PENDAHULUAN
Epilepsi merupakan salah satu kelaian otak yang serius dan umum
terjadi, sekitar lima puluh juta orang diseluruh dunia mengalami kelainan
penyakit kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria
diseluruh dunia.1
berusia dibawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan usia lanjut diatas 65 tahun
(81/100.000 kasus).2
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
2
meliputi gustatory cortex. Superior temporal sulcus (STS)
daripada yang kita lihat biasa dari samping korteks karena itu
2. Fisiologi
sebagai berikut :
3
Tabel 1. Fungsi lobus temporalis.3
Fungsi Keterangan
Kemampuan diatur pada bagian sebelah kiri temporal,
bicara terdapat zona bahasa atau berbicara bernama
Wernicke. Area ini mengontrol proses termasuk
komprehensif dan memori verbal.
b. Definisi
4
terjadi secara tiba-tiba dan sementara berupa perubahan perilaku yang
kali kejang yang tidak disebabkan oleh kondisi medis seperti kecanduan
tidak diketahui.4
yang berasal dari medial atau lateral lobus temporalis, biasanya berupa
5
epileptogenik melibatkan struktur mesial lobus temporal, terutama
umum sekunder.6
c. Klasifikasi
serangan epilepsi):
1. Bangkitan parsial
kesadaran
6
2) Bangkitan kesadaran saat awal serangan
klonik
2. Bangkitan umum
a. Lena (absence)
1) Tipikal lena
2) Atipikal lena
b. Mioklonik
c. Tonik
d. Klonik
e. Tonik-klonik
f. Atonik (Astatik)
Klasifikasi ILAE tahun 1981 di atas ini lebih mudah digunakan untuk
7
b. Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah yang
1989 adalah :
spikes)
daerah oksipital
b. Simptomatik
tinggi, membaca)
8
5) Epilepsi lobus parietal
2. Epilepsi umum
a. Idiopatik
terjaga
satu diatas
yang spesifik
b. Kriptogenik
2) Sindrom lennox-gastaut
9
c. Simtomatik
termasuk diatas
2) Sindrom spesifik
3. Epilepsi dan sindrom yang tidak dapat ditentukan fokal atau umum
1) Bangkitan neonatal
dalam
4. Sindrom khusus
a. Kejang demam
10
c. Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic
non ketotik
reflektorik)
baik dan akurat sulit didapatkan, karena gejala yang diceritakan oleh
1. Gejala prodromal
11
yang termasuk gejala prodromal adalah sakit kepala, perubahan
2. Aura
rasa takut, dejavu, jamais vu, ilusi visual dan auditori, dan halusinasi
3. Penurunan kesadaran
4. Amnesia
12
mungkin tidak mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum
5. Automatisme
dua pertiga dari kejang parsial dari mesial lobus temporal onset.
d. Etiologi
neurologik.
13
2. Kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum
14
e. Patofisiologi
Otak terdiri dari sekian biliun sel neuron yang satu dengan
transmisi impuls di area otak yang tidak mengikuti pola yang normal,
15
kelompok neuron yang lebih besar atau bahkan meliputi seluruh neuron
yang ikut terkena dalam proses sinkronisasi inilah yang secara klinik
Pada dasarnya otak yang normal itu sendiri juga mempunyai potensi
16
1) Perlu adanya “pacemaker cells” yaitu kemampuan intrinsic dari sel
f. Pemeriksaan penunjang
dengan AED.11
17
2. Pemeriksaan pencitraan otak (brain imaging)
dengan bangkitan.12
g. Penatalaksanaan
18
b. Pastikan faktor pencetus bangkitan dapat dihindari (misalnya:
sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat
dalam plasma ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.
perlahan-lahan.
tidak dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama.13
19
Mioklonik Sodium valproate Topiramate, Lamotrigine,
levetiracetam, clobazam,
zonisamide clonazepam,
Phenobarbital
Tonik klonik Sodium valproate, Lamotrigine, Topiranate,
carbamazepine, oxcarbazepine levetiracetam,
phenitoin, zonisamide,
phenobarbital pirimidon
Atonik Sodium valproate Lamotrigine, Felbamate
topiramate
Parsial Carbamazepine, Sodium Tiagabine,
phenitoin, valproate, vigabatrin,
phenobarbital, levetiracetam, felbamate,
oxcarbazepine, zonisamide, pirimidon
lamotrigine, pregabalin
topiramate,
gabapentin
Tidak Sodium valproate Lamotrigine Topiramate,
terklasifikasikan levetiracetam,
zonisamide
20
Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi fokal yang
kualitas hidup dengan menjalani operasi dari bagian lobus temporal dari
21
antiepilepsi yang telahdi coba pada dosis maksimum. Kerugian
22
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Nn. G
Umur : 21 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Kejang terakhir sejak 3 hari yang lalu
Pasien datang ke RS dengan keluhan kejang terakhir sejak 3 hari yang lalu.
dan tak lama kemudian seluruh tubuh pasien kejang lalu kaku selama 2 menit.
Saat kejang, pasien tidak sadarkan diri. Pasien merasakan lemas, pegal, merasa
mengantuk, dan mengalami amnesia sesaat setelah kejang. Kejang terjadi setiap
kali pasien merasa capek, stress, atau setelah mengkomsumsi banyak minuman
bersoda.
Menurut ibu pasien, kejang pertama terjadi saat pasien berusia 1 tahun. Kejang
disertai demam yang sangat tinggi. Kejang sering muncul hingga usia pasien 6
tahun. Saat itu diberikan obat Luminal. Pasien menjadi tidak kejang lagi, akan
23
tetapi pasien menjadi agak hiperaktif. Sewaktu SD, pasien menjadi lambat dalam
mengikuti pelajaran, meski tidak pernah tinggal kelas. Saat pasien berusia 13
kelainan. Pasien diberikan obat dilatin. Semenjak saat itu, pasien menjadi sering
Kemudian pasien melakukan EEG, namun hasilnya tidak jelas. Pasien diberi obat
Depakote , namun pasien masih kejang akan tetapi sudah tidak terlalu galak.
Sampai bulan September 2016 ,pasien masih kejang dua minggu sekali terutama
setelah makan daging sapi dan minum minuman bersoda. Bulan Desember 2016,
Awal Januari 2017, pasien berobat dan diberikan fenitoin 30 mg, vit B6 dan asam
folat. Pasien masih kejang 2 minggu sekali. Kemudian, obat diganti menjadi
fenitoin 100 mg, luminal 100 mg, B6, dan asam folat. Pasien sudah tidak kejang,
akan tetapi masih saja galak. Pasien suka marah-marah dan bertengkar dengan
memiliki kebiasaan menyetel suara TV dan radio degan sangat kencang. Pasien
sering menuduh orang lain berusaha untuk menyakitinya, pasien menjadi lebih
Riwayat trauma kepala, hipertensi, DM, maupun sakit jantung disangkal. Ibu
pasien pernah menderita epilepsi, akan tetapi sudah sembuh saat berusia 5 tahun.
24
Pasien susah untuk bergaul dengan orang lain. Daya ingat pasien menurun dan
pasien menjadi suka tidak nyambung ketika di ajak ngobrol. Saat ini, kondisi
pasien sudah lebih tenang dan kalem. Sepanjang tahun 2017 pasien kambuh
kejang 1x hingga saat ini, rutin kontrol minimal sebulan sekali ke RS.
Pemeriksaan Leher :
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : Simetris, pembesaran (-), nyeri tekan (-)
25
Pemeriksaan Thorax :
Paru-paru :
- Inspeksi : Ekspansi dada simetris bilateral, bentuk dada normal,
retraksi dinding dada (-)
- Palpasi : Ekspansi dada simetris, taktil fremitus kiri = kanan,
- Perkusi : Batas normal
- Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : BJ I-II murni, regular
Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi : tampak datar
- Auskultasi : bunyi peristaltik usus normal
- Perkusi : tympani
- Palpasi : Nyeri tekan (-), masaa (-)
26
Ptosis: (-)/(-)
Exopthalmus: (-)/(-)
Pupil: ukuran: 3cm
Isokor/anisokor: isokor
Reflex cahaya langsung: (+)/(+)
Ref. cahaya tdk langsung: (+)/(+)
Reflex akomodasi: (+)/(+)
Gerakan bola mata:
Parese kearah (-) -
Nistagmus (-)
o N. V (trigeminus):
Sensibilitas: N.V1: (+)
N.V2: (+)
N.V3: (+)
Motorik: Inspeksi:
Mengigit : (+)/(+)
Membuka mulut : (+)/(+)
o N. VII:
Motorik: M. Frontalis M. orbik.okuli M. orbik. Oris
Istirahat: simetris simetris simetris
Gerakan mimic: simetris simetris simetris
Pengecap 2/3 lidah bagian depan: tdp
o N. VIII:
Pendengaran: baik
Tes rinne/weber: tdp
Fungsi vestibularis: tdp
o N. IX/X: (Glossopharingeus/vagus):
Posisi arkus pharinks: simetris
27
Reflex telan/muntah: tdp
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang: tdp
Fonasi: tdp
Takikardi/bradikardi: tdp
o N. XI:
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan: (+)/(+)
Angkat bahu: (+)/(+)
o N.XII:
Deviasi lidah: simetris
Fasciculasi: (-)
Atrofi: tidak ada
Tremor: tidak ada
Ataxia: (-)
3. Leher:
Tanda-tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk: (-)
Kernig’s sign: (-)
Arteri karotis:
Palpasi: berdenyut
Auskultasi: bisisng (-)
Kelenjar gondok: tidak terdapat pembesaran
4. Abdomen:
Reflex kulit dinding perut: dbn
5. Kolumna vertebralis: dbn
6. Ekstremitas:
28
Superior Inferior
D S D S
Motorik:
Pergerakan Baik Baik Baik Baik
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot
Otot yang terganggu:
Reflex fisiologi
o Biceps ++ ++
o Triceps ++ ++
o APR ++ ++
o KPR ++ ++
Klonus: Lutut: -/-
Kaki: -/-
Reflex patologis:
Hoffman: -/-
Tromner: -/-
Babinski: -/-
Chaddock: -/-
Gordon: -/-
Schaefer: -/-
Oppenheim: -/-
Sensibilitas: dbn
Ekstroseptif
Nyeri: normal/normal/normal/normal
Suhu: normal/normal/normal/normal
Rasa raba halus: normal/normal/normal/normal
29
Propioseptif
Rasa sikap: normal/normal/normal/normal
Rasa nyeri dalam: normal/normal/normal/normal
Fungsi Kortikal Luhur: Normal
7. Pergerakan abnormal yang spontan: (-)
8. Gangguan koordinasi: tdp
9. Gangguan keseimbangan: tdp
10. Pemeriksaan fungsi luhur:
Fungsi bahasa : Baik
Fungsi orientasi : Kurang
Fungsi memori : Kurang
Fungsi emosi : Kurang
Fungsi kognisi : Kurang
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan MRI Kepala
Kesan:
Atrofi terutama lobus temporalis dengan suspek mesial temporal sclerosis
Kaliber A.vertebralis kanan lebih kecil dibanding kiri, tak tampak stenosis
Pemeriksaan EEG
Amplitudo rendah
Tampak aktifitas gelombang lambat 0,5-2 di seluruh lead
Pada IIV dan PS disaksikan built up
Kesan: EEG abnormal dengan perlambatan di seluruh lead.
30
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : observasi kejang
Diagnosis Topis : lobus temporalis cerebri
Diagnosis Etiologi : epilepsi psikomotor
VII. TERAPI
Non medikamentosa
- Edukasi pada keluarga mengenai penyakit epilepsi
- Edukasi pada keluarga mengenai pentingnya minum obat teratur dan kontrol
rutin bulanan.
Medikamentosa
- Asam valproat 2 x 500 mg p.o
- Fenobarbital 3 x 100 mg p.o
- Fenitoin 3 x 100 mg p.o
- Piracetam 1 x 80 mg p.o
- Asam folat 1 x 400 mcg p.o
VIII. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sonationem : dubia ad bonam
31
BAB IV
PEMBAHASAN
3 hari yang lalu. Kejang berlangsung kira-kira selama 2-3 menit. Pasien mendadak
memegangi kepala dan tak lama kemudian seluruh tubuh pasien kelojotan lalu kaku
selama ± 2 menit. Kejang berlangsung kira-kira selama 3 menit. Saat kejang, pasien
tidak sadarkan diri. Pasien merasakan lemas, pegal, mengantuk, dan amnesia sesaat
setelah kejang. Kejang terjadi setiap kali pasien merasa capek, stress, atau setelah
sejak usia 13 tahun. Pasien menjadi lebih mudah marah dan tersinggung. Daya ingat
pasien menurun dan pasien menjadi suka tidak nyambung ketika di ajak ngobrol.
Pasien juga memiliki kebiasaan menyetel suara TV dan radio dengan sangat kencang,
Pasien pernah mengalami kejang demam saat usia 1 tahun dan sembuh pada
usia 6 tahun. Akan tetapi, muncul kejang lagi saat usia 13 tahun. Pasien tidak memiliki
riwayat trauma kepala. Ibu pasien menderita epilepsi, akan tetapi sudah sembuh saat
berusia 5 tahun. Saat ini, kondisi pasien sudah lebih tenang dan kalem. Sepanjang tahun
2017, pasien kambuh kejang 1x. Hingga saat ini, ibu pasien rutin kontrol minimal
serangan kejang berulang. Setelah dilakukan anamnesis yang lebih mendalam, ternyata
32
dapat disimpulkan bahwa penyebab kejang berulang ini adalah epilepsi
disingkirkan seperti :
Infeksi : sudah disingkirkan karena pasien tidak ada demam sekarang ataupun
sebelumnya.
Pasien ini mengarah pada kejang yang disebabkan oleh keadaan yang disebut
sebagai epilepsi psikomotor. Karena selain kejang, pasien juga mengalami perubahan
mood dan menjadi lebih cepat marah, dan memiliki waham paranoid. Setelah pasien
ini dicurigai menderita epilepsi psikomotor. Maka harus dipastikan lebih lanjut.
33
Tabel 4. Karakteristik Epilepsi Lobus Temporal
Karakteristik Epilepsi Lobus Temporal
History
History of febrile seizures Rare secondarily generalized seizures
Family history of epilepsy Seizures may remit and reappear
Early onset Seizures often intractable
Clinical observations
Aura common Postictal disorientation, memory loss,
Behavioral arrest/stare dysphasia (with focus in dominant
Complex automatisms hemisphere)
Unilateral posturing
Laboratory studies
Unilateral or bilateral anterior temporal spikes on EEG
Hypometabolism on interictal PET
Hypoperfusion on interictal SPECT
Material-specific memory deficits on intracranial amobarbital (Wada) test
MRI findings
Small hippocampus with increased signal on T2-weighted sequences
Small temporal lobe
Enlarged temporal horn
Setelah melihat tabel diatas, maka dapat disimpulkan pasien ini menderita
epilepsi lobus temporal. Dimana pasien memiliki riwayat kejang demam saat berusia
1 tahun, ibu pasien juga memiliki riwayat epilepsi, pasien kerap kali tidak berespon
dengan pemberian OAE. Pasien juga memiliki gangguan dalam mengontrol emosi.
34
Pasien menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, dan cepat marah. Serta memiliki
Penderita dapat tampak sadar, namun apabila diperiksa lebih dekat maka penderita
tidak sadar akan lingkungannya, tidak dapat menjawab pertanyaan atau dapat
menjawab pertanyaan secara tidak tepat, dan kemudian tidak dapat mengingat kembali
tentang apa yang baru saja dialaminya. Hal ini karena, serangan epilepsi psikomotor
kesadaran dan memori, dan pada umumnya melibatkan kedua belah lobus temporalis
penuh dengan rincian yang tidak penting, dan sering mendalam. Pasien tidak dapat
menahan hasratnya untuk tidak menulis. Pasien gemar sekali menulis dengan simbol-
simbol. Dan apabila sudah menulis, pasien sangat susah untuk dihentikan. Gejala ini
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan dari ujung kepala hingga kaki, tidak ditemukan adanya kelainan.
35
Dari hasil pemeriksaan psikatri, didapatkan tingkah laku pasien tenang.
Perasaan hati pasien cenderung hipothym dimana pasien cenderung murung dan tidak
pasien akan ruang, orang dan waktu kurang baik. Jalan pikiran pasien inkoheren,
seringkali pasien menjawab tidak koheren dengan pertanyaan yang diajukan. Daya
ingat pasien juga cenderung kurang. Pasien susah mengingat kejadian yang baru saja
terjadi. Tidak ada waham maupun halusinasi. Hal-hal ini sesuai dengan gambaran
epilepsi psikomotor. Dimana fungsi dari lobus temporalis antara lain mengatur memori
M6 V5 GCS 15, gejala rangsal meningeal berupa kaku kuduk, kernig dan laseque
negatif, fungsi motorik dalam batas normal, reflek fisiologis (+) normal, reflek
patologis negatif (-), fungsi otonom dalam batas normal. Fungsi luhur dalam hal
orientasi waktu, ruang, dan tempat kurang baik. Memori jangka pendek kurang baik,
memori jangka panjang cukup baik. Fungsi emosi kurang baik. Daya
kognisi/intelegensi kurang. Hal ini diakibatkan karena fungsi dari amigdala yang
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan EEG serta MRI kepala. Pemeriksaan
EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna pada dugaan suatu bangkitan.
36
Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di
otak, sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan genetik atau metabolik. Pada rekaman EEG pasien didapatkan kesan EEG
Pada MRI kepala pasien didapatkan kesan atropi lobus temporal kiri dengan
suspek mesial temproal sclerosis serta kaliber arteri vertebralis kanan lebih kecil
dibanding kiri. Gambaran Mesial temporal sclerosis biasa dimulai pada masa kanak-
kanak, kemudian remisi, tetapi muncul kembali pada usia remaja atau awal dewasa
muda dengan bentuk yang refrakter. Hal ini sesuai dengan keadaan pasien, dimana
pasien pertama kejang saat berusia 1 tahun, lalu sembuh pada usia 6 tahun. Dan
kembali kambuh pada saat usia pasien 13 tahun. Dan cenderung refrakter terhadap
obat-obatan.
Diagnosis
neurologis, serta pemeriksaan penunjang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa diagnose klinis pasien berupa observasi kejang. Karena pasien
datang dalam keadaan tidak kejang, dan hanya untuk kontrol rutin bulanan. Sedangkan
diagnosis topis pada pasien ini berada di lobus temporalis, yang diambil dari hasil
pemeriksaan MRI kepala serta gejala klinis yang terlihat. Diagnosis etiologis pada
pasien ini berupa epilepsi psikomotor (epilepsi lobus temporal), dimana dari hasil
37
anamnesis, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
betapa pentingnya mengkonsumsi obat-obatan secara teratur dan kontrol rutin tiap
bulan.
Medikamentosa
pasien epilepsi terdapat penuruan kadar GABA. Selain itu, asam valproat
(depakote)
38
- Fenitoin 3 x 100 mg p.o blokade pergerakan ion melalui kanal Na+
- Asam folat 1 x 1 tablet p.o vitamin b9, yang penting untuk pemeliharan,
Prognosis
ad vitam : dubia ad bonam tanda vital, keadaan umum dan kesadaran pasien
perbaikan gejala, pasien menjadi jarang kejang, dan lebih kalem dibanding
39
ad sanam : dubia ad bonam karena pasien semakin sadar akan minum obat.
Pasien patuh dan selalu kontrol rutin minimal satu bulan sekali, tidak ada
40
BAB V
KESIMPULAN
Epilepsi merupakan salah satu kelaian otak yang serius dan umum terjadi,
sekitar lima puluh juta orang diseluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka epilepsi
lebih tinggi di Negara berkembang. Epilepsi lobus Temporal juga dapat meningkatkan
risiko kematian dini. 3 Efek fungsi kognitif ditandai dengan sklerosis hipokampus,
kejang fokal dengan tanda kepribadian lobus temporal sebelah medial. Hipokampus
beberapa tanda kardinal pada kejang epilepsi lobus temporalis yaitu, terdapat gejala
Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi fokal yang potensial untuk resisten
41
DAFTAR PUSTAKA
42
9. N. B. Danielson, J. N. Guo, and H. Blumenfeld, “The default mode network
and altered consciousness in epilepsy,” Behavioural Neurology, vol. 24, no. 1,
pp. 55–65, 2011.
13. National Institute of Clinical Excellence. The epilepsies: the diagnosis and
management of the epilepsies in adults and children in primary and secondary
care. Clinical guideline 20. London. October 2004
43