Entah File Apa
Entah File Apa
Yulia Indahri
(Kepakaran Studi Masyarakat dan Sosiologi Perkotaan)
A. Pendahuluan
Salah satu masalah penting yang dihadapi negara-negara di dunia dewasa
ini adalah pesatnya pertumbuhan dan konsentrasi penduduk di perkotaan.
Secara global, masyarakat dunia lebih memilih hidup di wilayah perkotaan,
dengan 54 persen populasi dunia tinggal di perkotaan di tahun 2014.1 Jika
dibandingkan, di tahun 1950, hanya 30 persen penduduk dunia hidup di
perkotaan, dengan perkiraan di tahun 2050, akan ada sekitar 66 persen populasi
dunia di wilayah perkotaan.2 Asia untuk saat ini sudah mendekati separuh
penduduknya hidup di daerah perkotaan dengan selisih hanya empat persen.
Diperkirakan dunia akan mengalami urbanisasi lebih besar dalam kurun waktu
satu dekade mendatang, dengan proyeksi untuk benua Asia sebesar 64 persen di
tahun 2050.3 Hal ini selain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami
(natural growth) yang pesat juga karena terjadi urbanisasi (migration growth).
Pada saat yang sama keadaan ini tidak diikuti dengan kecepatan pertumbuhan
industrialisasi.4
Dari hasil proyeksi urbanisasi, laju urbanisasi menunjukkan tren yang
menaik. Tingkat urbanisasi Indonesia pada tahun 2010 adalah 49,8 persen naik
menjadi 53,3 persen di tahun 2015. Tingkat urbanisasi ini diperkirakan akan
naik menjadi 56,7 persen di tahun 2020 serta menjadi 60 persen di tahun 2025.
Hasil penelitian Graeme (1990) seperti dikutip Masjkuri menyatakan
bahwa masyarakat Indonesia cenderung melakukan migrasi, hal ini disebabkan
selain oleh faktor-faktor daya tarik dari daerah tujuan, juga kecenderungan
daerah asal yang pertumbuhan penduduknya lebih cepat daripada daerah
tujuan.5 Hal yang demikian ini menjadi daya pendorong penduduk pedesaan
1 UN DESA, World Urbanization Prospects, The 2014 Revision (New York: UN, 2014), hlm. 1.
2 Ibid.
3 Ibid.
4 Siti Umajah Masjkuri, “Perbaikan Kampung Komprehensif dan Dampaknya terhadap
Kesejahteraan Sosial serta Kemandirian Masyarakat Miskin Kampung Kumuh di Kota Surabaya”,
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya 2007, hlm. 1.
5 Masjkuri, op. cit. hlm. 8.
untuk bermigrasi ke perkotaan. Dampak yang ditimbulkan untuk daerah yang
ditinggalkan (pedesaan) meliputi kenaikan pendapatan (bertambah karena ada
kiriman dari kota), peningkatan peran secara tradisional (khususnya wanita),
peningkatan tingkat kesehatan dan kesejahteraan serta perubahan sosial
cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan untuk produktivitas pertanian
dan tenaga kerja cenderung menurun.6 Dampak negatifnya untuk daerah
perkotaan di bidang sosial dan ekonomi ditandai dengan penurunan tingkat
kesejahteraan dan peluang ekonomi yang tidak dapat diakses masyarakat secara
merata.
Perencanaan yang baik, baik dari sisi perencanaan ruang dan
perencanaan sosial ekonomi harus menjadi perhatian pemerintah baik di pusat
maupun di daerah untuk membangun kota dan daerah yang lebih baik agar
urbanisasi dengan daerah tujuan yang terpolarisasi di kota-kota yang sudah
mempunyai beban sosial dan ekonomi yang melebihi kapasitasnya, dapat
diminalisir. Oleh karena itu, pembangunan perkotaan walaupun dirasakan tidak
terencana dengan baik, tetapi tetap harus didukung oleh semua pihak.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana Pemerintah Kota Medan dan Kota Surabaya
menangani urbanisasi yang terlihat sering kali memunculkan masalah agar tidak
merugikan masyarakat di kota yang menjadi tujuan urbanisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian:
1. Bagaimana perkembangan urbanisasi di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan urbanisasi di Kota Medan dan Kota Surabaya?
3. Bagaimana permasalahan sosial yang muncul akibat urbanisasi di Kota
Medan dan Kota Surabaya?
4. Bagaimana Kebijakan urbanisasi yang lebih baik untuk Kota Medan dan Kota
Medan pada masa mendatang?
Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan bidang kepakaran peneliti
yang bersangkutan dan merupakan kelanjutan dari studi mengenai urbanisasi
yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti bidang Ekonomi Kebijakan Publik
di Pusat Penelitian BKD (dahulu P3DI) dan studi lain yang dilakukan di beberapa
6 Ibid.
lembaga demografi. Penelitian terdahulu oleh P3DI hanya dilakukan di kota
Jakarta dengan karakteristik urbanisasi yang cukup spesifik karena sudah
mencapai angka 100 persen.7 Jika penelitian terdahulu lebih menekankan aspek
ekonomi, terutama aspek ketenagakerjaan, maka penelitian ini diharapkan akan
bermanfaat dalam memperkaya kajian sosial perkotaan. Selain itu, penelitian ini
dapat dijadikan masukan bagi pengambil keputusan dalam mengevaluasi serta
menentukan kebijakan pembangunan daerah urban.
Penelitian akan bersifat deskriptif yang secara sistematis dan faktual
menyampaikan permasalahan sosial yang muncul terkait dengan urbanisasi di
Kota Medan dan Kota Surabaya berdasarkan diskusi dengan pemangku
kepentingan, mulai dari SKDP sampai pejabat dan tokoh masyarakat di tingkat
kelurahan dan kecamatan. Metode dan pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Selain itu, dari penelitian ini diharapkan, pertama, menganalisis
perkembangan urbanisasi di Indonesia pada umumnya dengan melihat bahwa
Kota Medan merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Selain itu Kota Medan
juga merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia di bagian barat. Sementara
Kota Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia.
Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi permasalahan sosial yang
muncul dengan mengacu pada kajian atau penelitian terdahulu. Identifikasi
dapat dilihat dari angka tingkat kesejahteraan, akses pendidikan, ada tidaknya
slum area, angka kriminalitas, angka tuna wisma dan tuna karya, serta kondisi
lingkungan dan sosial lainnya dengan juga melihat bahwa di tahun 2015,
berdasarkan laporan tahun 2014, Indeks Pembangunan Manusia di kota Medan
(78,26) dan Surabaya (68,14) berada di atas (Medan) dan di bawah (Surabaya)
rata-rata nasional (68,90).
Tujuan ketiga adalah untuk mengidentifikasi kebijakan pemerintah kota
dalam menghadapi urbanisasi berdasarkan kebijakan nasional yang telah
disusun oleh pemerintah pusat. Saat ini Rencana Pembangunan Jangka
7Asep Ahmad Saefuloh, “Urbanisasi, Kesempatan Kerja dan Kebijakan Ekonomi Terpadu”, dalam
buku Perkembangan dan Permasalahan Tenaga Kerja (Jakarta: P3DI, 2011).
Menengah Nasional 2015–20198 sudah sangat memerhatikan kondisi nyata
bahwa terjadi ketimpangan dan kesenjangan pembangunan antara desa dengan
kota maupun antarkota yang perlu ditangani secara serius untuk mencegah
terjadinya urbanisasi.
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi data-data yang diperoleh dari studi lapangan terkait dengan
penanganan permasalahan urbanisasi yang didapat dari berbagai Dinas/SKPD
yang akan ditemui. Sedangkan data sekunder meliputi data-data terkait
kebijakan penangan permasalahan urbanisasi yang berasal dari penelitian
terdahulu, buku-buku mengenai urbanisasi, serta artikel-artikel di media massa
yang turut memperkaya informasi yang dapat mendukung analisis penelitian.
Lokasi penelitian adalah Kota Surabaya dan Kota Medan. Sedangkan waktu
pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Mei 2016 di Kota Medan dan Agustus
2016 di Kota Surabaya.
11 Ibid.
12 Ibid.
13 “Overview, Urban Development”,
http://www.worldbank.org/en/topic/urbandevelopment/overview#1, diakses pada 1
November 2016.
4,1 persen per tahun - laju yang lebih cepat dari kota-kota negara Asia lainnya.
Pada tahun 2025, atau kurang dari 10 tahun lagi, diperkirakan 68 persen
penduduk Indonesia adalah warga kota.14 Lahan perkotaan di Indonesia,
terbesar ketiga di Asia Timur, setelah Tiongkok dan Jepang. Antara tahun 2000
hingga 2010, jumlah lahan perkotaan di Indonesia meningkat, dari sekitar 8.900
km2 menjadi 10.000 km2, bertambah 1,1 persen per tahun - laju pertumbuhan
lahan perkotaan tertinggi setelah Tiongkok.15
14 World Bank, Indonesia’s Urban Story(Jakarta: World Bank, 2016), hlm. 20,
15 Ibid., hlm. 19.
16 Pemerintah Kota Medan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun
G. Penutup
Dengan bertambahnya penduduk, maka berdampak pada tingkat
kepadatan wilayah akan bertambah pula, apalagi daya dukung tidak memadai.
Oleh karena itu, upaya pengendalian penduduk perlu dilakukan. Wilayah yang
perlu mendapatkan perhatian adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk
permanen yang sudah tinggi dan ditambah dengan penduduk non-permanen
yang tinggi pula.
Kebijakan yang dapat dipertimbangkan guna memungkinkan lebih
banyak manfaat dari urbanisasi di antaranya adalah:
- memprioritaskan urbanisasi dalam agenda pembangunan nasional dan
mengatasi masalah melalui pendekatan komprehensif;
- membiayai infrastruktur perkotaan dapat menggunakan pilihan domestik
yang tersedia;
- meningkatkan pengelolaan pemerintahan kota;
- konsistensi perencanaan tata ruang di tiap tingkat kepemerintahan (pusat,
propinsi, dan kabupaten/kota);
- menyesuaikan strategi pembangunan perkotaan dengan besarnya kota yang
bersangkutan; serta
- memperbaiki konektivitas antarkawasan metropolitan, begitu juga antara
kawasan perkotaan dan pedesaan mengingat kondisi geografis Indonesia
yang beragam dan terbentang luas.