Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum

Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang merupakan bentuk

integrasi dari instansi kantor wilayah departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil

Menengah dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah No 7 Tahun 2001 dengan nama

Dinas Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Dengan dikeluarkannya

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Propinsi Jawa Tengah maka berubah

menjadi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah.

Pergeseran kewenangan ini adalah sebagai salah satu bentuk

penyelenggaraan otonomi daerah yang mengharuskan adanya penyerahan urusan

dibidang pelayanan koperasi dan usaha kecil menengah yang dahulunya ditangani

oleh pemerintah pusat dibawah Departemen Koperasi dan Koperasi dan pengusaha

Kecil dan Menengah menjadi urusan daerah. Dengan adanya perubahan terhadap

sistem pemerintahan ke arah desentralisasi dan dekonstrasi maka bentuk

pertanggungjawaban dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

bukan lagi kepada Menteri Negara melainkan kepada Gubernur Jawa Tengah melalui

Sekda.

35
36

4.1.2 Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan kegiatan serta mencapai tujuan yang telah

ditetapkan diperlukan perencanaan yang matang serta pengawasan yang konsisten.

Sehingga instansi baik milik pemerintah maupun swasta dalam menjalankan tugas

tidak terlepas dari struktur yang sudah ditetapkan sebelumnya,

Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan

pada setiap hubungan diantara fungsi – fungsi, bagian – bagian atau posisi – posisi

maupun orang yang mewujudkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab

yang berbeda dalam suatu organisasi.

Adapun struktur organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah Kota Semarang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris

a) Sub bag perencanaan dan evaluasi

b) Sub bag Umum dan Kepegawaian

c) Sub bag Keuangan

3. Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas

a) Seksi Pengawasan dan Akuntabilitas

b) Seksi Pengawasan dan Akuntabilitas Koperasi

c) Seksi Pengawasan dan Akuntabilitas Usaha Simpan Pinjam

d) Seksi pengawasan dan Akuntabilitas UMKM

4. Bidang Pemberdayaan UMKM

a) Seksi Kewirausahaan

b) Seksi Produksi dan Pemasaran


37

c) Seksi Kemitraan Usaha

5. Bidang Pemberdayaan Koperasi

a) Seksi Kelembagaan Koperasi

b) Seksi Usaha Koperasi

c) Seksi SDM Koperasi

6. Bidang pembiayaan

a) Seksi Manajemen Simpan Pinjam

b) Seksi Pemberdayaan Simpan Pinjam

c) Seksi Permodalan Koperasi dan UMKM

4.1.3 Visi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang

Mewujudkan 500 Koperasi dan 53.600 Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah yang berkualitas.

4.1.4 Misi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang

1. Meningkatkan produktifitas dan daya saing Koperasi, Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM).

2. Mengembangkan lingkungan usaha yang kondusif bagi

pengembangan KUMKM melalui penyelenggaraan sistem ekonomi

kerakyatan.

3. Memantapkan kelembagaan Koperasi sesuai dengan jati diri Koperasi

4. Mengembangkan sinergi dan pertisipasi masyarakat dalam

pembangunan KUMKM.
38

4.2 Data Penelitian

4.2.1 Pengiriman Dan Pengambilan Kuesioner

Penelitian ini dilakukan terhadap wajib pajak pemilik UMKM di Kota

Semarang. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 79 kuesioner, dan semua

kuesioner telah kembali, dan dapat digunakan

Tabel 4.1
Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah
- Kuesioner yang disebar 79
- Kuesioner tidak kembali 0
- Kuesioner yang digunakan 79
- Respon rate 100%

Gambaran tentang 79 responden yang dijadikan sampel, secara rinci dapat

dikelompokkan menurut jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden

No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase


1 Laki – Laki 44 Orang 55,69%
2 Perempuan 35 Orang 44,31%
Jumlah 79 Orang 100%
Sumber : data primer yang diolah, 2016

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden laki – laki adalah 44

Orang atau 55,69% dan jumlah responden perempuan adalah 35 Orang atau 44,31%.
39

Tabel 4.3
Usia Responden

No. Usia Jumlah


1. 25-30 Tahun 4 Orang
2. 31-36 Tahun 7 Orang
3. 37-42 Tahun 20 Orang
4. 43-48 Tahun 17 Orang
5. 49-54 Tahun 19 Orang
6. 55-60 Tahun 9 Orang
7. 61-66 Tahun 3 Orang
TOTAL 79 Orang

4.3 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel penelitian ini digunakan untuk

memberikan gambaran mengenai tanggapan responden atas variabel – variabel

penelitian yang terdiri dari tarif, sosialisasi, pemahaman, dan kepatuhan.

4.3.1 Tanggapan Responden Tentang Variabel Tarif

Tanggapan responden tentang variabel tarif perpajakan dalam

penelitian ini, diukur dengan 3 indikator, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4
Tanggapan Responden Tentang Variabel Tarif

Indikator STS % TS % N % S % SS % Rata-


rata
Wajib pajak mampu 0 0 0 0 0 0 33 41,8 46 58,2 4,58
membayar pajak sesuai
dengan tarif yang berlaku
Tarif pajak yang tinggi 0 0 0 0 10 12,7 5 6,3 64 81 4,68
dapat mengakibatkan
penggelapan pajak
Tarif pajak menentukan 0 0 0 0 0 0 35 44,3 44 55,7 4,56
besarnya kesadaran dalam
membayar pajak

Sumber : data primer yang diolah, 2016


40

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa jawaban responden

setuju terbanyak untuk variabel tarif adalah indikator tarif pajak menentukan

besarnya kesadaran dalam membayar pajak, yaitu sebesar 35 responden atau 44,30%

dari kesluruhan total responden. Hal ini mengasumsikan bahwa wajib pajak

mengetahui bahwa kesadaran dalam membayar pajak akan sangat bergantung pada

besarnya tarif yang ditetapkan.

4.3.2 Tanggapan Responden Tentang Variabel Sosialisasi

Tanggapan responden tentang variabel sosialisasi perpajakan dalam

penelitian ini, diukur dengan 3 indikator, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5
Tanggapan Responden Tentang Variabel Sosialisasi

Indikator STS % TS % N % S % SS % Rata-


Rata

Pemerintah sebaiknya 0 0 0 0 0 0 27 34,2 52 65,8 4,66


sering mengadakan diskusi
secara langsung dengan
wajib pajak dan tokoh
masyarakat
Petugas perpajakan telah 0 0 0 0 11 13,9 0 0 68 86,1 4,72
memberikan informasi
mengenai pajak UMKM
Pemerintah harus 0 0 0 0 0 0 40 50,6 39 49,4 4,49
melakukan sosialisasi
dengan baik termasuk
pemasangan billboard /
reklame
Sumber : data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa jawaban responden

setuju terbanyak untuk variabel sosialisasi adalah indikator Pemerintah harus

melakukan sosialisasi dengan baik termasuk pemasangan billboard / reklame, yaitu

sebesar 40 responden atau 50,63% dari keseluruhan total responden. Hal ini

mengasumsikan bahwa wajib pajak menginginkan pemerintah lebih


41

mensosialisasikan pajak melalui pemasangan billboard atau reklame agar wajib pajak

lebih mudah mendapatkan informasi mengenai perpajakan.

4.3.3 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Pemahaman

Tanggapan responden tentang variabel pemahaman perpajakan dalam

penelitian ini, diukur dengan 3 indikator, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Pemahaman
Indikator STS % TS % N % S % SS % Rata -
Rata
Wajib Pajak paham cara 0 0 0 0 7 8,9 58 73,4 14 17,7 4,09
mengisi SPT secara baik dan
benar menurut ketentuan yang
berlaku
Wajib pajak mampu 0 0 0 0 11 13,9 58 73,4 10 12,7 3,99
menghitung pajak terhutang
sesuai ketentuan perpajakan
Wajib pajak melaporkan pajak 0 0 0 0 4 5,1 55 69,6 20 25,3 4,20
terhutang di tempat terdaftar.

Sumber : Data Primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa jawaban responden

setuju terbanyak untuk variabel pemahaman adalah indikator Wajib Pajak paham

cara mengisi SPT secara baik dan benar menurut ketentuan yang berlaku dan

indikator Wajib pajak mampu menghitung pajak terhutang sesuai ketentuan

perpajakan yaitu sebesar 58 responden atau 73,41% dari kesluruhan total responden.

Hal ini mengasumsikan bahwa wajib pajak paham dengan benar tentang cara mengisi

SPT secara baik dan juga mengindikasikan bahwa wajib pajak memahami

perpajakan dengan cara melaporkan pajak terhutang di tempat terdaftar.

4.4.4 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kepatuhan

Tanggapan responden tentang variabel pemahaman perpajakan dalam

penelitian ini, diukur dengan 4 indikator, yaitu sebagai berikut :


42

Tabel 4.7
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kepatuhan

Indikator STS % TS % N % S % SS % Rata -


Rata

Wajib pajak dengan 0 0 0 0 0 0 43 54,4 36 45,6 4,46


sadar mendaftarkan
diri pada KPP
setempat
Wajib Pajak tepat 0 0 0 0 0 0 52 65,8 27 34,2 4,34
waktu dalam
menyampaikan SPT

Wajib Pajak tepat 0 0 0 0 0 0 32 40,5 47 59,5 4,59


waktu dalam
menyampaikan SPT

Wajib Pajak 0 0 0 0 0 0 12 15,2 67 84,8 4,85


melaporkan
pembayaran tepat
waktu
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa jawaban responden

setuju terbanyak untuk variabel kepatuhan adalah indikator Wajib Pajak tepat waktu

dalam menyampaikan SPT yaitu sebesar 52 responden atau 65,82% dari kesluruhan

total responden. Hal ini mengasumsikan bahwa wajib pajak patuh dalam

menyampaikan SPT dengan tepat waktu.

4.4 Uji Kualitas Data

4.4.1 Uji Validitas

Guna menguji valid atau tidaknya pertanyaan yang akan diajukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel .

 Apabila nilai r hitung > nilai r tabel maka disimpulkan pertanyaan valid

 Apabila nilai r hitung < nilai r tabel maka disimpulkan pertanyaan tidak valid

Berikut ini adalah hasil uji validitas dari masing – masing kuesioner.
43

Tabel 4.8
Uji validitas
Variabel No.item r hitung r tabel Keterangan
Tarif 1. 0,558 0,2213 Valid
2. 0,530 Valid
3. 0,535 Valid
Sosialisasi 1. 0,634 0,2213 Valid
2. 0,549 Valid
3. 0,494 Valid
Pemahaman 1. 0,670 0,2213 Valid
2. 0,498 Valid
3. 0,517 Valid
Kepatuhan 1. 0,620 0,2213 Valid
2. 0,643 Vallid
3. 0,470 Valid
4. 0,438 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah

Dari hasil uji validitas di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung setiap

indikator pada setiap variabel memiliki nilai r hitung > dari r tabel ( 0,2213 ), dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dalam indikator variabel

– variabel pada penelitian ini ( tarif, sosialisasi, pemahaman, dan kepatuhan ) adalah

valid.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas antara pengetahuan tentang tarif, sosialisasi, pemahaman, dan

kepatuhan perpajakan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.9
Uji Reliabilitas

No. Indikator Nilai r alpha Nilai r alpha Keterangan


table hitung
1. Tarif 0,700 0,708 Reliabel
2. Sosialisasi 0,700 0,719 Reliabel
3. Pemahaman 0,700 0,735 Reliabel
4. Kepatuhan 0,700 0,743 Reliabel

Sumber : data primer yang diolah


44

Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui bahwa masing – masing variabel

tentang tarif, sosialisasi, pemahaman, dan kepatuhan diperoleh nilai cronbach alpha

lebih besar dari 0,7. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa uji reliabilitas

terhadap seluruh variabel adalah reliabel.

4.5 Uji Asumsi Klasik

4.5.1 Uji Normalitas

Untuk mengetahui normal atau tidaknya data pada variabel terikat atau

dependen , dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-smirnov dan P-Plot. Hasil

Pengujiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 79
a
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation .33403742

Most Extreme Absolute .119


Differences Positive .096

Negative -.119

Kolmogorov-Smirnov Z 1.057

Asymp. Sig. (2-tailed) .213

a. Test distribution is Normal.


45

Gambar 4.1
Gambar P-Plot Normalitas

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi sebesar

0,213 atau lebih besar dari 0,05 dan menurut P-Plot data menyebar sepanjang garis

diagonal. Hal ini menyimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini

terdistribusi secara normal.

4.5.2 Uji Multikolineritas

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinier, menurut perhitungan yang

dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dapat dilihat dengan pedoman

bahwa nilai VIF < 10 dan Nilai Tolerance > 0,1.

Berdasarkan hal tersebut, maka menurut hasil penelitian yang telah

dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :


46

Tabel 4.11
Uji Multikolineratias
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
1
Sosialisasi .989 1.011
Tarif .967 1.034
Pemahaman .969 1.031

a. Dependent Variable : Kepatuhan

Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarakan data dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak

terjadi multikolinier antara tarif, sosialisasi, dan pemahaman karena nilai VIF < 10,

dan nilai Tolerance > 0,1.

4.5.3 Uji Heterokedastisitas

Terjadi heterokedastisitas apabila tidak ada kesamaan deviasi standar

nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heterokedastisitas, maka digunakan uji glejser. Hasil pengujiannya adalah

sebagai berikut :
47

Tabel 4.12
Uji Heterokedastisitas

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1(Constant) .256 .374 .683 .496

x2 ( Sosialisasi ) -.016 .047 -.039 -.337 .737

x1 ( Tarif ) .025 .048 .061 .517 .607

x3 ( Pemahaman ) -.005 .052 -.010 -.089 .929

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa nilai signifikansi hasil regresi yang
terjadi antara variabel independen dengan nilai absolute residual adalah lebih besar
dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas antara
variabel independen.

4.6 Hasil Linier Berganda

Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS pengaruh tarif, sosialisasi,

serta pemahaman terhadap kepatuhan perpajakan ialah sebagai berikut

Tabel 4.13
Regresi Berganda
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.716 .683 3.978 .000

x2 (sosialisasi) .043 .085 .055 .502 .617

x1 (Tarif) .214 .087 .274 2.464 .016

x3 (pemahaman) .158 .094 .187 1.685 .096

a. Dependent Variable: y
48

Berdasarkan tabel 4.13, persamaan regresi dapat dijabarkan atau dituliskan

sebagai berikut :

Y = 2,716 + 0,214X1 + 0,043X2 + 0,158X3 + e

Dari hasil persamaan regresi diatas, dapat di artikan sebagai berikut :

a. Nilai regresi tarif pajak sebesar 0,214 dan bernilai postif, memiliki pengertian

bahwa apabila tarif semakin baik, maka kepatuhan akan semakin meningkat.

b. Nilai regresi sosialisasi sebesar 0,043 dan bernilai postif, memiliki pengertian

bahwa apabila sosialisasi semakin baik, maka kepatuhan akan semakin

meningkat.

c. Nilai regresi pemahaman sebesar 0,158 dan bernilai postif, memiliki pengertian

bahwa apabila pemahaman semakin baik, maka kepatuhan akan semakin

meningkat.

4.7 Uji Kelayakan Model

4.7.1 Uji signifikan simultan ( uji statistik f )

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan kedalam model regresi secara simultan atau bersama – sama

berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil pengujiannya ialah sebagai

berikut :
49

Tabel 4.14
Hasil Uji F
b
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


a
1 Regression .974 3 .325 2.797 .046

Residual 8.703 75 .116

Total 9.677 78

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

b. Dependent Variable: y ( Kepatuhan )


sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan nilai siginifikansi F sebesar

0,046, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, persamaan semua

variabel independen ( tarif, sosialisasi, dan pemahaman ) secara bersama – sama

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, model regresi dalam

penelitian ini tergolong fit dan layak digunakan.

4.7.2 Koefisien Determinasi (R2)

Presentase variabel kepatuhan dapat dijelaskan oleh variabel tarif, sosialisasi,

dan pemahaman dalam penelitian ditunjukkan oleh besarnya Koefisien Determinasi.

Koefisien Determinasi ini memperlihatkan seberapa besar pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat yang dinyatakan dalam persen (%).

Tabel 4.15
Koefisien Determinasi
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .317 .101 .065 ,34065

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

Dalam tabel tersebut ditunjukkan nilai adjusted r square sebesar 0,065. Hal

ini mengandung pengertian bahwa variabel tarif, sosialisasi, dan pemahaman mampu
50

menjelaskan kepatuhan wajib pajak sebesar 6,5% sedangkan sisanya sebesar 93,5%

akan dijelaskan oleh faktor – faktor lain diluar model yang diamati dalam penelitian

ini.

4.7.3 Pengujian Hipotesis ( Uji t )

4.7.3.1 Pengaruh Tarif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan tabel output SPSS ( tabel 4.13 ) diperoleh nilai

signifikansi α untuk variabel tarif adalah sebesar 0,016 < 0,05, ini membuktikan

bahwa tarif berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, artinya semakin

tinggi persepsi wajib pajak tentang tarif pajak, maka kepatuhan wajib pajak akan

semakin tinggi pula. Dengan demikian H1 diterima.

4.7.3.2 Pengaruh Sosialisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari tampilan tabel output SPSS ( tabel 4.13 ) diperoleh signifikansi α

untuk variabel sosialisasi adalah sebesar 0,617 > 0,05, ini membuktikan bahwa

sosialisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Artinya

tinggi rendahnya sosialisasi yang dilakukaan pemerintah tidak mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak UMKM dalam membayar pajak, dengan demikian H2 ditolak.

4.7.3.3 Pengaruh Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dari tampilan output SPSS ( tabel 4.13 ) diperoleh nilai signifikansi α

untuk pemahaman adalah sebesar 0,096 > 0,05, hal ini berarti bahwa pemahaman

tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam

membayar pajak. Artinya tinggi rendahnya tingkat pemahaman wajib pajak tidak

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Dengan demikian H3

ditolak.
51

4.8 Pembahasan

4.8.1. Pengaruh Tarif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Tarif pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, hal ini

mengindikasikan bahwa tingginya tingkat tarif akan menurunkan kepatuhan wajib

pajak atau sebaliknya tingkat tarif yang rendah akan meningkatkan kepatuhan wajib

pajak.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif diperoleh jawaban responden

setuju paling tinggi untuk variabel tarif pajak adalah indikator tarif pajak menentukan

besarnya kesadaran dalam membayar pajak, yaitu sebesar 35 responden atau 44,30%

sedangkan jawaban setuju paling rendah untuk varaibel tarif pajak adalah indikator

Tarif pajak yang tinggi dapat mengakibatkan penggelapan pajak . Hal ini

menunjukkan bahwa wajib pajak mampu membayar pajak sesuai dengan tarif yang

ditetapkan pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan PP Nomor 46

Tahun 2013 didasarkan guna memberikan kemudahan kewajiban perpajakan

berlandaskan peraturan perpajakan.

Berdasarkan teori motivasi, tarif pajak merupakan dorongan dari

pihak luar yang mendorong wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban

perpajakannya. Karena dengan tarif yang dirasa tidak memberatkan oleh wajib pajak

maka dengan kesadaran diri seorang wajib pajak akan mematuhi kewajiban

perpajakannya.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ananda ( 2015 ) yang

membuktikan bahwa tarif perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

UMKM dalam membayar pajak. Hasil penelitian ini juga Prawagis ( 2016 ), yang
52

membuktikan persepsi tarif berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM

dalam membayar pajak.

4.8.2 Pengaruh Sosialisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sosialisasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam

membayar pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa sosialisasi bukan merupakan faktor

yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, karena seberapapun besarnya usaha

pemerintah dalam mensosialisasikan pajak apabila taraif yang dikenakan masih

dirasa memberatkan wajib pajak maka wajib pajak tidak akan patuh terhadap

perpajakan.

Berdasarkan hasil stastistik deskriptif diperoleh hasil bahwa jawaban

setuju paling banyak untuk variabel sosialisasi adalah indikator Pemerintah harus

melakukan sosialisasi dengan baik termasuk pemasangan billboard / reklame, yaitu

sebesar 40 responden atau 50,63% dari keseluruhan total responden, sedangkan

jumlah jawaban setuju paling rendah untuk indikator sosialisasi adalah indikator

Petugas perpajakan telah memberikan informasi mengenai pajak UMKM yaitu

sebesar 0% . Hal ini menggambarkan bahwa sosialisasi yang dilakukan pemerintah

sudah cukup tinggi, akan tetapi hal itu tidak menjadi faktor yang mempengaruhi

wajib pajak UMKM untuk patuh membayar pajak. Karena bagi wajib pajak UMKM

faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak adalah faktor tarif

perpajakan.

Sosilaisasi merupakan faktor dari luar wajib pajak yang mendorong

wajib pajak untuk patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Karena dengan

adanya sosialisasi yang baik, maka kepatuhan wajib pajak UMKM dalam membayar

pajak juga akan baik.


53

Hasil ini tidak mendukung penelitian Ananda (2015) yang

menyatakan bahwa sosialisasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM

dalam membayar pajak.

4.8.3 Pengaruh Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pemahaman tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

UMKM dalam membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman bukan

faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak UMKM, karena tingkat

pemahaman yang dimiliki oleh setiap wajib pajak adalah berbeda. Dan meskipun

wajib pajak telah paham akan peraturan atau kebijakan pemerintah atas perpajakan,

kepatuhan wajib pajak masih sangat dipengaruhi oleh tarif yang berlaku.

Berdasarkan hasil stastistik deskriptif diperoleh hasil bahwa jawaban

setuju untuk variabel pemahaman perpajakan adalah indikator Wajib Pajak tepat

waktu dalam menyampaikan SPT yaitu sebesar 58 responden atau 65,82% dari

keseluruhan total responden sedangkan jawaban setuju paling rendah untuk variabel

pemahaman perpajakan adalah indikator Wajib pajak melaporkan pajak terhutang di

tempat terdaftar yaitu sebesar 55 reponden atau 69,6% dari keseluruhan responden .

Hal ini mengasumsikan bahwa wajib pajak memahami tentang cara mengisi SPT

secara baik dan benar sesuai ketentuan, akan tetapi pemahaman tersebut tidak

menjamin kepatuhan wajib pajak UMKM dalam hal membayar pajak. Bagi sebagian

wajib pajak UMKM di Kota Semarang, meskipun tingkat pemahaman terhadap cara

pengisian SPT tinggi, namun bila dirasa memberatkan maka wajib pajak UMKM di

Kota Semarang enggan untuk patuh terhadap kewajiban perpajakannya.


54

Pemahaman merupakan faktor dari dalam wajib pajak itu sendiri

yang mendorong wajib pajak untuk melakukan kepatuhan dalam melakukan

pemabayaran pajak, karena semakin besar pemahaman yang dimiliki oleh wajb pajak

diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak juga semakin tinggi.

Hasil ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Pravitasari ( 2012 ), Ananda ( 2015 ), dan Prawagis ( 2016 ) yang

menyatakan bahwa pemahaman berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

UMKM.

Anda mungkin juga menyukai