Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MK.

KESLING PERMUKIMAN

Kesehatan Lingkungan pesisir pantai

Oleh:

ADY HIZKIA MAKASENDA

1720034

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang kaya dan
beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang
memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis
pantai terpanjang setelah Kanada. Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya zona
ekonomi eksklusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga per empat dari
luas keseluruhan wilayah Indonesia. Dengan kenyataan seperti itu sumber daya pesisir dan
lautan Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan Indonesia yang sangat
potensial disamping sumber daya alam darat. Sumber daya wilayah pesisir diprediksi akan
semakin meningkat peranannya dimasa-masa mendatang dalam mendukung pembangunan
ekonomi nasional.

Konsekuensi dari potensi yang besar tersebut kawasan pesisir akan mengalami
perkembangan dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Wilayah pesisir menyediakan
sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral dan energi,
media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata, Ini berarti kawasan pesisir
merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di masa
datang. Sekitar 50 – 70 % manusia hidup dan bekerja diwilayah ini walaupun luasnya hanya
8% dari muka bumi. Wilayah pesisir sangat potensial sebagai penghasil 26 % dari produksi
perikanan global. Oleh karena itu wilayah pesisir sangat berperan penting bagi kehidupan
manusia.

Dengan meningkatnya pemanfaatan wilayah pesisir, hal ini menyebabkan daya


dukung wilayah pesisir akan berkurang jika penggunaaannya tidak dilakukan secara terpadu
dan terkendali. Untuk menjaga agar daya dukung wilayah pesisir tidak mengalami
penurunan yang besar maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengendalikan
pencemaran yang terjadi di kawasan pesisir yang timbul karena adanya kegiatan (aktivitas)
yang dilakukan oleh manusia maupun karena pengaruh alam.

Akibat pengaruh aktivitas manusia yang meningkat seperti pencemaran minyak hasil
kegiatan eksploitasi tambang minyak di lepas pantai serta transportasi minyak, bungan
limbah pemukiman dan industri, perairan pesisir akan mengalami tekanan (stress), yang
cenderung mengarah pada menurunnya kualitas lingkungan wilayah pesisir karena
terganggu keseimbangan alami. Apalagi ditambah dengan penangkapan ikan yang
berlebihan (over fishing) dan pengrusakan ekosistem koral secara fisik. Serta timbulnya
emisi udara sehingga menimbulkan pencemaran yang akhirnya berdampak buruk bagi
ekosistem termasuk manusia.

Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang berbeda kondisi dan
sifatnya. Pada umumnya ekosistem kompleks dan peka terhadap gangguan. Dapat dikatakan
bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan pengembangannya dimanapun juga di wilayah
pesisir secara potensial dapat merupakan sumber kerusakan bagi ekosistem di wilayah
tersebut. Rusaknya ekosistem berarti rusak pula sumberdaya di dalamnya. Agar akibat
negatif dari pemanfaatan beranekaragam dapat dipertahankan sekeci-kecilnya dan untuk
menghindari pertikaian antar kepentingan, serta mencegah kerusakan ekosistem di wilayah
pesisir, pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan wilayah perlu berlandaskan
perencanaan menyeluruh dan terpadu yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi dan
ekologi.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian pencemaran air di kawasan pesisir,
2. Sebutkan sumber-sumber pencemaran air,
3. Jelaskan dampak yang yang ditimbulkan akibat pencemaran air di kawasan pesisir
bagi ekosistem?
4. Bagaimana sistem pengendalian pencemaran air di kawasan pesisir?
5. Jelaskan pengertian sumber pencemaran udara di kawasan pesisir?
6. Sebutkan sumber- sumber pencemaran udara di kawasan pesisir?
7. Jelaskan dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara di kawasan pesisir?
8. Bagaimana sistem pengendalian pencemaran udara di kawasan pesisir?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pencemaran air di kawasan pesisir
2. Untuk mengetahui sumber-sumber pencemaran air di kawasan pesisir.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air di kawasan
pesisir.
4. Untuk mengetahui beberapa sistem pengendalian pencemaran air di kawasan pesisir
5. Untuk mengetahui pengertian dari pencemaran udara di kawasan pesisir
6. Untuk mengetahui sumber- sumber pencemaran udara.
7. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara di kawasan
pesisir.
8. Untuk mengetahui beberapa sistem pengendalian pencemaran udara di kawasan
pesisir.
BAB II

PEMBAHASAN

A. WILAYAH PESISIR

1. Deskripsi Wilayah Pesisir

Pada dasarnya kawasan pantai merupakan wilayah peralihan antara daratan dan
perairan laut. Secara fisiografis kawasan ini didefinisikan sebagai wilayah antara garis
pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, dengan
lebar yang ditentukan oleh kelandaian (% lereng) pantai dan dasar laut, serta dibentuk
oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang bercampur kerikil.
Ruang kawasan pantai merupakan ruang wilayah diantara ruang daratan dengan
ruang lautan yang saling berbatasan. Ruang daratan terletak diatas dan dibawah
permukaan daratan termasuk perairan darat dan sisi darat dari garis laut terendah.
Sedangkan ruang lautan terletak diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi
laut pada garis laut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya.
Pantai merupakan daerah datar, atau bisa bergelombang dengan perbedaan
ketinggian tidak lebih dari 200 m, yang dibentuk oleh endapan pantai dan sungai yang
bersifat lepas, dicirikan dengan adanya bagian yang kering (daratan) dan basah (rawa).
Garis pantai dicirikan oleh suatu garis batas pertemuan antara daratan dengan air laut.
Oleh karena itu, posisi garis pantai bersifat tidak tetap dan dapat berpindah (walking
land atau walking vegetation) sesuai dengan pasang-surut air laut dan abrasi pantai atau
pengendapan lumpur.
Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan yang merupakan
15 % daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan
Indonesia sebagai tempat perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan,
pertambangan serta pariwisata.. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk
dikembangkan bagi tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan
secara terpadu dan berkelanjutan,, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak
terhadap lingkungan pesisir.

2. Batasan dan Sifat-Sifat Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas
kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih
mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut
yang dicirikan oleh jenis vegetasi yang khas. Wilayah pesisi juga merupakan suatu
wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline)
maka suatu wilayah pesisir memeliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas sejajar
garis pantai (longshore) dan batas tegak lurus terhadap garis pantai (crossshore).
Batas wilayah pesisir kearah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada
daerah paparan benua (continental shelf) dimana cirri-ciri perairan ini masih
dipengaruhi oleh prose salami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
3. Klasifikasi Wilayah Pesisir

Bila diperhatikan batasan wilayah pesisir terbagi menjadi dua subsistem, yaitu
daratan pesisir (shoreland), dan perairan pesisir (coastal water), keduanya berbeda
tetapi saling berinteraksi.
Secara ekologis daratan pesisir sangat kompleks dan mempunyai nilai
sumberdaya yang tinggi. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah sistem
perairan pesisir dan pengaruhnya terhadap daya dukung (carrying capacity) ekosistem
wilayah pesisir.Pengaruh daratan pesisir terhadap perairan pesisir terutama terjadi
melalui aliran air (runoff).
Perairan pesisir secara fungsional terdiri dari perairan estuaria (estuaria regime),
perairan pantai (nearshore regime), dan perairan samudera (oceanic regime). Perairan
estuaria adalah suatu perairan pesisir yang semi tertutup, yang berhubungan bebas
dengan laut, sehingga dengan demikian estuaria dipengaruhi oleh pasang surut, dan
terjadi pula percampuran yang masih dapat diukur antara air laut dengan air tawar yang
bersal dari drainase daratan (Odum, 1971). Perairan pantai meliputi laut mulai dari batas
estuaria kea rah laut sampai batas paparan benua atau batas territorial. Sedangkan
perairan samudera, semua perairan ke arah laut terbuka dari batas paparan benua atau
batas territorial.
Klasifikasi wilayah pesisir menurut komunitas hayati yaitu (1) ekosistem litoral
yang terdiri dari pantai pasir dangkal, pantai batu, pantai karang, pantai lumpur, (2)
hutan payau, (3) vegetasi terna rawa payau, (4) hutan rawa air tawar, dan (5) hutan rawa
gambut.
4. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Wilayah Pesisir

Di wilayah pesisir terdapat beraneka ragam sumberdaya yang memungkinkan


pemanfaatan secara berganda. Pengelolaan harus diarahkan kepada pemanfaatan
bermacam sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu dan berkesinambungan
(sustainable).
Setiap pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dapat menyebabkan terjadinya
perubahan ekosistem dengan skala tertentu. Pemanfaatan dengan tidak
mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi dapat menurunkan mutu lingkungan dan
berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem wilayah pesisir yang bersangkutan.
Dengan demikian masalah utama dalam pengelolaan dan pengembangan sumberdaya
wilayah pesisir adalah pemanfaatan ganda daripada sumberdaya tanpa adanya
koordinasi.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir, khususnya di
Indonesia yaitu :

a. Pemanfaatan Ganda
Konsep pemanfaatan ganda perlu memperhatikan keterpaduan dan keserasian
berbagai macam kegiatan. Sementara itu batas kegiatan perlu ditentukan. Dengan
demikian pertentangan antar kegiatan dalam jangka panjang dapat dihindari atau
diperkecil.Salah satu contoh penggunaan wilayah untuk pertanian, kehutanan,
perikanan, alur pelayaran, rekreasi, pemukiman, lokasi industri dan juga sebagai tempat
pembuangan sampah dan air limbah.
Pemanfaatan ganda wilayah pesisir yang serasi dapat berjalan untuk jangka
waktu tertentu, kemudian persaingan dan pertentangan mulai timbul dengan berjalannya
waktu, pemanfaatan telah melampaui daya dukung lingkungan. Untuk beberapa hal,
keadaan ini mungkin dapat diatasi dengan teknologi mutakhir. Akan tetapi perlu dijaga
agar cara pemecahan itu tidak mengakibatkan timbulnya dampak negative atau
pertentangan baru.
b. Pemanfaatan Tak Seimbang
Masalah penting dalam pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir di
Indonesia adalah ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya tersebut, ditinjau dari
sudut penyebarannya dalam tata ruang nasional. Hal ini merupakan akibat dari
ketimpangan pola penyebaran penduduk semula disebabkan oleh perbedaan keunggulan
komparatif (comparative advantages) keaadaan sumberdaya wilayah pesisir Indonesia.
Pengembangan wilayah dalam rangka pembangunan nasional harus juga
memperhatikan kondisi ekologis setempat dan factor-faktor pembatas. Melalui
perencanaan yang baik dan cermat, serta dengan kebijaksanaan yang serasi, perubahan
tata ruang tentunya akan menjurus kearah yang lebih baik.
c. Pengaruh Kegiatan Manusia
Populasi manusia meningkat secara eksponensial, hal ini didukung oleh
kemajuan dibidang kesehatan, serta pertanian yang meningkatkan kesejateraan
manusia. Pada tahun 1998 fungsi pendukung kehidupan biosfer harus dibagi pada 6
miliar orang. Jika tingkat fertilitas dan mortalitas tidak berubah, maka populasi
dunia akan mencapai 40 miliar manusia di tahun 2100, jika bayi yang lahir hari ini tetap
hidup. Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 % per tahun maka
pada tahun 2010 penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang. Hal
ini akan mengakselarasi meningkatnya permintaan (demand) terhadap kebutuhan
sumberdaya dan jasa lingkungan. Sementara itu ketersediaan alam darat semakin
berkurang dan tidak lagi mencukupi, sehingga opsi berikutnya diarahkan unatuk
memanfaatkan sumberdaya dan jasa pesisir untuk mempertahankan dan sekligus
melanjutkan pertumbuhan yang ada. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan
penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi berbagai
peruntukan, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan
laut akan semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat
mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan
pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya.

B. Pencemaran Air di Kawasan Pesisir


1. Pengertian Pencemaran Air Di Kawasan Pesisir

Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup untuk menopang kelangsungan hidupnya. Selain itu air dibutuhkan untuk
kelangsungan proses industri, kegiatan perikanan, pertanian dan peternakan. Oleh karena
itu apabila air tidak dikelola dengan baik dan keliru akan menimbulkan kerusakan
maupun kehancuran bagi makhluk hidup.

Secara alami sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan
yang mempunyai daya regenerasi mengikuti suatu daur ulang yang disebut daur
hydrologi (Suryani, 1987). Air yang sangat terbatas ini pada umumnya oleh manusia
dipergunakan untuk kebutuhan domestik, industri, pembangkit tenaga listrik, pertanian,
perikanan, rekreasi.

Word Health Organization (WHO) dalam pernyataannya yang berkaitan dengan


air “The Best of All Thing is Water” menunjukan bahwa air itu sangat penting bagi
seluruh kehidupan dan selalu dipandang sebagai barang yang sangat berharga sehingga
perlu dijaga, dilindungi dan dilestarikan.

Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia
atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
air kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

Alam memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi air yang telah tercemar
dengan proses pemurnian atau purifikasi alami dengan jalan pemurnian tanah, pasir,
bebatuan dan mikro organisme yang ada di alam sekitar kita.

Jika dilihat dari sumber (asal) kejadiaanya, jenis kerusakan lingkungan ada yang
dari luar sistem wilayah pesisir dan juga dari dalam wilayah pesisir itu sendiri.
Pencemaran berasal dari limbah yang dibuang oleh berbagai kegiatan pembangunan
(seperti tambak, perhotelan, pemukiman dan industri) yang terdapat di dalam wilayah
pesisir, dan juga berupa kiriman dari berbagai kegiatan pembangunan di daerah lahan
atas.
2. Sumber-sumber Pencemaran Air di Kawasan Pesisir
Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi
7 kelas (Dahuri 2001) :
a. Reklamasi pantai
Reklamasi pantai adalah suatu kegiatan atau proses memperbaiki daerah atau
areal yang tidak terpakai atau berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan manusia antara lain untuk lahan pertanian, perumahan, tempat
rekreasi dan industri (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990). Kegiatan reklamasi
pantai bagaimanapun telitinya, tetap akanmengubah kondisi dan ekosistem
lingkungan pesisir, dan ekosistem buatan yang baru tentunya tidak sebaik yang
alamiah.
b. Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya
Perairan wilayah pesisir merupakan salah satu tempat yang
kaya akan zat hara, hal ini sangat penting bila ditinjau dari sumber daya hayati.
Namun untuk kelestariannya perlu diperhatikan limbah yang berasal dari industri-
industri maupun aktifitas manusia lainnya yang dibuang ke perairan
tersebut, akanmerusak kelestarian flora dan fauna wilayah pesisir dikemudian hari
sehingga dapat merusak keseimbangan ekosistem wilayah pesisir (Simanjuntak,
1996)
Penggunaan pupuk untuk menyuburkan areal persawahan di sepanjang
Daerah Aliran Sungani yang berada di atasnya serta kegiatan-kegiatan industri di
darat yang membuang limbahnya ke dalam badan sungai yang kemudian terbawa
sampai ke laut melalui wilayah pesisir. Hal ini akan menperabesar tekanan ekologis
wilayah pesisir. Perairan wilayah pesisir umumnya merupakan perangkap zat-zat
hara maupun bahan-bahan buangan. Oleh karena itu pemanfaatan ganda yang tidak
direncanakan dengan cermat akan menimbulkan masalah lingkungan yang
berhubungan dengan bahan buangan. Sisa-sisa pestisida dan pupuk pertanian akan
terbawa aliran air sungai dan pada akhirnya akan mencapai perairan wilayah pesisir
dalam hal ini laut.
c. Sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
Pencemaran rumah tangga dan pencemaran yang dihasilkan oleh kegiatan
manusai dan oleh industri. Pencemaran rumah tangga terjadi terutama di lingkungan
pesisir yang berada dekat dengan pemukiman. Jenis sampah yang diahasilkan ada
dua macam, yaitu sampah organic dan sampah anorganik.Pertumbuhan jumlah
penduduk yang mendiami wilayah pesisir dan meningkatnya kegiatan pariwisata
juga akan meningkatkan jumlah sampah dan kandungan bakteri yang dapat
menyebabkan berbagai kerugian bagi lingkungan pesisir.
d. Perikanan budidaya
Penggunaan bahan kimia dalam penangkapan ikan, atau pengolahan hasil
laut lainnya. Penangkapan ikan dengan menggunakan sianida menimbulkan
pencemaran perairan. Pencemaran yang terjadi akibat akumulasi sisa-sisa mercuri
atau bahan kimia lainnya.
e. Pelayaran (shipping)
Tumpahan minyak/bahan kimia dari kapal-kapal yang mengalami kecelakaan
di laut, atau kapal yang tidak dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah yang
memadai, atau kapal yang sengaja membuang limbah ke laut. Beberapa hasil
penelitian memaparkan bahwa pencemaran akibat limbah dari kapal belakangan ini
cenderung meningkat.
Ini bisa terjadi karena sebagian kapal tidak dilengkapi dengan sarana
pengolahan limbah bahkan sengaja membuang limbahnya ke laut. Sementara sistem
pengawasan laut Indonesia sangat minim. Berbeda dengan negara maju, Indonesia
hingga kini belum memiliki alat pendeteksi limbah pelayaran yang hasilnya bisa
dijadikan dasar menyeret pelaku pencemaran ke pengadilan.
3. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Air di Kawasan Pesisir

Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian, rumah
tangga di daratan akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja pada perairan
sungai tetapi juga perairan pesisir dan lautan. Dampak yang ditimbulkan diantaranya :
a. kerusakan ekosistem bakau,
b. terumbu karang,
c. kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong),
d. terjadi abrasi,
e. hilangnya benih banding dan udang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap bahan-bahan yang akan dibuang
ke perairan, termasuk perairan wilayah pesisir yaitu :
a. Macam, sifat, banyaknya dan kontinuitas bahan buangan;
b. Kemampuan daya angkut dan pengencer perairan yang berkaitan dengan kondisi
oseanografi setempat;
c. Kemungkinan interaksi antara sifat-sifat kimia dan biologi bahan buangan dengan
lingkungan perairan.
d. Pengaruh bahan buangan terhadap kehidupan dan rantai makanan;
e. Proses degradasi dan perubahan biogeokimia;
f. Prognose terhadap jumlah dan macam tambahan bahan pencemar di hari depan.
Perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya proses saling menunjang atau
proses saling menetralkan antara dampak bahan pencemar yang telah ada dengan bahan
pencemar yang masuk kemudian. Oleh karena itu penting diketahui sifat fisik kimia
bahan pencemar maupun perairan, dan kemungkinan terjadinya peningkatan
pencemaran serta perusakan lingkungan.

4. Sistem Pengendalian Pencemaran Air di Kawasan Pesisir

a. Reklamasi pantai
Oleh karena itu upaya reklamasi pantai perlu direncanakan sedemikian rupa
dan secara seksama agar keberadaanya tidak mengubah secara radikal ekosistem
pesisir yang asli. Untuk itu diperlukan perencanaan tata ruang yang rinci, peneliatian
lingkungan untuk analisis dampak lingkungan regional, penelitian hidro oceanografi,
perencanaan teknis reklamasi dan infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi
serta perencanaan social-ekonomi dan pengembangan lainnya (Hasmonel, 2002).
b. Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya.
Pengaruh dari adanya industri- industri sisekitar wilayah pesisir
juga akan mengakibatkan berubahnya daya dukung lingkungan pesisir, antara lain
pnururunan kadar gas oksigen terlarut, kadar fosfat dan nitrat yang tinggi. Kadar
oksegen terlarut yang berkurang akan menyebabkan makhluk hidup yang berada di
ekosistem wilayah pesisir akan mendapat tekanan secara ekologis, sehingga akan
mengancam kelangsungan hidup komponen ekosistem tersebut.
Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan
untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan. Untuk mempertahankan kelestarian
daya guna perairan wilayah pesisir, kebiasaan menggunakan perairan sebagai tempat
pembuangan sampah dan bahan buangan industri perlu diatur berdasarkan peraturan
perundangan. Bahan buangan yang beracun perlu diberi perlakuan
(treatment)terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan, dan perairan tempat
pembuangan harus mempunyai kondisi oseanografi yang memadai,. Industri-industri
yang mutlak harus didirikan di wilayah pesisir wajib memproses bahan-bahan
buangan untuk keperluan lain, sehingga dengan demikian dampak terhadap
lingkungan dapat dibatasi.
c. Perikanan budidaya
Penggunaan bahan kimia dalam penangkapan ikan, atau pengolahan hasil
laut lainnya. Penangkapan ikan dengan menggunakan sianida menimbulkan
pencemaran perairan. Pencemaran yang terjadi akibat akumulasi sisa-sisa mercuri
atau bahan kimia lainnya.karena tercemarnya perairan berdampak pada kelestarian
biota laut. Biasanya kehancuran hayati laut ditandai dengan berkurangnya ikan
tertentu di suatu kawasan dan kemudian diikuti dengan punahnya makhluk hidup
lain di wilayah laut tersebut. Atau kepunahan semua makhluk hidup terjadi
serempak yang ditandai dengan banyaknya ikan serta biota laut terapung mati di
permukaan laut.
Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup dewasa ini, maka kebijakan di bidang pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya :
1. Mengelola sumberdaya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak
dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya;
2. Menegakkan hukum secara adil dan konsisten untuk menghindari perusakan
sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan;
3. Mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara bertahap;
4. Memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat lokal;
5. Menerapkan secara efektif penggunaan indikator-indikatoruntuk mengetahui
keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
6. Memelihara kawasan konservasi yang sudah ada dan menetapkan kawasan
konservasi baru di wilayah tertentu; dan
7. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan
lingkungan global.
Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumberdaya alam
yang berkelanjutan dan berwawasan keadilan seiring meningkatnya kesejahteraan
masyarakat serta meningkatnya kualitas lingkungan hidup sesuai dengan baku mutu
lingkungan yang ditetapkan, serta terwujudnya keadilan antar generasi, antar dunia
usaha dan masyarakat, dan antar negara maju dengan negara berkembang dalam
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang optimal.
Sudah saatnya pemerintah beserta masyarakat terlibat aktif dan secara
langsung melindungi sumber daya alam yang mempunyai banyak kegunaan ini.
Masyarakat yang notabenenya bersentuhan langsung dengan alam sekitarnya sudah
sepatutnya diberikan pemahaman yang lebih mengenai pelestarian dan pengelolaan
lingkungan hidup di sekitarnya. Signifikasi dari hal tersebut adalah untuk menjaga
kelestarian alam agar berguna bagi masa depan generasi bangsa.
Hal ini berhubungan dengan upaya prefentif sebelum upaya represif dalam
penanganan masalah lingkungan. Selain itu peran serta masyarakat juga berperan
penting guna meminimalisir tidak pidana (kejahatan) dalam bidang lingkungan hidup.

C. Pencemaran Udara Di Kawasan Pesisir


1. Pengertian pencemaran udara
Pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran atmosfer bumi. Atmosfer
merupakan lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai ketinggian 300 km. Sumber
pencemaran udara berasal dari kegiatan alami dan aktivitas manusia.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Sedangkan penyusunan kualitas udara sampai pada yang mengganggu kehidupan
karena masuknya polutan kedalam udara. Polusi udara terjadi jika ada penambahan
komponen udara atau bahan kimia yang kehadirannya membahayakan organisme pada
dasarnya penyebab polusi udara serupa dengan penyebab polusi air. Pencemaran udara
adalah jika udara dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap
organisme hidup. Jumlah pengotoran ini cukup banyak sehingga tidak dapat diabsorpsi
atau dihilangkan dalam waktu relatif singkat.
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, gas, timah hitam)
dan gas (Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx) , Sulfur Oksida (SOx),
Hidrogen Sulfida (H2S), hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini
dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya
tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya.
Aspek klimatologi pencemaran udara antara lain :

Pencemaran udara berbeda pada satu tempat dengan tempat lain karena adanya
perbedaan kondisi pencahayaan, kelembaban, temperatur, angin serta hujan yang akan
membawa pengaruh besar dalam penyebaran dan difusi pencemar udara yang
diemisikan baik dalam skala lokal (kota tersebut) atau skala regional (kota dan
sekitarnya).
a. Kelembaban
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap
air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan
menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga ikut
mengatur suhu udara.
Fog (kabut) terbentuk ketika udara lembab dan mengembun, jenis partikel cair ini
merugikan karena memudahkan perubahan SO3 menajdi H2SO4. Selain itu fog yang
terjadai di daerah lembab akan menghalangi matahari memanasi permukaan bumi untuk
memcah inversi, akibatnya sering memperpanjang waktu kejadian pencemaran udara.
Kelembaban udara yang relatif rendah (<>2 akan mengurangi efek korosif dari
bahan kimia tersebut sedangkan pada kelembaban relative lebih atau sama dengan 80% di
daerah tercemar SO2 akan terjadi peningkatan efek korosif SO2 tersebut.
Kondisi udara yang lembab akan membantu proses pengendapan bahan pencemar,
sebab dengan keadaan udara yang lembab maka beberapa bahan pencemar berbentuk
partikel (misalnya debu) akan berikatan dengan air yang ada dalam udara dan membentuk
partikel yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi oleh
gaya tarik bumi.
b. Suhu
Salah satu karaktersitik atmosfir yang penting adalah kestabilan atmosfir itu
sendiri yaitu kecenderungan untuk memperbanyak atau menahan pergerakan udara
vertikal. Pada kondisi stabil pergerakkan udara ditahan atau tidak banyak terjadi
pergerakkan vertikal. Kondisi ini dipengaruhi oleh distribusi suhu udara secara vertikal.
Suhu udara menurun ± 1 °C per kenaikan ketinggian 100 meter, namun pada
malam hari lapisan udara yang dekat dengan permukaan bumi mengalami pendinginan
terlebih dahulu sehingga suhu pada lapisan udara di lapisan bawah dapat lebih rendah
daripada atasnya. Kondisi metereologi itu disebut inversi yaitu suhu udara meningkat
menurut ketinggian lapisan udara, yang memerlukan pada kondisi stabil dan tekanan
tinggi. Gradien tekanan pada kondisi tersebut menjadi lemah sehingga angin menjadi
lambat yang menyebabkan penurunan penyebaran zat pencemar secara horisontal.
Sementara itu tidak terjadi perpindahan udara vertikal yang menyebabkan penurunan zat
pencemar secara vertikal dan meningkatkan akumulasi lokal. Hal ini dapat berakibat
buruk bagi kesehatan manusia. Namun inversi dapat menghilang setelah pagi hari ketika
radiasi matahari menyinari permukaan bumi.
Suhu dapat menyebabkan polutan dalam atmosfir yang lebih rendah dan tidak
menyebar. Peningkatan suhu dapat menjadi ketalisator atau membantu mempercepat
reaksi kimia perubahan suatu polutan udara. Pada musim kemarau dimana keadaan udara
lebih kering dengan suhu cenderung meningkat serta angin yang bertiup lambat dibanding
dengan keadaan hujan maka polutan udara pada keadaan musim kemarau cenderung
tinggi karena tidak terjadi pengenceran polutan di udara.
Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkab peningkatan
kelembaban udara relatif sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan
pencemar. Sedangkan pada suhu yang meningkat akan meningkatkan pula reaksi suatu
bahan kimia. Inversi suhu dapat mengakibatkan polusi yang serius karena inversi dapat
menyebabkan polutan terkumpul di dalam atmosfer yang lebih rendah dan tidak
menyebar. Selain hal itu suhu udara yang tinggi akan menyebabkan udara makin
renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah dan sebaliknya pada
suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara
makin tinggi. Suhu udara yang tinggi akan menyebabkan bahan pencemar dalam udara
berbentuk partikel menjadi kering dan ringan sehingga bertahan lebih lama di udara,
terutama pada musim kemarau dimana hujan jarang turun.
Selain itu pula pergerakkan udara di atmosfer dapat terjadi secara vertikal maupun
horizontal. gerakan horizontal disebabkan oleh aliran angin, jika angin yang terjadi
bersifat aktif dan kekuatannya cukup, polutan tidak mempunyai waktu cukup untuk
mengumpul karena cepat disebarkan. atmosfer di sekeliling gunung, bukit dan bangunan-
bangunan daerah perkotaan akan memperlambat dan mencegah gerakan angin sehingga
mengurangi gerakan udara horizontal karena gerakan horizontal terbatas dipersi polutan
menjadi tergantung pada pergerakan udara vertikal. Radiasi sinar matahari dapat
mempengaruhi kondisi bahan pencemar oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan meningkatnya rangsangan bahan pencemar untuk merusak
bahan.

2. Sumber dan Jenis Bahan Pencemar Udara di Kawasan Pesisir


Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara.
Misalnya : 1. secara alami : Gunung berapi, Rawa-rawa, Kebakaran
hutan, Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi. 2. kegiatan manusia berupa
transportasi, Industri, Pembangkit listrik, Pembakaran (perapian,
kompor, furnace, insineratordengan berbagai jenis bahan bakar), Gas buang
pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC). 3. Sumber-sumber
lain : Transportasi amonia, Kebocoran tangki klor, Timbulan
gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah, Uap pelarut
organic. Karbon monoksidaadalah sebuah contoh dari pencemar udara primer
karena ia merupakan hasil dari pembakaran.
b. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog
fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Jenis-jenis Bahan Pencemar:
a) Karbon monoksida (CO)
Di udara, Karbon Monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat
konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama diketahui bahwa
gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan
kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian.
Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-pari akan ikut
peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara
metabolis dengan darah (hemoglobin) :
Hemoglobin + CO ———> COHb (Karboksihemoglobin)
Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil
daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini
menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan
fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu.
Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara
0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar CO dalam
darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan
kecepatan pernafasan tetap konstan.
Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan,
berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang
lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran
bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sisten kardiovaskuler, serangan
jantung sampai pada kematian.
b) Nitrogen dioksida (N02)
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam yaitu gas nitrogen monoksida
dan gas nitrogen dioksida. Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang
sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Udara yang
mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya,
kecuali bila gas NO berada dalam konsentrasi tinggi.
Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat daripada toksisitas
gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO 2 adalah paru-
paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO 2 akan membengkak sehingga
penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematian.
Konsentrasi NO2 lebih tinggi dari 100 ppm bersifat letal pada hewan
percobaan , dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala edema
pulmonary. Pemberian sebanyak 5 ppm NO2 selama 10 menit terhadap manusia
mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernafas.
Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya
Peroxy Acetil Nitrates (PAN). PAN ini menyebabkan iritasi pada mata yang
menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa
kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kanut foto kimia
atau Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu lingkungan.
c) Ozon (03 )
Ozon telah menjadi suatu issu aktual karena kaitannya dengan satu efek
global pencemaran udara yaitu penipisan lapisan Ozon di atmosfer atas bumi
kita. Ozon merupakan salah atu pencemar udara yang terus meningkat
konsentrasinya.
Dampak ozon terhadap kesehatan manusia yaitu :
1. Dengan konsentrasi 0,3 ppm selama 8 jam akan menyebabkan iritasi pada mata.
2. 0,3 – 1 ppm selama 3 menit s.d. 2 jam akan memberikan reaksi seperti tercekik,
batuk, kelesuan.
3. 1,5 – 2 ppm selama 2 jam akan mengakibatkan sakit dada batuk-batuk, sakit
kepala, kehilangan koordinasi serta sulit ekspresi dan gerak.
Ozon pada konsentrasi 0,3 ppm dapat berakibat iritasi terhadap hidung dan
tenggorokan. Kontak dengan ozon pada konsentrasi 1,0 – 3,0 ppm selama 2 jam
mengakibatkan pusing berat dan kehilanan koordinasi pada beberapa orang yang
snsitif. Sedangkan kontak dengan konsentrasi 9,0 ppm selama beberapa waktu
dapat mengakibatkan endema pulmonari pada kebanyakan orang.
Kombinasi ozon dengan SO2 sangat berbahaya karena akan menyebabkan
menurunnya fungsi ventilasi apabila terpajan dalam jumlah yang besar. Kerusakan
fungsi ventilasi dapat kembali baik mendekati fungsi paru-paru normal pada orang
yang terpajan dalam tingkat rendah.
3. Dampak Pencemaran Udara Di Kawasan Pesisir
a. Dampak terhadap kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh
bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di
saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas
dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem
peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi
saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksikdan karsinogenik.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan terjadinya:
1. Iritasi pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia
menjadi lambat, bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat membersihkan
saluran pernafasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar.
3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel,
sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit.
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan
bernafas sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan.
b. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi
dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di
permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
c. Dampak terhadap lingkungan
1. Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
a. Mempengaruhi kualitas air permukaan
b. Merusak tanaman
c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.

2. Efek rumah kaca (global waring)


Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon,
dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan
troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari
pemanasan global adalah:
a. Pencairan es di kutub
b. Perubahan iklim regional dan global
c. Perubahan siklus hidup flora dan fauna
3. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi
secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat
sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat
dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter
dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
4. Sistem Pengendalian Pencemaran Udara Di Kawasan Pesisir
Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup
dan keberadaan benda - benda lainnya. Sehingga udara merupakan sumber daya alam
yang harus dilindungi untuk hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan melalui
beberapa usaha antara lain:
a. Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida.
b. Pengolahan atau daur ulang limbah asap industri
c. Penghijauan dan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon pengganti
d. Menghentikan pembakaran hutan.
Untuk mengendalikan pencemaran dapat pula dengan strategi :

1. Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pantai diarahkan untuk Mengembangkan


sumberdaya perikanan/kelautan secara optimal dan terencana, infrastruktur,
kemampuan SDM, merehabilitasi kondisi terumbu karang dan mangrove, mengelola
penambangan dan pengambilan air permukaan dan airtanah di pantai/pesisir agar
tidak merusak habitat pesisir/pantai, membuat kondisi pantai mempunyai kemampuan
meredam proses abrasi, melakukan pengerukan alur dan mencegah erosi dikawasan
hulu/DAS, dan mengelola dan mengatur buangan limbah domestik, industri dan
minyak.
2. Strategi Pengendalian Pencemaran dan Limbah Cair diarahkan untuk mengurangi
beban pencemaran dari sumber-sumber pencemaran yang ada melalui upaya
pengendalian pencemaran serta pembangunan sistem pengumpulan dan pengolahan
limbah, efektifitas pengawasan, pengetatan baku mutu limbah cair dan pembatasan
pembangunan komersial yang berpotensi besar menghasilkan limbah.

3. Strategi Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik diarahkan untuk menggalakan


penyuluhan intensif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup
sehat, meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap sarana
dan prasarana limbah manusia.

4. Strategi Pengelolaan Kualitas Udara dan Perubahan Iklim diarahkan untuk


pengendalian pencemaran udara diutamakan untuk mengurangi emisi dari berbagai
aktifitas seperti transportasi, pembuangan/ pembakaran sampah, penggunaan bahan-
bahan dari aktifitas domestik, aktifitas konstruksi dan komersial, aktifitas industri dan
aktifitas pembersihan lahan.

5. Strategi Penaatan dan Penegakan Hukum diarahkan untuk mengintegrasikan materi


hukum lingkungan pada pendidikan dan pelatihan pimpinandan fungsional bagi
aparatur pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten, maupun kota, serta
mengembangkan kerjasama dengan instansi kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia
atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya.
2. Beberapa sumber pencemaran perairan di pesisir diantaranya :
a) Reklamasi pantai
b) Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dansebagainya
c) Sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
d) perikanan budidaya
e) pelayaran (shipping)
3. Dampak yang ditimbulkan diantaranya :
a. kerusakan ekosistem bakau,
b. terumbu karang,
c. kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong),
d. terjadi abrasi,
e. hilangnya benih banding dan udang.
4. Sistem pengendalian pencemaran air di kawasan/ daerah pesisir .

a. upaya reklamasi pantai perlu direncanakan sedemikian rupa dan secara seksama
agar keberadaanya tidak mengubah secara radikal ekosistem pesisir yang asli.
b. Industri-industri yang mutlak harus didirikan di wilayah pesisir wajib memproses
bahan-bahan buangan untuk keperluan lain, sehingga dengan demikian dampak
terhadap lingkungan dapat dibatasi.
5. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

6. Sumber dan jenis bahan pencemar udara di kawasan/ daerah pesisir

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu:


a. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara.
b. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog
fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
7. Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara di kawasan/ daerah pesisir.
a. Dampak kesehatan
Secara umum pencemaran udara mengganggu/ berbahaya bagi saluran
pernafasan yang bisa menimbulkan efek yang fatal.
b. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi
dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di
permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
c. Dampak terhadap lingkungan
- Hujan asam
- Efek rumah kaca
- Kerusakan lapisan ozon
8. Untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan melalui beberapa
usaha antara lain:

a. Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak
menghasilkan gas karbon monoksida.
b. Pengolahan atau daur ulang limbah asap industri
c. Penghijauan dan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon pengganti
d. Menghentikan pembakaran hutan.
B. Saran
Untuk mempertahankan kelestarian daya guna perairan wilayah pesisir, kebiasaan
menggunakan perairan sebagai tempat pembuangan sampah dan bahan buangan industri perlu
diatur berdasarkan peraturan perundangan. peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor
19 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut.

Setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair sebelum dimasukkan kebadan air sebaiknya
diolah terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia “bebas
Pencemaran”http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air diakses tanggal 20
November 2009

Paulus Londo & Anastasia Widiy “sebab_dan_akibat_pencemaran_lingkungan_pada_air


dan_tanah_kesehatan_lingkungan_ilmu_sains_biologi”

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara diakses tanggal 20 November 2009

Majalah cakrawala tni “ancaman pencemaran terhadap kelestarian biota laut”

http://beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak.php?id=468 diakses tanggal 20 November 2009

Prabu, “Aspek Klimatologi Pencemaran


Udara”http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/aspek-klimatologi-pencemaran-
udara/ diakses tanggal 20 November 2009

pencemaran lingkungan

http://pencemaran-lingkungan-bumi.blogspot.com/2009/05/apa-itu- pencemaran-
udara.html diakses tanggal 20 November 2009

Alamendah, “Tingkat Pencemaran Udara Di Indonesia”


http://alamendah.wordpress.com/2009/09/23/tingkat-pencemaran-udara-di-indonesia/ diakses
tanggal 20 November 2009

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/11/12/pengelolaan-wilayah-pesisir-secara-terpadu-
dan-berkelanjutan-yang-berbasis-masyarakat/

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bplhd-jabar/strategi-kebijakan

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://4.bp.blogspot.com

http://id-id.facebook.com/people/Henhen-Hermawati/1499337740

Anda mungkin juga menyukai