PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit pada ibu hamil seringkali mengintai. Hal itu karena, selama masa
kehamilan, sistem kekebalan tubuh mengalami perubahan. Oleh karena itu, ibu harus
pandai-pandai dalam menjaga kesehatan sendiri, dan juga kesehatan janin. Janin
mempunyai setengah DNA dari sang ayah. Sehingga, sistem kekebalan tubuh ibu akan
mendeteksi janin sebagai benda asing. Maka dari itu, saat hamil, sistem kekebalan tubuh
akan berubah agar tidak menimbulkan bahaya pada janin dala kandungan. Perubahan-
perubahan tersebut meliputi:
1) produksi cytokines berkurang, cytokines yakni protein yang dilepas sel imunitas
untuk membuat sel lain untuk membantu melawan infeksi.
2) aktivitas sel NK (natural killer) semakin berkurang, sel darah putih yang yang
menyerang sel yang telah terinfeksi virus atau bagian dari tumor.
3) produksi macrophages jadi meningkat, sel yang bertugas untuk menghancurkan
bakteri, tetapi tak memberikan jaminan untuk melindungi Anda dari infeksi bakteri.
4) aktivitas sel T semakin berkurang, sel yang membantu mengendalikan infeksi virus.
Fungsi sel T, ibu hamil yang semakin menurun menjadikan ibu hamil lebih rentan
terhadap resiko infeksi yang dulu saat sistem kekebalan tubuh berfungsi dengan
normal, tak menyebabkan sakit.
Selain itu, kekebalan ibu hamil yang menurun, akan kian rendah, dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
Infeksi bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit sedangakan penularan dapat
terjadi intrauterin, pada waktu persalinan atau pascalahir. Transmisi bisa secara
transplasental ataaupun melalui aliran darah atau cairan amnion.
1
Infeksi dapat mengakibatkan imunitas tubuh selama masa kehamilan semakin
menurun menjadikan ibu hamil lebih rentan infeksi. Dikhawatirkan, ketika Ibu hamil
sakit, ada dua yang dikhawatiran, yakni apakah penyakit dapat berbahaya bagi janin,
serta apakah obat yang akan diminum bisa berbahaya untuk janin. Sejumlah penyakit
infeksi saat hamil memang lebih beresiko terhadap ibu, namun juga dapat
membahayakan janin.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah “ASKEB IV
Patologi” juga agar dapat mengetahui tentang apa saja Penyakit Infeksi Pada Ibu Hamil
(Varicella, Hepatitis B, dan Demam Berdarah Dengue)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. VARICELLA
Cacar air dalam bahasa inggris disebut sebagai Chickenpox,atau dalam bahasa
kedokteran disebut sebagai varicella. Penyakit yang sangat menular ini disebabkan oleh
virus yang bernama Varicella Zooter Virus (VZV). Varicella atau cacar air merupakan
infeksi akut menular. Cacar air adalah suatu penyakit yang umum ditemui pada anak-
anak. 90% kasus cacar air terjadi pada anak dibawah 10 tahun. Dan lebih dari 90% orang
yang telah mengalami cacar air pada saat mereka berusia 15 tahun. Insiden penyakit ini
paling tinggi terlihat pada usia 5-9 tahun. Cacar air terjadi akibat infeksi primer (pertama
kali) Varisella Zooter Virus (VZV). Karena disebabkan virus, penyakit ini sembuh
dengan sendirinya. Namun setelah sembuh, VZV tidak benar-benar hilang dari tubuh.
Virus ini akan menetap dibagian saraf tertentu dan nantinya dapat teraktivasi dalam
bentuk herpes zoter (cacar ular atau shingles). Herpes zoter ini umumnya terjadi pada usia
diatas 60 tahun dan pada sebagian besar kasus hanya terjadi sekali. (3 : 26)
Penyakit penyakit ini adalah infeksi dari Varicella Zooster Virus (VZV). Virus ini
ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang
terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Penderita bisa menularkan penyakitnya
mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir mengering. Untuk mencegah
penularan, sebaiknya penderita diisolasi. Jika seseorang pernah menderita cacar air maka,
dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa
tetap tertidur didalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan
menyebabkan herpes zoster. (3 : 26)
Penilaian Klinik
a. Demam seperti influenza
b. Timbul erupsi kemerahan pada kulit yang diikuti dengan terbentuknya vesikel
pada punggung, muka dan ekstremitas
c. Gatal dan nyeri pada daerah lesi
d. Virus varicella dapat menginfeksi janin secara transplasenter
(4 : 223)
3
Penaganan (pengawasan dokter)
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya, penangan
cacar air terutama ditunjukan untuk meringankan gejala. Yang dapat dilakukan ialah :
tirah baring secukunya, parasetamol untuk menurunkan demam, Calamine dan mandi
dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa gatal, sarung tangan untuk
mencegah anak menggaruk ruam mungkin dibutuhkan pada anak-anak yang sangat kecil,
makanan yang lembut dan menyejukan jika ada ruam didalam mulut. Sedangkan
beberapa penaganan yang tidak dianjurkan adalah : antihistamin yang bersifat sedatif
(membuat tidur) seperti chlorpheniramine. Obat ini tidak signifikan untuk menagani rasa
gatal pada cacar air, antivirus tidak direkomendasikan penggunaanya pada cacar air tanpa
komplikasi. Bahkan jika mulai diberikan pada hari dimana ruam pertama kali muncul,
antivirus hanya mengurangi satu hari dari lamanya sakit. Penelitian yang dilakukan juga
menunjukkan bahwa acylovir (salah satu antivirus) tidak bermakna dalam menurunkan
resiko komplikasi pada cacar air. Selain itu penggunaan antivirus secara teori juga dapat
merubahnya respon kekebalan tubuh sehingga virus dapat teraktivasi kembali lebih cepat
dalam bentuk herprs zoter (cacar ular). Antivirus dapat dipertimbangkan untuk kegunaan
pada cacar air dengan komplikasi yang berat, cacar air pada bayi dibawah usia 28 hari,
atau pada orang dengan sisitem kekebalan tubuh yang rendah. Pemberian antivirus ini
harus dilakukan dalam jangka waktu 48 jam setelah ruam pertama kali muncul .
antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi kulit oleh bakteri. (3 : 27)
Jika cacar air menyerang ibu hamil dalam trimester pertama, bisa saja bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah atau kealainan janin. Misalnya kelainan mata, otak, kaki,
tangan, paru, dan tulang rahang mengecil. Jika terjadi pada trimester kedua dan ketiga,
cacar air umunya tidak menyebabkan kelainan bawaan, namun kemungianan bayi lahir
4
permatur atau menderita bintil-bintil berisi air setelah sepuluh hari dilahirkan.
Pencegahan hanya bisa dilakukan dengan vaksinasi. (3 : 29)
Jika persalinan terjadi sebelum masa inkubasi atau pada persalinan, maka karena
antibodi pada tubuh ibu belum terbentuk, bayi akan terinfeksi dan menimbulkan cacat
pada usus dan susunan saraf pusat. Karena hal tersebut, bayi yang lahir dari ibu hamil
seperti yang disampaikan diatas harus disuntik dengan VZIG atau ZI, meskipun daya
proteksinya 60-70%. (1 : 905)
Seorang ibu hamil yang belum pernah terkena penyakit cacar air, dan dia tidak
pernah menderita penyakit gangguan imunitas lainnya; jika ia terjangkit penyakit cacar
air virus ditubuh ibunya dapat menulari bayi dalam kandungannya melalaui plasenta.
Penting untuk diingat jika infeksi terjadi 28 minggu pertama kehamilannya dapat terjadi
sebuah kelainan bernama congenital varicellla syndrome atau fetal varicella syndrome
(sindroma cacar air pada bayi dalam perut ibu). (3 : 29)
Efek dari penyakit ini bagi sang bayi bermacam-macam tingkat bahayanya, yaitu :
kerusakan otak : esefalitis (radang otak), mikrosefal (perkembangan otak terhambat,
sehingga otaknya menjadi kecil), aplasia otak, dan lain-lain; kerusakan mata : mikro-
oftalamik (ukurannya kecil), katarak, korioretinis, ganggaun saraf mata dan lain-lain;
gangguan saraf : kerusakan saraf spinal (tulang belakang), gangguan saraf
motorik,(penggerak) dan sensorik (perasa), hilangnya refleks, sindroma Horner, dan lain-
lain ; kerusakan tubuh : kegagalan pembentukan tungakai tubuh (jari, tangan, kaki),
gangguan anus dan otot kandung kencing, dan lain-lain ; gangguan kulit : timbulnya
jaringan parut (seperti luka dalam), gangguan warna kulit dan lain-lain (3 : 29)
Infeksi bayi pada usia tua kehamilan atau sesaat setelah bayi lahir disebut sebagai
varicella neonatus. Pada usia kehamilan yang lanjut infeksi cacar air beresiko
menimbulkan kelahiran prematur (3 : 29)
5
2. Diberikan acyclorovir sebanyak 250-500mb/3-4 kali dalam sehari sampai gejala
kliniksnya menghilang (2 : 649)
3. Isolasi neonatus dengan varicella (infeksi trimester III) untuk mendapatkan
pengobatan dan pengawasan khusus
a. Obat acyclorovir 125 mg/PO IM
b. Perhatian komplikasi fatal
Ensefalitis
Pneumonia
(2 : 649)
B. HEPATITIS B
Prevalensi pengidap HBV pada ibu hamil di Indonesia berkisar antara 1-5%
dimana keadaan ini bergantung pada prevalensi VNB dipopulasi (1 : 906)
Kehamilan sendiri tidak akan memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi jika
terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminan
yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat
menimbulkan abortus dan terjadinya perdarahan pasca persalinan karena adanaya
gangguan pembekuan darah akibat gangguan fungsi hati. Pada bayi masalah yang serius
umunya tidak terjadi pada masa neonatus, tetapi pada masa dewasa. Jika terjadi
penularan vertikal HBV 60-90% akan menjadi pengidap kronik VHB dan 30% akan
menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun kemudian. Jika penularan HBV
vertikal dapat dicegah, berati mencegah terjadinya kanker hati secara primer dan dapat
ikut meningkatkan kualitas sumber daya manusia akan datang. (1 : 906)
VHB mudah menimbulkan infeksi nosokomial pada tenaga medik dan paramedik
melalui pertolongan persalinan atau operasi, karena tertusuk jarum suntik atau luka lecet,
6
terutama pada pasien dengan HbsAGg positif. VHB lebih besar berpotensi untuk
menimbulkan infeksi nosokomoial dirumah sakit dibandingkan HIV. (1 : 906)
Gejala kliniksnya :
1. Lemas, cepat lelah
2. Infesi akut menahun
3. Ikterus
4. Nyeri abdomen
(2 : 638)
Pencegahan
Kewaspadaan Universal (universal precaution)
Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan dari pengidap. Vaksinasi
HB bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting, terutama yang sering terpapar
dengan darah (1 : 906-907)
Skrining HBsAg pada ibu hamil
Skrining HBsAg pada ibu hamil, terutama pada daerah dimana terdapat prevalensi
tinggi (1 : 907)
Imunisasi
Penularan dari ibu ke bayi sebagian besar dapat dicegah dengan imunisasi.
Pemerintah telah menaruh perhatian besar terhadap penularan vertikal VHB dengan
membuat program pemberian vaksinasi HN bagi semua bayi yang lahir difasilitas
pemerintah dengan dosis mikrogram pada hari ke 0, umr 1, dan 6 bulan, tanpa
mengetahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan HBsAg positif atu tidak (1 : 907)
7
urolobin dan bilirubin positif pada pemeriksaan darah selain urolubin dan bilirubin
positif SGOT dan SPGT sangat tinggi biasanya diatas 1.000. (1 : 907)
Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat dipertimbangkan pemberian HBIG
atau Lamivudin pada 1-2 bulan sebelum persalinan. Mengenai hal itu masih ada
beberapa pendapat yang menyatakan lamivudin tidak ada pengaruh pada bayi, tetapi
ada yang masih mengkhawatirkan pengaruh teratogenik obat tersebut (1 : 907)
Persalinan sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung lama, khususnya pada ibu dengan
HBsAg positif, Wong menyatakan persalinan berlangsung lebih dari 9 jam, sedangkan
Surya menyatakan persalinan berlangsung lebih dari 16 jam, sudah meningkatkan
kemungkinan penularan VHB intrauterin. Persalinan pada ibu hamil dengan titer
VHB tinggi (3,5 pg/m) atau HbsAg positif, lebih seksio sesarea. Demikian juga jika
persalinan yang lebih dari 16 jam pada pasien pengidap HBsAg positif (1 : 907)
Menyusui bayi, tidak merupakan masalah. Pada penelitian telah dibuktikan bahwa
penularan melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi
daripada penularan parenteral (1 : 907)
Profilaksis :
1. Pada ibu hamil yang tes antibodinya negatif sebaiknya mendapatkan vaksinasi
setelah persalinan. (2 : 638)
2. Bayi yang lahir dari seropositif :
a. Berikan HBIG 0,5 IM segera
b. Vaksinasi 12 jam setelah lahir atau serial. Untuk menghadiri masa dewasa muda
dalam bentuk :
Hepatoma
Serosis hepatitis
(2 : 638)
8
Demam dengue merupakan infeksi oleh Virus Dengue (sero tipe 1,2,3dan 4) yang
merupakan masalah kesehatan yang menonjol di Asia Tenggara terutama Inonesia.
Penyakit ini umumnya ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegepti tetapi bisa juga Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis. (1 : 909)
Secara umum penyakit ini disebut Dengue Syndrome dan dibagi menjadi 3 sesuai
gejala, dimana pada awal ketiganya susah dibedakan :
Gejala Klinik
a. Dengue Fever
Panas mendadak dan berkesinambungan, sakit kepala, nyeri orbita, nyeri otot, sendi,
dan tulang belakang, mual-muntah, nyeri perut dan leukopenia. (1 : 909)
9
Penanganan
Tidak ada obat yang khusus. Pengobatan hanya simptomatik dan suportif disertai
pengawasan ketat secara klinik maupun laboraturium. Penanganan secara umum adalah
sebagai berikut :
a. Istrahat
b. Antipiretik untuk panas di atas 39⁰C dengan parasetamol setiap 6 jam
c. Kompres dengan air hangat (tepid water)
d. Terapi rehidrasi (minum atau parenteral jika tidak cukup)
e. Pemeriksaan laboraturim khususnya Hb, leukosit, trombosit, dan hematokrit
f. Pemeriksaan penunjang,antara lain foto torak dan USG
(1 : 910)
Hindari pemberian aspirin untuk obat panas dan antibiotika karena tidak perlu, serta
sari buah dengan pengawet. (1 : 910)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit sedangkan penularan dapat
terjadi intrauterin, pada waktu persalinan atau pascalahir. Transmisi bisa secara
transplasental ataupun melalui aliran darah atau cairan amnion.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dapat diderita oleh wanita
hamil yaitu : Varicella, Hepatitis B, dan Demam Berdarah Dengue. Gejala yang dialami
dapat berbeda-beda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Infeksi
dapat mengakibatkan imunitas tubuh selama masa kehamilan semakin menurun
menjadikan ibu hamil lebih rentan sakit. Sejumlah penyakit infeksi saat hamil memang
lebih beresiko terhadap ibu, namun juga dapat membahayakan janin.
B. Saran
Untuk semua wanita yang mempunyai penyakit infeksi selama kehamilannya,
disarankan untuk memeriksakan kehamilannya kepada bidan atau dokter untuk
mendapatkan penangan yang tepat
Wanita hamil disarankan untuk memperluas pengetaghuannya tentang penyakit-
penyakit yang dapat menyertai kehamilannya seperti infeksi, sehinnga dapat
mengetahui dan mecegah penyakit yang dapat diderita selama kehalmilannya,
menjaga kesehatan, kebersihan diri,istrahat dan juga memenuhi kebutuhan nutrisi
selama kehamilannya
11
DAFTAR PUSTAKA
12
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN IV (PATOLOGI)
Penyakit Infeksi pada Kehamilan
Varicella, Hepatitis B, dan Demam Berdarah Dengue
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penyakit Infeksi Pada Kehamilan (
Varicella, Hepatitis B, dan Demam Berdarah Dengue)” tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (Patologi)
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
meningkatkan mutu makalah ini pada masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi petugas kesehatan dan teman – teman sejawat lainnya.
Penulis
14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Varicella................................................................................................. 3
B. Hepatitis B.............................................................................................. 6
C. Demam Berdarah Dengue....................................................................... 8
15