Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU 2

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

OLEH :
LUH IKA DHIVTYASARI SURYANI (1404405046)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
BIOGRAFI
MAHAPATIH GAJAH MADA

Gajah Mada adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat
berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai
sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, beliau memulai
karirnya tahun 1313, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra
Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanegara, yang mengangkatnya sebagai Patih.
Beliau menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu
Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri)
yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Pada lontar Babad Gadjah Maddha dikatakan bahwa orang tua Gajah Mada
berasal dari Wilwatikta yang disebut juga Majalangu. Ayahnya bernama
Curadharmawyasa dan ibunya bernama Nariratih. Setelah mereka berdua disucikan
oleh Mpu Ragarunting di Lemah Surat, nama mereka berubah menjadi
Curadharmayogi dan Patni Nariratih, mereka berdua kemudian menjadi brahmana.
Dalam Babad Gadjah Maddha juga menyebutkan tentang kelahiran Gajah Mada,
ada kalimat yang berbunyi “On Cri Caka Warsa Jiwa Mrrta Yogi Swaha” kalimat
ini adalah candrasangkala yang bermaksud kemungkinan memiliki arti “Selamat
tahun Saka 1221 atau tahun 1299 Masehi”. Seandainya hal tersebut benar, maka
Mahapatih Gajah Mada dilahirkan pada tahun 1299 Masehi.
Tidak banyak informasi dalam sumber sejarah yang tersedia saat pada awal
kehidupannya, kecuali bahwa beliau dilahirkan sebagai seorang biasa yang naik
dalam awal karirnya menjadi Begelen atau setingkat kepala pasukan Bhayangkara
pada Raja Jayanegara (1309-1328). Terdapat sumber yang mengatakan
bahwa Gajah Mada bernama lahir Mada, sedangkan nama Gajah Mada
kemungkinan merupakan nama sejak menjabat sebagai patih.
Dalam pupuh Desawarnana atau Negarakertagama karya Mpu
Prapanca yang ditemukan saat penyerangan Istana Tjakranagara di Pulau Lombok
pada tahun 1894 terdapat informasi bahwa Gajah Mada merupakan patih
dari Kerajaan Daha dan kemudian menjadi patih dari Kerajaan Daha dan Kerajaan
Janggala yang membuatnya kemudian masuk kedalam strata sosial elitis pada saat
itu serta Gajah Mada digambarkan pula sebagai seorang yang mengesankan,
berbicara dengan tajam atau tegas, jujur dan tulus ikhlas serta berpikiran sehat.

Menurut Pararaton, Gajah Mada sebagai komandan pasukan


khusus Bhayangkara berhasil memadamkan Pemberontakan Ra Kuti, dan
menyelamatkan Prabu Jayanegara (1309-1328) yakni putra Raden Wijaya dari Dara
Petak. Selanjutnya pada tahun 1319 beliau diangkat sebagai Patih Kahuripan, dan
dua tahun kemudian beliau diangkat sebagai Patih Kediri. Pada tahun 1329, Patih
Majapahit yakni Arya Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari
jabatannya dan menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya.
Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui, tetapi beliau ingin membuat
jasa terlebih dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang
saat itu sedang memberontak terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun dapat
ditaklukan oleh Gajah Mada. Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat
menjadi Mahapatih secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi (1328-1351)
yang waktu itu telah memerintah Majapahit setelah terbunuhnya Jayanegara.
Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258
Saka (1336 M), Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa
beliau akan menikmati palapa atau rempah-rempah atau yang dapat diartikan
sebagai kenikmatan duniawi, bila telah berhasil menaklukkan Nusantara.
Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang
berbunyi sebagai berikut:

Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada:
Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring
Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa

Artinya :

Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa,
Gajah Mada berkata bahwa bila telah menguasai Nusantara, saya akan melepaskan
puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo,
Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya akan melepaskan puasa

Kitab Negarakertagama mencantumkan wilayah-wilayah Nusantara yang


dimaksud pada sumpah Palapa, yang pada masa sekarang dapat dikatakan
mencakup sebagian besar wilayah Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa
Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan
Maluku, dan Papua Barat) ditambah wilayah Malaysia, Singapura, Brunei dan
sebagian kecil Filipina bagian selatan. Secara morfologi, kata ini adalah kata
majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuna yakni Nusa (pulau) dan Antara (lain
atau seberang).

Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang


tercatat di dalam Pararaton. Beliau menyatakan tidak akan
memakan palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Meskipun beliau adalah
salah satu tokoh sentral saat itu, sangat sedikit catatan-catatan sejarah yang
ditemukan mengenai dirinya. Wajah sesungguhnya dari tokoh Gajah Mada, saat ini
masih kontroversial. Pada masa sekarang, Indonesia telah menetapkan Gajah Mada
sebagai salah satu Pahlawan Nasional dan merupakan simbol nasionalisme dan
persatuan Nusantara.

Referensi

https://en.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada.
Diakses pada tanggal 3 Mei 2017

http://www.biografipahlawan.com/2014/11/biografi-gajah-mada.html
Diakses pada tanggal 3 Mei 2017

https://www.merdeka.com/peristiwa/menelisik-asal-usul-gajah-mada-mahapatih-
majapahit.html
Diakses pada tanggal 3 Mei 2017

http://regional.liputan6.com/read/2485989/fakta-fakta-tentang-gajah-mada-yang-
belum-diketahui
Diakses pada tanggal 4 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai