Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KANKER PAYUDARA DAN SADARI

Pokok Bahasan : “SADARI” Cegah Kanker Payudara Secara Dini.


Sasaran : Wanita usia subur dan ibu – ibu akseptor KB di UPT Puskesmas
Garuda
Waktu : 35 menit
Tempat : UPT Puskesmas Garuda
Hari/Tanggal : Rabu, 10 januari 2018

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan para wanita usia
subur dan ibu-ibu akseptor KB dapat melakukan deteksi secara dini kanker
payudara dengan SADARI.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, para wanita usia subur dan ibu-ibu
akseptor KB dapat menjelaskan kembali tentang:
a. Pengertian Kanker Payudara
b. Gejala-gejala Kanker payudara
c. Faktor resiko Kanker Payudara
d. Pengertian SADARI
e. Tujuan SADARI
f. Manfaat SADARI
g. Aturan SADARI
h. Prosedur/Teknik SADARI
B. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Simulasi/Peragaan

C. Media
1. Laptop dan LCD
2. Leaflet
3. Pantom payudara

D. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Waktu Tahapan Metode Media
Penyuluhan Peserta
1. 5 Pembukaan  Memberi salam Menjawab Ceramah
menit  Memperkenalkan salam,
diri mendengarkan,
 Menjelaskan dan
maksud dan memperhatikan
tujuan
 Menyebut
materi/pokok
bahasan yang
ingin
disampaikan
2. 20 Pelaksanaan  Menggali Menyimak, Ceramah Laptop
menit pengetahuan mendengarkan, LCD
audience tentang dan Leafleat
apa itu kanker memperhatikan
payudara dan materi yang
Sadari disampaikan
 Meluruskan
konsep dan
memfokuskan
perhatian klien
dengan
menunjukan
gambar
 Menjelaskan
materi
penyuluhan secara
berurutan dan
teratur
Materi :
 Pengertian
Kanker Payudara
 Gejala-gejala
Kanker payudara
 Faktor resiko
Kanker Payudara
 Pengertian Sadari
 Tujuan Sadari
 Manfaat Sadari
 Aturan Sadari
 Prosedur/Teknik
Sadari
 Melakukan
simulasi Sadari
3. 5 Evaluasi  Memberi Merespon dan Ceramah
menit kesempatan bertanya dan
kepada ibu-ibu Tanya
untuk bertanya jawab
 Meminta ibu
untuk
menjelaskan atau
menyebutkan
kembali dan
mempraktekan
yang telah di
sampaikan.
 Memberikan
pujian dan reward
atas keberhasilan
ibu menjawab
pertanyaan dan
mempraktekan
kembali.
4. 5 Penutup  Menyimpulkan Menyimak dan Ceramah
menit materi menjawab
 Menutup kegiatan salam
dengan
menyampaikan
terima kasih dan
mengucap salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Media penyuluhan lengkap dan dapat berfungsi dengan optimal.
b. Penyuluh melakukan fungsinya dengan baik.
c. penyuluhan dapat dengan mudah dijangkau dan tersedia fasilitas yang
memadai untuk penyuluhan.
2. Proses
a. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif
b. Peserta penyuluhan merespon dengan baik terhadap materi penyuluhan
yang diberikan.
c. Penyuluh lancar dalam menyampaikan materi penyuluhan.

F. Materi
Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Cegah Kanker Payudara Secara Dini
1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara.
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit menakutkan bagi
kaum wanita. Walaupun kini sudah ada pengobatan terbaik, tetapi perjuangan
melawan kanker payudara tidak selalu berhasil. Hal itu karena masih kurangnya
atensi dari kaum wanita dalam memahami kanker payudara guna
menghindarkan diri dari serangan kanker payudara serta cara melakukan
deteksi sejak dini ( Setiati, 2009).
Di Indonesia problem kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena
lebih dari 70% penderita datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut,
maka dari itu permasalahan mengenai kanker payudara memang membutuhkan
perhatian khusus. kanker payudara merupakan kanker kedua paling banyak
diderita kaum wanita setelah kanker mulut/leher rahim. Kanker payudara
umumnya menyerang wanita yang telah berumur lebih dari 40 tahun. Namun
demikian, wanita muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2009).
2. Gejala-gejala Kanker payudara
a) Payudara asimetris
b) Perubahan bentuk dan besarnya payudara
c) Adanya benjolan di payudara
d) Nyeri pada payudara
e) Kulit pada payudara menebal
f) Kulit puting susu dan aerolla melekuk ke dalam atau berkerut
g) Adanya luka atau borok yang tidak sembuh
h) Keluar cairan yang tidak normal dari putting susu, cairan dapat berupa
nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak hamil
dan menyusui
3. Faktor resiko Kanker Payudar
Faktor dari dalam:
a) Wanita usia di atas 30 tahun
b) Wanita yang sudah menikah
c) Wanita yang menikah tapi tidak mempunyai anak
d) Tidak pernah menyusui anak
e) Mengalami trauma yang berulang kali pada payudara
f) Mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit kanker
g) Menstruasi pada usia yang sangat muda
h) Menopause terlambat
i) Wanita yang mempunyai gangguan jiwa (misalnya stres berat)
j) Menderita lesi fibrokistik yang berat
Faktor dari luar:
a) Pola makan tidak baik dimana terlalu banyak mengkonsumsi lemak
b) Paparan sinar radio aktif
c) Terpapar polusi
d) Mengkonsumsi obat yang mengandung estrogen jangka panjang (pil KB,
Hormone Replacement Therapy)
e) Mengkonsumsi alcohol
f) Merokok
Faktor dari dalam artinya merupakan sifat bawaan yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker bawaan. Sedangkan faktor dari luar
yaitu faktor yang bukan dari sifat bawaan. Kanker bukan penyakit yang menula.
Sebagian kecil (5-10%) kanker payudara berasal dari keluarga risiko tinggi
kanker payudara. Untuk 5-10% kanker payudara yang terkait dengan keturunan
tersebut, faktor genetik memegang peranan penting. Mutasi dua gen tertentu
yang dinamakan gen BRCA1 dan BRCA2 ternyata mempunyai hubungan erat
dengan risiko kanker payudara, kenker indung telur atau keduanya. Artinya
sebagian besar (50-85%) wanita dengan mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 akan
terkena kanker di kemudian hari.
4. Perbedaan benjolan pada kanker dan produksi ASI
a. Kelainan fibrokistik
Kebanyakan benjolan pada payudara merupakan fibrosis atau kista yang
merupakan perubahan abnormal pada jaringan payudara dan tidak bersifat
ganas atau non kanker. Perubahan ini biasa disebut perubahan payudara
fibrokistik. Biasanya perubahan ini terdeteksi karena adanya benjolan pada
payudara, rasa sakit, atau bahkan bengkak pada payudara. Keadaan dan
gejala ini biasanya semakin memburuk seiring dengan dimulainya periode
menstruasi perempuan. Benjolan yang terasa di payudara mungkin lebih
dari satu dan terkadang dari puting akan keluar sedikit cairan berwarna
keruh. Keadaan ini cenderung umum dialami oleh perempuan usia
produktif dan dapat terjadi di salah satu payudara atau di kedua payudara.
b. Fibrosis
Jaringan ini hampir mirip dengan jaringan luka. Jika diraba, fibrosis
pada payudara akan terasa kenyal, padat, dan keras. Kelainan ini tidak akan
menyebabkan atau berkembang menjadi kanker payudara. Penelitian
terkait meningkatnya risiko kanker payudara pada mereka yang menderita
kelainan fibrokistik menghasilkan kesimpulan yang beragam. Ada yang
mengatakan bahwa jika memiliki kelainan fibrokistik maka risiko kanker
payudara di kemudian hari akan meningkat. Namun ada juga yang
menyatakan bahwa memiliki kelainan fibrokistik tidak akan meningkatkan
risiko kanker payudara.
c. Kista
Kista merupakan kantung yang berisi cairan. Adanya kista biasanya
baru terdeteksi ketika ukurannya sudah membesar atau disebut (kista
makro) di mana ukurannya mencapai 2,5-5 cm. Pada tahap ini Anda sudah
dapat merasakan adanya benjolan pada payudara. Kista cenderung
membesar dan menjadi lunak ketika mendekati masa menstruasi. Benjolan
kista biasanya berbentuk bulat atau lonjong dan mudah digerakkan atau
berpindah-pindah ketika disentuh, seperti menyentuh kelereng. Tetapi
benjolan kista dan benjolan solid lainnya susah untuk dibedakan.
Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat
apakah benjolan benar-benar kista. Sama seperti fibrosis, kista juga tidak
meningkatkan risiko Anda terhadap kanker payudara.
d. Fibroadenoma
Merupakan salah satu jenis tumor jinak yang paling sering dialami
perempuan. Ciri-cirinya bisa digerakkan atau berpindah-pindah tempat,
Jika ditekan, benjolannya akan terasa padat atau solid, berbentuk bulat atau
oval, serta kenyal. Biasanya benjolan ini juga tidak menimbulkan rasa
sakit ketika ditekan. Fibroadenoma biasa dialami oleh mereka yang berusia
20-30 tahun dan ras Afrika-Amerika cenderung memiliki risiko lebih
tinggi mengalami fibroadenoma di kemudian hari. Selain itu, benjolan
fibroadenoma biasanya juga cenderung memerlukan waktu lama untuk
bertambah besar, tetapi bukan tidak mungkin ukurannya akan menjadi
sangat besar (atau disebut dengan giant fibroadenoma). Fibroadenoma
tidak akan berkembang menjadi kanker, dan sama seperti fibrosis serta
kista, penelitian terkait apakah fibroadenoma dapat meningkatkan risiko
terkena kanker payudara di kemudian hari masih belum memberikan
jawaban pasti.
e. Intraductal papilloma
Merupakan suatu tumor jinak, non kanker, yang terbentuk pada kelenjar
susu. Biasanya intraductal papilloma teraba berupa satu benjolan cukup
besar yang terletak dekat dengan puting, atau bisa juga berbentuk beberapa
benjolan kecil yang terletak jauh dari puting. Ukuran dari benjolan tumor
ini berkisar antara 1-2 cm, bisa lebih besar atau bahkan lebih kecil
tergantung dari dimana benjolan tersebut tumbuh. Terbentuk dari kelenjar,
sel fibrous, dan pembuluh darah, intraductal papilloma lebih sering terjadi
pada mereka yang berusia 35 sampai 55 tahun. Jika intraductal papilloma
terdiri hanya dari satu benjolan saja dan berada dekat dengan puting,
kondisi ini biasanya tidak diasosiasikan dengan peningkatan risiko kanker
payudara. Tetapi multiple papillomas alias tumor yang lebih dari satu dan
tersebar di payudara jauh dari puting, dapat membuat risiko Anda untuk
menderita kanker payudara di kemudian hari sedikit meningkat.

5. Pengertian SADARI
Periksa payudara sendiri atau yang biasa disingkat SADARI, adalah
usaha atau cara pemeriksaan payudara yang secara teratur dan sistematik
dilakukan oleh wanita itu sendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
program skrining atau deteksi dini.
Pemeriksaan sadari juga untuk menemukan gejala awal kanker
payudara dapat di deteksi sendiri oleh kaum wanita, jadi tidak perlu seorang
ahli untuk menemukan awal kanker payudara. Secara rutin wanita dapat
melakukan metode SADARI dengan cara memijat dan meraba seputar
payudara untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan di sekitar payudara
sendiri (setiati, 2009).
6. Tujuan SADARI
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah untuk mendeteksi
secara dini gejala kanker payudara secara individu (Nurcahyo, 2010).
Wanita yang melakukan SADARI akan dapat menunjukan tumor yang
kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik.
Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih
berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker
payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan
SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini
sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar.
7. Manfaat SADARI
Manfaat yang bisa diambil setelah melakukan SADARI wanita semakin
waspada dan mampu mendeteksi secara dini adanya kelainan pada
payudaranya. Sehingga ketika didapatkan kelainan pada payudaranya,
pemeriksaan bisa segera dilakukan, pengobatan yang dibutuhkan bisa segera
diberikan, dan tingkat kesembuhan bisa lebih cepat dicapai.
8. Aturan SADARI
Semua wanita di atas usia 20 tahun sebaiknya melakukan sadari setiap
bulan dan segera periksakan diri ke dokter bila ditemukan benjolan.
Pemeriksaan sadari sangat penting dianjurkan kepada masyarakat karena
hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri.
a. SADARI dilakukan setiap bulan secara teratur pada hari pertama setelah
haid, saat payudara mengendor, sehingga jika ada benjolan-benjolan dapat
diraba dengan mudah.
b. Jika wanita sudah tidak lagi mendapat haid, sebaiknya menentukan satu hari
tertentu untuk pemeriksaan, misalnya setiap tanggal satu setiap bulan.
c. SADARI juga harus dilakukan pada wanita hamil dan wanita yang telah
mengalami rekonstruksi payudara.
d. Ketika melakukan SADARI, fokus perhatian adalah ukuran, bentuk, kontur,
warna payudara dan putting, serta deteksi adanya benjolan, retraksi kulit,
warna, dan cairan abnormal pada payudara.
9. Waktu Melakukan SADARI
a. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada wanita sejak usia 20
tahun yaitu dapat dilakukan secara teratur sebulan sekali selama 10 menit.
b. Pemeriksaan payudara sendiri pada wanita yang berumur ≥ 20 tahun dapat
di lakukan setiap tiga bulan sekali ( Saryono, 2008).
c. Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan setelah menstruasi
selesai ( Diananda, 2009).
10. Prosedur/Teknik SADARI
Posisi Berdiri
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan metode tujuh langkah
b. Tanggalkan seluruh pakaian bagian atas
c. Atur posisi dan berdiri di depan cermin dengan dada terbuka bahu tegak
dengan kedua tangan tergantung lepas.
Perhatikan dengan teliti kedua payudara bagian kanan dan kiri
simetris, apakah bentuknya membesar atau mengeras, apakah arah
putingnya lurus ke depan atau berubah arah, apakah putingnya tertarik ke
dalam, apakah kulit putingnya ada yang lecet, apakah kulitnya nampak
kemerahan/kebiruan/kehitaman, apakah permukaan kulitnya tampak
adanya kerutan atau cekungan, apakah kulitnya menebal seperti kulit jeruk.
Jika ditemukan hal-hal di atas, berarti itu tanda abnormal.
d. Angkat kedua lengan lurus ke atas, dan perhatikan apakah ada tarikan pada
kulit atau tidak.
Lihat payudara dari berbagai sudut.
e. Setelah selesai, ulangi pengamatan dengan meletakkan kedua tangan di
depan perut.
Perhatikan ada tidaknya perubahan seperti benjolan yang lebih jelas
pada payudara.
f. Kemudian letakkan tangan di pinggang, dada dibusungkan, kedua siku
ditarik ke belakang, lakukan pengamatan ulang.
g. Pijat daerah payudara dengan perlahan dimulai dari sisi di dekat ketiak
menuju puting.
Perhatikan apakah ada benjolan abnormal atau tidak.
h. Dengan menggunakan kedua tangan (jari telunjuk dan ibu jari), secara
lembut pijat payudara dari tepi hingga ke puting untuk mengetahui apakah
ada cairan yang keluar dari putting susu (seharusnya tidak ada kecuali pada
ibu menyusui), jika ada cairan yang keluar seperti cairan kuning atau darah,
berarti abnormal.
Posisi Berbaring
a. Berbaring di tempat tidur untuk memeriksa payudara satu demi satu. Untuk
memeriksa payudara kiri, letakkan sebuah bantal tipis di bawah bahu kiri
sedang lengan kiri direntangkan ke atas di samping kepala atau diletakkan
di bawah kepala. Periksa payudara kiri dengan menggunakan tangan kanan
dan kemudian payudara kanan dengan menggunakan tangan kiri.
b. Periksa dengan menggunakan beberapa jari tangan yang dirapatkan, datar
dan bersamaan dengan sentuhan halus.
Gunakan keempat jari tangan kanan yang saling dirapatkan untuk
meraba payudara.
1) Rabaan dilakukan dengan gerakna memutar (seperti membuat lingkaran
kecil-kecil), mulai dari tepi payudara hingga ke puting susu.
2) Sesudah itu geser posisi jari sedikit ke sebelahnya dan lakukan lagi
gerakan memutar dari tepi payudara sampai puting susu. Lakukan terus
secara berurutan sampai seluruh bagian payudara diperiksa. Untuk
memudahkan gerakan, boleh menggunakan lotion atau sabun sebagai
pelicin.
3) Setelah itu lakukan gerakan memutar dari puting susu, melingkar
semakin lebar ke arah tepi payudara atau secara vertikal ke bawah dan
ke atas mulai dari tepi paling kiri hingga ke tepi paling kanan. Yang
penting seluruh area payudara harus tuntas teraba, tak ada yang
terlewatkan.
Perlu diperhatikan bahwa masing-masing gerakan memutar
harus dilakukan dengan kekuatan tekanan yang berbeda-beda.
Setidaknya dengan tiga macam tekanan. Pertama-tama dilakukan
dengan tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di dekat
permukaan kulit, yang kedua dengan tekanan sedang untuk meraba
adanya benjolan di tengah-tengah jaringan payudara, yang ketiga
dengan tekanan yang cukup kuat untuk merasakan adanya benjolan di
dasar payudara, dekat dengan tulang dada/iga.
Setelah selesai dengan payudara kiri, pindahkan posisi bantal
dan lengan, lakukan pemeriksaan pada payudara kanan dengan
menggunakan keempat jari tangan kiri.
4) Raba seperempat payudara sebelah luar, letakkan tangan kanan lurus ke
bawah dan raba payudara dengan tangan kiri, lakukan bergantian dan
perhatikan dengan teliti ada tidaknya benjolan.
5) Setelah itu raba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui
adanya benjolan yang diduga suatu anak sebar kanker, setelah selesai,
berdiri.
6) Kenakan pakaian kembali
7) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan metode tujuh
langkah
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.


Diananda, R. 2009. Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Jogjakarta: Mirza Media
Pustaka.
Mardiana, L. 2009. Mencegah dan Mengobati Kanker Pada Wanita Dengan
Tanaman Obat.Jakarta : Penebar Swadaya
Maryanti, Dwi dan Majestika Septikasari. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurcahyo, J. 2010. Bahaya Kanker Rahim dan Payudara. Jakarta: Wahana Totalita
Publisher.
Potter dan Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi keempat. Buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1999

Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari. 2011. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Robert Priharjo, S.Kp, M.Sc, RN. Pengkajian fisik Keperawatan, edisi kedua. Buku
kedokteran EGC. Jakarta. 2005
Setianti, E. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Jogjakarta: CV.
Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai