabila telah sesuai, selanjutnya menerbitkan Surat
Keputusan Pengembalian Cukai (SKPCK) yang ditanda taganinya atas nama
Menteri Keuangan dalam rangkap 5;
1). Lembar ke-1 untuk yang mendapatkan pengembalian;
2). Lembar ke-2 untuk Direktur Jendral Bea dan Cukai;
3). Lembar ke-3 untuk Kepala KPPN;
4). Lembar ke-4 untuk Bank Penunai;
5). Lembar ke-5 untuk arsip KPPBC.
b. Berdasarkan SPMKC yang telah diterbitkan tersebut Kepala Kantor Pelayanan
Bea dan Cukai menerbitkan SPMKCK yang ditanda tanganinya atas nama
Menteri Keuangan dalam rangkap 6 dengan peruntukan sebagai berikut ;
1). Lembar ke-1 untuk ditunaikan di Bank yang ditunjuk;
2). Lembar ke-2 untuk KPPN;
3). Lembar ke-3 untuk Bank penunai sebagai penguji lembar ke 1;
4). Lembar ke-4 untuk yang mendapatkan pengembalian;
5). Lembar ke-5 untuk Direktur Jendral Bea dan Cukai;
6). Lembar ke-6 untuk KPPBC penerbit SPMKC.
c. Terhadap pengusaha BKC yang dapat penundaan, maka pengembalian
dikompensasikan dengan utang cukai yang paling tua setelah dikurangi biaya
pengganti pita cukai dan bagi yang tidak mepunyai utang cukai dapat
digunakan pada pengajuan CK-1 berikutnya atau dikembalikan secara tunai
bagi pengusaha yang akan menghentikan usahanya.
d. Biaya pengganti Pita Cukai saat ini adalah;
1). Seri . I. Rp. 25,- per keping.
2). Seri II. Rp. 40,- per keping.
3). Seri. III. Rp. 25,- per keping.
4). Biaya pengganti pita cukai MMEA adalah Rp.300,- per keping.
129
130
RANGKUMAN
1) Dalam kegiatan belajar 3 ini diuraikan tentang pengembalian BM, Bea Keluar,
Cukai, Denda, bunga dan PNBP.
5) Wewenang pengembalian BM, BK, Cukai dan pungutan lainnya yang terkait
adalah ditangan Menteri Keuangan sebagai BUN yang kemudian
menguasakannya kepada Kepala KPU/Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea
dan Cukai, sehingga Kepala KPU/KPPBC menanda tangani surat perintah
membayar kembali BM, BK dan cukai atas nama Menteri Keuangan yang
didahului dengan surat keputusan pengembalian.
131
LATIHAN
1) Jelaskan perbedaan antara mekanisme pengembalian bea masuk dengan
pengembalian cukai !
2) Jelaskan tentang tata cara pengembalian bea keluar !
3) Jelaskan tentang tata cara pengembalian denda, PNBP dan pembayaran Bunga!
4) Jelaskan pengertian dari dokumen ini: SPPBK, SKPBK, SPMKBK !
5) Jelaskan alur proses permohonan pengembalian bea masuk !
132
PENUTUP
Bila kita merefleksikan kembali tugas pokok yang harus diemban DJBC
berkaitan dengan penerimaan bea masuk dan cukai, maka hendaknya kita
menyadari bahwa kedua penerimaan tersebut memiliki arti yang strategis terhadap
penerimaan pajak secara keseluruhan. Untuk menjaga amanah tersebut, calon-calon
SDM DJBC termasuk Anda sebagai salah satunya, dituntut harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan kepabeanan dan cukai.
Tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan tekad yang kuat, saya yakin anda
akan sulit memahami dan memiliki pengetahuan teknis perbendaharaan penerimaan
ini dengan baik. Kata kunci yang dapat saya berikan sebagai tips untuk memahami
pelajaran teknis cukai secara efektif adalah “belajar secara menyeluruh”. Jangan
anda belajar hanya untuk keperluan praktis saja, tapi pelajari secara menyeluruh
konsep-konsep yang ada. Dengan mempelajarai Bahan Ajar ini diharapkan pembaca
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai konsep-konsep dasar teknis
perbendaharaan penerimaan.
Akhirnya semoga Bahan Ajar ini bermanfaat khususnya bagi Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara dan umumnya bagi siapapun yang mempelajari Bahan Ajar ini.
Ingatlah bahwa keberhasilan orang-orang hebat di bidang apapun bukan semata-
mata merupakan anugerah dari yang Maka Kuasa saja, namun sukses dan
kompetensi dibangun dari kemauan untuk belajar sepanjang masa, Longlife
Learning.
133
GLOSSARIUM
CFO : Chief Financial Officer, yaitu peran Menteri Keuangan sebagai Pejabat
Pengelola Keuangan Negara secara Portofolio
COO : Chief Operational Officer, yaitu peran Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai
Kepala Operasional pengelolaan Keuangan Negara dalam lingkup
kementerian.lembaga negara masing-masing
Budgetair : segala hal yang terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
Fiskal : aspek yang berkaitan dengan pengelolaan anggaran negara yang tertuang
dalam bentuk APBN
Tax Circle : Siklus atau lingkaran pajak yang meliputi saat timbulnya hutang pajak
hingga kadaluwarsanya pungutan pajak
SPTNP : Surat Penetapan Tarif dan Nilai Pabean
SPKTNP : Surat Penetapan Kembali Tarif dan Nilai Pabean
SPP : Surat Penetapan Pabean
SPSA : Surat Penetapan Sanksi Administrasi
ST : Surat Teguran
SP : Surat Paksa
CK-1 : Dokumen pemesanan pita cukai
CK-5 : Dokumen mutasi barang kena cukai
SSPCP : Surat Setoran Pabean, Cukai dan Penerimaan klainnya,
134
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Kadir, Achmad. (2013). Modul Teknis Perbendaharaan Penerimaan. Jakarta:
Pusdiklat Bea dan cukai
Soemitro, Rochmat.(1990). Asas dan Dasar Perpaajakan. Bandung: Eresco
Peraturan:
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007
Undang-undang nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 42 Tahun 2009
Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
135
Peraturan Menteri Keuangan No. 214/PMK.04/2008 tentang Pemungutan Bea Keluar
Peraturan Menteri Keuangan No.; 74/PMK.01/2009 tentang organisasi dan tata kerja
Instansi Vertikal DJBC, sebagaimana telah diubah dengan PMK
No.134/PMK.01/2010 dan PMK No.131/PMK.01/2011.
Peraturan Menteri Keuangan No. 68/PMK.04/2009 tentang Jenis Dan Besaran
Jaminan Dalam Rangka Pembayaran Cukai Secara
136
BIODATA PENULIS
Nama : Surono
Alamat korespondensi : Jl. Kampung Pluis No.52, RT.04/05, Grogol Utara,
Kebayoran lama, Jakarta Selatan
Unit Instansi : Pusdiklat Bea dan Cukai
Telp./Faks : 021-47862387
HP : 081212173686
E-mail : mr.surono@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Tahun
Perguruan Tinggi Bidang Spesialisasi
Lulus
1994 STAN - Program Diploma III Bea dan Cukai
2000 STIA - LAN Manajemen perekonomian Negara
2007 Pasca Sarjana, Universitas Ilmu Manajemen
Sumatera Utara
Volume
Tahun Nama Status
Nama Judul artikel dan
terbit berkala akreditasi
halaman
Majalah 2011 Potensi Kerjasama Diklat Edukasi Edisi -
BPPK : Mewujudkan Mimpi Keuangan 6/2011
Menjadi Center of Excellence
Majalah 2011 Kementerian Keuangan: 65 Edukasi Edisi -
tahun Menapak Sejarah Keuangan 8/2011
Keuangan Bangsa", pada
Majalah Edukasi Keuangan
Majalah 2011 Sertifikasi Widyaiswara: Edukasi Edisi -
Suatu Upaya untuk Keuangan 9/2011
Menjamin Kualitas
Penyelenggaraan Diklat
Majalah 2012 Memaknai Suatu Perubahan Edukasi Edisi -
Keuangan 10/2012
137
Agreement : Keuangan 11/2012
Antara Harapan Dan
Kenyataan
138
Intelijen Taktis
139
BIODATA PENULIS
Nama : Rita Dwi Lindawati
Alamat korespondensi : Komplek Bea dan Cukai Pemancar, Jl. Bujana Tirta X
Blok C No. 8 Rawamangun Jakarta Timur.
Unit Instansi : Pusdiklat Bea dan Cukai
Telp./Faks : 021-47862387
HP : 087880029714
E-mail : lindawati.rita72@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan
Tahun
Perguruan Tinggi Bidang Spesialisasi
Lulus
1993 STAN - Program Diploma III Bea dan Cukai
1998 STEI Jakarta Akuntansi
2013 Tugas Akhir pada Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
140
Pusdiklat Antar Pribadi Web
BC
Website 2013 Penyelesaian Impor Artikel Edisi Agustus 2013 -
Pusdiklat barang Kiriman Pos Web
BC
141