Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan biogas saat ini belum maksimal dan secara umum hanya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar kompor. Penggunaan biogas sebagai bahan bakarsecara luas dibatasi oleh
kemurnian yang dimiliki. Keberadaan gas CO2 dapat menurunkan nilai kalor dari biogas dan
mengganggu proses pembakaran karena CO2 memiliki sifat yang tidak dapat dibakar (Susanto,2013).
Harihastuti (2016) memperoleh komposisi biogas dari limbah cair tahu dengan kandungan CO2
sebesar 29,69%, H2O 24,19%, H2S dan HNO3 masing-masing sebesar 0,33% dan 0,0006%
serta CH4 sebesar 45,89%. Oleh karena itu diperlukan proses purifikasi (pemurnian) biogas
dari CO2 dan uap air demi tercapainya gas metana (CH4) dengan konsentrasi tinggi
(biomethane). Proses pemurnian gas merupakan salah satu proses yang banyak dilakukan di
industri kimia, petrokimia, lingkungan media, LPG dan gas industri (Prihandana, dkk., 2007).
Penggunaan biogas sebagai bahan bakar biometana secara standar minimal harus memiliki
kandungan CH4 sebsar 85% (Svensson, 2014 dalam Harihastuti, 2016).

Biogas dapat dihasilkan dari hasil pengolahan bahan –bahan organik secara anaerobik.
Bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk produksi biogas salah satunya adalah limbah
cair tahu. Disamping limbah cair tahu mengandung bahan organik yang tinggi, limbah cair
tahu yang dihasilkan di Indonesia cukup besar mencapai 20 juta m3/tahun (Widayat &
Hadiyanto, 2016)

Anda mungkin juga menyukai