Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh

tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam.

Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik

persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir.

Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.

Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik

dan adekuat.

Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung

dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi,

tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan

perioperatif yang baik akan meningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi

dan anak.

1.2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada anak yang
menderita penyakit fimosis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
b. Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
c. Mengetahui etiologi, tanda dan gejala serta tindakan yang tepat untuk mengatasi
fimosis.
d. Mengetahui macam-macam fimosis.

1
1.3. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang dan tujuan di atas maka kami dapat merumuskan masalah
dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian dari Fimosis?
2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?
3. Apa penyebab terjadinya fimosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena fimosis?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada
bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni,
sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. (Andi Maryam)
Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin pria,
yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium)
melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang
saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing,
kondisi ini memicu timbulnya infeksi pada penis (balantis). Jika keadaan ini di
biarkan dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter
menganjurkan untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan membuka dan
memotong kulit penis agar ujungnya terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna
Himawan,1996)
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan menyebabkan bayi /
anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu suka sehingga kulit prepusium
menggelembung seperti balon. Bayi / anak sering menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala
penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian
kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,) Preputium terdiri dari dua
lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada
batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans
penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk
berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa
merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal
sampai ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang
dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam
prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi

3
penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan
sehinga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.

Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma yaitu
cairan putih, kental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan kepala penis
akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah sekali terjadi infeksi. Biasanya yang
sering di serang adalah bagian ujung penis, sehingga di sebut infeksi ujung penis
atau blantis. Sewaktu akan kencing, anak menjadi rewel yang terlihat adalah kulit
kulup yang terbelit dan menggelembung.

2.2. ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara
kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup
menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi
atau benturan.

2.3. PENYEBAB FIMOSIS


Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang lebih
jarang, fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan, misalnya
karena peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis. Pembentukan
jaringan parut dari bekas luka itu mencegah peregangan kulup.

2.4. MACAM - MACAM FIMOSIS


a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik
ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya
hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan
deskuamasi antara

4
glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya
kulit preputium terpisah dari glans penis.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh
kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun
mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun
yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain
mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh
kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)


timbul kemudian setelah lahir.
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk ,
peradangan kronik glans penis dan kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau
penarikan berlebihan kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital
yang akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat bagian kulit
preputium yang membuka.
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulit preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni
tidak diimbangi besarnya lubang di ujung preputium.
Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis
patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama
tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau
nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.

2.5. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai
buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan
yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit.

5
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa
sakit.
4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan.
5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang
memancar dengan arah yang tidak dapat di duga.
6. Bisa juga disertai demam.
7. Terjadi iritsi pada penis.

2.6. GANGGUAN
Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil,
menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan
retensi urine.Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya Karena adanya
benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah korpus smegma. Smegma
terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami
deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.
Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang
dipaksakan pada fimosis karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada
ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Dapat diberikan salep dexametasone
0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6
minggu prepusium dapat diretraksi spontan kemudian dilakukan sirkumsisi.

2.7. KOMPIKASI
a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.
b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian terkena
c) Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
d) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
e) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri
dan pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
f) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.
g) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal.

6
h) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.

2.8. PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a) Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah
fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis
menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di kepala penis
(balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum ataupun local.
b) Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas
kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari,
harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c) Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang
dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari.
Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang
menyebabkan pembentukan parut.
Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan
agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan
pengertian mengenai fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi
pada masa kanak-kanak serta menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara
rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium secara berlebihan ke
belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan
batang penis setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik
kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan
berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam kulit preputium dan glans
penis akan lepas dengan sendirinya.

7
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni,
diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian
kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty
(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama
dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.
7
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2
kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun
jika fimosis telah membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga,
kulit preputium harus ditarik dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat
mandi dan setelah berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.

Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga kebersihan


bokong dan penis.
a. Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok
basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme
penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju.
Biasanya akan timbul gatal-gatal dan merah disekitar bokong. Meski tak semua
bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong
cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :


1) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau
berpergian.
2) Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek yang cocok
dengan bayi .
3) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan
bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang
air kecil atau besar).

8
4) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan
ia tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia
tidak kedinginan.
5) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2
hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.

b. Penis
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan
kasa. Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok.Cukup diusap
dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa
hilang.
2) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa
menyebabkan iritasi.
4) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 – 0,1 % ) 2x / hari selama 20 – 30 hari ,
terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

2.9. TERAPI
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan
dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun.
Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau
balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa
memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit
prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara
kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan
frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi
neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan.

9
Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital
dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid
(0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk
bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan
untuk usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous
diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans
penis. Jika manuver ini gagal , periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi.
Tergantung pada temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau
ditunda pada waktu yang lain.
2.10. Angka kejadian
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4%
bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala
penis terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga
perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa
ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5%
pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun.
Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten
sampai dewasa bila tidak ditangani.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak
disirkumsisi memiliki resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993,
dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam
salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari
100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita sedang
hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal tahun 2001
dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko.
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang
sulkus. Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini
meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar
8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18
tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun.

10
Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya
keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). Suatu penelitian
lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya
dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat
usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami
fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20%
dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat
ditarik ke belakang penis.

11
2.11 ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Seorang anak laki-laki berinisial An. A berumur 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit
Respati pada tanggal 2 Oktober 2012. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu
menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu
An.A juga mengatakan bahwa An.A deman sejak 2 hari yang lalu.Saat dilakukan
pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang. An. A tampak gelisah, dan
sulit tidur pada malam hari karena nyeri yang dirasakannya. Terlihat adanya
edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak
kemerahan. Wajah An. A tampak pucat dan An.A terlihat lemas.
Dari Pemereriksaan Fisik: BB : 15 kg,TB :120cm,
TTV:TD: 80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X
diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.

A. Pengkajian
Nama Perawat : Ns. Fera
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2012
Jam Pengkajian : 09.00 WIB

1) Biodata
Pasien
Nama : An. A
Usia/jenis kelamin : 3 Tahun/Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta
Diagnosa Medis : Phimosis
Jam/Tanggal Masuk RS :09.00 / 2 Oktober 2012
No. RM : 081916

12
Penanggung Jawab
Nama : Ny. X
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta
Hubungan dengan Klien : Ibu

2) Keluhan Utama
An. A mengatakan sakit pada penisnya terutama pada prepusiumnya dan terasa
nyeri saat mau kencing.

Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang
An. A datang ke RS. Soeradji diantar oleh keluarganya pada tanggal 2 Oktober
2012 dengan keluhan nyeri saat akan kencing akibat air kencing yang sulit keluat.
Ny. X mengatakan bahwa An.A sudah merasakan sakitnya sejak 3 hari yang lalu.
An.A sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan An. X diberikan terapi obat Salep
Deksametasone 0,1%.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun
diopname di RS sebelumnya. An.A belum pernah mengalami kecelakaan ataupun
dioperasi. An.A hanya memilki alergi terhadap makanan laut khususnya udang.
An.A pernah diimunisasi campak, polio, BCG, DPT.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.X mengatakan dalam keluarganya, ayah An.A menderita penyakit Diabetes
Militus sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan kakek klien memiliki riwayat penyakit

13
jantung dan hipertensi. Ny.X juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak
ada yang pernah menderita asma maupun TBC.

3) Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien


1. Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, kegiatan sehari-hari klien adalah bermain selayaknya nak berumur
3 tahun. Perawatan diri /personal hygiene An. A dibantu ibuny. Saat sakitpun
kebutuhan ADL klien tergantung dengan ibunya. Saat diarawat di rumah sakit,
An.A terlihat tidak bersemangat, An.A hanya duduk di ranjang.
2. Tidur dan Istirahat
Ny. X mengatakan bahwa sebelum sakit, An.A biasanya tidur selama 11 jam di
malam hari dan tidur siang selama 2 jam. Setelah dirawat di rumah sakit An.A
kesulitan untuk tidur karena nyeri yang dirasakannya. An. A hanya tidur 6 jam
pada malam hari dan 1 jam di siang hari. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A
sering terbangun di malam hari.
3. Kenyamanan dan Nyeri
Ibu An.A mengatakan anaknya tidak menangis setelah ia diberikan obat dan
menangis saat nyerinya bertambah ketika ia melakukan gerak. Setelah dikaji,
An.A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
4. Nutrisi
Sebelum sakit kebutuhan nutrisi An.A dibantu oleh ibunya. An.A biasanya makan
3 x sehari. Berat badan An.A 15 kg. Namun, sejak An.A sakit berat badannya
turun hingga 14 kg. Bapak An.A mengatakan bahwa An.A suka jika diberikan
makanan ringan dan minuman bersoda. Sejak kecil An.A alergi terhadap udang.
Sebelum sakit nafsu makan An.A sangat baik. Akan tetapi setelah sakit An.A
susah makan, hanya menghabiskan ¼ porsi dari makanan yang di sediakan RS.
An.A sering mual. An.A belum bisa memenuhi kebutuhan makannya sendiri.
5. Cairan, elektrolit dan asam basa
Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya minum air putih 1 liter sehari dan 250
cc susu. An.A juga sering minum minuman dingin. Setelah sakit An.A hanya
minum 500 cc sehari. Turgor kulit klien elastis.

14
6. Oksigenasi
Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas
atau sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum.
7. Eliminasi urine
Ny.X mengatakan frekuensi berkemih An.A adalah 250 cc per hari. Warna urine
An.A keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat
yang purulen dan terasa gatal. An.A merasakan nyeri saat berkemih. An. A
berkemih 2x dalam sehari. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.A dibantu
oleh ibunya. An. A tidak terpasang kateter untuk menguangi terjadinya risiko
infeksi pada penis.
8. Eliminasi fekal/bowel
Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari.
Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas. Kebutuhan pemenuhan
eliminasi An.A dibantu oleh ibunya. Setelah sakit ibu An.A mengatakan bahwa
An.A jarang BAB, kadang-kadang hanya 2 hari sekali.
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun kognitif.

4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
TD : 80/50 mmHg
RR : 24x/menit
S : 38,50 C
N : 90x/menit

P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis.


Paliative : An.A mengatakan nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat
analgetik (ketorolax).
Provokative : An.A mengatakan nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q : An. A tidak kooperatif

15
R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong)
T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul.
Wajahnya An. A tampak menahan nyeri (meringis) dan sering menangis.
b. Kepala
Keadaan kepala An. A tidak ditemukan kelainan yaitu tidak terdapat hematoma,
lesi maupun kotor, keadaan mata tidak anemis, sklera anikterik. Keadaan hidung,
tidak ada septum dan epistaksis, telinga simetris, bersih dan pendengaran klien
baik. Tidak terdapat gangguan pada mulut yang ditandai dengan: tidak terdapat
caries dentis, tidak menggunakan gigi palsu dan pada bibir tidak terjadi sianosis
atau stomatitis, mukosa bibir kering karena kurangnya intake cairan.
c. Leher
Tidak ada gangguan pada leher yang ditandai dengan; tidak terdapat pembesaran
tiroid, tidak ada pelebaran JVP dan lesi. Tidak ada gangguan pada Tenggorokan
yang ditandai dengan tidak terdapat pembesaran tonsil dan hiperemis.
d. Dada
I: Pada inspeksi, pada dada tidak lesi, oedema ataupun kemerahan.
P: Pada saat palpasi dada dan paru tidak ada pembesaran jantung dan rongga dada.
P: Pada saat perkusi, tidak ada udara, cairan atau masa padat.
A: Pada pemeriksaan auskultasi bunyi dada kanan dan kiri vasikuler.
e. Abdomen
I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen tidak sikatrik, tidak terdapat benjolan ataupun
lesi.
A: Pada saat auskultasi, peristaltic usus 16x/menit
P: Pada palpasi tidak ada hepatomogali dan nyeri tekan.
P: Pada perkusi timpani tidak ada hypertimpani atau pekak
f. Genetalia
Klien mengalami phimosis, prepusium tidak bisa ditarik. Tidak terdapat
hypospadia, epispadia, hernia, hydrocell dan tumor.
g. Rektum
Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor.

16
h. Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah
Lengan kanan tidak terpasang infuse.

5) Psiko Sosio Budaya dan Spiritual


Psikologis :
An.A belum mengerti tentang penyakitnya. An.A merasa tak nyaman dengan
penyakitnya ditandai dengan seringnya An.A menangis. Ny.X mengatakan An.A
sering menangis karena nyeri dan sakit. An.A mendapat dukungan dan bantuan
dari keluarga khususnya dari ibunya. Saat di rumah sakit klien tampak tidak
tenang dan sering menangis, selalu mengeluh ingin pulang.
Sosial :
An.A sehari-harinya bermain dan diasuh oleh ibunya. Kebiasaan lingkungan yang
tidak disukai An.A adalah banyaknya pemulung yang sering mencari sampah di
depan rumahnya. Pada saat di rumah sakit An.A tidak terlihat kooperatif, An.A
hanya diam di tempat tidur karena sakit yang dirasakannya sehingga An.A merasa
kurang nyaman dengan kondisinya.
Budaya :
Suku bangsa An.A adalah Sunda. Sedangkan kebudayaan yang diikuti An.A
adalah budaya Jawa. Ada beberapa kebudayaan An.A yang merugikan
kesehatannya. Salah satunya yaitu adanya kebiasaan dalam keluarganya makan
makanan serba manis.
Spiritual :
An.A belum mengerti tentang ibadah. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A senang
jika diajak mengikuti pengajian di kelurahan. An.A belum mengerti dengan
penyakit yang sedang dialaminya. Namun saat di rumah sakit An.a terlihat diam
dan tidak bersemangat.

17
6) Pemeriksaaaan Penunjang
a. Hasil labolatorium
Parameter Hasil Satuan Nilai normal interpretasi
Darah Lengkap
Hb 13,1 13-17 Normal
AL (angka leukosit) 13,5 4-11 Naik
AE (angka eritrosit) 5,20 4,5-5,5 Normal
AT (angka trombosit) 402 150-450 Normal
HMT 41,4 42-52 Turun
Albumin 3,5 3,5-5,5 Normal
Natrium 132,0 135-148 Normal
Kalium 3,5 3,5-5,3 Normal
Klorida 98,3 98-107 Normal

b. Analisa Urine : terdapat leukosit, eritrosit dan PH meningkat (4,7)

7) Terapi Medis
Saat di UGD An. A dilakukan pemeriksaan fisik dan diberikan terapi obat:
Obat Salep Deksametasone 0,1%.

18
B. Analisa Data
Nama Klien : An. A No. Register : 081916
Umur : 3 tahun Diagnosa Medis: Phimosis
Ruang Rawat : Anggrek Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul,
Yogyakarta

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


2-10-12/ DS : Agen Cedera Nyeri Akut
09.10 1. Ny. X mengatakan anaknya sudah 2hari merasakan sakit perut Biologis
bagian bawah dan mual.
2. An.A selalu menangis saat mau kencing (BAK)
3. Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis dan tampak
gelisah, dan sulit tidur pada malam hari
4. P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis.
Paliative : An.A mengatakan nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat analgetik
(ketorolax).
Provokative : An.A mengatakan nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q : An. A tidak kooperatif
R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong)
T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul.

19
5. DO :
1. An. A Tampak menahan nyeri (meringis) dan terkadang menangis
2. Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke
belakang Skala nyeri 6
3. TTV :
S = 38,80C
RR = 24x/mnt
N = 90x/mnt
DS : Obstruksi Gangguan Eliminasi
1. Ibu An.A mengataan bahwa An.a selalu menangis jika akan kencing Anatomik Urine
karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar.
2. Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya berkemih 2x dalam sehari.
DO :
1. An. A sulit untuk berkemih.
2. Warna urine An.A keruh
DS : Penyakit Hipertermia
1. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A mengalami deman sejak 2 hari
yang lalu.
DO :
1. Wajah An.A terlihat pucat dn lemas.
2. S= 38,50C.
DS : Kurang Gangguan Pola

20
1. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A hanya tidur 6 jam tiap malam Privasi Tidur
dan 1 jam di siang hari
2. Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering terbangun pada
malam hari
DO :
1. Mata An.A terlihat cekung.
2. Wajah An. A tampak pucat.
3. An.A terlihat lemas.
DS : Pertahanan Risiko Infeksi
1. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing Tubuh
karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar primer yang
DO : tidak adekuat
1. Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang. (destruksi
2. Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan jaringan)
klien juga tampak kemerahan.
3. Adanya cairan eksudat yang purulen pada urine klien.

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik
3. Hipertermi berhubungan dengan Penyakit
4. Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan)

21
D. Rencana (Intervensi) Keperawatan

RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : An. A No. Register : 081916


Umur : 3 tahun Diagnosa Medis : Phimosis
Ruang Rawat : Anggrek Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul,

Yogyakarta
No. Diagnosa Tujuan & Intervensi Nama/
Keperawatan Kriteria Hasil TTD
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakuakn tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai
Agen Cedera keperawatan kepada klien selama antara lain :
Biologis 3x24 jam nyeri dapat terkontrol
1. Kaji tanda-tanda vital klien Fera
dengan kriteria hasil sebagai berikut
2. Kaji nyeri secara komprehensif.
: 3. Beri posisi nyaman.
1. Tingkat nyeri berkurang dibuktikan
4. Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan
dengan indicator sangat nyeri teknik relaksasi
menjadi ringan (Skala 5 menjadi
5. Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.

22
skala 1) 6. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
2. Wajah Klien tidak tegang (ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)
3. Klien tidak gelisah
4. Menggunakan tindakan mengurangi
nyeri dengan analgesik dan
nonanalgesik secara tepat.
5. Menunjukkan teknik relaksasi
secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
6. TTV dalam batas normal (TD= 80-
120 mmHG, N=90-100x/mnt, S=
36,5-37,50C)
2. Gangguan Setelah dilakuakn tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai Fera
Eliminasi Urine b.d
Obstruksi Anatomik keperawatan kepada klien selama antara lain :
3x24 jam, urine dapat keluar dengan
1. Pantau TTV klien
normal dengan kriteria hasil sebagai2. Kaji tanda dan gejala retensi urine.
berikut : 3. Monitor intake dan output urine klien.
1. Klien tidak mengeluh/menangis saat
4. Catat warna, konsistensi dan jumlah urine klien.
mau BAK. 5. Catat waktu pengeluaran urine terakhir.
2. Klien dapat BAK dengan lancar. 6. Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan
3. Tidak ada tanda klien menahan perawatan perinial yang benar.
nyeri. 7. Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan
sirkumsisi.
3. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai Fera
Penyakit

23
keprawatan selama 3 x 24 jam antara lain :
kepada klien, suhu tubuh klien
1. Pantau TTV klien 2 jam sekali.
dalam batas normal atau klien
2. Lakukan kompres hangat basah.
menunjukan termoregulasi dengan
3. Anjurkan klien untuk minum air 8-10 gelas per hari.
kriteria hasil sebagai berikut : 4. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
1. Suhu tubuh dalam batas normal 5. Kolaborasi pemberian antipiretik paracetamol.
(36,50C-37,50C).
2. An.A tidak demam
3. Vital sign nadi : 80x /menit, suhu :
36,50C-37,50C 0 C, RR : 20-
30 x/menit.
4. Gangguan Pola Setelah dilakuakn tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan Fera
Tidur b.d Kurang
Privasi keperawatan kepada klien selama tercapai antara lain :
3x24 jam, klien dapat tidur dengan
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
nyaman dengan kriteria hasil 2. Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
sebagai berikut : 3. Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal
1. Jumlah jam tidur dalam batas kunjungan.
normal (10 jam sehari). 4. Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar
2. Perasaan fresh sesudah nyaman.
tidur/istirahat. 5. Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone
3. Pola tidur klien teratur. 0,3 mg/kg BB)
4. Klien dapat tidur di tempat yang
nyaman.
5. Klien dapat tidur sepanjang malam

24
dengan konsisten.
5. Risiko Infeksi b.d Setelah dilakuakn tindakan Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai Fera
Pertahanan Tubuh keperawatan kepada klien selama antara lain :
Primer yang Tidak 3x24 jam, klien tidak
1. Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.
Adekuat (Destruksi menunjukkan tanda dan gejala 2. Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak
Jaringan) infeksi dengan kriteria hasil lembab.
sebagai berikut : 3. Ajarkan klien dn keluarga cara perineal yang benar.
1. Klien dapat berkemih dengan
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
normal. 5. Kolaborasi pemberian antibiotic.
2. Klien tidak merasakan nyeri saat
berkemih.
3. Klien dan keluarga tahu perineal
hygiene yang benar.

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. A No. Register : 081916


Umur : 3 tahun Diagnosa Medis: Phimosis
Ruang Rawat : Anggrek Alamat : Jl. Sudirman 58, Bantul,
Yogyakarta

25
Hari Pertama
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/
TTD
Nyeri akut 02-10- 09.151. Mengkaji tanda tanda vital klien. 02-10-2012/14.00
b.d Agen 2012 S : ibu klien mengatakan S:
Cedera anaknya sering menangis karena1. Bapak klien mengatakan bahwa klien masih Fera
Biologis nyeri pada perut bagian bawah. mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
O : N=90x/mnt, S=38,50C, 2. Ibu klien megatakan bahwa klien terkadang
RR=24x/mnt tidak mau minum obat.
2. Mengkaji nyeri secara O:
09.20 komprehensif. 1. N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
S : Klien memberikan tanda 2. Klien tampak menahan nyeri.
nyerinya berada pada skala nyeri
3. Skala nyeri 5
5. A : Tujuan belum tercapai.
O : Klien masih tampak P : Intervensi dilanjutkan.
menahan nyeri. 1. Pantau TTV Klien.
3. Memberikan posisi yang 2. Kaji nyeri klien secara komprehensif.
nyaman pada klien 3. Beri posisi nyaman.
S: Ibu klien mengatakan bahwa 4. Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri
09.25 ananknya terlihat tidak nyaman dengan teknik relaksasi
dengan posisi yang sekarang. 5. Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.
O: Klien tampak tidak nyaman. 6. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
4. Mengajarkan klien cara-cara (ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)
mengatasi nyeri dengan teknik

26
relaksasi
S: -
O: Klien tampak tidak tenang.
09.30
5. Menganjurkan klien minum 2
liter per hari.
S:-
O: Bibir klien terlihat kering.
6. Memberikan klien obat
ketorolax dengan dosis 0,5
mg/kg/BB
S : Ibu klien menanyakan tujuan
pemberian obat tersebut.
O : Klien kesulitan minum obat.
Gangguan 02-10- 09.20
1. Mengukur TTV klien 02-10-2012/14.00 Fera
Eliminasi 2012 S: - S:
Urine b.d O: N=90x/mnt, S=38,50C, 1. Ibu klien mengatakn bahwa klien masih
Obstruksi RR=24x/mnt menangis saat BAK.
Anatomik 09.252. Mengkaji tanda dan gejala O:
retensi urine. 1. Klien menunjukkan tanda menahan nyeri
S: Ibu An.A mengatakan (meringis).
anaknya masih sulit berkemih. A : Tujuan belum tercapai.
O: Urine An.A tampak keruh dan P : Intervensi dilanjutkan.
sedikit. 1. Pantau TTV klien
09.30
3. Menghitung intake dan output 2. Kaji tanda dan gejala retensi urine.

27
urine klien. 3. Monitor intake dan output urine klien.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa 4. Catat warna,konsistensi dan jumlah urine
anknya minum 4 gelas (800 cc) klien.
dalam sehari dan An.A kencing 5. Catat waktu pengeluaran urine terakhir.
2x sehari. 6. Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan
O: Urine An.A tampak keruh dan perawatan perinial yang benar.
sedikit. 7. Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan
09.354. Mencatat warna, konsistensi sirkumsisi.
jumlah urine klien.
S:-
O: Warna urine tampak keruh
dan jumlahnya 250 cc
09.45
5. Memberikan obat antibiotic
Hipertermia 02-10- 09.151. Mengukur tanda-tanda vital 02-10-2012/14.00
b.d Penyakit 2012 klien. 1. Ibu klien mengatakan klien masih demam.
S :-. 2. Ibu klien mengatakan klien bahwa klien
O : N=90x/mnt, minum ½ liter per hari.
S=38,50C, RR=24x/mnt O:
2.Melakukan kompres hangat 1. Klien tampak lemas,dan pucat
09.20 basah. 2. Badan klien teraba hangat.
S : Bapak klien mengatakan 3. Klien mau minum obat secara rutin.
bahwa klien sering mengeluh 4. S=38,50C
badanya panas.. A : Tujuan belum tercapai.
O : Klien tampak lemas, pucat P : Intervensi dilnjutkan.

28
badan teraba hangat., S=38,50C1. Pantau TTV klien.
3.Menganjurkan klien untuk 2. Lakukan kompres hangat basah.
09.25 minum 2 liter per hari. 3. Anjurkan klien minum air 2 liter per hari.
S : Ibu klien mengatakan klien 4. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
terkadang tidak mau minum. 5. Berikan klien obat antipiretik paracetamol
O : Klien terlihat pucat dan
lemas.
4. Menganjurkan klien untuk
09.30 meningkatkan isirahat.
S: Klien mengatakan sulit tidur.
O: Mata klien tampak cekung.
5. Memberikan klien obat
09.40 antipiretik paracetamol.
S : Ibu klien menanyakan tujuan
pemberian obat tersebut.
O: Klien mau minum obat.
Gangguan 02-10- 09.151. Ciptakan lingkungan yang 02-10-2012/14.00 Fera
Pola Tidur 2012 nyaman. S:
b.d Kurang S: Ibu An.A mengatakan bahwa 1. Klien sering terbangun pada malam hari.
Privasi anaknya sering menangis. 2. Klien mengatakan kurang nyaman saat
O: An. A tampak terjaga saat bangun.
tidur. O:
2. Anjurkan klien mengatur jadwal
1. Klien tidur 5 jam sehari.
09.20 tidur. 2. Mata klien terlihat cekung karena kurang

29
S: Ibu klien mengatakan tidur.
mengerti. 3. Wajah klien terlihat pucat.
O: Ibu tampak mengerti. A: Tujuan belum tercapai.
3. Batasi pengunjung anjurkan P: Intervensi dilanjutkan.
09.25 membuat jadwal kunjungan. 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
S: - 2. Anjurkan klien mengatur jadwal tidur
O: Ibu An.A mengangguk. 3. Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal
4. Berikan bantal dan posisikan kunjungan.
09.30 tubuh klien agar nyaman. 4. Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar
S: - nyaman.
O: An.A tampak gelisah. 5. Kolaborasi pemberian obat tidur.
5. Kolaborasi pemberian obat (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)
09.40 tidur. (Dexamethasone 0,3
mg/kg BB)
S:Ibu An.A mengatakan anaknya
sulit minum obat.
O: An.A menangis.
Risiko 02-10- 09.151. Memantau cara klien dan 02-10-2012/14.00
Infeksi b.d 2012 keluarga tentang perineal S: Fera
Pertahanan hygiene. 1. Ibu klien mengatakan bahwa klien masih sulit
Tubuh S: Ibu klien mengatakan belum BAK.
Primer yang tahu tentang perineal hygiene. 2. Ibu klien mengatakan masih belum mengerti
Tidak O: Terdapat cairn eksudat yang bagaimana perawatan perineal yang benar.
Adekuat 09.20 purulen pada proposiun klien. O:

30
(Destruksi 2. Menjaga agar daerah perineum1. Klien menangis saat mau BAK.
Jaringan) tetap bersih dan tidak lembab 2. Wajah klien meringis menahan nyeri.
dengan penis hygiene yang A: Tujuan belum tercapai
benar. P: Intervensi dilanjutkan
S: - 1. Pantau cara klien dan keluarga perineal
O: Preposium klien lembab. hygiene.
3. Menngajarkan klien dan 2. Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan
09.25 keluarga cara perawatan tidak lembab.
perineal yang benar. 3. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
S: Ibu klien mengatakan 4. Kolaborasi pemberian antibiotic.
mengerti dengan ajaran perawat.
O: Keluan klien masik terdapat
cairan eksudat.
4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat.
09.30 S:Ibu klien mengatakan bahwa
klien sering terbangun pada
malam hari.
O: Wajah klien tampak pucat.
09.40
5. Memberikan obat antibiotic.
S: Ibu menanyakan tujuan
pemberian obat.
O: Klien menangis saat
diberikan obat.

31
32
TINJAUAN KASUS

No register / rekam medis : 11021991


Tanggal masuk / tanggal kunjungan : 20 November 2011
Tanggal / jam pengkajian : 21 November 2011/ O8.00 WIB
Pengkaji : Neni Hindriani
Tempat : Klinik

A. Data Subjektif
1. Biodata
a. Identitas Bayi
Nama bayi : By. D
Tanggal lahir/hari/jam : Minggu, 13 November 2011, jam 09.00 WIB
Jenis kelamin : Laki - laki
BB : 3 kg
PB : 47 cm
b. Identitas Orang Tua
Nama ibu : Diah Nama Ayah : Sidik
Umur : 29 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah : O Golongan darah : A
Alamat : Padaherang
2. Keluhan Utama
Bayi sering menangis keras ketika akan BAK
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengtakan bahwa bayinya selalu menangis pada saat akan BAK

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu

33
a) Riwayat Kehamilan
G2P2A0
11
Usia kehamilan 38 minggu, mengkonsumsi obat FE dan vit B Complek, ibu
mengatakan pernah imunisasi TT 2 kali pada saat usia 5 bulan dan 6 bulan, ibu
pernah melakukan USG, ibu mengatakan tidak ada komplikasi yang berat saat
kehamilan.
b) Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan persalinan di tolong oleh bidan persalinan berlangsung di klinik,
dengan normal tanpa menggunakan alat, kira-kira persalinan ± 8 jam dengan
presentasi kepala, ketuban pecah dengan spontan dengan warna cairan ketuban
putih, tidak ada komplikasi yang menyertai persalinan, dengan keadaan tali pusat
normal,tidak di berikan obat saat persalinan
c) Keadaan Bayi saat Lahir
Ibu mengatakan ada kelainan pada bayi, yaitu bayi sering menangis keras ketika
akan BAK, dan pada saat lahir bayi di berikan salep mata dan VIT K, Keadaan
bayi rewel, pernapasan spontan,frekuensi teratur, bayi lahir dengan tangisan yang
kuat, warna kulit kemerahan.
d) Riwayat Post Natal
Berat badan bayi saat lahir 3 kg,panjang badan bayi 47 cm, ada kelainan
congenital, kondisi kesehatan tidak baik.
5. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah mendapat imunisasi hepatitis B, polio pada saat
lahir.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Ibu mengatakan berat badan bayinya waktu lahir 3 kg, tinggi badan waktu lahir
47 cm.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit keluarga
seperti hipertensi, TBC, dan lain – lain, meskipun ada keluarganya yang
menderita hipertensi

34
8. Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan anak sangat erat dan penuh kasih sayang, begitu pula
dengan keluarga anak yang bahagia atas kelahirannya.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu mengatakan bayinya menyusu ASI, setiap bayi ingin menyusu dan jika bayi
rewel.
b. Eliminasi
Ibu mengatkan bayinya BAB 3 kali/ hari dengan konsistensi lembek, dan BAK 4-
5 kali/ hari dengan warna jernih kekuningan, dan sering menangis keras pada saat
akan BAK.
12
c. Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan banyinya tidur malam ± 6 jam, dan tidur siang ± 4 jam.
d. Hygiene
Ibu mengatakan bayinya di mandikan 2 kali/hari,dan di bersihkan bagian tali pusat
2 kali/hari,ganti popok setiap bayi BAK atau BAB.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-tanda Vital
Denyut jantung : 140 x/ menit
Respirasi : 60 x/ menit
Suhu : 36,50C
3. Antropometri
a. Berat Badan Lahir : 3000 gram, BB sekarang 3000 gram
b. Panjang Badan Lahir : 47 cm, PB Serkarang 47 cm
c. Lingkar Kepala Lahir : 33 cm, LK Sekarang 33 cm
d. Lingkar Dada Lahir : 34 cm, LD sekarang 34 cm
e. LILA : 11 cm

35
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : ubun-ubun kecil sudah menutup, keadaannya datar, sutura
tidak ada molase, caput succedaneum (-), cephal hemathoma (-), tidak ada
kelainan.
b. Mata : Bentuk mata simetris, kotoran (-), konjungtiva berwarna
merah muda, sklera putih, pelvebra normal, reflek pupil (+), reflek berkedip
(+),tidak ada kelainan.
c. Hidung : Lubang hidung normal, cuping hidung (-), pernafasan
cuping hidung (-), tidak ada secret, tidak ada kelainan normal.
d. Bibir dan mulut : warna kemerahan, tidak sumbing, bentuk simetris,
palatum (+), lidah bersih, gusi bagus, reflek suckling (+), reflek rooting (+), tidak
ada kelainan.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan,daun telinga
tulang rawan lentur, posisi telinga normal, fungsi pendengaran baik.
f. Leher : pembengkakan kelenjar getah bening (-), kelenjar
thyroid (-), reflek tonik neck (+),pergerakan leher (+); tidak ada kelainan.

g. Dada : bentuk dada simetris, lingkar dada normal,gerakan dada


kembang kempis dengan normal, tonjolan puting menonjol, tulang rusuk atau
sternum tidak terlihat.
h. Abdomen : bentuk simetris, bising usus (-), pembesaran hepar (-),
kelainan tali pusat tidak ada
i. Genetalia : lubang uretra (+), puerperium tidak bisa ditarik ke
belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis.
j. Keadaan punggung : spina bifidika (-)
k. Anus : anus (+), tidak ada kelainan
l. Ektremitas atas : gerakan tangan baik, tidak ada kelainan.
Ektremitas bawah : gerakan baik, tidak ada kelainan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : tidak dilakukan

36
b. Urine : tidak di lakukan
c. Faeces : tidak di lakukan

C. Analisa
Bayi D berusia 1 minggu dengan Fimosis
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Memberitahukan kemungkinan kelainan yang diderita bayinya adalah fimosis,
karena dilihat dari hasil pemeriksaan dan tanda – tanda seperti bayi selalu
menangis keras saat akan BAK.
3. Memberitahukan kepada ibu agar tidak menarik puerpetium bayinya kebelakang
secara paksa karena bisa menyebabkan infeksi
4. Menjaga kebutuhan personal hygiene terutama penis dan tidak mencuci penis
dengan sabun berlebihan
5. Memberikan terapi obat dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup penis
6. Melakukaan terapi peregangan bertahap pada kulup yang dilakukan setelah
mandi dengan air hangat selama 5 sampai 10 menit setiap hari, dan lakukan
dengan hati – hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan
parut.
7. Menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa
penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan
mengembalikan kembali kulit preputium kedepan batang penis setiap selesai
membersihkan.
8. Menganjurkan ibu untuk segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter
spesialis anak dan melakukan tindakan sirkumsisi.

37
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada
bagian kepala penis (glands) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air
seni, sehingga bayi dan anak menjadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya : Penis membesar dan
menggelembung akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang keluhan dapat berupa
ujung kemaluan menggembang saat mulai buang air kecil yang kemudian
menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung
penis sebelum keluar muaranya yang sempit, Biasanya bayi menangis dan
mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit, Kulit penis tidak bisa
ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan, Air seni keluar tidak
lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan arah yang
tidak dapat di duga, Bisa juga disertai demam, dan terjadi iritsi pada penis.

B. SARAN
Dalam mengerjakan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini
kurang dari sempurna, maka dari itu saya meminta saran dan kritik yang dapat
membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah,2005,Perawatan Anak Sakit,Jakarta: EGC

Haws.,Paulette S.,2008,Asuhan Neonatus Rujukan Cepat,Jakarta; EGC

http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/kelainan-bawaan-pada-neonatus.html

http://jogjawithlove.blogspot.com/2009/06/fimosis.html

39

Anda mungkin juga menyukai