PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan yakni lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses belajar dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafalkan informasi; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun bebagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-
hari. Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoretes, tetapi
mereka miskin secara aplikasi. Oleh karena itu peran pendidikan dan pelatihan
(diklat) semakin dibutuhkan untuk membina kemampuan professional, terutama
bagi para guru sebagai tenaga kependidikan yang memberikan bekal pengetahuan
dan aplikasi keilmuan kepada anak didik untuk dapat dijadikan rujuan pendidikan
lebih lanjut dan pedoman kehidupan sehari-hari.
Dewasa ini Diklat telah menjurus pada apa yang dibutuhkan? Apa
rancangan yang diusulkan paling tepat? Apakah diklat yang dilakukan itu paling
sesuai? Bagaimana kita mengetahui hasil yang dicapai dalam ke depan? Begitu
banyak pertanyaan yang perlu diajukan baik sebelum dan sesudah diklat
dilaksanakan, maka sesungguhnya Diklat harus dikelola secara baik, karena secara
umum bertanggung jawab dalam perencanaan, pengembangan dan pelatihan,
penilaian kinerja, pengembangan hubungan harmonis, pembangunan dan
pemeliharaan moral dan sejumlah kegiatan yang berkaitan lainnya.
Penyelenggaraan Diklat yang berkualitas membutuhkan nasehat dan jasa
spesialis sumber daya manusia. Diklat akan menjadikan sumber daya manusia
lebih bernilai bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga diperlukan untuk orang
lain yang berada di sekelilingnya, tentunya diselenggarakan secara efektif dan
efisien.
1
B. Masalah
Bagaimana penyelenggaraan Diklat yang efektif dan efisien untuk
menghasilkan tenaga kependidikan yang professional Disekolah dasar?
2
BAB II
ANALISIS DIKLAT
3
mengajar atau kerja, d) Usia dan jenis kelamin dan e) Kesehatan fisik dan
mental.
3. Konsep Manajemen Diklat
Pertimbangan analisis Diklat berikutnya adalah mewujudkan proses
manajemen yang mengacu pada hasil. Ada sejumlah dasar pertimbangkan
manajemen hasil yakni: a) Mengoptimalkan seluruh komponen diklat,
b) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan program,
c) Menjadikan Diklat professional.
4. Pola Keterpaduan dan Modal Diklat
Pertimbangan penyelenggaraan Diklat berikutnya adalah memperhatikan secara
seksama tentang pola keterpaduan dan anggaran, termasuk perangkat fasilitas
yang digunakan. Secara teknis diungkapkan berikut:
4.1 Sarana dan Parasarana diantaranya;
Penyelenggaraan Diklat dilaksanakan dalam suatu ruangan belajar
mengajar yang representative dengan pertimbangan antara lain: a)
Kenyamanan ruangan, b) Fasilitas belajar, c) Fasilitas mengajar.
Pelaksanaan kegiatan diskusi disediakan dalam ruang diskusi dengan
pertimbangan: a) kenyamanan ruangan, dan b) ketersediaan fasilitas
diskusi.
4.2 Modal Diklat yang menjadi pertimbangan adalah:
a) Akomodasi, meliputi: tempat penginapan, kenyamanan ruangan,
fasilitas kerja, dan fasilitas kesehatan.
b) Transportasi, mencakup: Antar jemput dan rekreasi.
c) Adminitrasi: Absen kehadiran, surat tugas dari instansi yang mengirim,
sertifikat.
d) Bahan ajar peserta Diklat: Sudah dalam bentuk bahan ajar yang
terencana dengan baik.
e). Honorarium tenaga penatar dan bantuan biaya peserta diklat: Sudah
ditetapkan sesuai dengan anggaran yang tersedia.
4
B. Dasar-Dasar Sistem Diklat
1. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
43 Tahun 1999;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;
3. Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman
Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah;
4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2002 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan dan Kepemimpinan di Jajaran
Departemen Dalam Negeri dan Daerah;
5. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
193/XIII/10/6/2001 tentang Pedoman Umum Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil;
6. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
199/XIII/10/6/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II;
7. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
540/XIII/10/6/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III;
8. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
541/XIII/10/6/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV;
9. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2003
tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II;
10. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 2 Tahun 2003
tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III;
11. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 7 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Teknis;
5
12. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 8 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Fungsional
2. Pengertian
Pendidikan dan pelatihan PNS yang selanjutnya disebut DIKLAT adalah
proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
1. Instansi Pembina pendidikan dan pelatihan adalah Lembaga Administrasi
Negara;
2. Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai pejabat
fungsional yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk
mendidik, mengajar, dan/atau melatih pegawai negeri sipil pada lembaga
diklat pemerintah;
3. Pendidikan dan pelatihan yang selanjutnya disebut diklat adalah proses
penyelenggaraan belajar mengajar guna meningkatkan kompetensi bagi
calon pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil;
4. Diklat prajabatan adalah diklat untuk membentuk wawasan kebangsaan,
kepribadian dan etika pegawai negeri sipil serta memberikan pengetahuan
dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan tentang
bidang tugas serta budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas
jabatan pegawai negeri sipil;
5. Diklat kepemimpinan adalah diklat yang memberikan wawasan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku dalam bidang
kepemimpinan aparatur sehingga mencapai persyaratan kompetensi
kepemimpinan dalam jenjang jabatan struktural tertentu;
6. Diklat teknis adalah diklat yang memberikan keterampilan dan/atau
penguasaan teknis di bidang tertentu bagi pegawai negeri sipil sehingga
mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan sebaik-
baiknya;
6
7. Diklat fungsional adalah diklat yang memberikan bekal pengetahun dan/atau
keterampilan bagi pegawai negeri sipil sesuai keahlian dan keterampilan
yang diperlukan dalam jabatan fungsional;
8. Pendidikan formal adalah upaya pembinaan dan pengembangan serta
meningkatkan prestasi kerja pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas
pemerintahan dan pembangunan melalui Tugas Belajar dan Izin Belajar.
3. Tujuan
Diklat yang diselenggarakan tersebut, sedikitnya bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk
dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan;
3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.
4. Sasaran
Sasaran Diklat adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.
7
b) Jumlah waktu/jam yg perlu dialokasikan u/ tiap mata latih
c) Jadwal Kegiatan Pelatihan untuk semua mata latih
3. Pengembangan Silabus/GBPP setiap Mata Latihan
Hal-hal yang tercakup dalam Silabus adalah:
- Tujuan Khusus yang ingin dicapai
- Pokok-pokok Bahasan yang ingin disajikan
- Metode/KBM yang ditempuh
- Alat/Media yang digunakan
- Alakokasi waktu yang disediakan
8
Sebaliknya, kebutuhan instruksional non managerial, pada dasarnya untuk
sebagian besar merupakan kebutuhan kemampuan teknis dan kemampuan
hubungan insane.
Perbedaan antara non managerial dan managerial:
1) Kebutuhan Praktis menunjukan kedua-duanya senantiasa perlu didukung
dan dilandasi oleh ilmu pendidikan.
2) Dalam kenyataannya konsep-konsep pengembangan dan pelatihan saling
bersentuhandan tumpang tindih karena dalam kenyataannya garis-garis
batas demarkasi diantara kemahiran teknis hubungan insane dan
konseptual juga tidak sejelas “air dan minyak”.
3) Sama – sama mementingkan penekanan pada perkembangan kelahiran
hubungan insane.
4) Pengembangan untuk lapisan managerial lebih menekankan pada
pendidikam konseptual seperti perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan serta hubungan insane, sedangkan lapisan non managerial
lebih menekankan pada kemahiran hubungan insane dan kemahiran teknis
seperti pengoperasian perlengakapan mekanis juga diberikan pula dasar-
dasar kepemimpinan yang paling elementer.
5) Pengembangan artinya lebih menekankan pada kemahiran konseptual dan
hubungan insane, sedangkan pelatihan berarti lebih memberikan peranan
pada kemahiran teknis dan hubungan insane.
3. Hubungan Pelatihan dan Pengembangan dengan Peranan Pendidikan
Pengembangan merupakan bagian yang penting dalam konsep yang lebih
besar dan inklusif yang disebut pendidikan. Hubungan pendidikan secara umum
dengan konsep-kosep pengembangan, pelatihan dan pembelajaran yang lebih
sempit seperti dikemukakan secara sistematis pada gambar diatas. Pendapat ini
disetuui oleh para pakar dibidang itu bahwa konsep instruksional yang paling luas
dan pembeajaran adalah sesuatu yang paling spesifik dari proses instruksional,
pengembangan dan pelatihan berada diantara kedua titik ekstrem tersebut.
4. Perencanaan Pengembangan
9
Perencanaan,pengembangan, dan pelatihan adalah suatu proses yang
menetapkan lebih dahulu kegiatan yang harus dilaksanakan, prosedur, dan metode
pelaksanaan untuk mencapai tujuan pengembangan, selama suatu periode waktu
tertentu.
5. Pengawas Pengembangan
Manager pengembangan dan pelatihan berupaya untuk mengasi seluruh kegiatan
pengembangan dan pelatihan berada dibawah tanggungannya.keberhasilan
tergantung pada pemahaman yang mendalam pada makna pengawasan tersebut.
E.PENYELENGGARAAN DIKLAT
Dalam menyelenggaraan diklat yang diperhatikan adalah ;
Apa nama diklat nya, siapa pesertanya, berapa orang peserta diklatnya ,
yang usia dari berapa dan sampai usia berapa pesertanya , berapa peserta laki laki
dan berapa yang perempuannya (jenis kelaminnya ) ,dimana tempat
pelenggaraannya, kapan waktu penyelengaraannya
F.PENGELOLAAN DIKLAT
Pengelolaan diklat harus dilakukan oleh orang yang propesional,
pengelolaan ini berhubungan dengan banyak orong.sedikit kesalahan akan
merugikan orang banyak.oleh karena itu diharapkan yang mengelola diklat ini
betul-betul di kelola oleh yang mengetahu bidang tersebut.
G.PEMANTAUAN DILAT
1.Pengertian Pemantauan:
Kegiatan pemantauan adalah suatu kegiatan pengumpulan,
pengklasifikasian dan penyajian data/informasi sebagai bahan untuk
melaksanakan kegiatan penilaian/evaluasi.
Pemantauan bersifat memotret apa adanya (lugas), sesuai dengan data
yang ada tanpa rekayasa dan tidak melakukan penilaian atau koreksi apapun.
Jadi apabila dijumpai penyimpangan-penyimpangan cukup dicatat sebagai
bahan untuk melaksanakan tindakan koreksi.
10
Agar kegiatan pemantauan mendapatkan hasil yang maksimal, maka
perlu memperhatikan prinsip-prinsip pemantauan sebagai berikut:
1. Pemantauan dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus.
2. Mendiskripsikan apa adanya.
3. Selalu didukung data yang akurat.
4. Menggunakan alat pencatat dan pelaporan.
5. Terencana dan sistematis.
6. Dilaksanakan oleh Tim/petugas yang telah ditunjuk.
11
mengubah pelatihan sesuai kebutuhan mencerminkan keluwesan dari penatar dan
pelatihan itu sendiri,dan semuanya itu merupakan ukuran validasi.
Penilaian di saat pelatihan bisa dilakukan pada 3 bidang:
1. Pengamatan kegiatan
Ketepatan metode pengamatan akan tergantung pada jenis kegiatan yang
diamati dan bila digunakan alat pengamatan, maka alat ini akan berbada-beda
sesuai kegiatannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, penatar yang
mempunyai standar yang harus dicapai menggunakan metode pengamatan.
2. Alat bantu pengamatan
Dalam banyak hal pengamatan oleh para peserta itu sendiri dengan atau
tanpa pengamat lebih disarankan daripada aneka macam bentuk pengamatan
lainnya. Kadang kita perlu menggabungkan informasi dari pengamatan, dan
teknologi modern telah menyadiakan 2 ancangan yang bias kita gunakan untuk
mendukung atau menggatikan cara tradisional yaitu :
1. Perlengkapan Audio
2. Perlengkapan Video
3. Terlalu banyak tes
Para penatar yang menggunakan atau yang menganggap perlu penggunaan
tes selama pelatihan untuk memperoleh reaksi secara langsung harus waspada
terhadap bahaya yang berupa reaksi pemusuhan dari pada petatar terhadap tes
atau penilaian itu.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan diklat adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengklasifikasian dan
penyajian data/informasi sebagai bahan untuk melaksanakan kegiatan
penilaian/evaluasi, bersifat memotret apa adanya (lugas), sesuai
dengan data yang ada tanpa rekayasa dan tidak melakukan penilaian atau
koreksi
apapun.
Jadi apabila dijumpai penyimpangan-penyimpangan cukup dicatat sebagai
untuk melaksanakan tindakan koreksi.Agar kegiatan diklat mendapatkan hasil
yang maksimal, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip diklat sebagai
berikut:
1. Diklat dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus.
2. Mendiskripsikan apa adanya.
3. Selalu didukung data yang akurat.
4. Menggunakan alat pencatat dan pelaporan.
5. Terencana dan sistematis.
6. Dilaksanakan oleh Tim/petugas yang telah ditunjuk.
13
5. Sebagai bahan dalam pembuatan laporan diklat.
6. Proses pelaksanaan diklat meliputi: tahapan persiapan diklat, tahapan
pelaksanaan diklat, tahapan laporan diklat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Leslie Rae.1990,Mengukur Efektivitas Pelatihan.Jakarta, Pustaka Binaman
Pressindo.
Sastradipoera Komaruddin.2006,Pengembangan dan Pelatihan.Bandung,Kappa-
Sigma.
Rangkuti Freddy.2000, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta
,Gramedia Pustaka Utama.
15