Nyeri Musculoskeletal Dan Hubungannya Dengan Kemampuan Fungsional Fisik Lansia PDF
Nyeri Musculoskeletal Dan Hubungannya Dengan Kemampuan Fungsional Fisik Lansia PDF
ABSTRAK
Nyeri musculoskeletal merupakan masalah pada lanjut usia (lansia) yang sulit ditangani dan dapat berdampak
pada penurunan kemampuan fungsional fisik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik nyeri musculoskeletal
dan hubungannya dengan kemampuan fungsional fisik. Desain penelitian potong lintang dilaksanakan di Kecamatan
Mampang Jakarta Selatan pada bulan Desember 2005 - Januari 2006. Sebanyak 225 lansia ikut serta dalam peneltian
ini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner yang mencakup karakteristik responden,
menanyakan adanya rasa nyeri pada penderita dan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan otot serta sendi
untuk menentukan lokasi nyeri. Penilaian rasa nyeri secara subyektif diukur menggunakan instrumen visual analogue
scale (VAS). Sedangkan penilaian kemampuan funsional fisik dilakukan menggunakan instrumen functional
independence measure (FIM). Hasil penelitian menunjukkan lansia yang menderita nyeri musculoskeletal sebanyak
80%. Rata-rata kualitas nyeri secara subyektif (VAS) besarnya 2,7 ± 1,9 dan lokasi nyeri terbanyak didapatkan pada
lutut sebesar 41%. Kemampuan fungsional fisik diukur menggunakan FIM didapatkan nilai rata-rata sebesar 6,9 ±
0,4 yang termasuk kategori mandiri terbatas. Faktor kelainan postur memiliki hubungan bermakna dengan kejadian
nyeri. Studi ini menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara rasa nyeri dan beberapa aspek kemampuan fungsional
fisik (aspek transfer dari tempat tidur, kursi, kursi roda, transfer ke toilet, transfer ke kamar mandi, serta kemampuan
memecahkan masalah). Penatalaksanaan nyeri pada lansia menghadapi banyak tantangan, termasuk adanya kesenjangan
antara tingginya prevalensi nyeri pada lansia dan terbatasnya perhatian pada kelompok ini.
Chronic pain is the most common problem in older people. There is evidence that many older people do not
receive adequate pain management. The objective of this study were to describe the characterisric of pain and its
relationship with functional physical capacity. A cross sectional design was conducted in subdistrict Mampang Prapatan
South Jakarta. The study sample consisted of 225 elderly in the period from December 2005 to January 2006.
Participants were interviewed using questionnaires on respondent characteristics, symptom of pain, and physical
examination to determine the localization of pain. Pain intensity was measured using the visual analogue scale (VAS)
and functionality by the functional independence measure (FIM) scale in the physical domain. The study showed that
the prevalence of musculoskeletal pain was 80%. The average score for musculoskeletal pain assessed using VAS was
2.7 ± 1.9 and the most location for pain was in the knee area (41%). The mean score of FIM was 6.9 ± 0.4, categorized
as modified independent. Posture of the body was correlated significantly with musculoskeletal pain. There was a
weak relationship between pain and functional physical ability in function of bed transfer, chair transfer, wheel-chair
transfer, toilet transfer, tub transfer and problem solving. Pain management in the elderly presents several challenges,
including the discrepancy between the high prevalence of pain in the elderly and the limited attention to this group.
180
Universa Medicina Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.4
karakteristik subyek, pemeriksaan fisik meliputi penilaian FIM membutuhkan waktu kurang
pemeriksaan otot dan sendi untuk menentukan lebih 30 menit setiap pasien. (14-17) Alat ukur ini
lokasi nyeri, menanyakan adanya rasa nyeri yang dibuat berdasarkan keseragaman sistem data
masih diderita. Persepsi rasa nyeri diukur untuk rehabilitasi medis (uniform data system
menggunakan visual analogue scale (VAS) dan f o r m e d i c a l re h a b i l i t a t i o n/ U D S ) u n t u k
kemampuan fisik dan kognitif menggunakan mengukur derajat ketidakmampuan fisik
functional independence measure (FIM). (disabilitas) dan seberapa besar bantuan yang
diperlukan penderita untuk melakukan aktivitas
Visual analogue scale (VAS) kehidupan sehari-hari (AKS). Berdasarkan
Instrumen yang digunakan untuk mengukur penelitian disimpulkan bahwa FIM memiliki
rasa nyeri secara subyektif adalah visual konsistensi internal yang tinggi dan mampu
analogue scale (VAS), yaitu dengan bertanya mendiskriminasi data pasien rehabilitasi secara
kepada pasien mengenai derajat nyeri yang adekuat, jadi FIM merupakan indikator yang
diwakili dengan angka 0 (tidak ada nyeri) sampai baik.
10 (nyeri sangat hebat). (11,12) Sesuai dengan
kriteria dari Borges et al (13) derajat rasa nyeri Analisis data
berdasarkan skala VAS dibagi dalam beberapa Setelah coding, dilanjutkan dengan data
kategori yaitu 0,5 – 1,9 derajat sangat ringan; entry ke dalam komputer memakai program
2,0 – 2,9 ringan; 3,0 – 4,9 sedang; 5,0 – 6,9 statistical package for social science (SPSS)
kuat; 7,9 – 9,9 sangat kuat dan 10 sangat kuat 10 for Windows. Analisis persen digunakan
sekali. untuk menggambarkan karakteristik rasa nyeri
dan analisis korelasi Pearson untuk menilai
Functional independence measure (FIM) h u b u n g a n a n t a r a r a s a n y e r i ( VA S ) d a n
Penilaian kemampuan fisik dan kognitif kemampuan fungsional fisik (FIM). Tingkat
dilakukan menggunakan functional kemaknaan yang digunakan besarnya 0,05.
i n d e p e n d e n c e m e a s u re ( F I M ) y a n g
menganalisis adanya gangguan fisik dan HASIL
kognitif. FIM terdiri dari 18 butir yang menilai
kemandirian dalam perawatan diri, sphincter Sebanyak 225 lansia berhasil dikumpulkan
control, mobilisasi, lokomosi, komunikasi dan selama penelitian. Usia terbanyak 60 tahun,
keterampilan sosial. Adapun 3 butir penilaian dengan rata-rata 66,5 ± 6,1 tahun dan jenis
kognisi meliputi interaksi sosial, pemecahan kelamin terbanyak adalah perempuan (68,9%).
masalah dan memori. Penilaian berdasarkan Pendidikan terbanyak adalah tidak tamat SD
penampilan melalui observasi, wawancara atau (22,2%), diikuti oleh tamat SD (21,8%), tamat
catatan medis, dan dapat dilakukan wawancara SMP (14,2%), tamat SMA (13,8%), Perguruan
per telepon. Setiap butir diberikan nilai 1 Tinggi (10,7%), dan tidak sekolah (12,4%).
sampai 7 (1 = memerlukan bantuan penuh untuk Status perkawinan ditemukan menikah (54,7%),
aktifitas kehidupan dasar sehari-hari, 2 = janda/duda (45,3%). Aktivitas terbanyak yang
memerlukan bantuan maksimal, 3 = bantuan dilakukan oleh para subyek yaitu pekerjaan
secara sedang, 4 = bantuan minimal, 5 = rumah tangga (62,7%), diikuti oleh berdagang
memerlukan supervisi, 6 = mandiri terbatas, (12,4%), dan aktivitas sosial dan guru (3,1%).
dan 7 = mandiri secara penuh untuk melakukan Sedangkan yang mengaku tidak memiliki
aktifitas dasar sehari-hari). Pengisian dan aktivitas sama sekali sebesar 12,4%.
181
Rachmawati, Samara, Tjhin, Wartono Nyeri musculoskeletal dan fungsional fisik
182
Universa Medicina Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.4
Tabel 4 Nilai rata-rata kemampuan aspek untuk transfer dari tempat tidur, kursi,
fungsional fisik (FIM) pada lansia kursi roda, ke toilet dan ke kamar mandi semakin
berkurang (Tabel 5).
PEMBAHASAN
183
Rachmawati, Samara, Tjhin, Wartono Nyeri musculoskeletal dan fungsional fisik
Tabel 5 Hubungan antara rasa nyeri (VAS) dan kemampuan fungsional fisik (FIM) pada lansia
Kelemahan studi ini adalah membagi akibat rasa nyeri terhadap kemampuan
lansia dalam dua kelompok yaitu yang fungsionalnya. Untuk mengatasi gangguan
mengalami rasa nyeri dan tidak. Ada tidaknya akibat rasa nyeri pada lansia, diperlukan
rasa nyeri tidak diperiksa secara obyektif tetapi pengobatan optimal.
berdasarkan wawancara. Diperlukan metode
yang obyektif untuk menentukan rasa nyeri KESIMPULAN
pada lansia mengingat rasa nyeri ini
dipengaruhi oleh banyak faktor. Prevalensi nyeri musculoskeletal pada
Studi ini menunjukkan adanya korelasi lansia cukup tinggi dan termasuk kategori nyeri
yang lemah antara rasa nyeri (VAS) dan ringan. Sebagian besar berupaya mencari
beberapa aspek kemampuan fungsional fisik pengobatan dan jenis nyeri terbanyak terjadi
(FIM) pada lansia. Adanya korelasi yang lemah pada lutut. Terdapat hubungan yang lemah
ini berbeda pada penderita yang sedang antara rasa nyeri dan beberapa aspek
menjalani rehabilitasi. (22) Korelasi yang lemah kemampuan fungsional fisik (aspek transfer
antara VAS dan FIM menunjukkan bahwa dari tempat tidur, kursi, kursi roda, transfer
kedua instrumen ini hanya mencerminkan ke toilet, transfer ke kamar mandi, serta
sebagian kecil dari persepsi lansia tentang kemampuan memecahkan masalah).
184
Universa Medicina Oktober-Desember 2006, Vol.25 No.4
185
Rachmawati, Samara, Tjhin, Wartono Nyeri musculoskeletal dan fungsional fisik
persons: an epidemiologic survey. Clin Geriatr 22. Edwards SGM, Playford ED, Hobart JC,
2003; 11: 24-5. Thompson AJ. Comparison of physician outcome
21. Badura A, Grohmann JM. Psychological issues in measures and patients’ perception of benefits of
pain perception and treatment in the elderly. Clin inpatient neurorehabilitation. BMJ 2002; 324:
Care Aging 2002; 10: 29-34. 1493.
186