Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

HEMOROID INTERNA

Oleh:

Putra Reza Sikam, S.Ked

04054821820144

Pembimbing:
dr. Ayatullah, Sp.B

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYU AGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Hemoroid Interna

Oleh:

Putra Reza Sikam, S.Ked 04054821820144

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Bedah RSUD Kayu Agung dan RSUP Dr.
Moh. Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 30
April s.d. 25 Mei 2018.

Kayu Agung, Mei 2018


Pembimbing,

dr. Ayatullah, Sp.B

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Hemoroid Interna dengan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi
salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di Departemen Bedah RSUD Kayu
Agung dan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Ayatullah, Sp.B
atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik. Penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan laporan kasus
ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Kayu Agung, Mei 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN ...................................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................7
BAB IV ANALISIS KASUS ...............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang
terdiri atas pleksus arteri-vena, yang berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus
untuk membantu sistem sfingter anus, sekaligus mencegah inkotinensia flatus dan
cairan. Apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyakit, baru dilakukan
suatu tindakan untuk mengatasinya. Hemoroid merupakan penyakit daerah anus
yang cukup banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2
tahun (Januari 1993 s.d Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi
didapatkan 108 (26,09%) kasus hemoroid.
Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau shouthern pole
disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini antara lain: buang
air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur,
perdarahan melalui dubur dan lain-lain. Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh
dukun-dukun wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir-akhir ini karena kasusnya
makin banyak semua dokter diperbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid
memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain: kurang mobilisasi, lebih banyak
tidur, konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum, kurang
makanan berserat, faktor genetika, kehamilan, penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdomen (tumor abdomen, tumor usus) dan sirosis hati.
Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan secara medic dan secara
bedah bergantung pada derajatnya.

1
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1 Identitas
Nama : Faisal
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 37 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kayu Agung
MRS : 01 Mei 2018

2.2Anamnesis
Keluhan Utama : Massa yang keluar dari lubang anus.
Keluhan tambahan : Darah menetes saat BAB
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan di anus yang yang tidak bisa dimasukkan
kembali sejak 2 hari SMRS. Benjolan sudah dirasakan pasien saat buang air besar
sejak usia 10 tahun, dan semakin lama semakin besar dan dapat keluar masuk secara
spontan. Hingga sekitar 1 tahun yang lalu benjolan yang keluar baru bisa masuk
harus dibantu dengan cara didorong.
Pasien mengatakan buang air besar satu kali sehari pada pagi hari. Setiap kali buang
air besar selalu disertai darah. Darah berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feses. Menurut pasien darah yang keluar sampai mewarnai air toilet pasien
menjadi merah segar, namun pasien tidak mengetahui jumlah darah yang keluar
setiap kali buang air besar.

Riwayat alergi & batuk-batuk lama disangkal.


Riwayat penyakit kencing manis disangkal.
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal.

2
Kebiasaan :

Tidak begitu suka makan buah-buahan.

Suka makan sayur tapi jarang.

BAB tiap 1-2 hari sekali, sering sulit BAB.

Riwayat Penyakit Keluarga : Adik kandung memiliki riwayat sakit yang sama.

2.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status generalis:
Kesadaran : Compos mentis
Pernafasan : 18 x/menit
Nadi : 108 x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Temperatur : 37,2 °C
Kepala : Konjungtiva Anemis: +/+
Sklera Ikterik -/-
Pupil : isokor, refleks cahaya +/+
Leher : JVP (5-2) cmHg
Kelenjar-kelenjar : tidak ada pembesaran
Thorax : tidak ada kelainan
Abdomen : lihat status lokalis
Ekstremitas Superior : tidak ada kelainan
Ekstremitas Inferior : tidak ada kelainan

b. Status Lokalis
Regio Anus:
 Tampak massa ukuran 3x3x2 cm disertai darah, konsistensi kenyal,
permukaan licin, mudah digerakkan
 Pasien menolak untuk dilakukan RT.

3
Gambar 1. Regio Anal

2.4 Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 01 Mei 2018)

 Hb : 9,6 g/dl
 Ht : 35,5 vol%
 Leukosit : 8.700/mm3
 Trombosit : 238.000/mm3

2.5 Diagnosis Banding


 Prolaps rektum

2.6 Diagnosis Kerja


Hemoroid Interna grade IV

2.8 Tatalaksana
- IVFD RL
- Antibiotik (ceftriaxone)
- Analgetik (Ketorolac)
- Pro hemoroidopeksi dengan Stapler

2. 9 Prognosis

4
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang bukan
menjadi keadaan patologis, tetapi jika hemoroid menyebabkan keluhan atau
penyulit, maka diperlukan tindakan.2

Gambar 2. Hemoroid normal dan yang mengalami pelebaran

Hemoroid normalnya terdapat pada individu sehat dan terdiri dari bantalan
fibromuskular yang sangat bervaskularisasi dan melapisi saluran anus. Hemoroid
digolongkan menjadi hemoroid eksterna dan hemoroid interna.
1. Hemoroid eksterna merupakan dilatasi pleksus hemoroidalis inferior, terdapat di
sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
2. Hemoroid interna adalah dilatasi pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan
vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada rektum sebelah bawah. Hemoroid
interna terdapat pada tiga posisi primer, yaitu pada posisi jam 11, jam 7, dan jam
3. Hemoroid yang lebih kecil tedapat di antara ketiga lokasi primer tersebut.2

Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:


Derajat I:
- Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi

7
- Tanpa disertai rasa nyeri
- Tidak terdapat prolaps
- Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang
menonjol ke dalam lumen
Derajat II:
- Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
Derajat III:
- Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri tetapi dapat kembali
sesudah reposisi manual
Derajat IV:
- Terdapat perdarahan sesudah defekasi
- Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat direposisi1,2

Gambar 3. Derajat hemoroid interna

B. Anatomi & fisiologi


Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm,
sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rectum

8
ini, maka perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfnya berbeda juga,
demikian pula epitel yang menutupinya. Rectum dilapisi oleh mukosa glanduler
usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel
berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas
rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis
dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap
rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan autonom dan
tidak peka terhadap nyeri. Nyeri bukanlah gejala awal pengidap karsinoma rectum,
sementara fisura anus nyeri sekali. Daerah vena di atas garis anorektum mengalir
melalui system porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke system kava
melalui cabang vena iliaka. Distribusi ini menjadi penting dalam upaya memahami
cara penyebaran keganasan dan infeksi serta terbentuknya hemoroid. System limf
dari rectum mengalirkan isinya melalui pembuluh limf sepanjang pembuluh
hemoroidalis superior ke arah kelenjar limf paraaorta melalui kelenjar limf iliaka
interna, sedangkan limf yang berasal dari kanalis analis mengalir kea rah kelenjar
inguinal.

Gambar 4. Anatomi anorektal

Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya mengarah


ke ventrokranial yaitu kea rah umbilicus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal
dengan rectum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih

9
besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea
pektinata atau linea dentate. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar
anus antara kolumna rectum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses
anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat
diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan
batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern
dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan
komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot polos,
sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.

C. Etiologi
Penyebab hemoroid tidak diketahui, tetapi konstipasi kronis dan mengejan saat
defekasi diduga berperan sebagai faktor risiko hemoroid. Mengejan menyebabkan
dilatasi dan prolaps sekunder bantalan pembuluh darah hemoroidalis. Pembuluh
darah berdilatasi secara progresif dan jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan
normalnya dengan sfingter internal di bawahnya jika pasien sering mengejan,
menyebabkan terjadinya prolaps hemoroid yang klasik. Selain itu faktor risiko
hemoroid yang lain meliputi kehamilan, obesitas, diet rendah serat, dan aliran balik
vena.

C. Faktor Risiko
1. Keturunan : dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomis : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan pembuluh darah sekitarnya.
3. Pekerjaan : orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
4. Umur : pada usia tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
otot sfingter kehilangan tonusnya.

10
5. Endokrin : wanita hamil mengalami dilatasi vena ekstremitas dan anus akibat
sekresi hormon relaksin.
6. Mekanis : semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang
meninggi dalam rongga abdomen, misalnya pada penderita hipertrofi prostat.
7. Fisiologis : bendungan pada sistem porta, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.3

D. Gejala dan tanda


Pasien sering mengeluh menderita hemoroid tanpa ada gejala rektum atau
anus yang lain. Nyeri yang hebat jarang ditemukan pada kasus hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis kemarahan pada feses
sampai pada perdarahan yang menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar. Anastomosis
pada pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah
arteri.
Terkadang perdarahan hemoroid yang berulang menyebabkan anemia berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan dapat menonjol keluar dan
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu
defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih
lanjut, hemoroid interna perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk
yang mengalami prolaps menetap. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada
pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi
kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal (pruritus ani) akibat kelembaban yang
terus-menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat
trombosis yang luas dengan edema dan radang.2

E. Pemeriksaan

11
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, defekasi
yang membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Pemeriksaan secara holistik tidak boleh diabaikan karena hemoroid dapat
disebabkan oleh penyakit lain, seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna
dapat dilihat dengan inspeksi. Apabila hemoroid interna mengalami prolaps, maka
tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita
diminta mengejan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat
diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri.
Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma.

1. Inspeksi
Pada inspeksi, hemoroid eksterna mudah terlihat. Hemoroid interna yang prolaps
dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Prolaps dapat ditimbulkan
dengan meminta pasien mengejan.
2. Colok dubur
Pada colok dubur, hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak sakit. Hemoroid
interna dapatdiraba bila sudah ada trombus atau fibrosis. Trombus dan fibrosis
teraba padat dengan dasar yang lebar.2
3. Anoskopi
Hemoroid interna dapat divisualisasi dengan cara ini. Penderita diposisikan dalam
posisi litotomi. Anoskopi dengan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam
mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Benjolan
hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop. Bila perlu penderita disuruh
mengejan supaya benjolan dapat tervisualisasi dengan baik.
Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang atau disertai
perdarahan, banyaknya benjolan, letak benjolan, dan besarnya benjolan.2,3
4. Pemeriksaan feses
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

F. Diagnosis banding

12
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga dapat
terjadi pada:
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Prolaps rektum
Pemeriksaan sigmoidoskopi sebaiknya dilakukan pada hemoroid interna. Foto
barium kolon dan kolonoskopi dapat dilakukan secara, bergantung pada keluhan
dan gejala penderita. Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa
akibat hemoroid interna.3

G. Komplikasi
Perdarahan akut jarang terjadi, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi
portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka perdarahan
dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan berulang
yang disertai karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar akibat perdarahan. Anemia terjadi secara kronis, sehingga
sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah
karena adanya mekanisme kompensasi. Apabila hemoroid keluar dan tidak dapat
masuk lagi infeksi akan sangat mudah terjadi sehingga dapat menyebabkan sepsis
dan kematian.

H. Penatalaksanaan
Terapi non bedah
a. Terapi obat-obatan dan diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat diterapi
dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang diet. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini
membuat feses lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan berlebihan.3

13
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena
edema umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disertai tirah baring
dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan.3
b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang sklerosis,
misalnya fenol 5% dalam minyak nabati. Penyuntikan dilakukan ke submukosa
dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang menimbulkan fibrosis. Penyuntikan dilakukan
di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop.
Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat,
dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan. Terapi suntikan bahan
sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk
hemoroid interna derajat I dan II, tetapi tidak tepat dilakukan untuk hemoroid yang
lebih parah atau prolaps.2,3
c. Ligasi gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi
gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid
yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang
karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 – 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari nyeri maka gelang tersebut harus ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi.
Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 –
10 hari.3
d. Krioterapi/bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang sangat rendah. Jika digunakan
dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus

14
rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada
ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Suhu yang sangat rendah diinduksi
melalui sonde dari suatu alat yang dirancang untuk proses ini. Tindakan ini cepat
dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai
secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.
e. Hemorrhoidal Arterial Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak
mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid
mengempis dan akhirnya nekrosis.
f. Infra Red Coagulation ( IRC )
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat fotokoagulasi, tonjolan
hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis.
Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.
h. Bipolar coagulation/diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas, yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan fibrosis. Namun, media yang digunakan sebagai penghancur
jaringan adalah radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan
diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanaskan dengan radiasi
elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan.
Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan.

Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis
dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter

15
anus. Eksisi jaringan harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena
telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolaps mukosa.2,4
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini, yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong),
dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
a. Bedah Konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan, yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu insisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis
interna dan eksterna, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid
dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka
hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka
mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktur rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang
terlalu banyak, sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada terlalu
banyak jaringan.4
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler dilakukan dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, ;alu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck

16
Pada teknik Langenbeck, hemoroid interna dijepit secara radial dengan klem.
Jahitan jelujur dilakukan di bawah klem dengan cat gut chromic, kemudian jaringan
dieksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena lebih mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang dapat menimbulkan
stenosis.3
Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani harus
benar-benar lumpuh.
b. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya
alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan
mengalami kauterisasi sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak
luka, dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang
karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Pada bedah konvensional, saat post operasi
akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka
akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti
terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Setelah jaringan diangkat, luka bekas
operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan
mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.5
c. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapsed Hemorrhoids (PPH)
atau Hemorrhoid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993
dan disebut dengan teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada
tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat
ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat defekasi. Sinergi pleksus hemoroidalis dan
m. sfingter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan
kotoran dari dubur. Teknik PPH mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ke

17
posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai
bantalan saat defekasi, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan dilator,
kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler
dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang titanium
diselipkan ke dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat, alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan jaringan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat, dan pasien pulih lebih
cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.5,6
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki risiko, yaitu:
1. Jika terlalu banyak jaringan yang ikut terbuang, kerusakan dinding rektum dapat
terjadi.
2. Jika sfingter ani interna tertarik, dapat menyebabkan disfungsi sfingter ani.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga dapat terjadi.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan jaringan mungkin terlalu tebal untuk
masuk ke dalam stapler.

18
BAB IV
ANALISIS KASUS

Berdasarkan hasil anamnesis, diketahui bahwa pasien seorang laki-laki


berumur 37 tahun berinisial Tn. F mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari
lubang anusnya dan tidak dapat masuk kembali sejak 2 hari SMRS. Benjolan yang
dikatakan pasien harus dibedakan apakah itu dinding rektum yang berarti prolaps
rektum atau prolaps mukosa yang berarti hemoroid interna. Anamnesis lainnya
untuk memperjelas, apakah pasien masih dapat menahan rasa keinginan BAB nya
atau tidak, bila tidak itu menandakan adanya prolap rektum. Pasien mengatakan, ia
masih dapat menahan keinginan BAB-nya.

Pasien mengatakan adanya BAB berdarah. Kita harus cari tahu dulu, asal
perdarahannya. Apakah dari saluran cerna bagian atas atau bawah. Anamnesis
selanjutnya, menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar
(hematoksezia) atau merah kehitaman (melena), pasien mengatakan warna darah
merah segar. Berarti yang terpikirkan keadaan patologis apa saja yang
menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Beberapa penyakit yang
sering terkait dengan pasien yang berusia setengah baya adalah tumor kolon, polip
kolon, hemoroid, fisura ani, dan infeksi (amebiasis). Dilanjutkan dengan
pertanyaan, apakah darah yang keluar bercampur dengan feses atau tidak. Bila
tidak, berarti berasal dari hemoroid atau fisura anus. Pasien mengatakan saat BAB
berdarah tidak menimbulkan rasa nyeri. Hal ini dapat menyingkirkan diagnosis
fisura ani, yang tiap BAB timbul rasa nyeri.

Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata didapatkan konjungtiva anemis dan


TD 120/80 mmHg. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam batas
normal. Pada region anus didapatkan Inspeksi : Pada posisi jam 3 terdapat benjolan
berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 3 x 3 x 2 cm,
konsistensi kenyal, mudah digerakkkan.

Tata laksana pada pasien, pasien diberikan antibiotik berupa ceftriaxone dan
analgetik untuk mengurangi rasa nyeri. Tata laksana selanjutnya adalah,

22
mentatalaksana hemoroid yang telah prolaps pada pasien serta menghentikan
perdarahan langsung dari sumber perdarahannya. Dalam hal ini, dilakukan
hemoroidopeksi dengan stapler.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia A.P, Lorraine M.W.2005. "Hemoroid", Dalam Konsep – konsep Klinis


Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

2. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2017. "Hemoroid", Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. Werner Kahle . 1998. Atlas Berwarna dan Teks Anatomi Manusia Alat – Alat
Dalam,Hal: 232

4. Chris Tanto, dkk (ed.). 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi IV.
Jakarta: FK UI.

5. Linchan W.M. 1994. Buku Ajar Bedah, Jilid II. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

6. Brown, J.S. 2001. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

7. Dudley, Hug A.F, Hamilton Bailey. 2001. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Ed.
11.Yogyakarta: Gajah Mada University press.

8. Schwartz, Seymour I. 2004. Principles of Surgery, 2 vol, Ed. 6. New York:


McGraw-Hill Publishing Company.

24

Anda mungkin juga menyukai