Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323365469

Klasifikasi Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Binary Decision


Tree Support Vector Machine (BDTSVM) (Studi Kasus: Puskesmas Dinoyo Kota
Malang)

Article · August 2017

CITATIONS READS

0 1,566

3 authors, including:

Rizal Setya Perdana


Brawijaya University
39 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Smart Mobile Navigation System View project

Twitter event detection View project

All content following this page was uploaded by Rizal Setya Perdana on 23 February 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X
Vol. 2, No. 5, Mei 2018, hlm. 1912-1920 http://j-ptiik.ub.ac.id

Klasifikasi Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Binary


Decision Tree Support Vector Machine (BDTSVM)
(Studi Kasus: Puskesmas Dinoyo Kota Malang)
Dyan Dyanmita Putri1, M.Tanzil Furqon2, Rizal Setya Perdana3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1dyan2mp@gmail.com, 2m.tanzil.furqon@ub.ac.id, 3rizalespe@ub.ac.id

Abstrak
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena terletak pada bagian luar
tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya
dari luar. Penyakit kulit salah satu penyakit yang sering dijumpai pada negara beriklim tropis seperti
Indonesia. Kurangnya pengetahuan tentang jenis penyakit kulit serta tidak mengetahui cara
pencegahannya mengakibatkan sesorang dapat terkena penyakit kulit tingkat akut. Sehingga dengan
adanya bantuan teknologi komputer diharapkan penyakit yang menyerang kulit tubuh manusia dapat
diketahui secara dini dan hal tersebut dapat memperkecil terjadinya penyakit yang lebih berbahaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan klasifikasi penyakit kulit pada manusia menggunakan
metode Binary Decision Tree Support Vector Machine (BDTSVM). Berdasarkan hasil pengujian
didapatkan nilai akurasi terbaik sebesar 97,14% dengan pengujian parameter SVM yaitu nilai λ
(lambda) = 0,5, C (complexity) = 1, konstanta 𝛾 (gamma) = 0,01, dan itermax = 10.
Kata kunci: Penyakit Kulit, Klasifikasi, Binary Decision Tree, Support Vector Machine

Abstract
The skin is an organ in the human body is very important because it lies on the outside of the body that
serves to receive stimuli such as touch, pain and other influences from the outside. Skin disease is one
of the most common diseases in tropical countries such as Indonesia. The lack of knowledge about the
type of skin disease and do not know how to prevent it cause a person can get acute skin disease. So
with the help of computer technology is expected to attack the skin of the human body can be detected
early and it can minimize the occurrence of more dangerous diseases. This research aims to determine
the classification of skin diseases in humans using the method of Binary Decision Tree Support Vector
Machine (BDTSVM) Based on the test results obtained the best accuracy of 97.14% with SVM
parameter test that is the value of λ (lambda) = 0,5, C (complexity) = 1, constant γ (gamma) = 0,01,
and itermax = 10.
Keywords: Skin Disease, Classification, Binary Decision Tree, Support Vector Machine

sifatnya yang cenderung tidak berbahaya dan


1. PENDAHULUAN tidak menyebabkan kematian. Hal tersebut
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia sangat salah karena jika penyakit kulit terus
yang sangat penting karena terletak pada bagian menerus dibiarkan dapat menyebabkan penyakit
luar tubuh yang berfungsi untuk menerima tersebut semakin menyebar dan sulit untuk
rangsangan seperti sentuhan, rasa sakit dan mengobatinya.
pengaruh lainnya dari luar (Nuraeni, 2016). Penyakit kulit dapat menyerang siapa saja
Kulit yang tidak terjaga kesehatannya dapat dan dapat menyerang pada bagian tubuh mana
menimbulkan berbagai penyakit kulit sehingga pun. Penyakit kulit salah satu penyakit yang
perlu menjaga kesehatan kulit sejak dini agar sering dijumpai pada negara beriklim tropis
terhindar dari penyakit. Kulit tubuh seseorang seperti Indonesia. Data Profil Kesehatan
yang terkena penyakit sangat mengganggu Indonesia 2010 menunjukkan bahwa penyakit
penampilan dan aktifitas orang tersebut. kulit menjadi peringkat ketiga dari sepuluh
Penyakit kulit sering dianggap remeh karena penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 1912
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1913

dirumah sakit seIndonesia (Kemenkes, 2010). klasifikasi multi class. Hasil yang diperoleh
Kejadian penyakit kulit di Indonesia masih bahwa metode BDTSVM memiliki nilai error
tergolong tinggi dan menjadi permasalahan rate dan training time yang lebih baik
yang cukup berarti. Hal tersebut karena dibandingkan DAGSVM. Kelebihan dari
kurangnya kesadaran dan ketidakpedulian metode BDTSVM adalah mendapatkan
masyarakat terhadap lingkungan sekitar yang penentuan kelas yang lebih dinamis dengan
menyebabkan penularan penyakit kulit sangat didasarkan pada jarak Euclidean dan dalam hal
cepat. Berbagai penyakit kulit dapat disebabkan efektifitas komputasi serta tingkat akurasi yang
oleh beberapa faktor seperti lingkungan dan tinggi.
kebiasaan sehari-hari yang buruk, perubahan
Berdasarkan permasalahan tersebut maka
iklim, virus, bakteri, alergi, daya tahan tubuh
dirancang sebuah sistem untuk klasifikasi
dan lain-lain (Pardiansyah, 2015).
penyakit kulit pada manusia menggunakan
Kurangnya pengetahuan tentang jenis metode Binary Decision Tree Support Vector
penyakit kulit serta tidak mengetahui cara Machine (BDTSVM). Sistem ini bekerja
pencegahannya mengakibatkan sesorang dapat dengan cara menerima masukan gejala dari
terkena penyakit kulit tingkat akut. Sehingga pengguna dan akan dilakukan proses
dengan adanya bantuan teknologi komputer perhitungan menggunakan algoritme Binary
diharapkan penyakit yang menyerang kulit Decision Tree Support Vector Machine
tubuh manusia dapat diketahui secara dini dan (BDTSVM). Hasil dari proses tersebut berupa
hal tersebut dapat memperkecil terjadinya klasifikasi penyakit kulit pada manusia dengan
penyakit yang lebih berbahaya. Penggunaan harapan dapat memberikan informasi kepada
teknologi komputer dapat membantu berbagai pengguna sehingga memperkecil terjadinya
praktisi di segala bidang, karena dapat penyakit kulit yang lebih berbahaya.
menyimpan data hingga mengolahnya menjadi
suatu hasil yang diinginkan pembuatnya 2. DASAR TEORI
(Mahardika, 2013). Banyak manfaat yang
2.1. Penyakit Kulit Pada Manusia
didapat dengan adanya teknologi komputer
dalam mendeteksi penyakit kulit diantaranya Penyakit kulit adalah kelainan kulit akibat
meningkatkan efisiensi pekerjaan, penghematan adanya jamur, kuman, parasit, virus maupun
waktu dalam menyelesaikan masalah, serta infeksi yang dapat menyerang siapa saja dari
pengetahuan pakar dapat didokumentasikan segala umur. Penyakit kulit dapat menyerang
tanpa ada batas waktu. seluruh maupun sebagian tubuh tertentu dan
dapat memperburuk kondisi kesehatan
Metode SVM adalah salah satu metode penderita jika tidak ditangani secara serius.
klasifikasi yang prinsip nya mencari hyperplane Gangguan pada kulit sering terjadi karena
pemisah antara kelas positif dan kelas negatif. adanya faktor-faktor penyebabnya seperti iklim,
Kelebihan dari SVM adalah mampu menangani lingkungan, tempat tinggal, kebiasaan hidap
masalah dengan input space yang berdimensi yang kurang sehat, alergi dan lain-lain.
tinggi. SVM juga memiliki kelemahan yaitu
masalah komputasi yang lama untuk proses 2.1.1 Dermatitis
klasifikasi. Kemudian muncul pengembangan Dermatitis adalah peradangan kulit pada
dari metode SVM untuk masalah klasifikasi epidermis dan dermis yang disebabkan oleh
multi class yaitu One-Against-All (OAA), One- faktor eksogen ataupun endogen dengan
Against-One (OAO), dan Directed Acyclic ditandai gejala obyektif lesi bersifat polimorf
Graph SVM (DAGSVM). Metode OAA dan gejala subyektif gatal (Maryunani, 2010).
memiliki kelemahan pada tahap pelatihan dan Gejala utama yang dirasakan pada penderita
pengujian yang sangat lambat. Sedangkan OAO penyakit dermatitis adalah gatal, alergi, kulit
memiliki kelemahan pengujian yang lambat melepuh, kulit meradang, perih, keluar nanah,
karena melakukan klasifikasi untuk setiap muncul kemerahan pada wajah, lutut, tangan
pasangan kelas harus satu per satu. Sehingga dan kaki, tetapi tidak menutup kemungkinan
muncul metode DAGSVM yang dapat kemerahan muncul di daerah lain, daerah yang
melakukan pengujian lebih cepat daripada OAO terkena akan terasa sangat kering dan panas
(Meshram et al., 2014). Namun pada tahun pada area tersebut.
2009 metode BDTSVM dikenalkan oleh
Madzarov untuk dapat menyelesaikan masalah

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1914

2.1.2 Abses cepat timbul dan hilang perlahan-lahan sekitar


dalam waktu 1-24 jam (Fitria, 2013). Gejala
Abses merupakan sebuah penimbunan
yang dirasakan pada penderita urtikaria
nanah yang terakumulasi di sebuah kabitas
biasanya gatal, demam, muncul ruam merah,
jaringan karena akibat infeksi bakteri atau
alergi, bengkak, dan panas pada area tersebut.
karena adanya benda asing seperti serpihan,
luka peluru, atau jarum suntik. Gejala yang 2.1.6 Pioderma
dirasakan biasanya gatal pada bagian kulit
Pioderma merupakan penyakit infeksi
tertentu, timbul benjolan kecil dengan warna
bakterial kulit. Penyebab utama pioderma
kemerahan, keluar nanah, nyeri tekan, nyeri
adalah bakteri staphylococcus aureus maupun
kepala, kulit meradang, bengkak dan demam.
streptococcus sp. Pioderma merupakan infeksi
Penyebab penyakit abses antara lain infeksi
bakteri pada kulit yang sering dijumpai.
bakteri melalui cara bakteri masuk ke bawah
Penyakit ini dapat menyerang laki-laki maupun
kulit akibat luka yang berasal dari tusukan
perempuan pada semua kalangan usia. Gejala
jarum yang tidak steril.
pada penyakit pioderma biasanya gatal, terdapat
2.1.3 Scabies benjolan merah pada kulit, membesar dan
kemudian menjadi nanah, kulit meradang, serta
Scabies merupakan penyakit infeksi kulit
demam. Terjadinya pioderma dipengaruhi oleh
menular dengan adanya rasa gatal pada lesi
gizi, kondisi imunologis, integritas kuit, serta
ketika malah hari yang disebabkan oleh tungau
faktor lingkungan seperti panas, lembab,
sarcoptes scabiei var hominis (Prativi et al.,
kurangnya sanitasi dan higieni.
2013). Gejala yang sering dirasakan adalah
gatal terutama malam hari, bentol/bintik merah 2.2 Support Vector Machine
seperti jerawat, kulit meradang, panas pada area
Support Vector Machine (SVM) merupakan
tersebut, perih, dan keluar nanah. Faktor
salah satu teknik baru yang memiliki
berkembangnya penyakit scabies antara lain
performansi yang lebih baik di berbagai bidang
penyakit tersebut banyak diderita oleh
aplikasi seperti pengenalan tulisan tangan,
masyarakat dengan higiene buruk, sosial
bioinformatika, klasifikasi teks, klasifikasi
ekonomi yang rendah, hubungan seksual
diagnosis penyakit dan sebagainya (Feng-Chia,
dengan bergonta-ganti pasangan, kesalahan
2009). Tujuan dari SVM yaitu menemukan
dalam mendiagnosis dan perkembangan
fungsi pemisah (classifier hyperplane) terbaik
demografi serta ekologi.
untuk memisahkan dua buah kelas pada input
2.1.4 Herpes space. Untuk dapat menemukan hyperplane
terbaik antara dua kelas dengan mengukur
Herpes merupakan penyakit radang kulit
margin hyperplane yang diperoleh dari
yang disebabkan oleh virus dengan ditandai
mengukur margin yang maksimal antara ruang
munculnya bintik yang berisi cairan pada
input non-linear dengan ruang ciri
bagian kulit tertentu. World Health
menggunakan kaidah kernel (Putri et al., 2015).
Organization (WHO) melaporkan prevalensi
Prinsip nya SVM bekerja secara linear,
herpes di Negara berkembang seperti Indonesia
tetapi dapat berkerja juga pada masalah non-
lebih tinggi dibandingan dengan di negara
linear dengan memasukkan metode kernel trick.
maju. Gejala yang dirasakan pada penderita
Fungsi klasifikasi Support Vector Machine
herpes biasanya gatal, demam, nyeri kepala,
Linear digunakan untuk memisahkan data
nyeri tekan, kulit meradang, kulit melepuh,
pelatihan terbagi menjadi dua kelas dengan
perih dan muncul gelembung air.
memisahkan hyperplane. Misal diketahui 𝑥𝑖 =
2.1.5 Urtikaria {𝑥1 , … , 𝑥𝑛 } adalah titik pada dataset, dan 𝑦𝑖 =
Urtikaria merupakan penyakit yang 𝑦 𝜖 {+1, −1} adalah class pada data 𝑥𝑖 . Bidang
ditandai dengan adanya edema kulit superfisial pemisah terbaik yaitu yang dapat memisahkan
setempat dengan ukuran yang bervariasi semua data set sesuai dengan class dan
dikelilingi oleh halo eritem disertai rasa gatal memiliki margin paling besar. Alternatif bidang
atau panas dan terkadang perut terasa mulas pemisah dapat dilihat pada Gambar 1.
serta demam. Pada bagian tengah bintul tampak
kepucatan yang biasanya kelainan ini bersifat
sementara, gatal, dan dapat terjadi dimanapun
di seluruh permukaan kulit. Ruam urtikaria
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1915

Variabel 𝑚 adalah jumlah support vector


atau suatu titik data yang memiliki 𝛼𝑖 > 0, dan
notasi 𝑥 adalah data yang akan diklasifikasikan.
Metode yang digunakan untuk
mengklasifikasikan data yang tidak dapat
diklasifikasikan secara linear adalah dengan
mentransformasikan data ke dalam ruang fitur
yang berdimensi tinggi sehingga dapat dipisah
secara linear pada fitur space. Pada proses
feature space biasanya memiliki dimensi yang
lebih tinggi dari vektor input (input space) yang
Gambar 1. Alternatif bidang pemisah (kiri) dan mengakibatkan komputasi pada feature space
bidang pemisah terbaik dengan margin (m) terbesar menjadi sangat besar, karena kemungkinan
(kanan) feature space memiliki jumlah feature yang
Sumber: Sembiring (2007) tidak terhingga. Untuk mengetahui fungsi
Data yang berada pada bidang pembatas transformasi yang tepat sangat lah sulit.
disebut support vector. Pada Gambar 1, dua Sehingga pada SVM menggunakan kernel trick.
kelas dapat dipisahkan oleh sepasang bidang Data yang tidak dapat dipisah secara linear
pembatas yang sejajar. Class pertama dibatasi ditunjukkan pada Gambar 2.
bidang pemisah pertama sedangkan class kedua
dibatasi bidang pemisah kedua. Bidang pemisah
untuk setiap kelas ditunjukkan pada Persamaan
1 dan Persamaan 2.
(𝒘. 𝑥𝑖 + 𝑏) ≥ +1, untuk 𝑦𝑖 = +1 (1)
(𝒘. 𝑥𝑖 + 𝑏) ≤ −1, untuk 𝑦𝑖 = -1 (2)
Keterangan:
𝑥𝑖 = data ke-i
𝑤 = bidang normal antara bidang pemisah Gambar 2. Data non-linear
terhadap pusat koordinat Sumber: Muis (2015)
𝑏 = posisi bidang relatif terhadap pusat Metode kernel trick digunakan untuk
koordinat mencari hyperplane dengan cara
𝑦𝑖 = kelas data ke-i mentransformasi dataset ke ruang vektor yang
SVM dapat digunakan untuk mengatasi berdimensi lebih tinggi (feature space),
masalah linear dan non-linear. Masalah linear kemudian proses klasifikasi dilakukan pada
dapat diatasi dengan cara mendapatkan feature space. Pada permasalahan ini
hyperplane dengan fungsi sebagai berikut: menggunakan kernel Gaussian RBF yang
𝑓(𝑥 ) = (𝑤. 𝑥 + 𝑏) (3) didefiniskan dengan Persamaan 8.
2
𝑤 = ∑𝑛𝑖=1 𝛼𝑖 , 𝑦𝑖 , 𝑥𝑖 (4) K(𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 ) = exp (−𝛾‖𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 ‖ ) (8)
dan Penentuan fungsi kernel yang digunakan
1 + − sangat berpengaruh terhadapa hasil prediksi
𝑏 = − 2 (𝑤. 𝑥 + 𝑤. 𝑥 ) (5)
(Muis, 2015).
Nilai 𝑥 + adalah nilai dari salah satu support 2.3 Sequential Training SVM
vector dari class positive dan 𝑥 − adalah nilai
dari salah satu support vector dari class Metode sequential training SVM adalah metode
alternatif sederhana untuk menemukan bidang
negative.
hyperplane yang optimal. Metode ini lebih baik
Untuk mendapatkan klasifikasi yang optimal dibandingkan dengan metode Quadric Programming
data testing 𝑥 digunakan Persamaan 6 dan (QP) yang penyelesaiannya cukup kompleks,
untuk hasil klasifikasi dapat dilihat pada membuang-buang waktu serta rentan terhadap
Persamaan 7. ketidakstabilan numerik. Berikut langkah-langkah
algoritmenya (Cholissodin et al., 2014).
𝑓(𝑥 ) = ∑𝑚
𝑖=1 𝛼𝑖 𝑦𝑖 𝐾(𝑥𝑖 , 𝑥) + 𝑏 (6)
Fungsi klasifikasi = 𝑠𝑖𝑔𝑛 (𝑓(𝑥 )) (7)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1916

1. Inisialisasi nilai parameter, λ = 2, 𝛾 (learning mempengaruhi kualitas dari pohon biner.


rate) = 5, 𝐶 = 1, Iterasi Max = 10, dan 𝜀 = Berikut ini ilustrasi Binary Decision Tree
0.0001. Support Vector Machine (BDTSVM) dalam
2. Set nilai 𝑎𝑖 = 0, kemudian menghitung matriks mengklasifikasikan N-kelas yang ditunjukkan
Hessian dengan menggunakan Persamaan 9. pada Gambar 3.
𝐷𝑖𝑗 = 𝑦𝑖 𝑦𝑗 (𝐾(𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 ) + 𝜆2 ) untuk 𝑖, 𝑗 = 1,.,N (9) 1,2,3,4,5,6,7
Keterangan:
SVM
𝑥𝑖 = data ke-i
𝑥𝑗 = data ke-j
𝑦𝑖 = kelas data ke-i 2,3,4,7 1,5,6
𝑦𝑗 = kelas data ke-j SVM
SVM
N = jumlah data
𝐾(𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 ) = fungsi kernel yang digunakan
3. Melakukan proses iterasi dari data ke-i sampai 2,3 4,7 1,5
data ke-j dengan i=1 sampai N menggunakan SVM SVM SVM
6
Persamaan 10, 11 dan 12.
𝐸𝑖 = ∑𝑁 𝑗=1 𝛼𝑖 𝐷𝑖𝑗 (10)
[ ( ) ]
𝛿𝛼𝑖 = min{max 𝛾 1 − 𝐸𝑖 , −𝛼𝑖 , 𝐶 − 𝛼𝑖 } (11)
2 3 4 7 1 5
𝛼𝑖 = 𝛼𝑖 + 𝛿𝛼𝑖 (12)
Keterangan:
Gambar 3. Ilustrasi BDTSVM
𝛾 = 𝑙𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑒 Sumber: Sembiring (2007)
4. Kembali pada langkah ke 3 hingga kondisi iterasi
max telah tercapai atau max(|𝛿𝛼𝑖 |) < 𝜀. Berikut adalah langkah-langkah untuk
5. Kemudian didapatkan nilai Support Vector (SV) mendapatkan struktur dari tree:
= 𝛼𝑖 > 𝑡ℎ𝑟𝑒𝑠ℎ𝑜𝑙𝑑. Nilai thresholdSV ditentukan 1. Menghitung nilai gravity center dari setiap
dari beberapa percobaan yang biasa digunakan kelas.
𝑡ℎ𝑟𝑒𝑠ℎ𝑜𝑙𝑑 ≥ 0.
2. Menghitung jarak Euclidean distance dari
2.4 Binary Decision Tree Support Vector masing-masing kelas.
Machine
3. Mencari jarak terjauh dari matriks hasil
Metode Binary Decision Tree Support perhitungan jarak Euclidean distance,
Vector Machine (BDTSVM) digunakan untuk kemudian memisahkan kedua kelas yang
memecahkan permasalahan klasifikasi multi memiliki jarak terjauh masing-masing ke
kelas menggunakan pohon biner. Metode ini anak kanan dan anak kiri.
dapat diterapakan untuk menangani masalah
komputasi yang lama untuk proses klasifikasi 4. Kelas yang tersisa dicari jarak terdekatnya
yang merupakan kelemahan dari SVM. dengan kelas yang telah dipisahkan. Kelas
Sehingga metode ini memiliki kelebihan dalam dengan jarak terdekat terhadap kelas yang
hal efektifitas komputasi dan nilai akurasi yang dipisahkan akan digabungkan dengan kelas
tinggi. tersebut.
Prinsip dari metode ini dengan membagi N 5. Selanjutnya ulangi langkah 4 hingga
kelas yang ada menjadi dua kelompok besar seluruh kelas yang tersisa telah
dan memisahkannya dengan menempatkan ke dikelompokkan. Pada langkah ini telah
anak kanan dan anak kiri dari pohon biner. menyelesaikan struktur tree pada level 1.
Pembagian kelas dalam metode ini dilakukan 6. Kemudian ulangi langkah 3 dan 4 hingga
secara rekursif hingga didapatkan pada setiap masing-masing node hanya terdiri dari 1
node hanya terdapat satu kelas yang kelas.
mempresentasikan kategori tersebut. Pada
proses training SVM dilakukan untuk 2.4.1 Gravity Center
menentukan kemana data dikelompokkan
menurut kelasnya. Dalam membagi N kelas ke Gravity Center adalah titik pusat dari setiap
dalam dua buah kelompok terdapat banyak kelas. Untuk mendapatkan titik pusat dari setiap
cara. Pemilihan cara yang tepat dapat kelas, dapat dihitung dengan mencari rata-rata
setiap parameter dari masing-masing kelas.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1917

Nilai rata-rata dari masing-masing kelas dapat gejala-gejala pada penyakit kulit pada manusia
dilihat pada Persamaan 13. beserta diagnosanya sebanyak 150 data. Data
∑𝑛
𝑚=1 𝑥𝑚
gejala yang digunakan ada 14 gejala dengan 6
𝐺𝐶𝐶𝑖 𝐹𝑗 = (13) jenis penyakit yang sering ditangani yaitu
𝑛

Keterangan: dermatitis, abses, scabies, herpes, urtikaria,


serta pioderma.
𝐺𝐶𝐶𝑖 𝐹𝑗 = Gravity Center kelas ke-I parameter
ke-j, dimana i=1,…,jumlah kelas Studi Literatur
𝑥𝑚 = Nilai data ke-m pada kelas ke-I
parameter ke-j
Analisa Kebutuhan Sistem
𝑛 = jumlah data pada setiap kelas

2.4.2 Euclidean Distance Pengumpulan Data


Euclidean Distance adalah nilai jarak yang
memisahkan antara dua buah kelas. Ukuran
jarak ini yang paling umum digunakan. Untuk Perancangan Sistem
menentukan nilai jarak dapat digunakan
Persamaan 14.
𝑑𝑖𝑗 = √∑𝑛𝑚=1(𝑓𝑚𝑖 − 𝑓𝑚𝑗 )2 (14) Implementasi Sistem

Keterangan:
𝑑𝑖𝑗 = Jarak antara kelas I dan kelas j Pengujian Sistem

𝑓𝑚𝑖 = Rata-rata fitur ke-m pada kelas ke-i,


dimana i = 1,…,jumlah kelas
Penarikan Kesimpulan
𝑓𝑚𝑗 = Rata-rata fitur ke-m pada kelas ke-j,
dimana j = 1,…,jumlah kelas Gambar 4. Diagram Alir Metodologi Penelitian
𝑛 = Jumlah fitur
4. PERANCANGAN SISTEM
3. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian perancangan menjelaskan
mengenai langkah penyelesaian masalah
Metodologi penelitian untuk klasifikasi
klasifikasi penyakit kulit pada manusia
penyakit kulit pada manusia menggunakan
menggunakan metode Binary Decision Tree
metode Binary Decision Tree Support Vector
Support Vector Machine (BDTSVM). Gambar
Machine (BDTSVM) ditunjukkan pada Gambar
5 merupakan diagram alir proses klasifikasi
4. Studi literatur difokuskan pada pencarian
menggunakan metode Binary Decision Tree
referensi relevan yang berkaitan dengan
Support Vector Machine.
permasalahan yang sedang di teliti oleh penulis.
Proses klasifikasi penyakit kulit diawali
Hal ini dilakukan agar peneliti mampu
dengan memberikan masukan berupa data
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
gejala penyakit kulit pada manusia yang
teori tentang permasalahan yang sedang diteliti.
diperoleh dari Puskesmas Dinoyo Kota Malang.
Referensi berupa teori yang didapatkan
Proses pembentukan kelas positif dan negatif
berkaitan dengan Klasifikasi Penyakit Kulit
menggunakan metode Binary Decision Tree
Pada Manusia Menggunakan Metode Binary
yang diawali dengan menghitung gravity center
Decision Tree Support Vector Machine
(BDTSVM). kemudian menghitung jarak Euclidean distance
setelah terbentuk matriks Euclidean Distance
Lokasi penelitian di Puskesmas Dinoyo
selanjutnya membuat pohon biner yaitu dengan
Kota Malang. Analisis kasus dilakukan dengan
mencari jarak terjauh dari hasil matriks
cara mengumpulkan data melalui observasi dan
wawancara secara langsung dengan tujuan Euclidean. Kemudian memisahkan kedua kelas
yang memiliki jarak terjauh dimana kelas yang
mendapatkan informasi lebih dari pihak yang
kecil akan mengarah ke kiri yang bernilai
bersangkutan. Data yang diperoleh berupa data

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1918

positif dan kelas yang lebih besar mengarah ke pada nilai iterasi maksimal digunakan beberapa
kanan yang bernilai negatif. Kemudian kelas nilai yaitu 2, 10, 50, 100 dan 150. Pada
yang tersisa akan dicari jarak terdekatnya antara pengujian nilai parameter sequential training
kedua kelas yang memiliki jarak terjauh. Proses SVM yang digunakan adalah λ (lambda) = 0,5,
tersebut akan terus diulang sampai level C (complexity) = 1, konstanta 𝛾 (gamma) =
terakhir dan masing-masing node hanya terdiri 0,01, dan itermax = 10.
dari 1 kelas. Kemudian untuk proses klasifikasi
menggunakan metode Support Vector Machine Pengujian Akurasi Iterasi Maksimal
dari proses training hingga testing dengan 97,14 97,14 97,14 97,14
100
menggunakan metode sequential training SVM.

Akurasi (%)
95 91,43
Keluaran yang dihasilkan berupa klasifikasi
penyakit kulit pada manusia terdiri dari 6 jenis 90
yaitu dermatitis, abses, scabies, herpes, urtikaria 85
dan pioderma. 2 10 50 100 150
Nilai Iterasi Maksimal
Mulai
Gambar 6. Grafik Tingkat Akurasi Hasil Pengujian
Iterasi Maksimal
Data Penyakit
Berdasarkan hasil grafik pada Gambar 6
Kulit
bahwa rerata dengan akurasi tertinggi sebesar
97,14% pada nilai iterasi maksimal yaitu 10.
Sehingga untuk pengujian selanjutnya
Binary Decision Tree
digunakan nilai iterasi maksimal yaitu 10.
Hasil pengujian nilai iterasi maksimal
dengan rerata akurasi tertinggi sebesar 97,14%
Support Vector menunjukkan bahwa nilai iterasi maksimal
Machine yang semakin besar maka akurasi semakin baik.
Pengujian iterasi maksimal berpengaruh pada
perubahan nilai alpha dan bias. Pada hasil
Hasil Klasifikasi pengujian untuk jumlah iterasi maksimal 10,
50, 100 dan 150 akurasi cenderung stabil.
Namun pada iterasi 4 akurasi sudah tinggi
sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama
Selesai
untuk mencapai akurasi yang tinggi.

Gambar 5. Diagram Alir Proses Klasifikasi 5.2 Hasil dan Analisis Pengujian Parameter
Menggunakan Metode BDTSVM λ (Lambda)

5. PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian nilai parameter λ (lambda) untuk


mengetahui pengaruh tingkat akurasi pada
Pengujian yang dilakukan pada sistem sequential training SVM. Untuk pengujian
klasifikasi penyakit kulit pada manusia pada nilai parameter lambda digunakan
menggunakan metode Binary Decision Tree beberapa nilai yaitu 0,5, 100, 1000, 10000, dan
Support Vector Machine (BDTSVM) 100000. Pada pengujian nilai parameter
menggunakan data training. Pengujian yang sequential training SVM yang digunakan
dilakukan terdiri dari pengujian terhadap adalah λ (lambda) = 0,5, C (complexity) = 1,
jumlah iterasi, pengujian parameter λ (lambda), konstanta 𝛾 (gamma) = 0,01, dan itermax = 10.
pengujian parameter 𝐶 (Complexity), dan
pengujian parameter 𝛾 (gamma).

5.1 Hasil dan Analisis Pengujian Nilai


Iterasi Maksimal
Pengujian nilai iterasi maksimal untuk
mengetahui pengaruh tingkat akurasi pada
sequential training SVM. Untuk pengujian

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1919

97,14% pada nilai C (Complexity) yaitu 1.


Pengujian Akurasi Nilai λ (lambda)
97,14
Sehingga untuk pengujian selanjutnya
100 90 88,58 85,72 digunakan nilai C (Complexity) yaitu 1.
81,44
Akurasi (%)

90 Hasil pengujian parameter C (Complexity)


80
70 dengan rerata akurasi tertinggi sebesar 97,14%
menunjukkan bahwa nilai parameter C
(Complexity) yang mendekati nilai 0 maka
akurasi cenderung menurun. Nilai parameter C
Nilai λ semakin besar membuat waktu komputasi
semakin lama untuk proses training data tetapi
Gambar 7. Grafik Tingkat Akurasi Hasil Pengujian nilai akurasi semakin baik. Nilai parameter C
Nilai λ (lambda) memberikan penalti yang besar pada titik data
Berdasarkan hasil grafik pada Gambar 7 yang melewati bidang pemisah, sehingga dapat
bahwa rerata dengan akurasi tertinggi sebesar menghindari kesalahan klasifikasi.
97,14% pada nilai λ (lambda) yaitu 0,5.
Sehingga untuk pengujian selanjutnya 5.4 Hasil dan Analisis Pengujian Parameter
digunakan nilai λ (lambda) yaitu 0,5. 𝜸 (Gamma)
Hasil pengujian parameter λ (lambda) Pengujian nilai parameter 𝛾 (Gamma) untuk
dengan rerata akurasi tertinggi sebesar 97,14% mengetahui pengaruh tingkat akurasi pada
menunjukkan bahwa semakin besar nilai λ sequential training SVM. Untuk pengujian
(lambda) maka akurasi cenderung menurun. pada nilai parameter 𝛾 (Gamma) digunakan
Sebaliknya semakin kecil nilai λ (lambda) maka beberapa nilai yaitu 0,001, 0,01, 0,1, 1 dan 10.
akurasi semakin besar, hal tersebut dikarenakan Pada pengujian nilai parameter sequential
saat nilai λ (lambda) kecil maka membuat lebar training SVM yang digunakan adalah λ
margin mengecil dan titik bergerak dari dalam (lambda) = 0,5, C (complexity) = 1, konstanta
margin menuju luar margin dan akan 𝛾 (gamma) = 0,01, dan itermax = 10.
mendapatkan hyperplane yang baik.
Pengujian Akurasi Nilai 𝜸 (Gamma)
5.3 Hasil dan Analisis Pengujian Parameter
𝑪 (Complexity) 150 92,86 97,14 80,01
Akurasi (%)

100 60 54,29
Pengujian nilai parameter C (Complexity)
50
untuk mengetahui pengaruh tingkat akurasi
0
pada sequential training SVM. Untuk
0,001 0,01 0,1 1 10
pengujian pada nilai parameter C (Complexity)
digunakan beberapa nilai yaitu 0,0001, 0,001, Nilai 𝜸
0,01, 0,1 dan 1. Pada pengujian nilai parameter
sequential training SVM yang digunakan Gambar 9. Grafik Tingkat Akurasi Hasil Pengujian
adalah λ (lambda) = 0,5, C (complexity) = 1, Nilai 𝜸 (Gamma)
konstanta 𝛾 (gamma) = 0,01, dan itermax = 10. Berdasarkan hasil grafik pada Gambar 9
bahwa rerata dengan akurasi tertinggi sebesar
Pengujian Akurasi Nilai 𝑪 97,14% pada nilai 𝛾 (Gamma) yaitu 0,01.
(Complexity) Sehingga untuk pengujian selanjutnya
97,14 digunakan nilai 𝛾 (Gamma) yaitu 0,01.
100 90 90 90
Hasil pengujian parameter 𝛾 (Gamma)
Akurasi (%)

85,72
90
dengan rerata akurasi tertinggi sebesar 97,14%
80 menunjukkan bahwa nilai konstanta 𝛾 (Gamma)
0,0001 0,001 0,01 0,1 1 yang semakin besar maka nilai learning rate
Nilai C semakin besar dimana learning rate merupakan
laju pembelajaran sehingga jika proses
Gambar 8. Grafik Tingkat Akurasi Hasil Pengujian pembelajaran semakin cepat maka ketelitian
Nilai C (Complexity) sistem semakin berkurang dan akurasi
Berdasarkan hasil grafik pada Gambar 8 cenderung menurun. Sebaliknya jika nilai
bahwa rerata dengan akurasi tertinggi sebesar learning rate semakin kecil maka ketelitian
sistem semakin besar dan akurasi semakin baik.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1920

6. KESIMPULAN Menggunakan Visual Basic 2010. Teknik


Informatika Universitas Semarang.
Berdasarkan pada hasil perancangan,
implementasi, pengujian dan analisis yang telah Maryunani, A., 2010. Kamus Perawat: Definisi
dilakukan pada sistem Klasifikasi Penyakit Istilah dan Singkatan Kata-Kata dalam
Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info
Binary Decision Tree Support Vector Machine Media.
(BDTSVM). Sehingga dapat disimpulkan Meshram, A., Roopam, G dan Sanjeev, S.,
sebagai berikut ini: 2014. Advance Probabilistic Binary
1. Metode Binary Decision Tree Support Decision Tree using SVM. School of
Vector Machine dapat diimplementasikan Information Technology UTD, RGPV,
dengan baik untuk menyelesaikan masalah Bhopal, M.P., India.
klasifikasi penyakit kulit pada manusia. Muis, I.A., 2015. Penerapan Metode Support
Banyaknya jumlah data dapat Vector Machine (SVM) Menggunakan
mempengaruhi hasil akurasi pada proses Kernel Radial Basis Function (RBF)
klasifikasi. Pada Klasifikasi Tweet. Jurusan teknik
2. Pada permasalahan klasifikasi penyakit kulit Informatika, Fakultas Sains dan
pada manusia menggunakan metode Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim
BDTSVM digunakan data sebanyak 150 Riau.
data. Perubahan nilai 𝛼𝑖 , nilai bias dan Nuraeni, F., 2016. Aplikasi Pakar Untuk
akurasi dipengaruhi pada pemilihan Diagnosa Penyakit Kulit Menggunakan
parameter λ (lambda), C (complexity), Metode Forward Chaining Di Al Arif
konstanta 𝛾 (gamma), 𝜀 (epsilon) pada Skin Care Kabupaten Ciamis. Teknik
metode sequential training SVM. Informatika STMIK Tasikmalaya.
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai Pardiansyah, R., 2015. Association Between
akurasi terbaik sebesar 97,14% dengan Personal Protective Equipment With
pengujian parameter SVM yaitu nilai λ the Irritant Contact Dermatitis in
(lambda) = 0,5, C (complexity) = 1, Scavengers. Faculty of Medicine,
konstanta 𝛾 (gamma) = 0,01, dan itermax = Lampung University.
10. Prativi, G.S., M. Yunita, I dan Linda, S.B.,
2013. Hubungan Pengetahuan Dengan
7. DAFTAR PUSTAKA
Sikap Keluarga Dalam Mencegah
Cholissodin, I., Maya Kurniawati., Indriati., dan Kejadian Skabies Di Desa Laksana
Issa Arwani., 2014. Classification of Mekar.
campus e-complaint documents using
Putri, E., Diyah, P dan Andre, M., 2015.
Directed Acyclic Graph Multi-class
Identifikasi Tanda Tangan Dengan
SVM based on analytic hierarchy
Pendekatan Support Vector Machine.
process. Universitas Brawijaya,
Program Studi Teknik Informatika,
Malang.
Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu.
Feng-Chia, L., 2009. Comparison Of The
Sembiring, K., 2007. Penerapan Teknik
Primitive Classifiers Without Features
Support Vector Machine Untuk
Selection in Credit Scoring.
Pendeteksian Intrusi Pada Jaringan. S1
Management and Service Science.
Teknik Informatika, Sekolah Teknik
Fitria., 2013. Aspek Etiologi dan Klinis Pada Elektro dan Informatika, ITB.
Urtikaria dan Angioedema. Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Mahardika, A.P., 2013. Sistem Pakar
Mendeteksi Penyakit Dalam Dengan
Metode Backward Chaining

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai