Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2018


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DIFTERI

Oleh:
Irna Novianti Irwan
111 2017 2054
Pembimbing :
dr. Nurqalbi Faizal
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU ANAK PUSKESMAS PERTIWI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................


KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
ABSTRAKSI .......................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................


A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
C. Batasan Masalah ............................................................................
D. Rumusan Masalah ..........................................................................
E. Tujuan Penulisan ...........................................................................
F. Metode Penulisan ...........................................................................

BAB I PEMBAHASAN ..................................................................................


DIARE .................................................................................................
A. Pengertian Diare ............................................................................
B. Penyebab Timbulnya Diare ...........................................................
C. Penularan Kuman Penyakit Diare .................................................
D. Macam-Macam Penyakit Diare .....................................................
E. Tanda-tanda Penyakit Diare ..........................................................
F. Bahaya Dari Diare .........................................................................
G. Usaha Untuk Mengatasi Diare .......................................................
H. Cara Membuat Larutan Oralit dan LGG ........................................
I. Cara Pemberian Larutan Diare ......................................................
J. Yangh Harus Diperhatikan Dalam Pembrian Makanan
Dan Minuman Pada Penderita Selama dan Sesudah Diare ...........
K. Cara Pencegahan Penyakit Diare ...................................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................


A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran-saran ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare
kondisinya dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose),
penyakit dan makana atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan
seringkali enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua
berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.

B. Identifikasi Masalah
Penderita diare sudah sangat mewabah dimasyrakat mngingat kurangnya
perhatian dan kesadaran tentang perlunya kebersihan lingkunyannya.

C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan teori pendukung, dan
supaya penulisan dapat dilakukan secara baik dan mendalam, maka masalah yang
akan diangkat hanya pokok bahasan yang mendalam saja, karena kita dibatasi waktu
yang diberikan.

D. Rumusan Masalah
Setelah masalah yang diteliti dan ditulis itu akan ditentukan variabel apa saja
yang akan diangkat dan bagaimana hubungannya variabel yang satu dengan yang
lain. Supaya dapat terjawab secara akurat maka masalah yang akan diteliti perlu
dirumuskan secara spesifik.
Yaitu :
1. Apaka penderita diare semakin mengalami peningkatan
2. Apakah tingkat kesadaran masyarakat semakin kurang dalam menjaga
kebersihan lingkungan.

E. Tujuan Penulisan
1. Agar masyarakat dapat memahami apa itu penyakit diare dan mengetahuai
apa bahaya dari pada penyakit diare.
2. Agar masyarakat dapat memahami penyebab timbulnya penyakit diare dan
bagaimana cara pencegahan dari pada penyakit diare.
3. Agar kita juga dapat mengetahui tentang macam-macam dan tanda-tanda
penyakit diare.
4. Untuk mengajak masyarakat, agar labih memperhatikan dan menyadari
tentang perlunya kebersihan lingkungan.

F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
DIARE

A. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Pengertian lain diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air
besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan.

B. Penyebab Timbulnya Penyakit Diare


Penyakit Diare ditimbulkan oleh
 Makan tanpa cuci tangan dengan sabun
 Minum air mentah
 Makan makanan yang dihinggapi lalat
 Keracunan makanan
 Beberapa infeksi virus tetapi juga sering kali akibat dari racun Bakteri.
 Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak
cukup makanan.

C. Penularan Kuman Penyakit Diare


Kuman penyakit diare dapat ditularkan melalui :
 Air dan makanan yang tercemar
 Tangan yang kotor
 Berak disembarang tempat
 Botol susu yang kurang bersih
D. Macam-macam penyakit diare
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu :
1) Diare akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat,
dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
a. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri,
parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut
adalah toksin dan obat, nutrisi eteral diikuti puasa yang berlangsung lama,
kemoterapi, impaksi tekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
b. Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini
disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja
ditambah dengan ekresiyang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan
yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke
orang melalui aeorosolisasi (Morwalk, Rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (Clostridium diffecile), atau melalui aktivitas seksual.
Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktror penyebab (agent) dan
faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan
tubuh terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan
lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung,
imunitas, juga mencakup lingkongan mikroflora usus. Faktor penyebab
yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan di usus, serta daya lekat kuman-kuman tersebut membentuk koloni-
koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua,
yaitu:
1. Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus,
namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkat kadar siklik AMP di
dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen
usus yang diikuti air, ion karbonat, kation natrium, dam kalium.
2. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan
ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC). S. Paratyphi B, S.
Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan C.
Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya seperti parasit
menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan
vilia yang penting untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan
(G. Lambdia)

c. Manifestasi klinis
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan
yaitu :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-kadang
darah.

d. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat infeksi
terdiri dari :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan.
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
3. Terapi simtomatik
4. Terapi defenitif

2) Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang
berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa,
sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
a. Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya
diketahui.
b. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses
dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan
proses mekanik dan ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan
mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi
konsistensi feses yang terbentuk.
Diare kronik dibagi tiga yaitu :
1. Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akobat adanya gangguan
absorpsi karbohidrat, lemak atau protein, danb tersering adanya
malabsorpsi lemak. Teses berbentuk steatore.
2. Diare sekretorik
Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif
intralumen dengan mukosa yang besar sehungga terjadi penarikan
cairan dan alektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. Teses
akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua berdasarkan pengaruh puasa
terhadap diare :
1. Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa berhubungan
dengan proses intralumen, dan diakibatkan oleh bahan-bahan yang
tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi karbohidrat, letesiensi laktosa
yang mengakibatkan intolerassi laktosa.
2. Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada
sidrom korsinoid, VIP (Vasoactive Inkestinal Polypeptida) oma,
karsinoma tiroid medular, adenoma vilosa, dan diare diabetik.
3. Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan kematian enterosit disertai peradangan. Fese
berdarah. Klompok ini paling sering ditemukan. Trbagi dua yaitu
nonspesitik dan spesitik.
c. Penatalaksanaan
a. Simtomatis
1. Rehidrasi
2. Antipasmodik, antikolinergik
3. Obat anti diare
a. Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat,
kodein fosfat.
b. Aktreotid (sadratatin)
c. Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin
yaitu Arang, campura kaolin dan mortin.
4. Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).
5. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
a. Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K
b. Preparat besi, zinc,dan lain-lain.
6. Obat ekstrak enzim pankreas.
7. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat
asam empedu.
8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
b. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada
diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan
etiologinya.

E. Tanda-Tanda Penyakit Diare


Berak encer, biasanya 3X atau lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai :
a. Muntah
b. Badan lesu dan lemah
c. Tidak mau makan
d. Panas

F. Bahaya Dari Diare


1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh
2. Penderita akan menjadi lesu dan lemah
3. Penderita dapat meninggal bila kehilangan cairan tubuh lebih banyak

G. Usaha Untuk Mengatasi Diare


Penderita diberi minim, larutan yang terbaik untuk penderita diare adalah
Oralit, kalau tidak ada boleh diberi larutan Gula, Garam (LGG), bisa juga diberi air
the, air kelapa.
Penatalaksanaan Diare Akut (Tanpa Darah)
Tujuan daripada pengobatan diare akut secara objektif ialah :
(1) ü Mencegah dehidrasi, jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi
(2) ü Mengobati dehidrasi, jika ada
(3) ü Mencegah kerusakan nutrisi, dengan memberi makanan selama dan setelah
dehidrasi,dan
(4) ü mengurangi durasi dan keparahan diare, dan timbulnya pada episode
mendatang, dengan memberikan suplemen zinc.
1.Rencana Terapi A :
Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi Anak-anak tanpa
tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk
mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak
diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. (1) Ibu harus diajarkan cara
untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak lebih banyak
cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan
terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting.
Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus
dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam
empat aturan Rencana Terapi A. (1) Aturan 1 : Memberikan anak lebih
banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah dehidrasi Cairan yang
diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga
diberikan air bersih yang matang. (1) Komposisi larutan oralit baru : §
Natrium klorida 2,6 gram/liter § Glukosa 13,5 gram/liter § Kalium klorida
1,5 gram/liter § Trisodium sitrat 2,9 gram/liter Komposisi larutan oralit
lama : § Natrium klorida 3,5 gram/liter § Glukosa 20 gram/liter § Kalium
klorida 1,5 gram/liter § Trisodium sitrat 2,55 gram/liter Dengan
menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam
(NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama
absorpsi cairan oralit. (1) Cairan yang mengandung garam, seperti oralit,
minuman asin (seperti minuman youghert), atau sayuran dan sup ayam
dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam (kurang lebih 3g/L) pada
minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus buah-buahan
yang tidak diberi gula) atau sup selama diare. (1) Larutan oralit yang dapat
dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1 sendok teh penuh garam)
dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun tidak dianjurkan
karena seringkali lupa resepnya. Minuman yang tidak boleh diberikan ialah
minuman bersoda, teh manis, jus buah-buahan yang manis. Minuman
tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia. Sedangkan
kopi tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik. (1) Umur (tahun) Jumlah
Cairan Yang Harus Diberikan <> 50-100 ml cairan 2-10 100-200 ml > 10 >
200 atau sebanyak yang mereka mau Tabel 2.3 Jumlah Cairan yang Harus
Diberi Sesuai Umur Menurut WHO 2005 Ada sedikit perbedaan dalam
jumlah cairan yang harus diberikan dengan pedoman yang lama yaitu: Tabel
2.4 Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut Depkes RI
1999 (2) Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap
hari selama 10 -14 hari Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet,
dimana formulasinya tersedia dan terjangkau. Dengan memberikan zinc
segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat keparahan episode serta risiko
dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14
hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak
memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat
berkurang. (1) Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada
anjuran untuk memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan
diare WHO 2005 ada anjuran seperti ini. Aturan 3 yaitu berikan anak
makanan untuk mencegah kurang gizi Diet bayi yang biasanya harus
dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya. Makanan tidak boleh
ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan. pemberian
ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang
kaya nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair
mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki,
sedangkan orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan tetap
buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk
mau makan secara normal sesegera mungkin.(1) Ketika makanan diberikan,
gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung pertumbuhan dan
pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus
normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai
nutrisi. Sebaliknya, pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan
yang diencerkan dapat menurunkan berat badan, menyebabkan diare lebih
lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus. (1) Secara umum, makanan
yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang diperlukan
oleh anak-anak yang sehat. (1) o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap
diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan selama mereka inginkan.
Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus didukung. (1) o Bayi
yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu
formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
(1) o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain
harus diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan
meningkatnya pasokan ASI, makanan lain harus diturunkan. (1) Jika anak
usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi
sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan
makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode
diare atau segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus
diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti pisang, air
kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat. (1) Berikan anak makanan
setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi kecil yang
Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan
membrikan satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama
setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan tambahan
harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal-untuk-
height. (1) Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda
dehidrasi atau masalah lainnya Ibu harus membawa anaknya ke petugas
kesehatan jika anak: • Buang air besar cair sering terjadi • Muntah berulang-
ulang • Sangat haus • Makan atau minum sedikit • Demam • Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari. Pedoman diare yang sebelumnya
hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO 2005 menambahkan
pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
2. Rencana Terapi B:
Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-sedang Jika
berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan
jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg)
dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan
jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada
tabel 2.5. Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama Usiaa
<> 4 – 11 bulan 12 – 23 bulan 2 – 4 tahun 5 – 14 tahun > 15 tahun Berat
Badan <> 5–7.9 kg 8-10.9 kg 11-15.9kg 16-29.9kg > 30 kg Jumlah (ml)
200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000 a Digunakan
apabila tidak diketahui berat badan pasien Tabel 2.5 Pedoman Pengobatan
Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi Sedang(1) • Jika pasien
menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan. • Dorong ibu
untuk terus menyusui anaknya. • Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak
menyusui, jika menggunakan larutan oralit WHO yang lama yang
mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air bersih
selama periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas
rendah yang baru mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu
menambah air bersih. (1) Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari
over-hidrasi. Jika hal ini terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat
diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema
telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan
Rencana Terapi A. (1) Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan
oralit. Larutan dapat diberikan pada anak-anak menggunakan sendok atau
cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi dapat digunakan
pipet atau syringe. Untuk anak <>(1) Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah
muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai sesuai Rencana Terapi C. (1)
Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi
beberapa, teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi
B. Pada saat yang sama dimulai pemberian makanan, susu dan cairan lain,
seperti yang dijelaskan dalam Rencana Terapi A, dan terus menilai kembali
anak. (1) Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan
rehidrasi telah lengkap. Bila rehidrasi adalah lengkap: v Turgor kulit normal
v Tidak haus v Urin v Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan
seringkali tertidur. Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah
dengan larutan oralit dan makanan seperti pada Rencana Terapi A.(1)
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau
muncul kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun
dengan larutan oralit osmolaritas rendah yang baru, diperkirakan kegagalan
pengobatan sebelumnya dapat berkurang menjadi 3%, atau kurang. (1)
Penyebab kegagalan tersering ialah: Ø Intake larutan oralit yang kurang
(lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada beberapa anak-anak
dengan kolera Ø Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau
kelesuan Ø Sering terjadi muntah-muntah yang parah. (1) Anak-anak
tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau
larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di
rumah sakit. (1) Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam
Rencana terapi A, segera setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama
periode rehidrasi. (1) Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan
selama empat jam pertama periode rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus
dalam Rencana Terapi B lebih dari empat jam harus diberikan makanan
setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua anak
yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini
membantu untuk menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan
selama diare. (1) Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005
dan Depkes RI 1999 ialah adanya penambahan zinc pada terapi diare
menurut WHO 2005 dan adanya perbedaan untuk menentukan jumlah
cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia. Pedoman yang dipakai
Depkes RI 1999 ialah : Tabel 2.6 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada
Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi Sedang berdasarkan Depkes RI
1999(2)
3.Rencana Terapi C :
untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat Pengobatan bagi anak-anak dengan
dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi
C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit. Panduan untuk
rehidrasi intravena diberikan dalam tabel 2.7. (1) Anak-anak yang masih
dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara peroral sampai
infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua
anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang
biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang
lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang mungkin
tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus. Mulai diberi cairan
i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan i.v dimulai.
Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin bila
ringer laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut: Tabel 2.7 Jumlah
pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat(1) Diulangi
lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba. Nilai kembali penderita
tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat tetesan intravena.
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan
Tabel Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C )
untuk melanjutkan terapi. (1) Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit
sampai denyut a. radialis teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang
setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa hidrasi membaik.
Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat. Lihat dan rasakan untuk
semua tanda-tanda dehidrasi: o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada,
ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan dalam Rencana terapi C. o Jika
anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari
dehidrasi sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat
jam, sebagaimana ditetapkan dalam Rencana terapi B. o Jika tidak ada
tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti. (1) Jika
fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu
dekat (yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV
segera. Jika anak dapat minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan
tunjukkan kepadanya cara untuk memberikannya kepada anaknya selama
perjalanan. (1) Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan
yang telah dilatih dapat memberikan larutan oralit menggunakan selang
Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB /jam selama 6 (enam) jam
(total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus
diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit. (1) Jika tidak bisa
menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit harus
diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6
(enam) jam (total 120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat
muntah berulang. Jika terjadi hal ini, maka memberikan larutan oralit secara
lebih lambat sampai muntah mereda. (1) Anak-anak menerima terapi NGT
atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit setiap jam. Jika tanda-tanda
dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera dibawa ke
fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia. (1) Kalau tidak, jika rehidrasi
maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam jam dan keputusan
pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk
terapi IV yang diberikan. (1) Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat
dilakukan secara peroral, anak harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di
mana terapi IV atau NGT tersedia.

Cara Membuat Larutan Oralit dan LGG


1. Larutan Oralit
Bubuk oralit 1 bungkus dilarutka kedalam 1 gelas air masak aduk sampai
semua larutan larut dalam air.

2. Larutan Gula, Garam (LGG)


Gula 1 sendok the, garam ¼ sendok the dilarutkan kedalam 1 gelas air masak,
kemudian diaduk sampai

H. Cara Memberikan Larutan Oralit


1. Minumkan segera larutan sampai penderita tidak merasa haus lagi (pada anak
balita diasanya memerlukan 3 bungkus oralit 200 CC dalam 3 jam pertama)
2. Jika anak muntah pemberian oralit dihentikan dulu, lau kemudian dilanjutkan
lagi.
3. Bila sampai hati ke-2 anak masih terus diare atau keadaan anak bertambah
parah maka dengan segera dibawah ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.
Selam perjalanan pemberian oralit harus terus diberikan.

I. Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan dan Minuman pada


Penderita Selama dan Sesudah Diare :
1. Penderita diare dangan dipuaskan
2. Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3. Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur, air buah bila
penderita mulai menimbulkan gejala Diare.
4. Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur
5. Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah dicerna dan tidak
merangsang
6. Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu ditambah.

J. Cara Pencegahan Penyakit Diare


1. Pemberian ASI
Dapat mencegah Diare karena terjamin kebersihannya serta dapat
meningkatkan daya tahan tubuh baalita.
2. Pemberian makanan
Berilah anak balita makanan yang bersih dan bergizi.
3. Pemakaian air besih
Gunakan air bersih untuk membersihkan makanan dan minuman bayi.
4. Berak pada tempatnya
Biasakanlah anak anda buang kotoran pada jamban (kakus)
5. Kebersihan perorangan
Biasakanlah mencuci tangan sebelm makam serta sesudah buang kotoran.
6. Kebersihan makanan dan minuman
Perhatikan kebersihan makanan dan miniman meulai daor cara-cara mencuci,
memasak, menhhidangkan dan cara menyimpan makanan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare
ditimbulkan oleh makanan, miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman
penyakit diare ditularkan melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang
tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare aku dan kronik.
Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih dalam
sehari, disertai muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari
pada diare itu adalah banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan
kematian.
Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan
Oralit, biasanya juga larutan gula, garam (LGG). Yang harus diperhatikan dalam
pemberian makanan dan minuman pada penderita diare yaitu
Jangan dipuaskan, ,pemberian ASI, pemberian air sayur, buah bila penderita
menimbulkan gejala diare. Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara
pemberian ASI, makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan
perorangan, kebersihan makanan dan minuman.

B. Saran-saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada diare tersebut,
maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan
lingkunyan. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua
masyarakat mau bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam
dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih dapat
diwujudkan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Talley NJ, Martin CJ. Clinical gastroenterology : A Practical-based Approach.


Sydney; Maclennan dan Petty Pty Limited, 1996.

2. Noer HMS, Waspdji S, Rachman AM, dkk. Buku aja Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
3. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996.

3. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi


Keluarga. Edisi XVII. Jakarta: Kerjasama Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial.
4. M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham.
2005. The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other
senior health workers. Web Site :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf (25 September
2009)
5. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi
Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu
Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-
278 (2)
6. Anonymus: 2009. Dehidrasi. Web site: http://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi
(25 September 2009)(3) 4. 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hal. 81,154.

Anda mungkin juga menyukai