Anda di halaman 1dari 7

Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut

Definisi
Gingivitis ulseratif nekrosis akut (GUNA) adalah suatu infeksi akut pada margin dan
papila gingiva dengan adanya gambaran nekrosis dan perdarahan gusi. GUNA sering
disebut juga dengan penyakit “trench mouth” dan penyakit Vincent.1

Epidemiologi
Di negara berkembang, GUNA sering dijumpai pada kondisi status nutrisi yang
buruk, kondisi stres dan higienitas oral yang buruk. Terjadinya peningkatan insiden HIV
juga meningkatkan kasus GUNA. Berdasarkan laporan penelitian sebelumnya, prevalensi
GUNA pada pasien dengan HIV berkisar 4,3% - 16%.1

Etiologi
Penyebab yang utama dari GUNA belum diketahui secara pasti. Tapi beberapa
merujuk pada peranan polimikroba yang merupakan flora normal di rongga mulut. Namun
pada kondisi dengan menurunnya mekanisme pertahanan di rongga mulut, polimikroba
tersebut dapat menjadi patogen.1
Organisme anaerobik utama yang berperan terhadap timbulnya GUNA antara lain,
Fusobacterium necrophorum; Bacteroides meaningenicus spp.; Prevotella intermedia;
Fusobacterum nucleatum; Porphyromonas gingivalis; treponema and selemonas spps.1
Fusobacterium necrophorum telah diketahui sebagai mikroorganisme utama
penyebab GUNA yang progressif menjadi cancrum oris / noma. Hal ini dipengaruhi oleh
proses infeksinya didukung oleh beberapa bakteri aerob maupun anaerob seperti
Pseudomonas aeruginosa, P. intermedia, Bacteroides fragilis, dan Staphylococcus aureus.1

Fusobacterium necrophorum Prevotella intermedia Porphyromonas gingivalis


Gambar 1. Polimikroba utama pada GUNA
Penderita GUNA pada gangguan sistem imun dijumpai adanya penurunan kadar
polimorfonuklear dengan kadar sel plasma dan limfosit yang tinggi. Sedangkan pada kondisi
malnutrisi dijumpai adanya peningkatan permeabilitas dari mukosa rongga mulut terhadap
mikroba dan produk yang dihasilkannya serta dijumpai adanya hiperfungsi adrenal yang
ditandai dengan adanya peningkatan kadar kortisol. Peningkatan kadar kortisol
menyebabkan terganggunya proses pembentukan jaringan ikat dan epitel rongga mulut serta
meningkatkan invasi bakteri ke area interdental.1

Gambaran Klinis
Pada penderita GUNA umumnya dijumpai beberapa gejala antara lain:
• Adanya nyeri lokal atau luas dengan onset yang cepat atau tiba-tiba
• Interdental papila yang membesar, merah terang, dan tumpul dengan daerah
nekrosis berbentuk kawah. Nekrosis dan ulserasi dapat pula terjadi di free gingiva
margin
• Daerah ulserasi ditutupi dengan pseudomembran yang keabu-
abuan
• Sering disertai oleh plak gigi dan kalkulus
• Perdarahan secara spontan dengan sedikit provokasi
• Terkadang ada perluasan proses penyakit ke dalam jaringan lunak yang berdekatan
• Dapat disertai limfadenopati, nafas berbau busuk, demam, dan malaise.

Gambar 2. Tampak pseudomembran pada margin gingiva2


Diagnosa
Diagnosis secara eksklusif pada kritera klinik yaitu observasi karakteristik
interdental papila yang tumpul, nekrotik dengan tampilan "punched-out" dengan lesi
hanya/terbatas pada gingiva.

Pengobatan
Penanganan terhadap GUNA meliputi aspek umum dan khusus. Pengobatan secara
umum dapat dilakukan dengan cara3,4:
• Debridement lokal, skaling ultrasonik, menjaga kebersihan mulut dengan bilasan
larutan normal salin hangat, klorheksidin 0,12%, hidrogen peroksidase 1,5%, atau
povidone-iodine topikal dua kali sehari.
• Identifikasi dan penghapusan faktor predisposisi
• Imunosupresi yang mendasari harus dicurigai jika tidak ada perbaikan
Tatalaksana spesifik meliputi penggunaan antibiotik yang empiris dan antibiotik
yang sesuai dengan mikroba kausa. Beberapa antibiotik yang direkomendasikan adalah:
• Amoxicillin 500 mg / oral 3 kali sehari selama 10 hari ditambah metronidazole 250
mg / oral 3 kali sehari selama 10 hari, atau
• Amoxicillin-clavulanate 500 mg / 125 mg per oral 3 kali sehari atau 875 mg / 125
mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari, atau
• Clindamycin 150-300 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari, atau
• Doxycyclin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 10 hari.

Necrotizing Sialometaplasia
Definisi
Necrotizing sialometaplasia (NS) adalah suatu kondisi inflamasi nonneoplasia pada
kelenjar saliva. Tanda klinis dan histopatologisnya sering menyerupai suatu keganasan
seperti squamous cell carcinoma atau keganasan pada kelenjar saliva lainnya.5

Epidemiologi
Penyakit ini dapat tersebar di seluruh kalangan usia dengan rentang usia 17-80 tahun
dengan rata-rata penderita terbanyak pada usia di atas 40 tahun. NS dijumpai 2-3 kali lebih
sering pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.5
Etiologi dan Patogenesis
Patogenesis dari NS belum diketahui secara pasti, tetapi adanya iskemik pembuluh
darah pada jaringan kelenjar diduga menjadi salah satu hal yang mendasari terjadinya NS.
NS dapat terjadi pada kelenjar saliva minor dan mayor, juga melibatkan area palatum.
Sekitar 75% kasus terjadi di daerah posterior palatum. Kebanyakan bersifat unilateral dan
sekitar sepertiganya bilateral atau midpalatum. Faktor predisposisi yang mungkin berperan
antara lain adanya trauma langsung, adanya pemberian anestesi lokal, penggunaan gigi
palsu/buatan, konsumsi alkohol, merokok, penggunaan kokain, radiasi, prosedur
pembedahan, infeksi saluran pernafasan atas, dan muntah kronik. NS juga dilaporkan terjadi
pada orang dengan penyakit Buerger dan fenomena Raynaud yang diduga memiliki peranan
terhadap proses iskemik pembuluh darah. Kriteria histopatologi menurut Abram dibagi
menjadi5,6:
• Nekrosis sel asinar kelenjar seromusinos
• Metaplasia squamous pada epitel duktus saliva dan asini
• Hiperplasia pseudoepiteliomatosa pada epitel kelenjar
• Mucous polling dan respon inflamasi granulomatosa di sekitar kelenjar
Pada pemeriksaan mikroskopik gambaran metaplasia squamous pada epitel duktus
saliva dapat disalahinterpretasikan sebagai suatu keganasan.

Gambaran Klinis dan Diagnosa


Manifestasi NS dapat berupa pembengkakan dengan atau tanpa adanya ulserasi pada
area yang terdapat kelenjar serosa dan mukusnya. Gambaran klinis khasnya dapat dijumpai
adanya ulkus yang berbentuk seperti kawah yang tidak nyeri di palatum dan mirip dengan
suatu proses keganasan. Lesi ulkusnya dapat berukuran 1-3 cm yang biasanya unilateral,
namun dapat juga bilateral. Erosi pada tulang palatum dapat terjadi baik pada lesi ulserasi
dan nonulserasi.6
NS harus dibedakan dari penyakit ulseratif lainnya seperti ulkus traumatik, aftosa
mayor, oleh karena proses infeksi seperti sifilis, tuberkulosis, dan infeksi jamur, pasien
dengan imunokompromais (AIDS) dan adanya suatu keganasan. Oleh karena itu untuk
menegakkan dan membedakannya dari suatu proses keganasan harus dilakukan pemeriksaan
biopsi.5
Gambar 3. Necrotizing Sialometaplasia dengan lesi tipikal6

Gambar 4. Necrotizing Sialometaplasia dengan pembengkakan non-ulseratif5

Tatalaksana
Tidak ada terapi yang spesifik. NS dapat mengalami penyembuhan sendiri dalam
waktu beberapa minggu setelah lesi iskemiknya sembuh. Proses penyembuhan dapat
mencapai 5 minggu. Ukuran lesi dan adanya keterlibatan perforasi tulang dapat menjadi
parameter klinis dalam menentukan lamanya proses penyembuhan. Rekurensi belum pernah
dilaporkan.6,7

Ulkus Rongga Mulut akibat Gangguan Sumsum Tulang


Definisi
Merupakan suatu manifestasi oral dengan adanya gambaran ulserasi oleh karena
adanya suatu gangguan berupa keganasan pada sumsum tulang.8

Etiologi
Penderita dengan gangguan sumsum tulang cenderung mengalami neutropenia,
dimana kadar neutrofil yang bersirkulasi dalam darah sangat rendah. Beberapa gangguan
sumsum tulang tersebut antara lain, anemia aplastik, keganasan hematologi berupa limfoma,
leukimia, neutroenia siklik, dan leukopenia terkait obat.8

Gambaran Klinis
Manifestasi oral yang muncul dapat berupa adanya penampakan gingiva yang
berubah, pembengkakan, dan ulserasi. Dengan adanya gangguan respon inflamasi, maka
ulkus yang terbentuk tidak disertai dengan adanya “halo eritematosa” (garis pinggiran ulkus
yang merah). Terjadinya infeksi pada kondisi neutropenia akan memudahkan terjadinya
septikemia.8

Referensi:
1. Folayan MO. The Epidemiology, Etiology, and Pathophysiology of Acute
Necrotizing Ulcerative Gingivitis Associated with Malnutrition. The Journal of
Contemporary Dental Practice. 2004:5(3);1-10.
2. Patil C. Case Study: Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis. Int. Journal of Current
Research. 2017:9(9); 57652-5.
3. Ubertalli JT. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis [internet]. [updated 2017 June
;cited 2017 Nov 11]. Available from:
http://www.msdmanuals.com/professional/dental-disorders/periodontal-
disorders/acute-necrotizing-ulcerative-gingivitis-anug
4. Stephen JM. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis Empiric Therapy [internet].
[updated 2014 Dec 11;cited 2017 Nov 11]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/ 2028117-overview.
5. Madala J, Guttikonda V, Korlepara R, Yeluri S. Necrotizing Sialometaplasia: A
Diagnostic Dilemma. OHDM. 2014:13(3); 687-9.
6. Stephen JM. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis Empiric Therapy [internet].
[updated 2014 Dec 11;cited 2017 Nov 11]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/ 2028117-overview.
7. Uppal N, Baliga M. Case report: Necrotizing sialometaplasia: A rare lesion that
mimics oral cancer clinically and histopathologically. Otolaryngologia Polska.
2014:68;154-6.
8. Pramod JR. Textbook of Oral Medicine. 3th ed. New Delhi: Jaypee Brothesr Medical
Publisher; 2014.

Anda mungkin juga menyukai