KESLING PERMUKIMAN
Oleh:
1720034
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang kaya dan
beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang
memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis
pantai terpanjang setelah Kanada. Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya zona
ekonomi eksklusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga per empat dari
luas keseluruhan wilayah Indonesia. Dengan kenyataan seperti itu sumber daya pesisir dan
lautan Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan Indonesia yang sangat
potensial disamping sumber daya alam darat. Sumber daya wilayah pesisir diprediksi akan
semakin meningkat peranannya dimasa-masa mendatang dalam mendukung pembangunan
ekonomi nasional.
Konsekuensi dari potensi yang besar tersebut kawasan pesisir akan mengalami
perkembangan dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Wilayah pesisir menyediakan
sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral dan energi,
media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata, Ini berarti kawasan pesisir
merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di masa
datang. Sekitar 50 – 70 % manusia hidup dan bekerja diwilayah ini walaupun luasnya hanya
8% dari muka bumi. Wilayah pesisir sangat potensial sebagai penghasil 26 % dari produksi
perikanan global. Oleh karena itu wilayah pesisir sangat berperan penting bagi kehidupan
manusia.
Akibat pengaruh aktivitas manusia yang meningkat seperti pencemaran minyak hasil
kegiatan eksploitasi tambang minyak di lepas pantai serta transportasi minyak, bungan
limbah pemukiman dan industri, perairan pesisir akan mengalami tekanan (stress), yang
cenderung mengarah pada menurunnya kualitas lingkungan wilayah pesisir karena
terganggu keseimbangan alami. Apalagi ditambah dengan penangkapan ikan yang
berlebihan (over fishing) dan pengrusakan ekosistem koral secara fisik. Serta timbulnya
emisi udara sehingga menimbulkan pencemaran yang akhirnya berdampak buruk bagi
ekosistem termasuk manusia.
Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang berbeda kondisi dan
sifatnya. Pada umumnya ekosistem kompleks dan peka terhadap gangguan. Dapat dikatakan
bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan pengembangannya dimanapun juga di wilayah
pesisir secara potensial dapat merupakan sumber kerusakan bagi ekosistem di wilayah
tersebut. Rusaknya ekosistem berarti rusak pula sumberdaya di dalamnya. Agar akibat
negatif dari pemanfaatan beranekaragam dapat dipertahankan sekeci-kecilnya dan untuk
menghindari pertikaian antar kepentingan, serta mencegah kerusakan ekosistem di wilayah
pesisir, pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan wilayah perlu berlandaskan
perencanaan menyeluruh dan terpadu yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi dan
ekologi.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian pencemaran air di kawasan pesisir,
2. Sebutkan sumber-sumber pencemaran air,
3. Jelaskan dampak yang yang ditimbulkan akibat pencemaran air di kawasan pesisir
bagi ekosistem?
4. Bagaimana sistem pengendalian pencemaran air di kawasan pesisir?
5. Jelaskan pengertian sumber pencemaran udara di kawasan pesisir?
6. Sebutkan sumber- sumber pencemaran udara di kawasan pesisir?
7. Jelaskan dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara di kawasan pesisir?
8. Bagaimana sistem pengendalian pencemaran udara di kawasan pesisir?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pencemaran air di kawasan pesisir
2. Untuk mengetahui sumber-sumber pencemaran air di kawasan pesisir.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air di kawasan
pesisir.
4. Untuk mengetahui beberapa sistem pengendalian pencemaran air di kawasan pesisir
5. Untuk mengetahui pengertian dari pencemaran udara di kawasan pesisir
6. Untuk mengetahui sumber- sumber pencemaran udara.
7. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara di kawasan
pesisir.
8. Untuk mengetahui beberapa sistem pengendalian pencemaran udara di kawasan
pesisir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. WILAYAH PESISIR
Pada dasarnya kawasan pantai merupakan wilayah peralihan antara daratan dan
perairan laut. Secara fisiografis kawasan ini didefinisikan sebagai wilayah antara garis
pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, dengan
lebar yang ditentukan oleh kelandaian (% lereng) pantai dan dasar laut, serta dibentuk
oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang bercampur kerikil.
Ruang kawasan pantai merupakan ruang wilayah diantara ruang daratan dengan
ruang lautan yang saling berbatasan. Ruang daratan terletak diatas dan dibawah
permukaan daratan termasuk perairan darat dan sisi darat dari garis laut terendah.
Sedangkan ruang lautan terletak diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi
laut pada garis laut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya.
Pantai merupakan daerah datar, atau bisa bergelombang dengan perbedaan
ketinggian tidak lebih dari 200 m, yang dibentuk oleh endapan pantai dan sungai yang
bersifat lepas, dicirikan dengan adanya bagian yang kering (daratan) dan basah (rawa).
Garis pantai dicirikan oleh suatu garis batas pertemuan antara daratan dengan air laut.
Oleh karena itu, posisi garis pantai bersifat tidak tetap dan dapat berpindah (walking
land atau walking vegetation) sesuai dengan pasang-surut air laut dan abrasi pantai atau
pengendapan lumpur.
Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan yang merupakan
15 % daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan
Indonesia sebagai tempat perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan,
pertambangan serta pariwisata.. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk
dikembangkan bagi tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan
secara terpadu dan berkelanjutan,, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak
terhadap lingkungan pesisir.
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas
kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih
mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut
yang dicirikan oleh jenis vegetasi yang khas. Wilayah pesisi juga merupakan suatu
wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline)
maka suatu wilayah pesisir memeliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas sejajar
garis pantai (longshore) dan batas tegak lurus terhadap garis pantai (crossshore).
Batas wilayah pesisir kearah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada
daerah paparan benua (continental shelf) dimana cirri-ciri perairan ini masih
dipengaruhi oleh prose salami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
3. Klasifikasi Wilayah Pesisir
Bila diperhatikan batasan wilayah pesisir terbagi menjadi dua subsistem, yaitu
daratan pesisir (shoreland), dan perairan pesisir (coastal water), keduanya berbeda
tetapi saling berinteraksi.
Secara ekologis daratan pesisir sangat kompleks dan mempunyai nilai
sumberdaya yang tinggi. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah sistem
perairan pesisir dan pengaruhnya terhadap daya dukung (carrying capacity) ekosistem
wilayah pesisir.Pengaruh daratan pesisir terhadap perairan pesisir terutama terjadi
melalui aliran air (runoff).
Perairan pesisir secara fungsional terdiri dari perairan estuaria (estuaria regime),
perairan pantai (nearshore regime), dan perairan samudera (oceanic regime). Perairan
estuaria adalah suatu perairan pesisir yang semi tertutup, yang berhubungan bebas
dengan laut, sehingga dengan demikian estuaria dipengaruhi oleh pasang surut, dan
terjadi pula percampuran yang masih dapat diukur antara air laut dengan air tawar yang
bersal dari drainase daratan (Odum, 1971). Perairan pantai meliputi laut mulai dari batas
estuaria kea rah laut sampai batas paparan benua atau batas territorial. Sedangkan
perairan samudera, semua perairan ke arah laut terbuka dari batas paparan benua atau
batas territorial.
Klasifikasi wilayah pesisir menurut komunitas hayati yaitu (1) ekosistem litoral
yang terdiri dari pantai pasir dangkal, pantai batu, pantai karang, pantai lumpur, (2)
hutan payau, (3) vegetasi terna rawa payau, (4) hutan rawa air tawar, dan (5) hutan rawa
gambut.
4. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Wilayah Pesisir
a. Pemanfaatan Ganda
Konsep pemanfaatan ganda perlu memperhatikan keterpaduan dan keserasian
berbagai macam kegiatan. Sementara itu batas kegiatan perlu ditentukan. Dengan
demikian pertentangan antar kegiatan dalam jangka panjang dapat dihindari atau
diperkecil.Salah satu contoh penggunaan wilayah untuk pertanian, kehutanan,
perikanan, alur pelayaran, rekreasi, pemukiman, lokasi industri dan juga sebagai tempat
pembuangan sampah dan air limbah.
Pemanfaatan ganda wilayah pesisir yang serasi dapat berjalan untuk jangka
waktu tertentu, kemudian persaingan dan pertentangan mulai timbul dengan berjalannya
waktu, pemanfaatan telah melampaui daya dukung lingkungan. Untuk beberapa hal,
keadaan ini mungkin dapat diatasi dengan teknologi mutakhir. Akan tetapi perlu dijaga
agar cara pemecahan itu tidak mengakibatkan timbulnya dampak negative atau
pertentangan baru.
b. Pemanfaatan Tak Seimbang
Masalah penting dalam pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir di
Indonesia adalah ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya tersebut, ditinjau dari
sudut penyebarannya dalam tata ruang nasional. Hal ini merupakan akibat dari
ketimpangan pola penyebaran penduduk semula disebabkan oleh perbedaan keunggulan
komparatif (comparative advantages) keaadaan sumberdaya wilayah pesisir Indonesia.
Pengembangan wilayah dalam rangka pembangunan nasional harus juga
memperhatikan kondisi ekologis setempat dan factor-faktor pembatas. Melalui
perencanaan yang baik dan cermat, serta dengan kebijaksanaan yang serasi, perubahan
tata ruang tentunya akan menjurus kearah yang lebih baik.
c. Pengaruh Kegiatan Manusia
Populasi manusia meningkat secara eksponensial, hal ini didukung oleh
kemajuan dibidang kesehatan, serta pertanian yang meningkatkan kesejateraan
manusia. Pada tahun 1998 fungsi pendukung kehidupan biosfer harus dibagi pada 6
miliar orang. Jika tingkat fertilitas dan mortalitas tidak berubah, maka populasi
dunia akan mencapai 40 miliar manusia di tahun 2100, jika bayi yang lahir hari ini tetap
hidup. Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 % per tahun maka
pada tahun 2010 penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang. Hal
ini akan mengakselarasi meningkatnya permintaan (demand) terhadap kebutuhan
sumberdaya dan jasa lingkungan. Sementara itu ketersediaan alam darat semakin
berkurang dan tidak lagi mencukupi, sehingga opsi berikutnya diarahkan unatuk
memanfaatkan sumberdaya dan jasa pesisir untuk mempertahankan dan sekligus
melanjutkan pertumbuhan yang ada. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan
penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi berbagai
peruntukan, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan
laut akan semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat
mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan
pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya.
Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup untuk menopang kelangsungan hidupnya. Selain itu air dibutuhkan untuk
kelangsungan proses industri, kegiatan perikanan, pertanian dan peternakan. Oleh karena
itu apabila air tidak dikelola dengan baik dan keliru akan menimbulkan kerusakan
maupun kehancuran bagi makhluk hidup.
Secara alami sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan
yang mempunyai daya regenerasi mengikuti suatu daur ulang yang disebut daur
hydrologi (Suryani, 1987). Air yang sangat terbatas ini pada umumnya oleh manusia
dipergunakan untuk kebutuhan domestik, industri, pembangkit tenaga listrik, pertanian,
perikanan, rekreasi.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia
atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
air kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Alam memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi air yang telah tercemar
dengan proses pemurnian atau purifikasi alami dengan jalan pemurnian tanah, pasir,
bebatuan dan mikro organisme yang ada di alam sekitar kita.
Jika dilihat dari sumber (asal) kejadiaanya, jenis kerusakan lingkungan ada yang
dari luar sistem wilayah pesisir dan juga dari dalam wilayah pesisir itu sendiri.
Pencemaran berasal dari limbah yang dibuang oleh berbagai kegiatan pembangunan
(seperti tambak, perhotelan, pemukiman dan industri) yang terdapat di dalam wilayah
pesisir, dan juga berupa kiriman dari berbagai kegiatan pembangunan di daerah lahan
atas.
2. Sumber-sumber Pencemaran Air di Kawasan Pesisir
Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi
7 kelas (Dahuri 2001) :
a. Reklamasi pantai
Reklamasi pantai adalah suatu kegiatan atau proses memperbaiki daerah atau
areal yang tidak terpakai atau berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan manusia antara lain untuk lahan pertanian, perumahan, tempat
rekreasi dan industri (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990). Kegiatan reklamasi
pantai bagaimanapun telitinya, tetap akanmengubah kondisi dan ekosistem
lingkungan pesisir, dan ekosistem buatan yang baru tentunya tidak sebaik yang
alamiah.
b. Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya
Perairan wilayah pesisir merupakan salah satu tempat yang
kaya akan zat hara, hal ini sangat penting bila ditinjau dari sumber daya hayati.
Namun untuk kelestariannya perlu diperhatikan limbah yang berasal dari industri-
industri maupun aktifitas manusia lainnya yang dibuang ke perairan
tersebut, akanmerusak kelestarian flora dan fauna wilayah pesisir dikemudian hari
sehingga dapat merusak keseimbangan ekosistem wilayah pesisir (Simanjuntak,
1996)
Penggunaan pupuk untuk menyuburkan areal persawahan di sepanjang
Daerah Aliran Sungani yang berada di atasnya serta kegiatan-kegiatan industri di
darat yang membuang limbahnya ke dalam badan sungai yang kemudian terbawa
sampai ke laut melalui wilayah pesisir. Hal ini akan menperabesar tekanan ekologis
wilayah pesisir. Perairan wilayah pesisir umumnya merupakan perangkap zat-zat
hara maupun bahan-bahan buangan. Oleh karena itu pemanfaatan ganda yang tidak
direncanakan dengan cermat akan menimbulkan masalah lingkungan yang
berhubungan dengan bahan buangan. Sisa-sisa pestisida dan pupuk pertanian akan
terbawa aliran air sungai dan pada akhirnya akan mencapai perairan wilayah pesisir
dalam hal ini laut.
c. Sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
Pencemaran rumah tangga dan pencemaran yang dihasilkan oleh kegiatan
manusai dan oleh industri. Pencemaran rumah tangga terjadi terutama di lingkungan
pesisir yang berada dekat dengan pemukiman. Jenis sampah yang diahasilkan ada
dua macam, yaitu sampah organic dan sampah anorganik.Pertumbuhan jumlah
penduduk yang mendiami wilayah pesisir dan meningkatnya kegiatan pariwisata
juga akan meningkatkan jumlah sampah dan kandungan bakteri yang dapat
menyebabkan berbagai kerugian bagi lingkungan pesisir.
d. Perikanan budidaya
Penggunaan bahan kimia dalam penangkapan ikan, atau pengolahan hasil
laut lainnya. Penangkapan ikan dengan menggunakan sianida menimbulkan
pencemaran perairan. Pencemaran yang terjadi akibat akumulasi sisa-sisa mercuri
atau bahan kimia lainnya.
e. Pelayaran (shipping)
Tumpahan minyak/bahan kimia dari kapal-kapal yang mengalami kecelakaan
di laut, atau kapal yang tidak dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah yang
memadai, atau kapal yang sengaja membuang limbah ke laut. Beberapa hasil
penelitian memaparkan bahwa pencemaran akibat limbah dari kapal belakangan ini
cenderung meningkat.
Ini bisa terjadi karena sebagian kapal tidak dilengkapi dengan sarana
pengolahan limbah bahkan sengaja membuang limbahnya ke laut. Sementara sistem
pengawasan laut Indonesia sangat minim. Berbeda dengan negara maju, Indonesia
hingga kini belum memiliki alat pendeteksi limbah pelayaran yang hasilnya bisa
dijadikan dasar menyeret pelaku pencemaran ke pengadilan.
3. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Air di Kawasan Pesisir
Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian, rumah
tangga di daratan akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja pada perairan
sungai tetapi juga perairan pesisir dan lautan. Dampak yang ditimbulkan diantaranya :
a. kerusakan ekosistem bakau,
b. terumbu karang,
c. kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong),
d. terjadi abrasi,
e. hilangnya benih banding dan udang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap bahan-bahan yang akan dibuang
ke perairan, termasuk perairan wilayah pesisir yaitu :
a. Macam, sifat, banyaknya dan kontinuitas bahan buangan;
b. Kemampuan daya angkut dan pengencer perairan yang berkaitan dengan kondisi
oseanografi setempat;
c. Kemungkinan interaksi antara sifat-sifat kimia dan biologi bahan buangan dengan
lingkungan perairan.
d. Pengaruh bahan buangan terhadap kehidupan dan rantai makanan;
e. Proses degradasi dan perubahan biogeokimia;
f. Prognose terhadap jumlah dan macam tambahan bahan pencemar di hari depan.
Perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya proses saling menunjang atau
proses saling menetralkan antara dampak bahan pencemar yang telah ada dengan bahan
pencemar yang masuk kemudian. Oleh karena itu penting diketahui sifat fisik kimia
bahan pencemar maupun perairan, dan kemungkinan terjadinya peningkatan
pencemaran serta perusakan lingkungan.
a. Reklamasi pantai
Oleh karena itu upaya reklamasi pantai perlu direncanakan sedemikian rupa
dan secara seksama agar keberadaanya tidak mengubah secara radikal ekosistem
pesisir yang asli. Untuk itu diperlukan perencanaan tata ruang yang rinci, peneliatian
lingkungan untuk analisis dampak lingkungan regional, penelitian hidro oceanografi,
perencanaan teknis reklamasi dan infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi
serta perencanaan social-ekonomi dan pengembangan lainnya (Hasmonel, 2002).
b. Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya.
Pengaruh dari adanya industri- industri sisekitar wilayah pesisir
juga akan mengakibatkan berubahnya daya dukung lingkungan pesisir, antara lain
pnururunan kadar gas oksigen terlarut, kadar fosfat dan nitrat yang tinggi. Kadar
oksegen terlarut yang berkurang akan menyebabkan makhluk hidup yang berada di
ekosistem wilayah pesisir akan mendapat tekanan secara ekologis, sehingga akan
mengancam kelangsungan hidup komponen ekosistem tersebut.
Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan
untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan. Untuk mempertahankan kelestarian
daya guna perairan wilayah pesisir, kebiasaan menggunakan perairan sebagai tempat
pembuangan sampah dan bahan buangan industri perlu diatur berdasarkan peraturan
perundangan. Bahan buangan yang beracun perlu diberi perlakuan
(treatment)terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan, dan perairan tempat
pembuangan harus mempunyai kondisi oseanografi yang memadai,. Industri-industri
yang mutlak harus didirikan di wilayah pesisir wajib memproses bahan-bahan
buangan untuk keperluan lain, sehingga dengan demikian dampak terhadap
lingkungan dapat dibatasi.
c. Perikanan budidaya
Penggunaan bahan kimia dalam penangkapan ikan, atau pengolahan hasil
laut lainnya. Penangkapan ikan dengan menggunakan sianida menimbulkan
pencemaran perairan. Pencemaran yang terjadi akibat akumulasi sisa-sisa mercuri
atau bahan kimia lainnya.karena tercemarnya perairan berdampak pada kelestarian
biota laut. Biasanya kehancuran hayati laut ditandai dengan berkurangnya ikan
tertentu di suatu kawasan dan kemudian diikuti dengan punahnya makhluk hidup
lain di wilayah laut tersebut. Atau kepunahan semua makhluk hidup terjadi
serempak yang ditandai dengan banyaknya ikan serta biota laut terapung mati di
permukaan laut.
Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup dewasa ini, maka kebijakan di bidang pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya :
1. Mengelola sumberdaya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak
dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya;
2. Menegakkan hukum secara adil dan konsisten untuk menghindari perusakan
sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan;
3. Mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara bertahap;
4. Memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat lokal;
5. Menerapkan secara efektif penggunaan indikator-indikatoruntuk mengetahui
keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
6. Memelihara kawasan konservasi yang sudah ada dan menetapkan kawasan
konservasi baru di wilayah tertentu; dan
7. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan
lingkungan global.
Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumberdaya alam
yang berkelanjutan dan berwawasan keadilan seiring meningkatnya kesejahteraan
masyarakat serta meningkatnya kualitas lingkungan hidup sesuai dengan baku mutu
lingkungan yang ditetapkan, serta terwujudnya keadilan antar generasi, antar dunia
usaha dan masyarakat, dan antar negara maju dengan negara berkembang dalam
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang optimal.
Sudah saatnya pemerintah beserta masyarakat terlibat aktif dan secara
langsung melindungi sumber daya alam yang mempunyai banyak kegunaan ini.
Masyarakat yang notabenenya bersentuhan langsung dengan alam sekitarnya sudah
sepatutnya diberikan pemahaman yang lebih mengenai pelestarian dan pengelolaan
lingkungan hidup di sekitarnya. Signifikasi dari hal tersebut adalah untuk menjaga
kelestarian alam agar berguna bagi masa depan generasi bangsa.
Hal ini berhubungan dengan upaya prefentif sebelum upaya represif dalam
penanganan masalah lingkungan. Selain itu peran serta masyarakat juga berperan
penting guna meminimalisir tidak pidana (kejahatan) dalam bidang lingkungan hidup.
Pencemaran udara berbeda pada satu tempat dengan tempat lain karena adanya
perbedaan kondisi pencahayaan, kelembaban, temperatur, angin serta hujan yang akan
membawa pengaruh besar dalam penyebaran dan difusi pencemar udara yang
diemisikan baik dalam skala lokal (kota tersebut) atau skala regional (kota dan
sekitarnya).
a. Kelembaban
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap
air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan
menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga ikut
mengatur suhu udara.
Fog (kabut) terbentuk ketika udara lembab dan mengembun, jenis partikel cair ini
merugikan karena memudahkan perubahan SO3 menajdi H2SO4. Selain itu fog yang
terjadai di daerah lembab akan menghalangi matahari memanasi permukaan bumi untuk
memcah inversi, akibatnya sering memperpanjang waktu kejadian pencemaran udara.
Kelembaban udara yang relatif rendah (<>2 akan mengurangi efek korosif dari
bahan kimia tersebut sedangkan pada kelembaban relative lebih atau sama dengan 80% di
daerah tercemar SO2 akan terjadi peningkatan efek korosif SO2 tersebut.
Kondisi udara yang lembab akan membantu proses pengendapan bahan pencemar,
sebab dengan keadaan udara yang lembab maka beberapa bahan pencemar berbentuk
partikel (misalnya debu) akan berikatan dengan air yang ada dalam udara dan membentuk
partikel yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi oleh
gaya tarik bumi.
b. Suhu
Salah satu karaktersitik atmosfir yang penting adalah kestabilan atmosfir itu
sendiri yaitu kecenderungan untuk memperbanyak atau menahan pergerakan udara
vertikal. Pada kondisi stabil pergerakkan udara ditahan atau tidak banyak terjadi
pergerakkan vertikal. Kondisi ini dipengaruhi oleh distribusi suhu udara secara vertikal.
Suhu udara menurun ± 1 °C per kenaikan ketinggian 100 meter, namun pada
malam hari lapisan udara yang dekat dengan permukaan bumi mengalami pendinginan
terlebih dahulu sehingga suhu pada lapisan udara di lapisan bawah dapat lebih rendah
daripada atasnya. Kondisi metereologi itu disebut inversi yaitu suhu udara meningkat
menurut ketinggian lapisan udara, yang memerlukan pada kondisi stabil dan tekanan
tinggi. Gradien tekanan pada kondisi tersebut menjadi lemah sehingga angin menjadi
lambat yang menyebabkan penurunan penyebaran zat pencemar secara horisontal.
Sementara itu tidak terjadi perpindahan udara vertikal yang menyebabkan penurunan zat
pencemar secara vertikal dan meningkatkan akumulasi lokal. Hal ini dapat berakibat
buruk bagi kesehatan manusia. Namun inversi dapat menghilang setelah pagi hari ketika
radiasi matahari menyinari permukaan bumi.
Suhu dapat menyebabkan polutan dalam atmosfir yang lebih rendah dan tidak
menyebar. Peningkatan suhu dapat menjadi ketalisator atau membantu mempercepat
reaksi kimia perubahan suatu polutan udara. Pada musim kemarau dimana keadaan udara
lebih kering dengan suhu cenderung meningkat serta angin yang bertiup lambat dibanding
dengan keadaan hujan maka polutan udara pada keadaan musim kemarau cenderung
tinggi karena tidak terjadi pengenceran polutan di udara.
Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkab peningkatan
kelembaban udara relatif sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan
pencemar. Sedangkan pada suhu yang meningkat akan meningkatkan pula reaksi suatu
bahan kimia. Inversi suhu dapat mengakibatkan polusi yang serius karena inversi dapat
menyebabkan polutan terkumpul di dalam atmosfer yang lebih rendah dan tidak
menyebar. Selain hal itu suhu udara yang tinggi akan menyebabkan udara makin
renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah dan sebaliknya pada
suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara
makin tinggi. Suhu udara yang tinggi akan menyebabkan bahan pencemar dalam udara
berbentuk partikel menjadi kering dan ringan sehingga bertahan lebih lama di udara,
terutama pada musim kemarau dimana hujan jarang turun.
Selain itu pula pergerakkan udara di atmosfer dapat terjadi secara vertikal maupun
horizontal. gerakan horizontal disebabkan oleh aliran angin, jika angin yang terjadi
bersifat aktif dan kekuatannya cukup, polutan tidak mempunyai waktu cukup untuk
mengumpul karena cepat disebarkan. atmosfer di sekeliling gunung, bukit dan bangunan-
bangunan daerah perkotaan akan memperlambat dan mencegah gerakan angin sehingga
mengurangi gerakan udara horizontal karena gerakan horizontal terbatas dipersi polutan
menjadi tergantung pada pergerakan udara vertikal. Radiasi sinar matahari dapat
mempengaruhi kondisi bahan pencemar oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan meningkatnya rangsangan bahan pencemar untuk merusak
bahan.
A. Kesimpulan
1. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia
atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya.
2. Beberapa sumber pencemaran perairan di pesisir diantaranya :
a) Reklamasi pantai
b) Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dansebagainya
c) Sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
d) perikanan budidaya
e) pelayaran (shipping)
3. Dampak yang ditimbulkan diantaranya :
a. kerusakan ekosistem bakau,
b. terumbu karang,
c. kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong),
d. terjadi abrasi,
e. hilangnya benih banding dan udang.
4. Sistem pengendalian pencemaran air di kawasan/ daerah pesisir .
a. upaya reklamasi pantai perlu direncanakan sedemikian rupa dan secara seksama
agar keberadaanya tidak mengubah secara radikal ekosistem pesisir yang asli.
b. Industri-industri yang mutlak harus didirikan di wilayah pesisir wajib memproses
bahan-bahan buangan untuk keperluan lain, sehingga dengan demikian dampak
terhadap lingkungan dapat dibatasi.
5. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
a. Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida.
b. Pengolahan atau daur ulang limbah asap industri
c. Penghijauan dan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon pengganti
d. Menghentikan pembakaran hutan.
B. Saran
Untuk mempertahankan kelestarian daya guna perairan wilayah pesisir, kebiasaan
menggunakan perairan sebagai tempat pembuangan sampah dan bahan buangan industri perlu
diatur berdasarkan peraturan perundangan. peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor
19 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut.
Setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair sebelum dimasukkan kebadan air sebaiknya
diolah terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia “bebas
Pencemaran”http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air diakses tanggal 20
November 2009
pencemaran lingkungan
http://pencemaran-lingkungan-bumi.blogspot.com/2009/05/apa-itu- pencemaran-
udara.html diakses tanggal 20 November 2009
http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/11/12/pengelolaan-wilayah-pesisir-secara-terpadu-
dan-berkelanjutan-yang-berbasis-masyarakat/
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bplhd-jabar/strategi-kebijakan
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://4.bp.blogspot.com
http://id-id.facebook.com/people/Henhen-Hermawati/1499337740