Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERPAJAKAN II

TENTANG
“ BEA MATERAI”

DISUSUN:

ANGGI LESTARI 7143342005

ARDIANA PUTRI 7143342006

KELAS: A EKS 2014

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad
dan hidayat-Nya sehingga makalah tentang “Bea Materai” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini ditujukan kepada dosen mata kuliah Perpajakan II untuk menambah nilai tugas
individu. Makalah ini memuat materi tentang objek bea materai, dasar hukum dan sebagainya .
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Perpajakan II. Kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya untuk
memperbaiki makalah ini.
Dengan segala keterbatasan, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penyusun
berharap saran maupun kritik demi penyempurnaan dan semoga dapat memberi manfaat bagi
mahasiswa untuk menambah sumber bacaan dalam mempelajari mata kuliah Perpajakan II. Amin.

Medan, Mei 2016

Kelompok

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. I


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3


2.1 Pengertian Bea Meterai .................................................................................................. 3

2.2 Dasar Hukum Bea Materai .................................................................................................. 3

2.3 Istilah-Istilah........................................................................................................................ 3

2.4 Objek Bea Meterai ............................................................................................................. 4

2.5 Tidak Dikenakan Bea Meterai............................................................................................ 5

2.6 Tata Cara Pelunasan Bea Meterai ...................................................................................... 5

2.7 Tarif Bea Materai ............................................................................................................... 8

2.8 Ketentuan Khusus Dan Sanksi ........................................................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 11


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................ 12

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas yang berisikan tulisan
yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan atau pihak yang berkepentingan) yang menurut Undang-Undang Bea Meterai
(UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai), menjadi obyek Bea Meterai. Atas setiap dokumen
yang menjadi objek Bea Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea
Meterai dengan menggunakan cara lain sebelum dokumen itu digunakan.
Benda Meterai yang dimaksud diatas adalah Meterai tempel dan kertas Meterai yang
dikeluarkan oleh Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang dimaksud yaitu tanda tangan
sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau
cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.
Dokumen yang harus dikenakan Bea Meterai adalah dokumen yang menyatakan nilai
nominal sampai jumlah tertentu (Meterai Rp 6.000,- digunakan untuk dokumen yang memuat
jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,- dan Meterai Rp 3.000,- digunakan untuk dokumen yang
memuat jumlah uang Rp 250.000 – Rp 1.000.000,-), dokumen yang bersifat perdata dan
dokumen yang digunakan dimuka pengadilan. Secara Umum dokumen yang tidak dikenakan
Bea Meterai adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi intern perusahaan,
berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen negara.
Tanah dan bangunan merupakan hak yang diperoleh oleh setiap orang, tetapi selain hak
kita juga mempunyai kewajiban atas tanah dan bangunan tersebut. Kewajiban tersebut berupa
pajak. Pajak yang dikenakan terhadap tanah dan bangunan ini dinamakan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

1
1.2 Rumusan Masalah

2. Apa pengertian Bea Materai?


3. Apa saja objek Bea Materai?
4. Bagaimana tata cara pelunasan Bea Materai?
5. Berapa tarif Bea Materai?

1.3 Tujuan Penulisan

2. Mengetahui pengertian Bea Materai


3. Mengetahui objek dari Bea Materai
4. Mengetahui tata cara pelunasan Bea Materai
5. Mengetahui tariff dari Bea Materai

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bea Meterai


Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-
undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang menjadi objek Bea
Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara
lain sebelum dokumen itu digunakan.

2.2 Dasar Hukum Bea Materai


1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Meterai.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.03/2005 Tentang Bentuk, Ukuran, Warna, Dan Desain
Meterai Tempel Tahun 2005
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 tentang Pelunasan Bea Meterai
dengan Menggunakan Cara Lain.
5. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122b/PJ./2000 tentang Tatacara PelunasanBea Meterai
dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan. Keputusan Dirjen
Pajak Nomor KEP-122c/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan
6. Bea Meterai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai dengan Teknologi Percetakan.
7. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122d/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea Meterai
dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai dengan Sistem Komputerisasi.
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002 tentang Pelunasan Bea Meterai
dengan Cara Pemeteraian Kemudian.
9. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-02/PJ./2003 tentang Tatacara Pemeteraian Kemudian.
10. Surat Edaran Nomor 29/PJ.5/2000 tentang Dokumen Perbankan yang dikenakan Bea Meterai.

2.3 Istilah-Istilah
 Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang
perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan.

3
 Benda Meterai adalah Meterai tempel dan Kertas Meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
 Tanda tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf,
teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai
pengganti tanda tangan.

 Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh Pejabat
Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi sebagaimana
mestinya.

 Pejabat pos adalah pejabat PT Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani permintaan
pemeteraian kemudian.

2.4 Objek Bea Meterai


Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan meterai adalah dokumen menyatakan nilai
nominal sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di
muka pengadilan, antara lain :
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap - rangkapnya.
d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
 yang menyebutkan penerimaan uang;
 yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank;
yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
 yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan.
e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.
f. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan digunakan sebagai
alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan,
dan surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dan maksud semula.

4
2.5 Tidak Dikenakan Bea Meterai
Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang berhubungan
dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen Negara.

Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Meterai adalah:


1. Dokumen yang berupa:
 surat penyimpanan barang;
 konosemen;
 surat angkutan penumpang dan barang;
 keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan barang,
konosemen, dan surat angkutan penumpang dan barang;
 bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
 surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
 surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.
2. Segala bentuk ijazah
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
4. Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu ke kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh
bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut
8. Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama dan bentuk apapun.

2.6 Tata Cara Pelunasan Bea Meterai


Saat Terutang

Saat terutangnya bea meterai adalah saat sebelum dokumen yang terutang bea meterai tersebut
digunakan. Dalam Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 1985 disebutkan saat terutangnya Bea
Meterai adalah:
 Dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat dokumen itu diserahkan;

5
 Dokumen yang dibuat oleh lebih dan satu pihak adalah pada saat selesainya dokumen
dibuat;
 Dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia,

a. Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Meterai Tempel


Cara mempergunakan meterai tempel :
Meterai Tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang dikenakan
Bea Meterai.
 Meterai Tempel direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan dibubuhkan.
 Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan tahun dilakukan
dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga sebagian tanda tangan di atas kertas dan
sebagian lagi di atas Meterai Tempel.
 Jika digunakan lebih dan satu Meterai Tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di
atas semua Meterai Tempel dan sebagian di atas kertas.
 Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Meterai Tempel tetapi tidak memenuhi
ketentuan di atas, dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai.

b. Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Kertas Meterai


Cara mempergunakan kertas meterai :
 Sehelai Kertas Meterai hanya dapat digunakan untuk sekali pemakaian.
 Kertas Meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi.
 Jika isi dokumen yang dikenakan Bea Meterai terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di
atas Kertas Meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat
digunakan kertas tidak bermeterai.
 Jika sehelai Kertas Meterai karena sesuatu hal tidak jadi digunakan dan dalam hal ini belum
ditandatangani oleh yang berkepentingan, sedangkan dalam Kertas Meterai telah terlanjur
ditulis dengan beberapa kata/kalimat yang belum merupakan suatu dokumen yang selesai dan
kemudian tulisan yang ada pada Kertas Meterai tersebut dicoret dan dimuat tulisan atau
keterangan baru, maka Kertas Meterai yang demikian dapat digunakan dan tidak Perlu
dibubuhi meterai lagi.
 Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak dipenuhi, dokumen yang
bersangkutan dianggap tidak bermeterai.

6
c. Pelunasan dengan membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan
Pelunasan dengan cara membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan memerlukan
beberapa syarat sebagai berikut:
1. Pelunasan Bea Meterai dengan mesin teraan meterai hanya diperkenankan kepada penerbit
dokumen yang melakukan pemeteraian dengan jumlah rata-rata setiap hari minimal sebanyak
50 dokumen.
2. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan Bea Meterai dengan mesin teraan meterai
harus melakukan prosedur sebagai berikut:
 mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat
dengan mencantumkan jenis/merk dan tahun pembuatan mesin teraan meterai yang akan
digunakan, serta melampirkan surat pernyataan tentang jumlah rata-rata dokumen yang harus
dilunasi Bea Meterai setiap hari.
 melakukan penyetoran Bea Meterai di muka minimal sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas
juta rupiah) dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Ke Kas Negara melalui Bank Persepsi.
 Menyampaikan laporan bulanan penggunaan mesin teraan meterai kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak setempat paling lambat tanggal 15 setiap bulan.
 Ijin penggunaan mesin teraan meterai berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal
ditetapkannya, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.

d. Pelunasan dengan membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan Sistem Komputerisasi
1. Pelunasan Bea Meterai dengan sistem komputerisasi hanya diperkenankan untuk dokumen
yang berbentuk surat yang memuat jumlah uang dalam Pasal 1 huruf d PP No. 24 Tahun
2000 dengan jumlah rata-rata pemeteraian setiap hari minimal sebanyak 100 dokumen.
 mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan jumlah ratarata dokumen yang akan
dilunasi Bea Meterai setiap hari.
 pembayaran Bea Meterai di muka minimal sebesar perkiraan jumlah dokumen yang
harus dilunasi Bea Meterai setiap bulan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(ke Kas Negara melalui Bank Pensepsi).
 menyampaikan laporan bulanan tentang realisasi penggunaan dan saldo Bea Meterai
kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat tanggal 15 setiap bulan.

7
2. Ijin pelunasan Bea Meterai dengan membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan
sistem komputerisasi berlaku selama saldo Bea Meterai yang telah dibayar pada saat
mengajukan ijin masih mencukupi kebutuhan pemeteraian 1 (satu) bulan berikutnya.

e. Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan Teknologi Percetakan


1. Pelunasan Bea Meterai dengan teknologi pencetakan hanya diperkenankan untuk dokumen
yang berbentuk cek, bilyet giro, dan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan Bea Meterai dengan teknologi pencetakan
harus melakukan prosedur sebagai berikut:
 pembayaran Bea Meterai di muka sebesar jumlah dokumen yang harus dilunasi Bea
Meterai, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Kas Negara melalui Bank
Persepsi.
 mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
mencantumkan jenis dokumen yang akan dilunasi Bea Meterai dan jumlah Bea Meterai
yang telah dibayar.
3. Perum Peruri dan perusahaan sekuriti yang melakukan pembubuhan tanda Bea Meterai Lunas
pada cek, bilyet giro, atau efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, harus menyampaikan
laponan bulanan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat tanggal 10 setiap bulan.
4. Pelunasan Bea Meterai bagi dokumen yang dibuat di Luar Negeri Dokumen yang dibuat di
luar negeri tidak dikenakan Bea Meterai sepanjang tidak digunakan di Indonesia.

2.7 Tarif Bea Materai


1. Tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 untuk dokumen sebagai berikut:
a. Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat
pendata
b. Akta-akta Notaris termasuk salinannya
c. Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep selama nominalnya lebih dan
Rp1.000.000,00.;
d. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, yaitu:
 surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan.

8
 surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain selain dan tujuan
semula.
2. Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai berikut:
 nominal sampai Rp250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai
 nominal antara Rp250.000,- sampai Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp3.000,-
 nominal diatas Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-

3. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- tanpa batas
pengenaan besarnya harga nominal.

4. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan
Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,- sedangkan yang mempunyai harga nominal
lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-.

5. Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat
kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp1.000.000,- dikenakan
Bea Meterai Rp 3.000,-, sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dan Rp 1.000.000,-
dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,-.

2.8 Ketentuan Khusus Dan Sanksi


Ketentuan Khusus
a. Dokumen yang dibuat di luar negeri pada saat digunakan di Indonesia harus telah dilunasi
Bea Meterai yang terutang dengan cara pemeteraian kemudian.
b. Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat umum lainnya, masing-
masing dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan:
 Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Meterainya tidak
atau kurang dibayar;
 Melekatkan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan
tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan;
 Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dan dokumen yang Bea Meterainya
tidak atau kurang dibayar;

9
 Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar
sesuai dengan tarif Bea Meterainya.
Pelangganan terhadap ketentuan tersebut dikenakan sanksi administratif sesuai Peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sanksi Administrasi
Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya pelanggaran yang mengakibatkan Bea Meterai yang harus
dilunasi kurang bayar.
 Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Meterai tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari
Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pemegang dokumen atas d-o kumen
sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus melunasi Bea Meterai terutang berikut
dendanya dengan cara pemeteraian kemudian.

Daluwarsa
Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan denda administrasi yang terutang menurut Undang-Undang
Bea Meterai, daluwarsa setelah lampau waktu 5 tahun, terhitung sejak tanggal dokumen dibuat.

Ketentuan Pidana
Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam KUHP:
 Barang siapa meniru atau memalsukan meterai tempel kertas meterai atau meniru dan
memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai;
 Barang siapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan
ke Negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;
 Barang siapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan
menyerahkan,menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke Negara Indonesia meterai yang
mereknya, capnya, tanda tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunya mempergunakan telah
dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dana atau menyuruh orang lain
menggunakannya dengan melawan haknya;
 Barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan
untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda meterai;
 Barang siapa dengan sengaja menggunakan cara lain (sesuai Pasal 7 UU Bea Meterai
dipidana penjara selama-lamanya 7 tahun dan tindak pidana ini adalah bentuk kejahatan).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-
undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Adapun Objek dari Bea Materai yaitu Surat
perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata, akta-akta notaris
termasuk salinannya, akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap -
rangkapnya, surat yang memuat jumlah uang, surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek
dan dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan
Tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 untuk dokumen sura perjanjian, akta notaries, surat berharga,
dokumen yang digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, cek dan Bilyet Giro
dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- tanpa batas pengenaan besarnya harga
nominal, fek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan
Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,- sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih
dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-.

3.2 Saran
Dalam melakukan pelunasan Bea Materai kita harus mengikuti prosedur atau tahap yang
berlaku agar berjalan lancar dan juga pembayaran tarifnya sesuai dengan tariff yang telah
ditetapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=makalah+bea+materai&ie=utf-8&oe=utf-8

https://www.academia.edu/9183656/Tugas_makalah_bea_materai_mega

http://dessyazka.blogspot.co.id/2015/06/perpajakan-bea-meterai-bphtb.html

http://fithriyanirahmah.blogspot.co.id/2012/12/makalah-perpajakan.html

https://www.scribd.com/doc/47644097/MAKALAH-BEA-MATERAI

12

Anda mungkin juga menyukai