Anda di halaman 1dari 14

Memahami Prinsip Kerja Converter

DC ke DC atau Chopper

Nama : Indah Arsita Sari

NIM : 140536606542

Prodi : S1 Teknik Elektro 2014

I. PENDAHULUAN

Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau dikenal juga dengan
sebutan DC Chopper dimanfaatkan terutama untuk penyediaan tegangan keluaran DC yang
bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Daya masukan dari proses DC-
DC tersebut adalah berasal dari sumber daya DC yang biasanya memiliki tegangan masukan
yang tetap. Pada dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC yang ingin dicapai adalah
dengan cara pengaturan lamanya waktu penghubungan antara sisi keluaran dan sisi masukan
pada rangkaian yang sama. Komponen yang digunakan untuk menjalankan fungsi
penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state electronic switch) seperti misalnya
Thyristor, MOSFET, IGBT, GTO. Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari DC
Chopper yaitu penaikan tegangan dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari
tegangan masukan, dan penurunan tegangan dimana tegangan keluaran lebih rendah dari
tegangan masukan.
Sistem catu-daya yang bekerja dalam mode pensaklaran (switching) mempunyai
efisiensi yang jauh lebih tinggi dibanding sistem catu-daya linier. Oleh karenanya, hampir
semua catu-daya modern bekerja dalam mode switching atau dikenal sebagai SMPS
(Switched Mode Power Supply). Komponen utama dari sistem catu-daya adalah konverter
dc-dc yang berfungsi untuk mengkonversikan daya elektrik bentuk dc (searah) ke bentuk dc
lainnya.
Secara umum, ada tiga rangkaian (topologi) dasar konverter dc-dc, yaitu buck, boost,
dan buck-boost. Rangkaian lain biasanya mempunyai kinerja mirip dengan topologi dasar ini
sehingga sering disebut sebagai turunannya. Contoh dari konverter dc-dc yang dianggap
sebagai turunan rangkaian buck adalah forward, push-pull, half-bridge, dan full-bridge.
Contoh dari turunan rangakain boost adalah konverter yang bekerja sebagai sumber arus.
Contoh dari turunan rangkaian buck-boost adalah konverter flyback.
Pada tahun 1980-an, ditemukan dan dipatenkan ratusan rangkaian baru konverter dc-
dc. Rangkaian baru ini ditawarkan dengan bermacam kelebihan yang diklaim bisa
menggantikan peran rangkaian konvensional. Para insinyur baru sering sekali pusing dan
menghabiskan banyak waktu untuk memilih dan mencoba rangkaian baru ini. Akan tetapi
setelah banyak menghabiskan waktu dan biaya, sering sekali terbukti bahwa rangkaian baru
tersebut sangat susah untuk diproduksi. Sebagai akibatnya, sampai saat ini, hampir semua
industri masih menawarkan topologi dasar dalam jajaran produknya. Pengecualian mungkin
ditemui pada penerapan yang sangat khusus. Akan tetapi, hampir semua insinyur biasanya
mencoba lebih dulu menggunakan rangkaian dasar untuk bermacam keperluan. Kalau
diperlukan, kinerja yang khusus dicoba dipenuhi dengan menggunakan beberapa rangkaian
dasar yang dihubungkan seri, paralel, atau kaskade.
Kondisi ini tidak berarti bahwa konverter dc-dc tidak mengalami perkembangan
selama tiga-puluh tahun terakhir ini. Perkembangan pesat terjadi di bidang integrasi,
produksi, saklar semikonduktor, dan teknik untuk mengurangi rugi-rugi penyaklaran. Tulisan
ini akan mencoba mengkaji beberapa topologi dasar konverter daya yang banyak dipakai di
industri. Dengan memahami kinerja konverter dasar ini, para insinyur yang bekerja di
industry konverter daya bisa dengan baik memilih topologi yang sesuai untuk hampir semua
keperluan. Pekerjaan selanjutnya tinggal menentukan ukuran tapis dan rangkaian
kendalinya.Penyearah adalah alat yang digunakan untuk mengubah arus AC menjadi DC,
listrik DC dipakai untuk berbagai kebutuhan misalnya power supply, pengisi akumulator, alat
penyepuhan logam. Komponen elektronika yang dipakai diode atau thyristor.
II. PEMBAHASAN

Prinsip dasar Pengubah DC-DC Tipe Peralihan


Untuk lebih memahami keuntungan dari tipe peralihan, kita lihat kembali prinsip
pengubahan daya DC-DC tipe linier seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengubah tipe linier

Pada tipe linier, pengaturan tegangan keluaran dicapai dengan menyesuaikan arus
pada beban yang besarannya tergantung dari besar arus pada base-nya transistor:

V0 = IL . RL (1)

Dengan demikian pada tipe linier, fungsi transistor menyerupai tahanan yang dapat diubah
ubah besarannya seperti yang juga terlihat dalam Gambar 1. Lebih jauh lagi, transistor yang
digunakan hanya dapat dioperasikan pada batasan liniernya (linear region) dan tidak melebihi
batasan cutoff dan selebihnya (saturation region). Maka dari itu tipe ini dikenal dengan tipe
linier. Walau tipe linier merupakan cara termudah untuk mencapai tegangan keluaran yang
bervariasi, namun kurang diminati pada aplikasi daya karena tingginya daya yang hilang
(power loss) pada transistor (VCE*IL) sehingga berakibat rendahnya efisiensi. Sebagai
alternatif, maka muncul tipe peralihan yang pada prinsipnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengubah tipe peralihan

Pada tipe peralihan, terlihat fungsi transistor sebagai electronic switch yang dapat dibuka
(off) dan ditutup (on). Dengan asumsi bahwa switch tersebut ideal, jika switch ditutup maka
tegangan keluaran akan sama dengan tegangan masukan, sedangkan jika switch dibuka maka
tegangan keluaran akan menjadi nol. Dengan demikian tegangan keluaran yang dihasilkan
akan berbentuk pulsa seperti pada Gambar 3

Gambar 3. Tegangan keluaran

Besaran rata rata atau komponen DC dari tegangan keluaran dapat diturunkan dari
persamaan berikut:

(2)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa tegangan keluaran DC dapat diatur besarannya
dengan menyesuaikan parameter D. Parameter D dikenal sebagai Duty ratio yaitu rasio antara
lamanya waktu switch ditutup (ton) dengan perioda T dari pulsa tegangan keluaran, atau (lihat
Gambar 3):

(3)
dengan 0 £ D £ 1. Parameter f adalah frekuensi peralihan (switching frequency) yang
digunakan dalam mengoperasikan switch. Berbeda dengan tipe linier, pada tipe peralihan
tidak ada daya yang diserap pada transistor sebagai switch. Ini dimungkinkan karena pada
waktu switch ditutup tidak ada tegangan yang jatuh pada transistor, sedangkan pada waktu
switch dibuka, tidak ada arus listrik mengalir. Ini berarti semua daya terserap pada beban,
sehingga efisiensi daya menjadi 100%. Namun perlu diingat pada prakteknya, tidak ada
switch yang ideal, sehingga akan tetap ada daya yang hilang sekecil apapun pada komponen
switch dan efisiensinya walaupun sangat tinggi, tidak akan pernah mencapai 100%.
1. Step-Down (Buck) Converter.

Konverter jenis buck merupakan jenis konverter yang banyak digunakan dalam
industri catu-daya. Konverter ini akan mengkonversikan tegangan dc masukan menjadi
tegangan dc lain yang lebih rendah (konverter penurun tegangan).
Rangkaian ini terdiri atas satu saklar aktif (MOSFET) dan satu saklar pasif (diode).
Untuk tegangan kerja yang rendah, saklar pasif sering diganti dengan saklar aktif sehingga
susut daya yang terjadi bisa dikurangi. Kedua saklar ini bekerja bergantian. Setiap saat hanya
ada satu saklar yang menutup. Nilai rata-rata tegangan keluaran konverter sebanding dengan
rasio antara waktu penutupan saklar aktif terhadap periode penyaklarannya (faktor kerja).
Nilai faktor kerja bisa diubah dari nol sampai satu. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan
keluaran selalu lebih rendah dibanding tegangan masukannya.
Beberapa konverter buck bisa disusun paralel untuk menghasilkan arus keluaran yang
lebih besar. Jika sinyal ON-OFF masing-masing konverter berbeda sudut satu sama lainnya
sebesar 360o/N, yang mana N menyatakan jumlah konverter, maka didapat konverter dc-dc
N-fasa. Konverter buck N-fasa inilah yang sekarang banyak digunakan sebagai regulator
tegangan mikroprosesor generasi baru. Dengan memperbanyak jumlah fasa, ukuran tapis
yang diperlukan bisa menjadi jauh lebih kecil dibanding konverter dc-dc satu-fasa. Selain
digunakan sebagai regulator tegangan mikroprosesor, konverter buck multifasa juga banyak
dipakai dalam indusri logam yang memerlukan arus dc sangat besar pada tegangan yang
rendah.

Perlu dicatat bahwa arus masukan konverter buck selalu bersifat tak kontinyu dan
mengandung riak yang sangat besar. Akibatnya pada sisi masukan, konverter buck
memerlukan tapis kapasitor yang cukup besar untuk mencegah terjadinya gangguan
interferensi pada rangkaian di sekitarnya. Konverter dc-dc jenis buck biasanya dioperasikan
dengan rasio antara teganan masukan terhadap keluarannya tidak lebih dari 10. Jika
dioperasikan pada rasio tegangan yang lebih tinggi, saklar akan bekerja terlalu keras sehingga
keandalan dan efisiensinya turun. Untuk rasio yang sangat tinggi, lebih baik kalau kita
memilih versi yang dilengkapi trafo.

2. Step-Up (Boost) Converter

Topologi boost bisa menghasilkan tegangan keluaran yang lebih tinggi dibanding
tegangan masukannya (penaik tegangan). Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 6. Jika
saklar MOSFET ditutup maka arus di induktor akan naik (energi tersimpan di induktor naik).
Saat saklar dibuka maka arus induktor akan mengalir menuju beban melewati dioda (energi
tersimpan di induktor turun). Rasio antara tegangan keluaran terhadap tegangan masukan
konverter sebanding dengan rasio antara periode penyaklaran dan waktu pembukaan saklar.
Ciri khas utama konverter ini adalah bisa menghasilkan arus masukan yang kontinyu.
Pada saat ini, topologi boost banyak dipakai dalam penyearah yang mempunyai
faktor-daya satu seperti terlihat di Gb. 7. Pada rangkaian ini, saklar dikendalikan sedemikian
rupa sehingga gelombang arus induktor mempunyai bentuk seperti bentuk gelombang
sinusoidal yang disearahkan. Dengan cara ini, arus masukan penyearah akan mempunyai
bentuk mendekati sinusoidal dengan faktor-daya sama dengan satu. Pengendali konverter
semacam ini sekarang tersedia banyak di pasaran dalam bentuk chip.

3. Buck-Boost Converter

Skema konverter buck-boost diperlihatkan di Gb. 8. Jika saklar MOSFET ditutup


maka arus di induktor akan naik, Saat saklar dibuka maka arus di induktor turun dan mengalir
menuju beban. Dengan cara ini, nilai rata-rata tegangan beban sebanding dengan rasio antara
waktu pembukaan dan waktu penutupan saklar. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan beban bisa
lebih tinggi maupun lebih rendah dari tegangan sumbernya.
Masalah utama dari konverter buck-boost adalah menghasilkan riak arus yang tinggi
baik di sisi masukan maupun sisi keluarannya. Akibatnya, diperlukan tapis kapasitor yang
besar di kedua sisinya. Inilah salah satu alasan mengapa konverter buck-boost jarang dipakai
di industri.

SEPIC Converter
Jika kombinasi Buck dan Boost diinginkan tanpa adanya proses pembalikan tegangan,
maka salah satu pilihannya adalah dengan konfigurasi SEPIC seperti yang terlihat pada
gambar 8. Persamaan tegangan CCM yang dipakai untuk SEPIC adalah:

Gambar 8. Pengubah SEPIC


Keuntungan pada SEPIC dapat disebut misalnya memiliki arus masukan dengan
tingkat ripple rendah, tidak memakai transformer, penjagaan kerusakan pada rangkaian
melalui kapasitor jika switch gagal berfungsi (capacitive isolation). Kekurangan yang ditemui
misalnya tidak adanya isolasi antara sisi masukan dan keluaran serta tegangan keluaran
memiliki riple yang tinggi. SEPIC sering digunakan pada aplikasi perbaikan faktor daya
(Power Factor).
Forward converter
Dalam pengubah Forward, transformer digunakan untuk mengisolasi sisi masukan
dari keluaran. Seperti Buck, tegangan keluaran yang dihasilkan lebih rendah atau sama
dengan tegangan masukan. Persamaan CCM untuk tegangan keluaran ialah:

(8)
Dalam topologinya, pengubah Forward dapat menggunakan satu switch seperti pada
Gambar 9 atau dengan dua switch seperti pada Gambar 10. Keduanya memiliki karakteristik
tegangan keluaran yang ripplenya rendah, namun ripple arus masukan yang tinggi.
Konfigurasi Forward dapat digunakan pada aplikasi yang membutuhkan keluaran lebih dari
satu (multiple outputs).

Gambar 9. Pengubah Forward dengan satu switch


Gambar 10. Pengubah Forward dengan dua switch

Half Bridge converter


Konfigurasi lain yang fungsinya serupa dengan Buck namun memiliki isolasi antara
sisi masukan dan keluaran dikenal dengan Half Bridge dan Full Bridge. Pada dasarnya,
rangkaian half bridge menggunakan dua switch sedangkan pada full bridge menggunakan
empat switch. Tegangan keluaran yang dihasilkan Full Bridge adalah dua kali dari Half
Bridge pada frekuensi peralihan dan Duty ratio yang sama, dan persamaannya adalah sebagai
berikut:

Half Bridge:

(9)
Full Bridge:

(10)
Gambar 11. Pengubah Half Bridge

Gambar 12. Pengubah Full Bridge

Kedua konfigurasi tersebut sering dimanfaatkan dalam aplikasi tegangan masukan


tinggi, tegangan keluaran yang bersih dari ripple dan juga untuk aplikasi daya tinggi (high
power). Selain jumlah komponen yang bertambah dibandingkan dengan Buck, kedua
konfigurasi ini juga memiliki arus masukan yang tingkat ripplenya tinggi.

Push-Pull converter
Pada Push-Pull, persamaan tegangan yang dipakai sama dengan persamaan untuk Full
Bridge, namun bila dilihat dari rangkaiannya, hanya dua switch yang digunakan. Dengan
demikian Push-Pull merupakan alternatif yang lebih murah dari Full Bridge pada aplikasi
tegangan masukan yang rendah. Sama halnya dengan Full Bridge, pengubah Push-Pull
memiliki tegangan keluaran yang rendah tingkat ripplenya, namun cukup tinggi ripple pada
arus masukannya.

Gambar 13. Pengubah Push-Pull

Flyback converter
Jika kombinasi yang diinginkan adalah seperti Buck-Boost namun menggunakan
isolasi antara sisi masukan dan keluaran, maka konfigurasi yang dapat dipakai adalah
Flyback. Persamaan tegangan CCM yang digunakan:

(11)

Gambar 14. Pengubah Flyback

Flyback memiliki ripple yang tinggi pada tegangan keluarannya dan sering dijumpai
pada aplikasi daya rendah, dan juga pada aplikasi yang membutuhkan keluaran banyak
(multiple outputs).
III. KESIMPULAN ( PENUTUP)
Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau dikenal juga dengan
sebutan DC Chopper dimanfaatkan terutama untuk penyediaan tegangan keluaran DC yang
bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Secara umum, kebutuhan akan
sistem catu daya selalu bisa dipenuhi dengan menggunakan topologi dasar konverter daya,
yaitu buck, boost, dan buck-boost serta turunannya. Untuk keperluan khusus, kita bisa
mengkombinasikan beberapa konverter daya dalam konfigurasi seri-paralel. Topologi khusus
sebaiknya dihindari untuk mempermudah proses fabrikasi.
Kilasan tentang beberapa konfigurasi yang umum dipakai untuk metoda pengubahan
daya DC-DC tipe peralihan telah dibahas. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa pada
tipe peralihan, proses pengubahan daya dapat dicapai dengan lebih efisien daripada metoda
pengubahan tipe linier. Berkembangnya teknologi pembuatan semikonduktor tidak hanya
membuat metoda tipe peralihan menjadi semakin efisien dan murah dimasa mendatang, tetapi
juga semakin mendorong bertambah luasnya jenis jenis aplikasi dari tipe peralihan tersebut.
Pada akhirnya, dapat dipastikan, bahwa dimasa datang, peranan penting dari tipe peralihan
tersebut akan lebih terlihat lagi dampaknya disegala bidang aplikasi baik yang berdaya
rendah, medium, atau pun tinggi, mulai dari aplikasi elektronika, mesin, kelistrikan,
komunikasi, transportasi sampai pada aplikasi industri lainnya.

REFERENSI
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Braking_chopper
2. http://masganteng.ngeblog.ittelkom.ac.id/
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Boost_converter
4. file:///C:/Users/hafish/Downloads/ELDA/ELEKTRO%20INDONESIA%20-
%20Sekilas%20Tentang%20Pengubahan%20Daya%20DC-DC%20Tipe
%20Peralihan.htm
5. http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek25a.html
6. file:///C:/Users/hafish/Downloads/ELDA/Topologi%20Konverter%20DC-DC%20_
%20Konversi%20ITB.htm

Anda mungkin juga menyukai