[KONTRAK]
SUB KONTRAKTOR
NOMOR,
../GTY/PAN-ASJ/DIR/../2017
TANGGAL
................................2017
PERIHAL,
PEKERJAAN BORONGAN
“PEMBANGUNAN GRAND TUGU HOTEL “
Jl. Jenderal Sudirman No.33 Terban
YOGYAKARTA
Nomor :.............................................../2017
Antara
Pada hari ini ........., tanggal.............bulan ..............tahun Dua Ribu Tujuh Belas
(..-..-2017), bertempat di Jakarta, dibuat Perjanjian Kerja Sama Operasi Untuk
PEKERJAAN BORONGAN PEMBANGUNAN HOTEL GRAND TUGU – Jalan Jenderal
Sudirman No.33 Terban Kota Yogyakarta, yang selanjutnya disebut sebagai
“perjanjian”, yang dibuat oleh dan antara :
I. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Dalam Hal ini bertindak untuk dan atas nama perseroan PT. PAYUNG AGUNG
NUSANTARA, untuk selanjutnya disebut juga sebagai ----------------------------------
-------------------------------------------PIHAK PERTAMA-------------------------------------
-----
Dalam Hal ini bertindak untuk dan atas nama perseroan PT. ANAK SUMBER
JAYA, yang selanjutnya didalam Perjanjian ini disebut sebagai-------------------------
--------------------------------------------PIHAK KEDUA---------------------------------------
Dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menyatakan telah setuju serta
sepakat untuk Kerja sama dan mengikat diri dalam suatu Perjanjian Kontrak
Kerja ( Kontrak ) dalam Pekerjaan Pembangunan “ GRAND TUGU HOTEL “yang
terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.33 Terban - Yogyakarta, yang mana
PASAL 1.
LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan Borongan Pembangunan Grand Tugu Hotel Yogyakarta yang di
maksud di dalam perjanjian kontrak kerja ini adalah :
A. Pekerjaan Persiapan
B. Pekerjaan Struktur Pondasi, Basement, Kolom, Balok, Lantai dan Atap
sebanyak 13 lantai ( 2 Basement, 10 Lantai utama dan b1 rooftop )
C. Pekerjaan Arsitektur Gedung
D. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing (MEP)
E. Pekerjaan Interior
F. Pekerjaan Landskap
G. Pekerjaan Utulitas Lainnya.
Rincian untuk Pekerjaan ini tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya –
terlampir.
PIHAK PERTAMA adalah pihak pemberi Pekerjaan dan PIHAK KEDUA adalah
Pihak pelaksana pekerjaan.
PASAL 2.
HARGA BORONGAN PEKERJAAN.
Harga Pekerjaan Pembangunan Grand Tugu Hotel Yogyakarta ini sesuai
dengan Rencana Anggaran Biaya (RAP) terlampir sebesar Rp.
320.0000.000.000,00 terbilang : Tiga Ratus Dua Puluh Milyar Rupiah
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak Borongan
Pekerjaan ini, harga borongan bersifat UNIT PRICE dan sudah termasuk
PPh sebesar 2,5%, perubahan atas harga Borongan Pekerjaan ini akan
disesuaikan dengan kondisi lapangan sesuai kesepakatan ( Pekerjaan
Tambah Kurang )
PASAL 3.
HAK DAN KEWAJIBAN.
PIHAK PERTAMA :
Bertanggung jawab atas legalitas Proyek pekerjaan Pembangunan Grand
Tugu Hotel – Yogyakarta.
Bertanggung jawab atas pembayaran kepada PIHAK KEDUA, Pembayaran
dilakukan oleh PIHAK PERTAMA dengan cara Down Payment 10% (
Sepuluh Persen ) dari total nilai kontrak, selanjutnya dengan cara
PROGRES PEKERJAAN selama masa pelaksanaan yang akan tertuang di
dalam Surat Perintah Kerja (SPK).
Membuat surat perintah kerja (SPK) dan surat penyerahan lapangan
(SPL) kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar
terlampir yang telah disetujui oleh kedua belah Pihak.
PIHAK KEDUA:
PASAL 4.
CARA PEMBAYARAN.
Pembayaran biaya pelaksanaan borongan pekerjaan ini dilakukan dengan cara
Uang Muka / Down Payment 10% (Sepuluh Persen) dari total nilai KONTRAK
dan selanjutnya dengan setiap PROGRESS PEKERJAAN (PROGRESS) yang
mengacu kepada schedule yang telah ditetapkan.
PASAL 5.
PENGAWAS PEKERJAAN.
1. Untuk pengendalian pekerjaan yang terdiri atas kegiatan pengawasan,
pengujian dan pengkoreksian, maka PIHAK PERTAMA (Main Contraktor)
menunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai pengawas dan
pengendalian pekerjaan yang bertindak untuk dan atas nama PIHAK
PERTAMA (Main Contraktor).
2. Apabila petugas yang ditunjuk dalam ayat 1 pasal ini tidak dapat menjalankan
kewajibannya, maka PIHAK PERTAMA dapat menunjuk penggantinya dan
diberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA.
3. PIHAK KEDUA harus mematuhi perintah/petunjuk teknis dan manajemen dari
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) Pekerjaan dan wakil PIHAK PERTAMA
sesuai dengan kewenangan yang telah ditentukan.
PASAL 6.
BAHAN DAN PERALATAN.
1. Bahan, peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan pemborongan ini harus disediakan dalam keadaan baik oleh PIHAK
KEDUA.
PASAL 7.
TENAGA KERJA.
1. PIHAK KEDUA wajib menugaskan tenaga kerja ahli dan terampil yang cukup
sesuai kebutuhan pekerjaan yang dicantumkan dalam Daftar Usulan Staf Inti
Proyek dan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA.
2. Di lokasi pekerjaan harus ada wakil PIHAK KEDUA yang ditunjuk sebagai
pemimpin pelaksana yang mempunyai wewenang penuh untuk mewakili
PIHAK KEDUA yang dapat menerima / memberikan / memutuskan segala
urusan pekerjaan di lapangan.
3. Penunjukan/penugasan/penggantian staf proyek atau pemimpin pelaksana
harus memenuhi kualifikasi kemampuan dan pengalaman yang telah
ditentukan dengan melampirkan curriculum vitae dan mendapat persetujuan
tertulis PIHAK PERTAMA.
4. PIHAK KEDUA wajib menyediakan tenaga kerja harian dalam jumlah yang
cukup dan kualifikasi sesuai dengan volume dan kompleksitas pekerjaan.
PASAL 8.
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN.
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai 100% (seratus
persen), serah terima pekerjaan yang ditetapkan sesuai yang tertera dalam
Surat Perintah Kerja, terhitung sejak Surat Perintah Kerja dan Surat
Penyerahan Lapangan diberikan/diterima PIHAK KEDUA .
2. Jangka waktu pelaksanaan setiap bagian pekerjaan ditetapkan sesuai jadwal
pelaksanaan pekerjaan (time schedule) pada lampiran surat perjanjian ini.
3. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan tersebut dalam ayat 1 pasal ini tidak
dapat diubah oleh PIHAK KEDUA kecuali adanya Keadaan Memaksa” seperti
diatur dalam Pasal 12 Surat Perjanjian ini atau adanya perintah penambahan /
pengurangan pekerjaan dari PIHAK PERTAMAsecara tertulis yang
mengakibatkan terdapat perpanjangan / penambahan waktu penyelesaian
pekerjaan dan diatur dalam perjanjian tambahan (Addendum).
PASAL 9.
MASA PEMELIHARAAN.
1. Masa pemeliharaan hasil pekerjaan ditetapkan selama 60 (Enam Puluh) hari
kalender terhitung sejak tanggal pekerjaan selesai 100% dan telah diterima
oleh PIHAK PERTAMA dalam keadaan baik, yang dinyatakan dalam Berita
Acara Serah Terima I (Pertama).
PASAL 10.
KENAIKAN HARGA.
1. Kenaikan harga bahan, peralatan dan upah selama masa pelaksanaan
pekerjaan pemborongan ini ditanggung oleh PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan (klaim) atas kenaikan harga
bahan, peralatan dan upah tersebut, kecuali apabila Pemerintah Republik
Indonesia dalam bidang moneter secara resmi menyatakan tentang kenaikan
tersebut yang diatur dalam peraturan perundang-undangan atau
pemberitahuan resmi secara tertulis (eskalasi harga).
PASAL 11.
PEKERJAAN TAMBAH KURANG.
1. Perubahan yang merupakan penambahan atau pengurangan pekerjaan hanya
dianggap sah sesudah mendapat persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA
dengan menyebutkan jenis, volume dan rincian pekerjaan secara jelas.
2. Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar
harga yang disetujui kedua belah pihak.
3. Harga pekerjaan tambah kurang setinggi-tingginya 10% (sepuluh persen) dari
harga borongan dan sudah termasuk pajak yang harus dibayarkan oleh PIHAK
KEDUA.
4. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk
mengubah jangka waktu penyelesaian pekerjaan kecuali atas persetujuan
tertulis PIHAK PERTAMA.
5. Untuk pekerjaan tersebut diatas, dibuat perjanjian tambahan (Addendum).
6. Pelaksanaan pembayaran pekerjaan tambah kurang dilakukan setelah
pekerjaan selesai 100%
PASAL 12.
SANKSI DAN DENDA.
1. Jika PIHAK KEDUA melalaikan tugas dan kewajibannya sesuai Surat
Perjanjian ini dan telah mendapat peringatan tertulis dari PIHAK PERTAMA 3
(tiga) kali berturut-turut tetapi PIHAK KEDUA tetap tidak mengindahkannya,
maka untuk setiap kali melakukan kelalaian PIHAK KEDUA dikenakan “denda
kelalaian” sebesar 1% (satu persen) dengan kewajiban PIHAK KEDUA tetap
harus memperbaiki kelalaian yang diperingatkan tersebut.
2. Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya
dalam batas waktu yang ditetapkan, maka untuk setiap hari keterlambatan
PASAL 13.
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE).
1. Yang dimaksud keadaan memaksa dalam perjanjian ini adalah peristiwa-
peristiwa yang berada di luar kemampuan PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA yang dapat mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan kegiatan kedua
belah pihak yaitu :
a. Bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, badai dan banjir).
b. Perang, revolusi, makar, huru-hara, pemberontakan, kerusuhan dan
kekacauan (kecuali karyawan kontraktor).
c. Kebakaran (kecuali disebabkan dalam pelaksanaan pekerjaan) atau kelalian
PIHAK KEDUA.
d. Keadaan memaksa yang dinyatakan secara resmi oleh Pemerintah.
2. Apabila terjadi keadaan memaksa maka :
a. PIHAK PERTAMA memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA
bahwa telah terjadi keadaan memaksa, selambat-lambatnya 2x24 jam
setelah kejadian.
b. Apabila selama 2x24 jam sejak terjadinya keadaan memaksa PIHAK
PERTAMA tidak membuat pernyataan seperti tersebut pada ayat 2 a pasal
ini, maka PIHAK KEDUA berhak mengajukan keadaan tersebut kepada
PIHAK PERTAMA untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
c. Jika dalam waktu 3x24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAK
KEDUA kepada PIHAK PERTAMA tentang keadaan memaksa” tersebut
PIHAK PERTAMA tidak memberikan jawaban, maka PIHAK
PERTAMAdianggap menyetujui terjadinya keadaan memaksa tersebut.
d. PIHAK KEDUA wajib mengamankan lapangan atau pekerjaan dan segera
menghentikan seluruh kegiatan pekerjaan setelah menerima
pernyataan/persetujuan tertulis keadaan memaksa dari PIHAK PERTAMA.
e. PIHAK KEDUA segera melaporkan kemajuan pekerjaan pada saat keadaan
memaksa setelah diperiksa oleh PIHAK PERTAMA.
f. Pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dilakukan setelah
dilakukan perhitungan dan setelah PIHAK KEDUA menyelesaikan
kewajiban keuangan kepada para pegawai dan tenaga ahli yang
dipekerjakan oleh PIHAK KEDUA.
PASAL 15.
PEMUTUSAN PERJANJIAN.
1. PIHAK PERTAMA dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini tanpa
menggunakan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata setelah PIHAK PERTAMAmemberikan peringatan/teguran tertulis 3
(tiga) kali berturut-turut tetapi PIHAK KEDUA tetap tidak mengindahkannya
dalam hal :
a. PIHAK KEDUA tidak dapat memberikan Jaminan Pelaksanaan
sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Hak dan Kewajiban Para Pihak
setelah dilakukannya tanda tangan kontrak ini.
b. Dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak tanggal Surat
Penyerahan lapangan ( SPL ) diterbitkan oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK
KEDUA tidak memulai melaksanakan pekerjaan pemborongan sebagaimana
diatur dalam Pasal 1 surat perjanjian ini.
c. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kelender berturut-turut tidak
melanjutkan pekerjaan pemborongan yang telah dimulainya.
d. Secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja memperlambat
penyelesaian pekerjaan ini.
e. PIHAK KEDUA nyata-nyata tidak melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan
oleh PIHAK PERTAMA.
f. PIHAK KEDUA nyata-nyata memberikan keterangan yang tidak benar yang
merugikan atau dapat merugikan PIHAK PERTAMA sehubungan pekerjaan
pemborongan ini.
g. Jika PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan pemborongan ini tidak sesuai
dengan jadwal waktu (Time Schedule) yang telah disetujui oleh PIHAK
PERTAMA.
h. PIHAK KEDUA nyata-nyata tidak dapat melaksanakan atau melanjutkan
pekerjaan yang ditugaskan.
i. PIHAK KEDUA telah memborongkan sebagian atau seluruh pekerjaan
kepada Pihak Ketiga tanpa persetujuan tertulis PIHAK PERTAMA.
j. Apabila jumlah denda kumulatif telah mencapai maksimum sebesar 5%
(lima persen) dari jumlah harga pekerjaan pemborongan.
PASAL 16.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN.
1. Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya
akan diselesaikan secara musyawarah.
2. Apabila perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka
akan diselesaikan oleh suatu Panitia Pendamai yang berfungsi sebagai
juri/wasit, yang dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak dan terdiri dari
3 (tiga) orang yaitu :
a. Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota.
b. Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota dan
c. Seorang Pihak Ketiga yang ahli, sebagai ketua yang disetujui oleh kedua
belah pihak.
3. Keputusan Panitia Pendamai ini mengikat kedua belah pihak dan biaya
penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul secara bersama.
4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat 3 pasal ini tidak dapat diterima
oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak, maka perselisihan akan
diteruskan melalui Pengadilan Negeri.
PASAL 17.
TEMPAT KEDUDUKAN.
Untuk pelaksanaan perjanjian Manajemen ini beserta segala akibat hukumnya,
kedua belah pihak telah memilih tempat kedudukan (domisili) yang tetap dan sah
di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
PASAL 18.
L A P O R A N.
1. Jika sewaktu-waktu diminta oleh PIHAK PERTAMA untuk menyerahkan
sebagian atau keseluruhan dokumen kontrak, laporan, beserta catatan-catatan
selama pelaksanaan di lapangan, maka PIHAK KEDUA harus segera
menyerahkannya kepada PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala
3. Pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan, termasuk pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan sub kontraktor.
PASAL 19.
PERUBAHAN-PERUBAHAN.
1. Kedua belah pihak sepakat bahwa setiap perubahan dalam Surat Perjanjian ini
hanya dapat dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak.
2. Perubahan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal ini telah disepakati
dibuat dalam suatu amandemen yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Perjanjian ini.
3. Usul Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini diajukan oleh
pihak yang satu kepada pihak yang lainnya selambat-lambatnya 15 (lima belas)
hari sebelum berlakunya perubahan yang diusulkan.
PASAL 21.
KORESPONDENSI.
1. Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan komunikasi baik secara lisan,
maupun tulisan selama masa kontrak berlaku untuk menghindari
kesalahfahaman diantara kedua belah pihak.
2. Demi menghindari sumber informasi yang beragam, kedua belah pihak telah
sepakat menunjuk masing-masing perwakilan untuk melakukan komunikasi
tersebut di kantor proyek.
3. Apabila terjadi perpindahan alamat, atau kedudukan terhitung 7 (tujuh) hari
sejak perpindahan tersebut, diharuskan memberitahukan kepada pihak
lainnya secara lisan yang kemudian disampaikan secara tertulis.
PASAL 22.
PENUTUP
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan-
perubahan yang dipandang perlu oleh kedua belah pihak, akan diatur lebih
lanjut dalam Surat Perjanjian Tambahan (Addendum) dan merupakan
perjanjian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian ini.
2. Surat Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing untuk PIHAK
PERTAMA dan PIHAK KEDUA.
WARTONO
Direktur Utama Direktur Utama