SISTEM TRANSPORTASI 2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2016
DASAR – DASAR PEMODELAN TRANSPORTASI
Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan
menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur
Tujuan Utama model adalah mengestimasi perilaku system tertentu di alam terhadap
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi
Macam-macam model :
a. Model Fisik (model arsitek, model teknik, wayang golek, dan lain-lain)
b. Model Grafis (peta dan diagram)
c. Model statistic dan matematik (fungsi atau persamaan) yang dapat menerangkan secara
terukur beberapa aspek fisik, sosial ekonomi, atau model transportasi.
Model Transportasi adalah model perilaku dasar interaksi antar komponen system
transportasi dan model interaksi komponen system transportasi dengan waktu
Model bangkitan – tarikan pergerakan adalah suatu pemodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona (trip generation) dan berapa jumlah pergerakan yang
akan tertarik ke suatu zona (trip attraction)
a. Analisa Regresi
b. Analisa Kategori
ANALISIS REGRESI
a. Regresi linear
b. Regresi linier berganda
a. Zona
b. Rumah Tangga
Pada kasus ini, dilakukan usaha untuk mendapatkan hubungan linear antara jumlah pergerakan
yang dibangkitkan atau tertarik oleh zona dan ciri sosio-ekonomi ratarata dari rumah tangga
pada setiap zona.
Dalam melakukan analisis bangkitan pergerakan dengan menggunakan model analisis-regresi
berbasis zona, terdapat tiga metode analisis yang dapat digunakan yaitu :
Metode ini secara bertahap mengurangi jumlah peubah bebas sehingga didapatkan
model terbaik yang hanya terdiri dari beberapa peubah bebas.
Tahapannya :
Sesuai dengan namanya, metode ini melakukan proses coba-coba dalam menentukan
parameter yang dipilih. Secara lengkap, tahapan metode adalah sebagai berikut :
Parameter sosio-ekonomi yang dipilih adalah jumlah penduduk, jumlah rumah sakit, dan
panjang jalan diaspal, yang dapat dilihat pada table diatas.
TAHAP KE 1
Dari setiap metode analisis yang ada mensyaratkan dilakukannya uji korelasi antara sesama
peubah bebas dan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas. Hal ini dilakukan sesuai
dengan persyaratan statistik yang harus dipenuhi, yaitu sesama peubah bebas tidak boleh
mempunyai korelasi, sedangkan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas harus
mempunyai korelasi. Tabel dibawah ini berikut menampilkan hasil uji korelasi yang
disyaratkan.
TABEL KORELASI
Y X1 X2 X3
Y 1.00
X1 0.83 1.00
X2 0.86 0.92 1.00
X3 0.95 0.87 0.85 1.00
TAHAP KE 2 (REGRESIKAN)
1. Regresi melibatkan 3X
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.95
R Square 0.91
Adjusted R Square 0.85
Standard Error 9,285,297.13
Observations 9.00
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 3 4.27457E+15 1.42486E+15 16.5264445 0.005002253
Residual 5 4.31084E+14 8.62167E+13
Total 8 4.70565E+15
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept -6,504,044.87 10,204,269.65 -0.64 0.55 -32,734,955.09 19,726,865.34 -32,734,955.09 19,726,865.34
X1 -5.02 9.89 -0.51 0.63 -30.45 20.41 -30.45 20.41
X2 2,111,309.44 2,536,554.63 0.83 0.44 -4,409,111.81 8,631,730.68 -4,409,111.81 8,631,730.68
X3 32,736.51 10,894.25 3.00 0.03 4,731.95 60,741.06 4,731.95 60,741.06
Regression Statistics
Multiple R 0.95
R Square 0.90
Adjusted R Square 0.87
Standard Error 8,691,894.72
Observations 9.00
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 4.25236E+15 2.12618E+15 28.14303464 0.000893884
Residual 6 4.53294E+14 7.5549E+13
Total 8 4.70565E+15
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept -10,558,973.52 5,942,584.83 -1.78 0.13 -25,099,954.77 3,982,007.74 -25,099,954.77 3,982,007.74
X2 1,200,606.91 1,678,354.45 0.72 0.50 -2,906,178.49 5,307,392.31 -2,906,178.49 5,307,392.31
X3 30,453.98 9,288.60 3.28 0.02 7,725.60 53,182.37 7,725.60 53,182.37
3. Regresi melibatkan 1X
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.95
R Square 0.90
Adjusted R Square 0.88
Standard Error 8,383,268.41
Observations 9.00
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 4.2137E+15 4.2137E+15 59.95655433 0.000112197
Residual 7 4.91954E+14 7.02792E+13
Total 8 4.70565E+15
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept -11,686,511.94 5,526,288.20 -2.11 0.07 -24,754,107.03 1,381,083.16 -24,754,107.03 1,381,083.16
X3 36,126.39 4,665.59 7.74 0.00 25,094.03 47,158.74 25,094.03 47,158.74
TAHAP KE 3
Kita tentukan model dari rumus yang mana cocok dengan 4 kriteria berikut :
1. Melibatkan Sebanyak-banyaknya X
2. Konstanta Regresi Sekecil-kecilnya
3. Tanda Koefisien Regresi sesuai
4. R² Sebesar-besarnya
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, model terpilih adalah model yang dihasilkan pada
tahap model rumus dengan 1X (Y = -11686511.94 + 36126.39 X3). Beberapa alasan yang
menyebabkan model tahap model rumus 1X yang dipilih adalah sebagai berikut:
a. meskipun nilai R2 (=0,90) yang dihasilkan bukan yang tertinggi, tanda koefisien regresi
peubah bebasnya sesuai dengan yang diharapkan (nilai positif).
b. Tahap model rumus 3X tidak dipilih meskipun mempunyai nilai R2 (=0,91) karena
peubah bebas jumlah penduduk mempunyai nilai negatif (−5.02). Tanda koefisien
regresinya bertolak belakang dengan yang diharapkan. Seharusnya, semakin besar
jumlah penduduk suatu zona, semakin besar pula bangkitan pergerakannya; bukan
malah sebaliknya
DAFTAR PUSTAKA
a. http://www.jam-statistic.id/2014/07/contoh-penghitungan-manual-analisis.html
b. https://darmadi18.files.wordpress.com/.../pertemuan-5-model-bangkitan-pergerakan1..
c. Z. Tamin, Ofyar. Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Penerbit ITB.
Bandung