Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MATAKULIAH TRANSMISI TELEKOMUNIKASI

TOPIK : SISTEM FIBER OPTIK


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4

1. Pengenalan Sistem Komunikasi Serat Optik............................................................................... 4

1.1. Struktur Dasar Sebuah Serat Optik ..................................................................................... 4

1.2. Perambatan Cahaya Di dalam Serat Optik menurut Tinjauan Optik Geometrik ................ 5

1.4. Tipe Serat Optik................................................................................................................. 11

1.5. Keuntungan Sistem Serat Optik ........................................................................................ 13

1.6. Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik ............................................................................... 14

2. Sistem Pentransmisian Fiber Optik ........................................................................................... 18

2.1. Konsep Dasar Pentransmisian Fiber Optik ....................................................................... 18

2.2. Sistem Intensitas Termodulasi .......................................................................................... 19

2.3. Sistem Transmisi Optis Koheren ...................................................................................... 20

2.4. Regenerator dan Repeater Optis ....................................................................................... 22

2.5. Penjamakan Optis ............................................................................................................. 24

2.6. Desain Sistem.................................................................................................................... 26

2.7. SONET (Synchronous Optical Network) .......................................................................... 29

2.8. Peralatan Pengukuran dalam Fiber Optik ......................................................................... 30

BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 36

2
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem komunikasi serat optik memanfaatkan cahaya sebagai gelombang pembawa


informasi yang akan dikirimkan. Pada bagian pengirim isyarat informasi diubah menjadi
isyarat optik, lalu diteruskan ke saluran informasi yang terbuat dari serat optik sebagai
pemandu gelombang. Sesampainya di penerima, berkas cahaya ditangkap oleh detector cahaya,
yang berfungsi untuk mengubah besaran optik menjadi besaran elektrik. Di sini cahaya dapat
mengalami pelebaran dan pelemahan, disebabkan karena ketidakmurnian bahan serat, yang
menyerap serta menyebarkan cahaya atau dispersi, juga penggunaan komponen-komponen
transmisi yang masing-masing memiliki konsekuensi dalam penggunaannya.

Infrastruktur serat optik terbukti menjadi bagian penting dari dunia telekomunikasi saat
ini. Peningkatan permintaan koneksi, kebutuhan pesat data yang semakin tinggi dan
pertumbuhan eksponensial dalam lalu lintas data sebagai hasil dari aplikasi bisnis
menyebabkan digunakannya jaringan optik karena bisa menghubungkan pengguna akhir dan
penyedia layanan dengan jalan raya informasi. Berbagai macam teknologi diperlukan sehingga
bisa menambah daya guna jaringan yang ada dan meningkatkan kemampuan aplikasi jaringan
yang baru.
Kabel fiber optik memiliki ukuran yang kecil dan terbuat dari serat kaca atau plastik
yang sangat halus. Teknologi fiber optik sangat cepat dalam mentransfer data karena
penggunaan cahaya sebagai penghantarnya, dimana cahaya memiliki kecepatan yang sangat
tinggi sehingga dalam pengukurannya harus menggunakan alat bantu ukur. Media pembawa
pada fiber optik adalah cahaya dan bukan isyarat listrik yang dapat memberikan keuntungan
dalam hal pentransmisian fiber optik dibanding dengan sinyal elektris atau kabel lainnya.
Dalam perancangan sistem transmisi fiber optik memerlukan berbagai pertimbangan
mengenai komponen, modulasi, dan tipe kabel yang akan digunakan agar dapat diperoleh
performa yang diharapkan dalam hal tingkat dispersi maupun pelemahan yang terjadi. Pada
proses perancangan awal umumnya didasarkan pada performa secara teoritis yang harapannya
tidak terlalu berbeda dengan performa secara nyata. Menentukan konfigurasi sistem yang
terbaik perlu memperhatikan segala keuntungan dan konsekuensi dari tiap komponen atau
teknik yang digunakan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengenalan Sistem Komunikasi Serat Optik


1.1. Struktur Dasar Sebuah Serat Optik

Gambar 1. di bawah merupakan struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri
dari 3 bagian : core (inti), cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer
(pelindung).

Gambar 1. Struktur Dasar Serat Optik

Inti adalah sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik (bahan silika
(SiO2), biasanya diberi doping dengan germanium oksida (GeO2) atau fosfor penta
oksida (P2O5) untuk menaikan indeks biasnya) yang tidak menghantarkan listrik, inti
ini memiliki jari-jari a, besarnya sekitar 8 – 200 µm dan indeks bias n1, besarnya
sekitar1,5. Inti di selubungi oleh lapisan material, disebut kulit, yang terbuat dari bahan
dielektrik (silika tanpa atau sedikit doping), kulit memiliki jari-jari sekitar 125 – 400
µm indeks bias-nya n2, besarnya sedikit lebih rendah dari n1.

Walaupun cahaya merambat sepanjang inti serat tanpa lapisan material kulit,
namun kulit memiliki beberapa fungsi :

 Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar

 Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti

 Melindungi serat dari kontaminasi penyerapan permukaan

 Menambah kekuatan mekanis

Jika perbedaan indeks bias inti dan kulit dibuat drastis disebut serat optik Step Indeks

(SI), selisih antara indek bias kulit dan inti disimbolkan dengan  dimana :

4
Sedangkan jika perbedaan indek bias inti dan kulit dibuat secara perlahan-lahan
disebut Graded Indeks (GI), bagaimana turunnya indeks bias dari inti ke kulit
ditentukan oleh indeks profile, α. Gambar 2. menunjukkan perbedaan antara graded
index dan step index.

Gambar 2. Perbedaan antara step index dan graded index

Untuk pelindungan tambahan, kulit dibungkus oleh lapisan tambahan (terbuat


dari plastik jenis tertentu) yaitu mantel atau buffer untuk melindungi serat optik dari
kerusakan fisik. Buffer bersifat elastis, mencegah abrasi dan mencegah loss hamburan
akibat microbends.

1.2. Perambatan Cahaya Di dalam Serat Optik menurut Tinjauan Optik Geometrik

Konsep perambatan cahaya di dalam serat optik, dapat ditinjau dengan dua
pendekatan/teori yaitu optik geometrik dimana cahaya dipandang sebagai sinar yang
memenuhi hukum-hukum geometrik cahaya (pemantulan dan pembiasan) dan optik
fisis dimana cahaya dipandang sebagai gelombang elektro-magnetik (teori mode).

 Memberikan gambaran yang jelas dari perambatan cahaya sepanjang


serat optik

 Dua tipe sinar dapat merambat sepanjang serat optik yaitu sinar
meridian dimana sinar merambat memotong sumbu serat optik dan skew
ray dimana sinar merambat tidak melalui sumbu serat optik

 Sinar-sinar Meridian dapat diklasifikasikan menjadi bound dan


unbound rays, lihat Gambar 3.

5
Gambar 3.Serat Optik Jenis Step Index

Pada Gambar 3, serat optik adalah jenis step indeks, dimana indeks bias, n1, lebih besar
dari indek bias kulit, n2, Unbound rays dibiaskan keluar dari inti, sedangkan bound rays
akan terus menerus dipantulkan dan merambat sepanjang inti, dianggap permukaan
batas antara inti dan kulit sempurna/ideal (namun akibat ketidak-sempurnaan ketidak-
sempurnaan permukaan batas antara inti dan kulit maka akhirnya sinar akan keluar dari
serat). Secara umum sinar-sinar meridian (mengikuti hukum pemantulan dan
pembiasan).

Bound rays di dalam serat optik disebabkan oleh pemantulan sempurna, dimana
agar peristiwa ini terjadi maka sinar yang memasuki serat harus memotong perbatasan
inti - kulit dengan sudut lebih besar dari sudut kritis, c, sehingga sinar dapat merambat
sepanjang serat.

Lihat Gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Skema Acceptance Angle

Sudut a adalah sudut maksimum sinar yang memasuki serat agar sinar dapat tetap
merambat sepanjang serat (dipandu), sudut ini disebut sudut tangkap (acceptance
angle).

Pada Gambar 5 di bawah ini :

6
Gambar 5. Skema Acceptance Cone

Numerical aperture (NA) adalah ukuran kemampuan sebuah serat untuk menangkap
cahaya, juga dipakai untuk mendefenisikan acceptance cone dari sebuah serat optik.
Dengan menggunakan hukum Snellius NA dari serat adalah :

Karena medium dimana tempat cahaya memasuki serat umumnya adalah udara maka
n0 = 1 sehingga NA = sin a. NA digunakan untuk mengukur source-to-fiber power-
coupling efficiencies, NA yang besar menyatakan source-to-fiber power-coupling
efficiencies yang tinggi. Nilai NA biasanya sekitar 0,20 sampai 0,29 untuk serat gelas,
serat plastik memiliki NA yang lebih tinggi dapat melebihi 0,5.

1.3. Perambatan Cahaya Di dalam Serat Optik menurut Tinjauan Optik Fisis

Pendekatan cahaya sebagai sinar hanya menerangkan bagaimana arah dari


sebuah gelombang datar merambat di dalam sebuah serat namun tidak meninjau sifat
lain dari gelombang datar yaitu interferensi, dimana gelombang datar saling
berinterferensi sepanjang perambatan, sehingga hanya tipe-tipe gelombang datar
tertentu saja yang dapat merambat sepanjang serat. Maka diperlukan tinjauan optik
fisis yaitu memandang cahaya sebagai gelombang elektromagnetik yang disebut teori
mode.

Teori mode selain digunakan untuk menerangkan tipe-tipe gelombang datar


yang dapat merambat sepanjang serat, juga untuk menerangkan sifat-sifat serat optik
seperti absorpsi, attenuasi dan dispersi

Mode adalah “konfigurasi perambatan cahaya di dalam serat optik yang


memberikan distribusi medan listrik dalam transverse yang stabil (tidak berubah
sepanjang perambatan cahaya dalam arah sumbu) sehingga cahaya dapat dipandu di

7
dalam serat optik” ( Introduction To Optical Fiber Communication, Yasuharu
Suematsu, Ken – Ichi Iga). Kumpulan gelombang-gelombang elektromagnetik yang
terpandu di dalam serat optik disebut mode-mode.

Teori mode memandang cahaya sebagai sebuah gelombang datar yang


dinyatakan dalam arah, amplitudo dan panjang gelombang dari perambatannya.
Gelombang datar adalah sebuah gelombang yang permukaannya (dimana pada
permukaan ini fase-nya konstan, disebut muka gelombang) adalah bidang datar tak
berhingga tegak lurus dengan arah perambatan. Hubungan panjang gelombang,
kecepatan rambat dan frekuensi gelombang dalam suatu medium:

c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa = 3.108 m/det, f = frekuensi cahaya, n =


indeks bias medium.

Misal muka gelombang memasuki inti dari serat optik seperti pada Gambar 6.
Hanya muka gelombang yang sudut datangnya lebih kecil atau sama dengan sudut kritis
yang dapat merambat sepanjang serat optik. Muka gelombang akan mengalami
perubahan fase sepanjang perambatan di dalam serat optik. Perubahan fase juga terjadi
ketika gelombang dipantulkan. Muka gelombang harus tetap sefase setelah muka
gelombang transvers memantul bolak balik. Jarak transverse ditunjukan antara titik A
dan B pada Gambar 6. Gelombang yang dipantulkan pada titik A dan B adalah sefase
jika total perubahan fase adalah kelipatan bulat 2π. Jika perambatan muka gelombang
tidak sefase maka akan hilang karena interferensi destruktif. Interferensi inilah yang
menyebabkan kenapa hanya sejumlah mode yang dapat merambat sepanjang serat
optik.

Gambar 6. Muka gelombang datang menuju serat optik


Arah gelombang datar dianggap dalam arah z seperti pada Gambar 6. Gelombang

8
𝑍
datar berulang pada jarak: , gelombang datar juga berulang pada frekuensi
sin(𝜃)
2𝑣
periodik sin(𝜃), β adalah konstanta propagasi sepanjang sumbu serat. Jika panjang
𝑍

gelombang (λ) berubah nilai β juga berubah. Untuk mode tertentu, perubahan pada
panjang gelombang dapat mencegah mode merambat sepanjang serat. Mode
dikatakan cut-off. Mode yang ada (terikat) pada satu panjang gelombang mungkin
tidak ada pada panjang gelombang yang lebih panjang. Panjang gelombang yang
menyebabkan mode tidak terikat lagi disebut panjang gelombang cut-off untuk mode
tersebut. Bagaimanapun juga, sebuah serat optik selalu mampu merambatkan paling
sedikit satu mode, disebut fundamental mode dari serat optik, mode fundamental ini
tidak pernah cut-off. Panjang gelombang yang mencegah mode yang lebih tinggi
merambat disebut panjang gelombang cut-off dari serat optik. Sebuah serat optik yang
beroperasi di atas panjang gelombang cut-off disebut serat optik mode tunggal (single
mode). Pada sebuah serat optik, konstanta propagasi dari gelombang datar adalah
fungsi dari panjang gelombang dan mode. Perubahan konstanta propagasi untuk
gelombang yang berbeda disebut dispersi. Perubahan konstanta propagasi untuk
panjang gelombang yang berbeda disebut dispersi kromatik. Perubahan konstanta
propagasi untuk mode yang berbeda disebut dispersi modal. Dispersi ini disebabkan
pulsa cahaya melebar ketika merambat di dalam serat.
MODE adalah kumpulan/himpunan gelombang eloktromagnetik terpandu dari
sebuah serat optik. Persamaan Maxwell menyatakan gelombang elektromagnetik atau
mode terdiri dari dua komponen. Dua komponen tersebut adalah medan listrik E(x, y,
z) dan medan magnet H(x, y, z). Medan listrik, E, dan medan magnet, H, tegak lurus
satu sama lain. Gambar 7 menunjukkan ilustrasi mode perambatan gelombang. Mode
yang merambat pada serat optik dikatakan transverse. Transverse mode, merambat
sepanjang sumbu serat optik. Pola medan mode disebut Transverse Electric (TE).
Pada TE mode, medan listrik tegak lurus arah perambatan, medan magnet pada arah
perambatan. Transverse mode lain adalah transverse magnetic (TM) mode. TM mode
berlawanan dengan TE mode, pada TM mode, medan magnet tegak lurus dengan arah
perambatan dan medan listrik searah arah perambatan.

9
Gambar 7. Mode perambatan gelombang
Pola medan TE menyatakan orde dari masing masing mode. Orde dari masing-
masing mode diindikasikan oleh jumlah maksima medan di dalam inti serat. Sebagai
contoh TE0 memiliki satu medan maksima, medan listrik maksimum pada pusat dari
pandu gelombang dan meluruh/berkurang menuju perbatasan kulit-inti. TE0 adalah
fundamental mode atau mode terendah standing wave. Jika jumlah medan maksima
bertambah, maka orde mode lebih tinggi. Secara umum, mode dengan beberapa
medan maksima dikatakan mode dengan orde lebih tinggi. Orde mode juga ditentukan
oleh sudut yang dibentuk oleh muka gelombang dengan sumbu serat. Gambar 8
mengilustrasikan sinar merambat pada serat, sinar ini menyatakan arah dari muka
gelombang. Mode orde tinggi memotong sumbu serat dengan sudut lebih kecil. Orde
rendah dan orde tinggi diperlihatkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Perambatan gelombang orde rendah dan orde tinggi


Perlu dicatat bahwa mode tidak seluruhnya terkurung dalam inti serat, sebagian mode
menembus kulit. Mode orde rendah hanya menembus kulit sedikit. Pada mode orde
rendah, medan listrik dan magnet terkonsentrasi pada sumbu fiber. Sedangkan mode
orde tinggi menembus lebih jauh ke dalam kulit. Pada orde tinggi, medan listrik dan
magnet terdistribusi lebih pada sisi luar serat optik. Penetrasi dari orde rendah dan
tinggi ini ke dalam kulit menyatakan bahwa sebagian dibiaskan keluar dari inti. Mode
yang dibiaskan mungkin terperangkap dalam kulit disebabkan oleh dimensi dari
daerah kulit. Mode yang terperangkap pada daerah kulit disebut mode kulit. Ketika

10
mode inti dan kulit merambat sepanjang serat maka mode mungkin terjadi kopling.
Kopling mode adalah pertukaran daya antara dua mode. Kopling mode pada kulit akan
menyebabkan hilangnya daya dari mode inti. Untuk mode yang tetap dalam inti, maka
mode harus memenuhi beberapa syarat batas. Mode akan tetap terikat jika konstanta
propagasi (β) memenuhi syarat batas berikut:

dimana n1 dan n2 adalah indeks bias inti dan kulit. Ketika konstanta propagasi lebih
2𝑣𝑛2
kecil dari , maka daya akan bocor keluar dari inti ke kulit. Secara umum,
𝑍

kebocoran mode ke dalam kulit akan hilang pada beberapa centimeter. Mode bocor
dapat membawa daya yang besar pada serat optik pendek.
Gelombang elektromagnetik yang terikat pada serat optik dinyatakan oleh
Normalized Frequency. Normalized Frequency menentukan berapa banyak mode
yang dapat terpandu pada serat optik. Normalized Frequency juga berhubungan
dengan panjang gelombang cut-off serat optik. Normalized frequency (V)
didefinsikan:

dimana n1 adalah indeks bias serat dan n2 adalah indek bias kulit, a adalah diameter
serat dan λ adalah panjang gelombang cahaya diudara. Jumlah mode yang dapat
terpandu dalam serat optik adalah fungsi dari V. Jika V bertambah , maka jumlah
mode yang dapat terpandu di dalam serat optik juga akan bertambah.

1.4. Tipe Serat Optik

Serat optik dikarakteristikan oleh strukturnya dan sifat transmisinya. Secara


dasar, serat optik diklasifikasikanmenjadi dua. Pertama adalah serat optik mode
tunggal dan kedua adalah serat optik multi mode. Struktur dasarnya berbeda pada
ukuran intinya. Serat optik mode tunggal dibuat dengan bahan yang sama dengan serat
optik multi mode, juga dengan proses fabrikasi yang sama.

 Serat optik mode tunggal

Ukuran inti serat optik mode tunggal sangat kecil, diameternya biasanya
sekirar 8 – 10 μm, serat optik dengan ukuran serat sekecil ini hanya akan
mengijinkan fundamental atau mode orde terendah yang untuk
merambat dengan panjang gelombang sekitar 1300 nm. Serat mode

11
tunggal hanya merambatakan satu mode karena ukuran inti mendekati
ukuran panjang gelombang. Nilai normalized frequency parameter (V)
menghubungkan ukuran inti dan propagasi mode. Pada mode tunggal,
V lebih kecil atau sama dengan 2,405. Ketika V  2,405, serat optik
mode tunggal merambatkan fundamental mode pada inti serat,
sedangkan orde orde yang lebih tinggi akan hilang di kulit. Untuk V
rendah (  1,0), kebanyakan daya dirambatkan pada kulit, power yang
ditransmisikan oleh kulit akan dengan mudah hilang pada lengkungan
serat, maka nilai V dibuat sekitar 2, 405. Serat optik mode tunggal
memiliki sinyal hilang yang rendah dan kapasitas informasi yang lebih
besar (bandwidth) daripada serat optik multi mode. Serat optik mode
tunggal dapat mentransmisikan data yang lebih besar karena dispersi
yang lebih rendah.

 Serat optik multi mode

Serat optik multi mode merambatkan lebih dari satu mode, dapat
merambatkan lebih dari 100 mode. Jumlah mode yang merambat
bergantung pada ukuran inti dan numerical aperture (NA). Jika ukuran
inti dan NA bertambah maka jumlah mode bertambah. Ukuran inti dan
NA biasanya sekitar 50 – 100 μm dan 0,20 – 0,229. Ukuran inti dan NA
yang lebih besar memberikan beberapa keuntungan, cahaya yang
diumpankan ke serat optik multi mode menjadi lebih mudah, koneksi
antara serat juga lebih mudah. Keuntungan lainnya adalah serat optik
multi mode mengijinkan penggunaan light-emitting diodes (LEDs).
LEDs lebih murah, lebih sederhana dan umurnya hidupnya lebih
panjang sehingga LED lebih digunakan untuk banyak aplikasi. Serat
optik multi mode memiliki kerugian, dengan jumlah mode yang banyak
maka efek dispersi modal akan bertambah. Dispersi modal (intermodal
dispersion) berarti mode mode tiba diujung serat dengan waktu yang
berbeda. Perbedaan waktu ini menyebabkan pulsa cahaya melebar.
Dispersi modal akan memberikan efek pada bandwidth sistem menjadi
lebih kecil (lebih sedikit membawa informasi.). Manufaktur serat optik
mengatur diameter serat, NA dan profile indeks bias dari serat optik
multi mode untuk memaksimalkan bandwidth sistem.

12
1.5. Keuntungan Sistem Serat Optik

Serat optik dikatakan merevolusi dunia telekomunikiasi saat ini karena dibandingkan
dengan sistem konvensional menggunakan kabel logam (tembaga) biasa, serat optik
memiliki beberapa keunggulan seperti berikut:

 Biaya lebih murah, Beberapa mil kabel optik dapat dibuat lebih murah
dari kabel tembaga dengan panjang yang sama.

 Kecil dan ringan, Serat optik dapat dibuat dengan diameter lebih kecil
(ukuran diameter kulit dari serat sekitar 100 m dan total diameter
ditambah dengan jaket pelindung sekitar 1 – 2 mm) daripada kabel
tembaga, dan juga karena serat optik membawa light (cahaya) maka
tentunya memiliki light weight (berat yang ringan). Maka kabel serat
optik mengambil tempat yang lebih kecil di dalam tanah.

 Kapasitas besar, Karena serat optik lebih tipis dari kabel tembaga maka
kebanyakan serat optik dapat dibundel ke dalam sebuah kabel dengan
diameter tertentu maka beberapa jalur telepon dapat berada pada kabel
yang sama atau lebih banyak saluran televisi pada TV cable dapat
melalui kabel. Serat optik juga memiliki bandwidth yang besar ( 1 dan
100 GHz, untuk multimode dan single-mode sepanjang 1 Km).

 Rugi-rugi lebih kecil, Sinyal yang loss pada serat optik lebih kecil
(kurang dari 1 dB/km pada rentang panjang gelombang yang lebar)
dibandingkan dengan kabel tembaga.

 Menggunakan cahaya, Tidak seperti sinyal listrik pada kabel tembaga,


sinyal cahaya dari satu serat optik tidak berinterferensi dengan sinyal
cahaya pada serat optik yang lainnya di dalam kabel yang sama, juga
tidak ada interferensi elektromagnetik. Ini berarti meningkatkan kualitas
percakapan telepon atau penerimaan TV.

 Daya sedikit, Karena sinyal pada serat optik mengalami loss yang
rendah, transmitter dengan daya yang rendah dapat digunakan
dibandingkan dengan sistem kabel tembaga yang membutuhkan
tegangan listrik yang tinggi, hal ini jelas dapat mengurangi biaya yang
dibutuhkan.

13
 Serat optik secara ideal cocok untuk membawa informasi digital dimana
berguna secara khsusus pada jaringan komputer.

 Tidak mudah terbakar, Karena tidak ada arus listrik yang melalui serat
optik, maka tidak ada resiko bahaya api.

1.6. Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik

Gambar 9 merupakan dasar sistem komunikasi terdiri dari sebuah transmitter,


sebuah recevier, dan sebuah information channel. Pada transmitter informasi
dihasilkan dan mengolahnya menjadi bentuk yang sesuai untuk di kirimkan sepanjang
information channel, informasi ini berjalan dari transmitter ke receiver melalui
information channel ini. Information channels dapat dibagi menjadi 2 kategori :
Unguided channel dan Guided channel. Atmosphere adalah sebuah contoh Unguided
channel, sistem yang menggunakan atmospheric channel adalah radio, televisi dan
microwave relay links. Guided channels mencakup berbagai variasi struktur tranmisi
konduksi, seperti two-wire line, coaxial cable, twisted–pair.

Gambar 9. Sistem dasar komunikasi serat optik

Gambar 10 merupakan blok diagaram sistem komunikasi serat optik secara


umum, dimana fungsi-fungsi dari setiap bagian adalah sebagai berikut:

 Message Origin

Message origin bisa berupa besaran fisik non-listrik (suara atau


gambar), sehingga diperlukan transduser (sensor) yang merubah
message dari bentuk non-listrik ke bentuk listrik. Contoh yang umum
adalah microphone merubah gelombang suara menjadi arus listrik dan
Video cameras (CCD) merubah gambar menjadi arus listrik.

 Modulator dan Carrier Source

Memiliki 2 fungsi utama, pertama merubah message elektrik ke dalam


bentuk yang sesuai, kedua menumpangkan sinyal ini pada gelombang
yang dibangkitkan oleh carrier source. Format modulasi dapat

14
dibedakan menjadi modulasi analog dan digital. Pada modulasi digital
untuk menumpangkan sinyal data digital pada gelombang carrier,
modulator cukup hanya meng-on kan atau meng- off kan carrier source
sesuai dengan sinyal data-nya.

Carrier source membangkitkankan gelombang cahaya dimana padanya


informasi ditransmisikan, yang umum digunakan Laser Diode (LD)
atau Light Emitting Diode (LED).

 Channel Coupler

Untuk menyalurkan power gelombang cahaya yang telah termodulasi


dari carrier source ke information channel (serat optik). Merupakan
bagian penting dari desain sistem komunikasi serat optik sebab
kemungkinan loss yang tinggi.

 Information Channel (Serat Optik)

Karakteristik yang diinginkan dari serat optik adalah atenuasi yang


rendah dan sudut light-acceptance-cone yang besar. Amplifier
dibutuhkan pada sambungan yang sangat panjang (ratusan atau ribuan
kilometer) agar didapatkan power yang cukup pada receiver. Repeater
hanya dapat digunakan untuk sistem digital, dimana berfungsi merubah
sinyal optik yang lemah ke bentuk listrik kemudian dikuatkan dan
dikembalikan ke bentuk sinyal optik untuk transmisi berikutnya. Waktu
perambatan cahaya di dalam serat optik bergantung pada frekuensi
cahaya dan pada lintasan yang dilalui, sinyal cahaya yang merambat di
dalam serat optik memilki frekuensi berbeda-beda dalam rentang
tertentu (lebar spektrum frekuensi) dan powernya terbagi-bagi
sepanjang lintasan yang berbeda-berbeda, hal ini menyebabkan distorsi
pada sinyal.

Pada sistem digital distorsi ini berupa pelebaran (dispersi) pulsa digital
yang merambat di dalam serat optik, pelebaran ini makin bertambah
dengan bertambahnya jarak yang ditempuh dan pelebaran ini akan
tumpang tindih dengan pulsa-pulsa yang lainnya, hal ini akan
menyebabkan kesalahan pada deteksi sinyal. Adanya dispersi
membatasi kecepatan informasi (pada sistem digital kecepatan

15
informasi disebut data rate diukur dalam satuan bit per second (bps) )
yang dapat dikirimkan.

Pada fenomena optical soliton, efek dispersi ini diimbangi dengan efek
non-linier dari serat optik sehingga pulsa sinyal dapat merambat tanpa
mengalami perubahan bentuk (tidak melebar).

 Detector dan Amplifier

Digunakan foto-detektor (photo-diode, photo transistor dsb) yang


berfungsi merubah sinyal optik yang diterima menjadi sinyal listrik.

 Signal Processor

Untuk transmisi analog, sinyal prosesor terdiri dari penguatan dan


filtering sinyal. Filtering bertujuan untuk memaksimalkan rasio dari
daya sinyal terhadap power sinyal yang tidak diinginakan. Fluktuasi
acak yang ada pada sinyal yang diterima disebut sebagai noise.
Bagaimana pengaruh noise ini terhadap sistem komunikasi ditentukan
oleh besaran SNR (Signal to Noise Ratio), yaitu perbandingan daya
sinyal dengan daya noise, biasanya dinyatakan dalam desi-Bell (dB),
makin besar SNR maka makin baik kualitas sistem komunikasi tersebut
terhadap gangguan noise.

Untuk sistem digital, sinyal prosesor terdiri dari penguatan dan filtering
sinyal serta rangkaian pengambil keputusan. Rangkaian pengambil
keputusan ini memutuskan apakah sebuah bilangan biner 0 atau 1 yang
diterima selama slot waktu dari setiap individual bit. Karena adanya
noise yang tak dapat dihilangkan maka selalu ada kemungkinan
kesalahan dari proses pengambilan keputusan ini, dinyatakan dalam
besaran Bit Error Rate (BER ) yang nilai-nya harus kecil pada
komunikasi. Jika data yang dikirim adalah analog (misalnya suara),
namun ditransmisikan melalui serat optik secara digital (pada
transmitter dibutuhkan Analog to Digital Converter (ADC) sebelum
sinyal masuk modulator) maka dibutuhkan juga Digital to Analog
Converter (DAC) pada sinyal prosesor, untuk merubah data digital
menjadi analog, sebelum dikeluarkan ke output (misalnya speaker).

 Message Output

16
Jika output yang dihasilkan di presentasikan langsung ke manusia, yang
mendengar atau melihat informasi tersebut, maka output yang masih
dalam bentuk sinyal listrik harus dirubah menjadi gelombang suara atau
visual image. Transduser (actuator) untuk hal ini adalah speaker untuk
audio message dan tabung sinar katoda (CRT) (atau yang lainnya seperti
LCD, OLED dsb) untuk visual image. Gambar 10 menunjukkan ilustrasi
mengenai bentuk gelombang disepanjang pentransmisian.

Gambar 10. Ilustrasi bentuk gelombang sepanjang dalam perambatan


serat optik

Pada beberapa situasi misalnya pada sistem dimana komputer-komputer


atau mesin-mesin lainnya dihubungkan bersama-sama melalui sebuah
sistem serat optik, maka output dalam bentuk sinyal listrik langsung
dapat digunakan. Hal ini juga jika sistem serat optik hanya bagian dari
jaringan yang lebih besar, seperti pada sebuah fiber link antara
telephone exchange atau sebuah fiber trunk line membawa sejumlah

17
progam televisi, pada kasus ini prosesing mencakup distribusi dari
sinyal listrik ke tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan. Peralatan pada
message ouput secara sederhana hanya berupa sebuah konektor elektrik
dari prosesor sinyal ke sistem berikutnya.

2. Sistem Pentransmisian Fiber Optik


2.1. Konsep Dasar Pentransmisian Fiber Optik
Fiber optic telah digunakan untuk berbagai penggunaan dalam telekomunikasi.
Tiga kelompok besar dalam penggunaan fiber optic berkaitan dengan jarak dekat,
menengah dan juga jauh, yaitu sebagai berikut:
1) Local Loop (antar pelanggan) dan LAN
2) Komunikasi Interoffice/Interexchange
3) Long haul (komunikasi antar kota)

Kapasitas (bit rate), jarak, dan topologi sangat mempengaruhi system yang akan
didesain dan tentunya juga mempertimbangkan aspek ekonomis. Hingga sejauh ini
untuk jaringan antar kota dan antar sentral sudah mengandalkan transmisi fiber optik,
karena keunggulannya dibanding kabel koaksial biasa, ke depannya jaringan local juga
kemungkinan besar akan menggunakan fiber.

Teknologi sistem pentransmisian fiber optic juga telah mengalami beberapa kali
perkembangan, yang dapat dilihat melalui gambaran pada Gambar 11. Pada masa awal

Gambar 11. 8 generasi perubahan sistem komunikasi fiber optic

18
sistem fiber optic diperkenalkan masih serba sederhana tanpa mengandalkan penguat
optik dan regenerator optik masih sangat mahal pada saat itu. Dengan
dikembangkannya penguat optik, masalah mengenai jarak pada pentransmisian dapat
ditangani dan perkembangan selanjutnya lebih berfokus untuk meningkatkan pesat data
yang dikirimkan.

Generasi pertama sistem fiber optik masih sangat terbatas mengenai pesat data
dan juga jarak transmisinya dikarenakan loss dan disperse yang tinggi. Kemudian pada
generasi kedua dipergunakan pentransmisian dengan panjang gelombang 1.3 µm yang
dapat meningkatkan pesat data dan jarak antar regenerator. Sistem generasi kedua
tersebut masih menggunakan tipe fiber multimode yang rentan interferensi. Penggunaan
fiber optik single mode dapat meningkatkan performa pesat data dan jarak dengan
signifikan, hal ini menandai dimulainya generasi ketiga dari sistem fiber optik. Generasi
keempat dari fiber optik menggunakan cahaya dengan panjang gelombang 1.55 µm
agar dapat mengurangi pelemahan yang terjadi. Pada awal tahun 1990an muncul
penguat optis yang merupakan repeater optik tanpa memerlukan konversi isyarat
cahaya menjadi isyarat listrik terlebih dahulu, hal tersebut semakin meningkatkan jarak
transmisi antar regenerator, sistem ini disebut sebagai generasi kelima. Generasi yang
keenam adalah menggunakan teknik Wave Division Multiplexing(WDM) yang mampu
mengirimkan isyarat pada panjang gelombang yang berbeda sehingga pesat data yang
dapat dikirim menjadi lebih besar.

Sistem-sistem fiber optik yang telah dijelaskan diatas menggunakan modulasi


intensitas optis di bagian pemancarnya. Pada generasi ketujuh selanjutnya digunakan
modulasi fase di bagian pemancarnya dan pendeteksian koheren yang mampu
meningkatkan sensitifitas penerima, dengan koherensi sistem komunikasi optik
memungkinkan dilakukan Frequency Division Multiplexing(FDM) yang dapat
meningkatkan kapasitas kanal dalam skala besar. Kedepannya pentransmisian soliton
sebagai generasi kedelapan tidak dapat diragukan lagi akan mampu memberikan
layanan broadband yang semakin baik.

2.2. Sistem Intensitas Termodulasi

Pada teknik modulasi intensitas, suatu isyarat dikirimkan dengan sinyal 1 atau
0 yang diwujudkan dalam bentuk lampu menyala atau mati. Maka dari itu Bandwidth
dan jumlah kanal yang dapat ditransmisikan sangat dipengaruhi seberapa cepat laser

19
dapat berubah kondisi antara menyala dan mati. Dengan Distributed Feedback Laser
pada panjang gelombang 1.3 µm dan 1.55 µm, modulasi intensitas optis mampu
beroperasi dengan baik hingga lebih dari 10Gb/s.

Sensitivitas penerima dalam sistem pentransmisian harus dimaksimalkan agar


penerimaan terhindar dari error. Sistem intensitas termodulasi atau juga disebut
Amplitude Shift Keying (ASK) menggunakan pendeteksian langsung sehingga
sensitivitas penerima ditentukan oleh jumlah minimum photon yang dapat dideteksi
penerima. Pada penerima ideal jumlah minimum photon yang dapat dideteksi untuk
memperoleh BER sebesar 10-9 adalah 10. Namun pada kenyataannya penerima ideal
tidak mungkin ada. Maka dari itu penerima deteksi langsung mempunyai penguat
elektronis agar mampu mendeteksi lebih akurat namun hal tersebut memberikan
dampat adanya noise yang muncul akibat panas dan error transistor.

2.3. Sistem Transmisi Optis Koheren

Transmisi optis koheren merupakan sistem yang menjanjikan untuk dapat


memperoleh sensitivitas maksimal pada penerima, efisiensi spektrum yang baik, dan
juga jarak transmisi yang paling jauh dalam hal sistem komunikasi optis. Muncul di
akhir 1980an dan awal 1990an sistem koheren langsung menarik perhatian karena
kemampuannya yang dapat meningkatkan sensitivitas penerima seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 12. Pada sistem koheren Phase Shift Keying, sensitivitas
penerima dapat mencapai 9 photon/bit. Ketertarikan terhadap sistem koheren ini terus
berlangsung hingga pada saat kemunculan erbium-doped fiber amplifier(EDFA) dan
teknik WDM, peminat dalam sistem koheren mulai berkurang.

Gambar 12. Grafik sensitivitas penerima pada berbagai metode deteksi

20
Beberapa tahun belakangan ini, sistem koheren mulai kembali dilirik seiring
dengan perkembangan teknologi sirkuit digital yang berkecepatan tinggi. Terpisah dari
meningkatkan senstivitas penerima, hal yang diutamakan saat ini adalah
memaksimalkan efisiensi spektrum. Secara umum sistem transmisi koeheren
merupakan teknik yang menggunakan modulasi amplitude dan fase dari sebuah cahaya,
serta pentransimisian melalui 2 polarisasi agar memungkinkan pengiriman informasi
yang lebih banyak melalui kabel fiber optik.

Sistem transmisi optis koheren memiliki ciri khas yaitu kemampuannya dapat
melakukan pendeteksian koheren, yang artinya penerima optis dapat melacak fase dari
pengirim atau fase koheren agar dapat memperoleh informasi frekuensi dan fase yang
dibawa oleh sinyal yang dikirimkan. Deteksi koheren juga dikenal pada sistem
komunikasi wireless yang menggunakan osilator local frekuensi radio yang ditala
menjadi heterodyne, yaitu merupakan teknik pengolahan sinyal dengan
membangkitkan frekuensi baru dari 2 buah frekuensi yang digabungkan, kemudian
dibagian penerimanya terdapat RF mixer dan Digital Signal Processor(DSP) yang
dapat memulihkan informasi fase dan amplitude dari sinyal pembawa.

Pada sistem koheren komunikasi optis, laser bidang sempit berperan sebagai
osilator local yang dapat menjadi intradyne, dan di bagian penerima terdapat optical
coherent mixer yang dapat memulihkan amplitude dan fase dari sinyal pembawa optis.
Perbedaan mengenai deteksi koheren pada sistem nirkabel dan sistem optis dapat dilihat
pada Gambar 13. Intradyne yang dimaksud pada sistem koheren optis artinya adalah
perbedaan frekuensi antara osilator lokal dan sinyal optis pembawa yang diterima
adalah kecil dan masih dalam lebar bidang dari penerima serta tidak bernilai nol.
Sehingga osilator local tidak diperlukan memiliki keakuratan yang sangat hebat.

21
Gambar 13. Ilustrasi mengenai sistem kerja deteksi koheren pada (a) sistem nirkabel, dan (b)
pada sistem optis

Berbeda dengan deteksi langsung yang umumnya digunakan untuk sistem


dengan kecepatan 10Gb/s atau kurang. Pada bagian photo-detector hanya merespon
perubahan yang terjadi atas daya dari sinyal optis yang diterima, dan tidak dapat
mengambil informasi fase maupun frekuensi dari sinyal optis pembawa. Maka dari itu
deteksi koeheren memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan deteksi
langsung antara lain adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan sensitivitas penerima dengan signifikan


2) Dapat mengambil informasi fase, frekuensi dan amplitude dari sinyal
pembawa optis, sehingga dapat menghasilkan kapasitas yang lebih besar
pada lebar bidang yang sama.
3) Jaringan lebih sederhana dari pendeteksian langsung karena penggunaan
DSP pada sistem koheren dapat mengatasi dispersi dan spektrum
kromatis yang lebar, sehingga tidak lagi dibutuhkan kompensator dan
penguat optis.
4) Signal-to-noise ratio (SNR) dapat ditingkatkan dengan penggunaan
detector common mode noise rejection ratio(CMRR) tinggi.

Kehadiran deteksi koheren ini mampu membawa sistem komunikasi optis


menuju perkembangan yang baik dalam menjawab kebutuhan komunikasi. Karenanya
pada transmisi jarak jauh (long haul) saat ini lebih mengandalkan pendeteksian
koeheren, begitu juga untuk jaringan menengah yang mulai menggunakan sistem
deteksi koheren.

2.4. Regenerator dan Repeater Optis

Repeater optis berkerja dengan 2 metode yaitu membangkitkan kembali aliran


bit atau dengan menguatkan sinyal optisnya. Penggunaan kedua metode tersebut juga
berbeda. Untuk jarak transmisi yang cenderung pendek hingga menengah seperti antar
sentral tidak terlalu memerlukan repeater optis. Sedangkan untuk jarak transmisi yang
sangat jauh (long haul) diperlukan adanya repeater optis, dispersi yang terjadi dalam
pentransmisian dapat ditangani menggunakan regenerator. Pada jaringan LAN yang
memiliki jarak transmisi pendek, sebenarnya tidak memerlukan repeater optis tetapi
jika jaringan tersebut melewati banyak percabangan (splitter) maka diperlukan adanya

22
repeater optis. Kemudian ketika penguat optis diperkenalkan, hal tersebut dapat
mengatasi masalah-masalah terkait disperse tersebut, tetapi penggunaan penguat optis
juga membawa dampak adanya akumulasi noise yang dapat melemahkan sinyal
sehingga tetap diperlukan adanya regenerator optis apabila jaraknya lebih dari
10000km. Jarak tersebut sangat jauh sehingga transmisi kabel laut pun masih dapat
dilakukan dengan baik tanpa regenerator.

Secara teknis terdapat 2 jenis repeater yaitu: regenerative opto-electronic


repeater dan all optical repeater. Regenerative opto-electronic repeater bekerja
membangkitkan kembali sinyal optis dengan cara mengubah sinyal optis yang lemah
oleh Avalanche Photodiode(APD) menjadi sinyal elektris untuk dikuatkan dan disusun
kembali menjadi gelombang pulsa yang sesuai standar, dimana gelombang yang sudah
diolah tersebut diteruskan menuju laser diode untuk dipancarkan kembali menjadi
bentuk cahaya ke transmisi fiber optik. Metode ini umunya digunakan pada sistem
transmisi jarak jauh (long haul) yang gunanya untuk menghilangkan efek dispersi
(intersymbol interference) yang disebabkan oleh fiber itu sendiri. Ketika EDFA mulai
tersedia, jumlah regenerator dalam suatu jalur transmisi dapat dikurangi. Biasanya
regenerator terletak didalam manhole, karena regenerator membutuhkan suplai daya
maka pada konstruksi kabel jarak jauh terdapat kabel tembaga sebagai penyuplai daya
untuk regenerator. Untuk sistem non-WDM digunakan 2 buah regenerator dimana 1
regenerator untuk uplink dan 1 regenerator untuk downlink.

Pada awal tahun 1990an penguat optis mulai tersedia dipasaran yang membawa
dampak revolusi terhadap sistem komunikasi jarak jauh (long haul) fiber optik, begitu
juga untuk jaringan LAN yang menjadi semakin ekonomis. Penguat optis bekerja
menguatkan sinyal cahaya tanpa perlu mengubah dahulu menjadi sinyal elektris. Hal
ini memberikan solusi yang lebih ekonomis dan rugi-rugi yang lebih kecil dalam hal
menangani pelemahan pada fiber optik. Apabila suatu jalur transmisi menggunakan
banyak penguat optis hal ini dapat berdampak pada timbulnya akumulasi disperse
kromatis dan juga noise akibat penguatan. Untuk sebagian besar, dispersi dapat
ditangani dengan penggunaan dispersion-shifted fiber. Hal lain yang menarik pada
penguat optis adalah kemampuannya yang tidak bergantung pada pesat data atau tipe
modulasi sinyal yang dikuatkannya. Hasilnya, penggunaan penguat optis pada saluran
Multi Gigabit-per-second dengan jarak beberapa ribu kilometer dapat dilakukan tanpa
menggunakan regenerative opto-electronic repeater.

23
2.5. Penjamakan Optis

Berdasarkan beberapa literatur yang ada, sistem penjamakan dalam komunikasi


optis dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Penjamakan Pembagian Panjang Gelombang (Wavelength Division


Multiplexing,WDM)
Beberapa cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda
merambat tanpa mengganggu satu sama lain, sehingga beberapa kanal
informasi yang dibedakan berdasarkan panjang gelombang, dapat
dikirimkan dalam waktu bersamaan pada seuah serat optik mode tunggal
(single mode optical fiber). Teknik ini disebut dengan penjamakan
pembagian panjang gelombang atau Wave Division
Multiplexing(WDM). WDM dapat meningkatkan kapasitas informasi
dari sebuah serat optik. Peningkatan jumlah pembawa menyebabkan
peningkatan kapasitas juga secara sebanding.
Secara sederhana sistem WDM transmisisi 1 arah dapat
diperlihatkan melalui gambaran pada Gambar 14. Penggunaan untuk
transmisi dua arah memerlukan piranti pemisah panjang gelombang
yang dua arah juga. Pada pengoperasian dua arah, penggandeng
pengarah harus diikutsertakan pada tiap-tiap stasiun untuk memisahkan
gelombang yang akan dikirim atau diterima.

Gambar 14. Penjamakan WDM


Sebuah multiplexer (MUX) optik menggandeng cahaya dari
sumber tersendiri ke serat pengiriman, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 14. Pada stasiun penerima (receiver) sebuah demultiplexer
(DEMUX) optik memisahkan pembawa yang berbeda sebelum
pendeteksian cahaya dari isyarat masing-masing. Pada umumnya,
multiplexer/demultiplexer memiliki serat optik pada terminal masukan
dan keluarannya. Hal ini juga memungkinkan untuk mengganti serat
optik masukan pada multiplexer dengan sumber optik secara langsung

24
pada sebuah piranti. Demikian pula pada demultiplexer, detektor cahaya
(light detector) dapat disambungkan ke serat pada terminal keluaran.
WDM pada komunikasi optis sama dengan teknik FDMA (Frequency
Division Multiple Access) pada komunikasi gelombang radio. Hal ini
disebabkan karena pengaturan panjang gelombang pada orde nm atau
µm lebih mudah dibandingkan mendefinisikan frekuensi pada orde
terahertz (THz) atau petahertz (PHz).

2) Penjamakan Pembagian Frekuensi (Frequency Division Multiplexing,


FDM)

Beberapa pesan dapat dikirimkan serempak sepanjang serat


optik dengan menggunakan teknik penjamakan pembagian frekuensi
atau Frequency Division Multiplexing(FDM) yang digabung dengan
teknik pendeteksian heterodyne. Pada Gambar 15 menunjukkan, N buah
diode laser yang identik ditala dengan mengatur suhu kerjanya sehingga
memancarkan frekuensi yang berbeda-beda, misalnya: ω1, ω2, …, ωN.
Dioda laser dimodulasi dengan pesan yang diinginkan. Keluaran tiap-
tiap diode laser digandengkan ke serat optik dan selanjutnya ke serat
transmisi. Di sisi penerima, cahaya dari osilator lokal tunggal dicampur
dengan masing-masing cahaya terkirim, menghasilkan frekuensi
menengah (Intermediate Frequency, IF) yang berbeda untuk setiap
kanal. Frekuensi-frekuensi yang berbeda tersebut dapat dipilih secara
elektronik oleh tapis. Kecepatan detector cahaya dan untai penerimaan
menentukan nilai maksimum IF.

Gambar 15. Penjamakan FDM

Osilator lokal tertala menggantikan osilator tunggal. Dalam


penambahannya, hanya satu tapis IF yang dibutuhkan. Kanal yang

25
diberikan akan dideteksi ketika frekuensi pembawa optik berbeda dari
frekuensi osilator lokal oleh sejumlah IF. Pada keadaan ini, seluruh
kanal lainnya akan menghasilkan IF sisi luar pada lebar bidang tapis IF.
Untuk menerima kanal yang berbeda, stasiun dapat menala tapis sesuai
kanal yang terkirim. FDM dianggap lebih baik daripada WDM karena
lebih banyak kanal yang dapat dijamakkan dalam lebar bidang yang
tersedia. Jumlah kanal pada FDM bergantung pada teknik modulasi
yang mendefinisikan efisiensi lebar bidang.

2.6. Desain Sistem

Secara garis besar sistem transmisi optis dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
(1) jarak jauh atau long haul, (2) jarak menengah antar sentral, dan (3) jaringan lokal
antar pelanggan. Desain sistem tersebut melibatkan banyak aspek, seperti tipe sumber
yang dipakai (LED atau LD), tipe fiber (multimode atau single mode) dan photodetector
(PIN atau APD). Pemilihan berbagai macam komponen tertantung pada jarak antara
transmitter dengan receiver serta kecepatan(rate) informasi. Terlepas dari hal ini,
masalah mengenai biaya, ketahanan komponen, kemungkinan upgrade, dll juga
merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan. Rise time sumber, fiber dan
detector akan menentukan bandwidth yang tersedia untuk transmisi. Sedangkan tingkat
daya yang dikirim dan diterima serta berbagai pelemahan yang terjadi dalam saluran
transmisi merupakan pertimbangan yang termasuk dalam power budget. Desain system
fiber optik biasanya dilakukan dengan memakai pertimbangan power budget dan rise
time budget.

1) Power Budget

Sumber yang memancarkan daya (Pi) mengkopel cahaya ke fiber


optik, pada kasus ini terdapat rugi-rugi kopel. Cahaya yang merambat
dalam fiber mengalami rugi-rugi transmisi. Kemudian dalam jalur yang
terdapat sambungan dan konektor dapat menyebabkan adanya rugi-rugi
sambungan/konektor. Pada akhirnya, cahaya yang sampai pada detector
(pada regenerator atau receiver), mengalami beberapa kali pelemahan.
Jika Pi dan Po adalah daya yang dipancarkan oleh sumber dan datang
pada detector, maka total loss dalam dB adalah:

26
 Po 
Loss = 10 log  
 Pi 
Terpisah dari loss yang sebenarnya dialami, ketika mendesain
link biasanya dimasukkan margin 6 – 8 dB untuk mengatasi akibat loss
yang berasal dari sambungan atau komponen yang mungkin harus
ditambahkan pada waktu yang akan datang, serta untuk mengatasi setiap
keburukan komponen akibat umur komponen tersebut.

Jika seluruh loss dinyatakan dalam dB, maka daya yang diterima
oleh receiver untuk daya sumber Pi (dBm) adalah:

Po = Pi – Nclc – Nsls - Lt


dengan lc adalah connector loss dan Nc mewakili jumlah konektor, ls
adalah rugi-rugi pada setiap sambungan dan Ns mewakili jumlah
sambungan, t adalah fiber transmission loss (dalam dB/km) akibat
disperse fiber serta L mewakili panjang total fiber dalam km.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mencapai BER


tertentu, terdapat nilai daya minimum Pmin yang datang pada detector.
Jadi, jika Pm mewakili margin daya (umumnya 6 – 8 dB), maka:

Po – Pm > Pmin
2) Rise Time Budget
Rise time budget adalah analisis untuk menentukan apakah
sistem yang dimaksud akan dapat beroperasi dengan tepat pada bit rate
yang diperlukan karena dispersi fiber dan batasan kecepatan respon
pengirim dan penerima.
Rise time suatu peralatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh
respon untuk naik dari 10% ke 90% nilai output ketika input berupa
fungsi step. Total rise time s yang merupakan kombinasi dari berbagai
elemen dalam konesiksinya didekati dalam hubungannya dengan rise
time masing-masing elemen i, yaitu:

1/ 2
 N 
s =   i2 
 i 1 

27
Dalam sistem komunikasi fiber optik, total rise time koneksi ditentukan
oleh rise time pengirim (t), link fiber (f), dan receiver (r). Jadi rise
time sistem adalah:


s =  t2   2f   r2 
1/ 2

Dalam kasus rise time fiber, rise time didekati dengan dispersi pulsa.
Jadi, rise time untuk tipe fiber yang berbeda dapat ditulis sbb:

Multimode step index fiber:

n1 
im = L
c

Multimode graded fiber


Parabolic index:

n1 2
im = . L
2c
Optimum profile:

n1 2
im = . L
8c
Subscript im menyatakan intermodal

Material dispersion
m  85 L  ps (0 ~ 850 nm)
 0,5 L  ps (0 ~ 1300 nm)
 20 L  ps (0 ~ 1500 nm)

dengan L dalam km dan  nm.

Total rise time fiber untuk multimode fiber adalah (dengan


mengabaikan waveguide dispersion):

f = ( im
2
 m2 )1 / 2

Untuk single mode fiber (karena  = D.L.), diperoleh:

f  D.L.

 2 L  (0 ~ 1300 nm, z ~ 1300 nm)

 16 L  (0 ~ 1550 nm, z ~ 1300 nm)

28
 2 L  (0 ~ 1550 nm, z ~ 1550 nm)

Dalam persamaan di atas,  mewakili lebar spectrum sumber, L


mewakili panjang fiber, 0 mewakili panjang gelombang yang
beroperasi, dan z mewakili panjang gelombang dengan dispersi nol.
Setelah total rise time koneksi dihitung maka dapat diperoleh bit
rate maksimum yang diijinkan melalui koneksi fiber optik tersebut
dengan persamaan berikut:

0,35
B untuk RZ
s

0,7
B untuk NRZ
s

2.7. SONET (Synchronous Optical Network)


Dalam jaringan fiber optik juga memiliki acuan atau standard dalam pengiriman
data salah satunya adalah SONET (Synchronous Optical Network) yaitu standar
protokol komunikasi digital yang digunakan utamanya untuk mentranmisikan data
dalam jumlah besar melalui jarak yang jauh dengan media fiber optik. Dengan SONET
beberapa aliran data digital dapat dikirimkan dalam waktu yang bersamaan melalui
fiber optik oleh diode laser atau LED. Hirarki Digital Sinkron (SDH) adalah sebuah
standar yang berpadanan dengan SONET, yang didefinisikan oleh ITU-T dan
digunakan secara umum di Eropa.
Jaringan transport fiber optik modern umumnya disusun dengan terminal
SONET/SDH dan juga add/drop multiplexer (ADM). Penggunaan konfigurasi jaringan
cincin SONET/SDH secara spesifik dijelaskan dalam spesifikasi yang dikeluarkan ITU,
ANSI, dan Bellcore. Format frame yang digunakan oleh SONET diberi nama Modul
Transpor Sinkron (Synchronous Transport Module/STM). STM-1 merupakan struktur
sinyal tingkat paling rendah atau tingkat dasar yang memiliki laju data 155Mbps dan
ditransmisikan oleh pembawa OC-3. Skema ini dikatakan bersifat hirarkis, karena
sinyal-sinyal pada tingkatan yang lebih rendah dapat dijamakkan untuk membentuk
sinyal-sinyal pada tingkatan yang lebih tinggi.
Dalam sebuah frame STS-1 terdiri dari 9 buah baris, yang masing-masing
sepanjang 90 byte. Tiga byte pertama dari masing-masing baris adalah overhead yang
memuat bit-bit pembentuk frame (framing bit). Overhead untuk jalur data berada di
dalam payload pada suatu posisi yang tidak tetap (floating), sebagaimana ditentukan

29
oleh pointer yang berada di dalam bagian overhead. Sebuah frame STS-1 dapat
ditransmisikan dalam periode waktu 125µs, yang artinya terdapat 8000 frame per detik
dengan 810 byte per frame, maka dari itu laju transmisi adalah 810x8000 = 51.84Mbps.
Pada tingkatan lain yang lebih tinggi misalnya STS-3, framenya terdiri dari
delapan buah baris sepanjang 270 byte, dengan 9 byte overhead di tiap-tiap baris.
SONET utamanya digunakan pada jaringan-jaringan area metropolitan (MAN), dimana
telah terdapat infrastruktur loop serat optik yang memadai dikota yang bersangkutan.
Teknologi ini sangat ideal untuk sentra-sentra bisnis perkotaan karena data dapat
ditransmisikan pada kecepatan OC-12 (622Mbps), sehingga normalnya 4 pelanggan
masih dapat menyewa sambungan pada kecepatan OC-3 (155Mbps). Proses membagi
sebuah saluran dengan lebar bidang yang lebih besar menjadi saluran-saluran dengan
lebar bidang lebih kecil untuk memenuhi kebutuhan sambungan komunikasi disebut
sebagai provisioning.
Karena topologi dasarnya adalah berbentuk cincin, SONET menawarkan
keunggulan lain yaitu berupa fitur redundansi. Dengan menerapkan arsitektur cincin
perputaran-dua-arah, jaringan SONET dapat segera melakukan penyesuian sistem
untuk mengatasi masalah seperti terputusnya jalur kabel atau gagalnya sebuah
perangkat didalam cincin. Fitur ini seringkali disebut sebagai “kemampuan
penyembuhan diri/self healing rings”

2.8. Peralatan Pengukuran dalam Fiber Optik

Pengukuran pada perangkat telekomunikasi khususnya fiber optik dapat


dipisahkan menjadi pengukuran didalam sentral dan pengukuran diluar sentral.
Sehingga selain ada teknisi yang menangani peralatan transmisi aktif di dalam sentral
juga dibutuhkan petugas yang mengatasi dilapangan atau diluar sentral.

Kabel optik yang berada diluar sentral pasti memiliki resiko terjadinya
kerusakan atau putus yang dapat disebabkan banyak factor seperti adanya
pembangunan disekitar instalasi fiber optik, cuaca buruk, bencana alam, atau sabotase.
Terkadang dari kasus tersebut lokasi putusnya kabel optik tidak diketahui secara fisik,
sehingga dapat digunakan bantuan alat bernama Optical time domain reflectometer
(OTDR) salah satu ujung kabel yang terhubung pada peralatan disentral dilepas
kemudian dihubungkan ke OTDR. Cara kerja dari OTDR adalah dengan mengukur
intensitas cahaya yang terpantul kembali ke OTDR, umumnya sambungan dan

30
pembengkokan kabel menyebabkan pelemahan, sedangkan konektor, splitter dan ujung
kabel menyebabkan sebagian cahaya terpantul kembali, apabila kabel putus akan
ditunjukkan dengan pelemahan menuju nilai tak hingga. Dengan bantuan OTDR jarak
kabel yang putus dari tempat pengukuran dapat diketahui bahkan dengan keakuratan
sampai dibawah 1m. Pada saat penanganannya juga diperlukan koordinasi antara
teknisi yang mengoperasikan OTDR di sentral dengan teknisi lapangan yang mencari
langsung lokasi putusnya kabel, setelah lokasi ditemukan maka teknisi lapangan dapat
melakukan penyambungan kembali dengan metode fusion splice atau mechanical
splice. Setelah berhasil disambungkan, maka dengan OTDR dilakukan pengecekan
kembali keadaan kabel optik apakah sudah terhubung kembali atau belum. Apabila
kabel optik yang putus cenderung pendek dan secara fisik dapat dilihat secara
keseluruhan, maka pencarian lokasi putusnya kabel dapat hanya menggunakan alat
sederhana yaitu Visual Fault Locator seperti pada Gambar 6.

Gambar 16. Visual Fault Locator

Perangkat aktif pentransmisian optis juga perlu di control secara rutin, namun
pengoperasian dan perawatan dari perangkat optis cenderung lebih mudah dari
perangkat transmisi gelombang radio. Beberapa pengukuran yang perlu dilakukan pada
perangkat transmisis optik antara lain adalah:

1) Daya optis di pengirim


2) Data optis di penerima
3) Bentuk pulsa gelombang optis
4) BER atau BBER
5) Bentuk pulsa gelombang elektris
6) Indikator alarm dan sirkuit proteksi

Hal yang pertama adalah pengukuran kemampuan diode laser dengan mengukur
daya keluaran optis yang dihasilkan menggunakan alat Optical Power Meter seperti

31
yang ditunjukkan pada Gambar 17. Nilai daya keluaran normal dari diode laser adalah
0 – 26 dBm atau bahkan lebih. Hal yang hampir sama juga dilakukan dibagian ujung
penerima untuk memeriksa ada tidaknya pelemahan daya yang diterima seiring dengan
waktu. Intensitas cahaya yang diterima oleh perangkat transmisi normalnya adalah
lebih dari -12dBm.

Gambar 17. Optical Power Meter

Semakin tingginya pesat bit dapat menyebabkan bentuk gelombang pulsa yang
tidak terlalu baik maka dari itu pengukuran akan bentuk gelombang juga perlu
dilakukan, dimana amplitude gelombang saat bernilai 1 dan amplitude gelombang saat
bernilai 0 dibandingkan menggunakan rumus 10log10 (A/B), normalnya nilai tersebut
dijaga sekitar 10dB. Pengukuran yang selanjutnya adalah Bit Error Rate atau BER yang
biasanya pada perangkat-perangkat baru memiliki fitur pengukuran BER untuk
memudahkan pemeriksaan.

Sinyal optis dapat diubah dalam bentuk sinyal elektris begitu juga sebaliknya
jika memang diperlukan yang utamanya pada titik awal transmisi dan titik akhir
transmisi. Salah satu contoh pengukuran bentuk gelombang keluaran elektris
ditunjukkan pada Gambar 18(a) mengacu standar ITU-T G.957 untuk sistem
2.488Gb/s. Dimana gelombang keluarannya dibandingkan dengan standar pada gambar
9(b).

32
Gambar 18 (a) rangkaian pengukuran (b) diagram standar hasil pengukuran

Selanjutnya adalah pemeriksaan terkait indicator alarm dan sirkuit proteksi pada
perangkat transmisi. Sirkuit proteksi menjaga agar perangkat transmisi terhindar dari
kelebihan arus listrik dan gangguan lainnya. Sedangkan indicator alarm yang perlu
diperiksa secara rutin adalah:

 Kegagalan suplai daya


 Kegagalan sinyal kirim elektris 2.488 Gb/s

33
 Kegagalan sinyal terima elektris 2.488 Gb/s
 Kegagalan sinyal kirim optis
 Kegagalan sinyal terima optis
 Kegagalan pembentuk frame
 Status BER dibawah standar
 Kegagalan CPU
 Kelebihan arus diode laser
 Deteksi sinyal AIS
 Alarm deteksi perangkat diluar sentral (remote)

34
BAB III
KESIMPULAN

Fiber optik merupakan sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat
halus dan sangat kecil daripada kabel lain pada umumnya, bahkan bisa lebih kecil daripada
sehelai rambut. Berbagai jenis kabel fiber optik mendukung untuk penggunaan pada
kondisi yang berbeda-beda dengan keunggulan dan konsekuensinya masing-masing.
Perancangan sistem transmisi fiber optik perlu berbagai pertimbangan terkait elemen-
elemen yang terlibat, teknik modulasi yang digunakan, maupun nilai ekonomisnya dimana
agar memenuhi kriteria-kriteria yang diinginkan. Perangkat-perangkat pendukung seperti
repeater, penguat optis, dan regenerator dapat digunakan untuk menjaga kualitas sinyal
yang ditransmisikan. Pengukuran dalam fiber optik juga memerlukan peralatan pengukuran
yang berbeda dibandingkan dengan peralatan untuk sistem transmisi lainnya yang
menyesuaikan dengan sifat pentransmisian fiber optik yang menggunakan cahaya.
Berbagai macam peralatan tersebut digunakan dalam berbagai keperluan pemeriksaan,
perawatan maupun perbaikan sistem fiber optik.

Fiber optik bekerja menyalurkan sinyal menggunakan cahaya dari satu tempat ke
tempat yang lainnya. Kabel ini biasanya menggunakan cahaya yang bersumber dari dioda
laser atau LED. Cara kerja dari kabel fiber optik dalam mengalirkan informasi adalah
dengan mengkonversi terlebih dahulu sinyal elektris menjadi sinyal cahaya yang kemudian
mentransmisikan pancaran cahaya melalui serat didalam kabel fiber optik, cara
perambatannya dapat memantul-mantul disepanjang perambatan atau berjalan lurus dalam
satu pancaran saja. Di penerima sebuah sensor fotodioda berfungsi untuk merubah sinyal
cahaya menjadi sinyal elektris atau digital sehingga dapat dikenali oleh perangkat penerima
atau komputer.

Walaupun ukurannya kecil, tetapi fiber optik mampu menyalurkan data lebih cepat
dibandingkan kabel lain pada umumnya, dan dapat membawa data lebih banyak dengan
jarak yang sangat jauh dibandingkan kabel yang memanfaatkan sinyal listrik seperti UTP.
Fiber optik yang awalnya banyak digunakan pada perusahaan besar atau pemerintahan yang
membutuhkan kemampuan transfer sangat cepat kini menjadi semakin populer untuk
memenuhi kebutuhan berkomunikasi bagi masyarakat pada umumnya.Teknologi ini
banyak dipilih orang karena merupakan media pentransfer data paling efektif, memiliki
tingkat loss data dan gangguan yang relatif rendah, dan bandwith yang tinggi.

35
DAFTAR PUSTAKA

C. Palais, Joseph : Fiber Optic Communication 5th edition. Prentice Hall, 2005

P. Agrawal, Govind : Fiber-Optic Communication Systems. John Wiley & Sons, Inc

Saleh, B.E.A : Fundamentals Of Photonics. John Wiley & Sons, Inc

Winch, Robert G. :Telecommunication Transmission System. McGrawHill-


Telecommunication

Schaum outlines “Computer Networking” ED TITTEL, Penerbit Erlangga, Jakarta 2004

Sulistyo, Meiyanto Eko “Sistem penjamakan pada komunikasi serat optik “, 2015

https://www.ciena.com/insights/what-is/What-Is-Coherent-Optics.html

https://www.neophotonics.com/merits-coherent-detection-optical-transmission/. Diakses
tanggal 1 Juni 2018

https://www.qilat.id/blog/apa-itu-fiber-optik-dan-pengertian-fiber-optik. Diakses tanggal 1


Juni 2018

http://comp-eng.binus.ac.id/files/2014/05/Pengenalan-Sistem-Komunikasi-Serat-Optik.pdf.
Diakses tanggal 1 Juni 2018

36

Anda mungkin juga menyukai