Anda di halaman 1dari 136

RINGKASAN EKSEKUTIF

Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban dari amanah dan mandat yang melekat


pada suatu kementerian/lembaga. Dengan landasan pemikiran tersebut, maka tujuan
penyusunan LAKIN DJP tahun 2017 adalah penyampaian pertanggungjawaban atas
pencapaian Rencana Strategis DJP tahun 2015-2019 maupun Perjanjian Kinerja 2017.
LAKIN merupakan alat kendali, alat penilai kinerja secara kuantitatif dan sebagai wujud
akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi DJP menuju terwujudnya good governance,
yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang
transparan, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Selain itu, LAKIN
merupakan salah satu alat untuk memacu peningkatan kinerja setiap unit yang ada di
lingkungan DJP.

DJP merupakan salah satu instansi LAKIN DJP merupakan perwujudan


pemerintah yang mempunyai peran tugas sebagai perumus dan pelaksana
penting dalam penerimaan negara. kebijakan dan standardisasi teknis di
Organisasi DJP memiliki jumlah kantor bidang perpajakan, dalam
operasional lebih dari 500 unit kantor dan penyelenggaraan fungsi :
jumlah pegawai lebih dari 39.000 orang 1. perumusan kebijakan di bidang
yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. perpajakan;
DJP merupakan Unit Eselon I terbesar di 2. pelaksanaan kebijakan di bidang
Kementerian Keuangan. perpajakan;
3. penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria di bidang perpajakan;

iii
4. pemberian bimbingan teknis dan  pelayanan berbasis teknologi
supervisi di bidang perpajakan; modern untuk kemudahan
5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi pemenuhan kewajiban perpajakan;
dan pelaporan di bidang perpajakan;  aparatur pajak yang berintegritas,
6. pelaksanaan administrasi Direktorat kompeten, dan profesional; dan
Jenderal Pajak; dan  kompensasi yang kompetitif
7. pelaksanaan fungsi lain yang berbasis sistem manajemen
kinerja
diberikan oleh Menteri Keuangan.
Seiring dengan berjalannya
Tugas dan fungsi DJP dilaksanakan reformasi birokrasi, DJP menerapkan
dalam pencapaian visi DJP yang sistem Balance Scorecard (BSC) sebagai
ditetapkan, yaitu: “Menjadi institusi alat manajemen kinerja. Pengukuran
penghimpun penerimaan negara yang kinerja dalam BSC merupakan hasil suatu
terbaik demi menjamin kedaulatan dan penilaian yang didasarkan pada Indikator
kemandirian negara” dengan Kinerja Utama (IKU) yang telah
memperhatikan misi DJP yaitu “Menjamin diidentifikasikan untuk tercapainya
penyelenggaraan negara yang berdaulat sasaran strategis dan tujuan sebagaimana
dan mandiri dengan: telah ditetapkan dalam Peta Strategi DJP.
 mengumpulkan penerimaan
berdasarkan kepatuhan pajak Strategis dan IKU DJP pada tahun
sukarela yang tinggi dan 2017 sebagai berikut:
penegakan hukum yang adil;

Tabel Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One Direktorat
Jenderal Pajak Tahun 2017
Kode
Sasaran Strategis Uraian IKU
IKU
Stakeholder Perspective
Penerimaan pajak negara 1a-N Persentase realisasi penerimaan pajak
yang optimal
Customer Perspective
Pemenuhan layanan publik 2a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan
Kepatuhan wajib pajak yang 3a-CP Persentase tingkat kepatuhan formal
tinggi wajib pajak

iv
Kode
Sasaran Strategis Uraian IKU
IKU
3b-N Persentase pertumbuhan jumlah WP
Badan dan OP Non Karyawan yang
melakukan pembayaran
Internal Process Perspective
Pelayanan prima 4a-N Jumlah penyampaian SPT melalui e-
Filing
Peningkatan efektivitas 5a-N Persentase efektivitas kegiatan
penyuluhan penyuluhan
Peningkatan efektivitas 6a-N Tingkat efektivitas kehumasan
kehumasan
Peningkatan ekstensifikasi 7a-N Persentase WP Badan dan OP Non
perpajakan Karyawan yang terdaftar tahun berjalan
dan WP TLTB yang melakukan
pembayaran
Peningkatan pengawasan 8a-N Persentase himbauan SPT yang selesai
wajib pajak ditindaklanjuti
Peningkatan efektivitas 9a-N Audit Coverage Ratio
pemeriksaan 9b-N Tingkat efektivitas pemeriksaan pajak
9c-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan
joint audit
Peningkatan efektivitas 10a-CP Persentase hasil penyidikan yang
penyidikan dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-
21)
Peningkatan efektivitas 11a-N Persentase pencairan piutang pajak
penagihan
11b-N Jumlah usulan penyanderaan
Pengendalian mutu yang 12a-CP Persentase rekomendasi BPK atas
optimal
LKPP dan LKBUN yang telah
ditindaklanjuti
Peningkatan kehandalan data 13a-N Persentase data eksternal teridentifikasi

Learning and Growth Perspective


SDM yang kompetitif 14a-CP persentase pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatan
Organisasi yang kondusif 15a-CP Persentase implementasi inisiatif

v
Kode
Sasaran Strategis Uraian IKU
IKU
transformasi kelembagaan
15b-N Indeks Tata Kelola Organisasi
Sistem manajemen informasi 16a-N Persentase penyelesaian pembangunan
yang andal dan pengembangan modul sistem
informasi
16b-CP Tingkat downtime sistem TIK
16c-CP Indeks implementasi IT Service
Management Tahap I
Pengelolaan anggaran yang 17a-CP Persentase kualitas pelaksanaan
optimal anggaran

Target Indikator Kinerja Utama (IKU) kuning serta tidak terdapat berstatus
DJP Tahun 2017 sebagaimana tertuang merah.
dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun
2017 sebagian besar tercapai dengan Secara rinci data target dan realisasi
baik. Dari 24 IKU Kemenkeu-One DJP, IKU Kemenkeu-One DJP tahun 2017
sebanyak 21 IKU (87,5 persen) berstatus dapat disajikan sebagaimana tabel
hijau dan 3 IKU (12,5 persen) berstatus berikut:

Tabel Target dan Realisasi IKU Kemenkeu-One Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2017
Kode Sasaran Strategis/ Indeks
Target Realisasi
SS/IKU Indikator Kinerja Utama Capaian
Stakeholder Perspective (25%) 89,68
1 Penerimaan pajak negara yang optimal 89,68
1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak 100% 89,68% 89,68
Customer Perspective (15%) 114,05
2 Pemenuhan layanan publik 108,10
2a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan 3,95 4,27 108,10
3 Kepatuhan wajib pajak yang tinggi 120,00
3a-CP Persentase tingkat kepatuhan formal WP 50,00% 62,96% 120,00
Badan dan OP Non Karyawan
3b-N Persentase pertumbuhan jumlah WP Badan 25,00% 32,73% 120,00
dan OP Non Karyawan yang melakukan
pembayaran
Internal Process Perspective (30%) 112,65
4 Pelayanan Prima 109,90
4a-N Persentase penyampaian SPT melalui e-Filing 78,00% 85,72% 109,90
5 Peningkatan efektivitas penyuluhan 120,00
5a-N Persentase efektivitas kegiatan penyuluhan 55% 97,52% 120,00

vi
Kode Sasaran Strategis/ Indeks
Target Realisasi
SS/IKU Indikator Kinerja Utama Capaian
6 Peningkatan efektivitas kehumasan 103,79
6a-N Tingkat efektivitas kehumasan 80,00 83,03 103,79
7 Peningkatan ekstensifikasi perpajakan 93,87
7a-N Persentase WP Badan dan OP Non Karyawan 100,00% 93,87% 93,87
yang terdaftar tahun berjalan dan WP TLTB
yang melakukan pembayaran
8 Peningkatan pengawasan Wajib Pajak 120,00
8a-N Persentase himbauan SPT yang selesai 100,00% 120,00 120,00
ditindaklanjuti
9 Peningkatan efektivitas pemeriksaan 114,85
9a-N Audit Coverage Ratio 100,00% 119,08% 119,08
9b-N Tingkat efektivitas pemeriksaan pajak 88,00% 92,81% 105,47
9c-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan joint 60,00% 78,08% 120,00
audit
10 Peningkatan efektivitas penyidikan 120,00
10a-CP Persentase hasil penyidikan yang telah 50,00% 115,52% 120,00
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21)
11 Peningkatan efektivitas penagihan 120,00
11a-N Persentase pencairan piutang pajak 35,00% 65,78% 120,00
11b-N Jumlah usulan penyanderaan 66 WP/PP 82 WP/PP 120,00
12 Pengendalian mutu yang optimal 104,11
12a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan 75,00% 78,08% 104,11
LKBUN yang telah ditindaklanjuti
13 Peningkatan kehandalan data 120,00
13a-N Persentase data eksternal teridentifikasi 40% 63,55% 120,00
Learning and Growth Perspective (30%) 106,81
14 SDM yang kompetitif 102,40
14a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi 90,00% 92,16% 102,40
standar kompetensi jabatan
15 Organisasi yang kondusif 108,16
15a-CP Persentase implementasi inisiatif RBTK 90,00% 96,00% 106,67
15b-N Indeks Tata Kelola Organisasi 74 81,15 109,66
16 Sistem manajemen informasi yang andal 112,67
16a-N Persentase penyelesaian pembangunan dan 100,00% 98,00% 98,00
pengembangan modul system informasi
16b-CP Tingkat downtime sistem TIK 1,00% 0,0223% 120,00
16c-CP Indeks implementasi IT Service Management 80 96 120,00
Tahap I
17 Pengelolaan anggaran yang optimal 104,02
17a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95,00% 98,82% 104,02

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 105,37

vii
KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Pajak merupakan perwujudan


pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak pada
Tahun Anggaran 2017. Penyusunan LAKIN Direktorat Jenderal Pajak mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019 sebagaimana
telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015, serta
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-2019 sebagaimana telah
ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 95/PJ/2015.

Selama tahun 2017 Direktorat tahun 2017, serta beberapa kinerja


Jenderal Pajak telah melaksanakan lainnya yang telah dicapai oleh Direktorat
berbagai program dan kegiatan Jenderal Pajak.
sebagaimana tertuang dalam Peta
Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun Dalam situasi dan kondisi
2017 yang diterjemahkan dalam Kontrak perekonomian yang berfluktuasi dan
Kinerja Direktur Jenderal Pajak Tahun bergerak cepat, serta tuntutan masyarakat
2017 yang terdiri dari 24 Indikator Kinerja yang sangat dinamis, tugas pengelolaan
Utama (IKU). Dalam LAKIN Direktorat keuangan negara, khususnya di bidang
Jenderal Pajak ini akan dijabarkan fiskal merupakan sebuah tantangan.
perbandingan antara realisasi pencapaian Walaupun demikian dengan dimotivasi
IKU tahun 2017 dengan Kontrak Kinerja dengan visi dan misi yang telah

viii
DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. iii


KATA PENGANTAR ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
B. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI ................................................................................ 2
C. PERAN STRATEGIS............................................................................................................... 3
D. STRUKTUR ORGANISASI .................................................................................................... 3
E. SISTEMATIKA PELAPORAN ............................................................................................... 8
PERENCANAAN KINERJA.................................................................................................. 9
A. RENCANA STRATEGIS ......................................................................................................... 9
B. PRIORITAS NASIONAL ....................................................................................................... 14
C. PERJANJIAN KINERJA....................................................................................................... 16
AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................................................. 20
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ................................................................................... 20
B. REALISASI AGENDA PRIORITAS .................................................................................... 97
C. CAPAIAN PROGRAM RENSTRA DJP TAHUN 2015-2019 ........................................ 106
D. REALISASI ANGGARAN ................................................................................................... 109
E. KINERJA LAIN..................................................................................................................... 111
PENUTUP ......................................................................................................................... 118

x
xi
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan instansi pemerintah setingkat eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan yang melaksanakan tugas di perumusan dan
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan di Indonesia.
Sebagai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang administrasi perpajakan,
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengemban tugas untuk mengamankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terutama pada sektor penerimaan perpajakan.
Komposisi Penerimaan Perpajakan pada postur Pendapatan Negara mencapai lebih dari
70% (tujuh puluh persen). Tahun 2017, DJP mendapatkan target penerimaan pajak
Rp1.283,57 triliun berdasarkan APBN-P Tahun 2017.

Dalam menjalankan tugas dan setiap instansi di lingkungan Kementerian


fungsinya DJP dibiayai oleh APBN dengan Keuangan diwajibkan untuk membuat
arahnya untuk mendapatkan penerimaan pelaporan kinerja sebagaimana diatur
APBN dari penerimaan perpajakan. Dalam dalam Peraturan Menteri Keuangan
rangka pertanggungjawaban pencapaian Nomor 239/PMK.09/2016 tentang
kinerja dan pelaksanaan anggaran suatu Evaluasi atas Implementasi Sistem
instansi pemerintah, serta untuk Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
mewujudkan tata kelola pemerintahan di Lingkungan Kementerian Keuangan.
yang baik (good governance) di
lingkungan Kementerian Keuangan, maka

1
Laporan ini merupakan laporan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
berkala yang disusun DJP sebagai wujud Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
pertanggungjawaban dan akuntabilitas Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
kepada seluruh stakeholder. Penyusunan Kinerja Instansi Pemerintah, Rencana
LAKIN Direktorat Jenderal Pajak mengacu Strategis Kementerian Keuangan Tahun
pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 2015-2019 sebagaimana telah ditetapkan
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dalam Keputusan Menteri Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah, Nomor 466/KMK.01/2015, serta Rencana
Peraturan Presiden Republik Indonesia Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem 2015-2019 sebagaimana telah ditetapkan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Nomor 95/PJ/2015.
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

B. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, maka kedudukan, tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut.

1. Kedudukan 3. Fungsi
Direktorat Jenderal Pajak dipimpin Dalam melaksanakan tugas
oleh Direktur Jenderal Pajak yang tersebut, DJP menyelenggarakan
berada di bawah dan bertanggung fungsi:
jawab kepada Menteri Keuangan. a. perumusan kebijakan di bidang
perpajakan;
2. Tugas Pokok b. pelaksanaan kebijakan di
Direktorat Jenderal Pajak bidang perpajakan;
mempunyai tugas c. penyusunan norma, standar,
menyelenggarakan perumusan dan prosedur, dan kriteria di bidang
pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
pajak sesuai dengan ketentuan d. pemberian bimbingan teknis
peraturan perundang-undangan. dan supervisi di bidang
perpajakan;

2
e. pelaksanaan pemantauan, g. pelaksanaan fungsi lain yang
evaluasi, dan pelaporan di diberikan oleh Menteri
bidang perpajakan; Keuangan.
f. pelaksanaan administrasi
Direktorat Jenderal Pajak; dan

C. PERAN STRATEGIS
DJP memiliki tugas dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang perpajakan. Tugas yang diemban DJP tersebut membuat DJP
berperan besar dalam pelaksanaan pemerintahan. Peran DJP semakin penting dan
strategis dalam menunjang kemandirian pembiayaan negara. Hal tersebut disebabkan oleh
menurunnya peran penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi selama sepuluh
tahun terakhir.

Peran penerimaan pajak yang Secara umum pajak yang


meningkat semakin terlihat setelah krisis diberlakukan di Indonesia dapat
ekonomi di mana APBN meningkat drastis dibedakan menjadi dua, yaitu pajak pusat
karena harus menutup biaya baru. Untuk dan pajak daerah. Jenis pajak yang
mengatasi masalah ini, pemerintah harus dikelola oleh DJP adalah pajak pusat.
meningkatkan penerimaan perpajakan. Pajak pusat meliputi jenis pajak Pajak
Saat ini DJP berperan dalam menghimpun Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
penerimaan sebesar lebih dari 70 persen Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang
dari total penerimaan dalam negeri. Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Meterai, dan Pajak
Tidak Langsung Lainnya.

D. STRUKTUR ORGANISASI
Organisasi DJP terbagi atas unit kantor pusat, unit kantor operasional, dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT). Kantor Pusat terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal,
Direktorat, dan jabatan Tenaga Pengkaji. Unit kantor operasional terdiri atas Kantor Wilayah
DJP (Kanwil DJP), Kantor Pelayanan Pajak (KPP), dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP).

DJP, dengan jumlah kantor pegawai lebih dari 40.000 orang yang
operasional lebih dari 500 unit dan jumlah tersebar di seluruh penjuru nusantara,

3
merupakan organisasi terbesar dalam bimbingan bantuan hukum, dan
lingkup Kementerian Keuangan. Segenap harmonisasi peraturan perpajakan.
sumber daya yang ada tersebut 4. Direktorat Pemeriksaan dan
diberdayakan untuk melaksanakan Penagihan, merumuskan serta
pengamanan penerimaan pajak yang melaksanakan kebijakan dan
beban setiap tahunnya semakin standardisasi teknis bidang
bertambah. pemeriksaan dan penagihan pajak.
5. Direktorat Penegakan Hukum,
Organisasi Kantor Pusat DJP terdiri merumuskan serta melaksanakan
atas Sekretariat Direktorat Jenderal, kebijakan dan standardisasi teknis
Direktorat, dan Tenaga Pengkaji setara di bidang penegakan hukum
Pejabat Eselon II. Adapun tugas unit dan perpajakan.
jabatan yang ada di Kantor Pusat DJP 6. Direktorat Ekstensifikasi dan
adalah sebagai berikut. Penilaian, merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan
1. Sekretariat Direktorat Jenderal, standardisasi teknis bidang
melaksanakan koordinasi ekstensifikasi dan penilaian
pelaksanaan tugas serta perpajakan.
pembinaan dan pemberian 7. Direktorat Keberatan dan Banding,
dukungan administrasi kepada merumuskan dan melaksanakan
semua unsur di DJP. kebijakan dan standardisasi di
2. Direktorat Peraturan Perpajakan I, bidang keberatan dan banding.
merumuskan serta melaksanakan 8. Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
kebijakan dan standardisasi teknis Penerimaan, merumuskan serta
di bidang peraturan KUP, melaksanakan kebijakan dan
Penagihan Pajak dengan Surat standardisasi di bidang potensi,
Paksa, PPN, PPnBM, PTLL, PBB kepatuhan, dan penerimaan.
dan BPHTB. 9. Direktorat Penyuluhan,
3. Direktorat Peraturan Perpajakan II, Pelayanan,dan Hubungan
merumuskan serta melaksanakan Masyarakat, merumuskan serta
kebijakan dan standardisasi teknis melaksanakan kebijakan dan
di bidang peraturan PPh, perjanjian standardisasi teknis di bidang
dan kerjasama perpajakan penyuluhan, pelayanan, dan
internasional, bantuan hukum, hubungan masyarakat.
pemberian bimbingan dan 10. Direktorat Teknologi Informasi
pelaksanaan bantuan hukum, Perpajakan, merumuskan serta
pemberian bimbingan dan melaksanakan kebijakan dan

4
standardisasi teknis di bidang Hukum Perpajakan, mengkaji dan
teknologi informasi perpajakan. menelaah masalah di bidang
11. Direktorat Kepatuhan Internal dan pengawasan dan penegakan
Transformasi Sumber Daya hukum perpajakan, serta
Aparatur, merumuskan serta memberikan penalaran pemecahan
melaksanakan kebijakan dan konsepsional secara keahlian.
standardisasi kepatuhan internal 18. Tenaga Pengkaji Bidang
dan transformasi sumber daya Pembinaan dan Penertiban Sumber
aparatur. Daya Manusia, mengkaji dan
12. Direktorat Transformasi Teknologi menelaah masalah di bidang
Komunikasi dan Informasi, pembinaan dan penertiban sumber
merumuskan serta melaksanakan daya manusia, serta memberikan
kebijakan dan standardisasi teknis penalaran pemecahan
di bidang transformasi teknologi konsepsional secara keahlian.
komunikasi dan informasi. 19. Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan
13. Direktorat Transformasi Proses Perpajakan, mengkaji dan
Bisnis, merumuskan serta menelaah masalah di bidang
melaksanakan kebijakan dan pelayanan perpajakan, serta
standardisasi teknis di bidang memberikan penalaran pemecahan
transformasi proses bisnis. konsepsional secara keahlian.
14. Direktorat Perpajakan Internasional,
merumuskan serta melaksanakan DJP memiliki kantor wilayah yang
kebijakan dan standardisasi teknis tersebar di seluruh Indonesia. Tugas unit
di bidang perpajakan internasional. Kanwil DJP adalah melaksanakan
15. Direktorat Intelijen Perpajakan, koordinasi, bimbingan teknis,
merumuskan serta melaksanakan pengendalian, analisis, dan evaluasi, serta
kebijakan dan standardisasi teknis penjabaran kebijakan serta pelaksanaan
di bidang intelijen perpajakan. tugas di bidang perpajakan berdasarkan
16. Tenaga Pengkaji Bidang perundang-undangan. Total seluruh
Ekstensifikasi dan Intensifikasi Kanwil DJP adalah sebanyak 33 unit. Unit
Pajak, mengkaji dan menelaah ini dapat dibedakan atas:
masalah di bidang ekstensifikasi 1. Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan
dan intensifikasi pajak, serta Kanwil DJP Jakarta Khusus yang
memberikan penalaran pemecahan berlokasi di Jakarta; dan
konsepsional secara keahlian. 2. Kanwil DJP selain Kanwil DJP
17. Tenaga Pengkaji Bidang Wajib Pajak Besar dan Kanwil DJP
Pengawasan dan Penegakan Jakarta Khusus yang lokasinya

5
tersebar di seluruh wilayah (remote) yang tidak terjangkau oleh KPP,
Indonesia. maka pelaksanaan pelayanan,
penyuluhan, dan konsultasi perpajakan
Sebagai perpanjangan tangan dilaksanakan oleh unit Kantor Pelayanan,
kantor wilayah, DJP memiliki total 341 unit Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
KPP. Unit KPP mempunyai tugas (KP2KP). Jumlah KP2KP yang tersebar
melaksanakan penyuluhan, pelayanan, diseluruh Indonesia terdapat 207 unit.
dan pengawasan kepada wajib pajak. Selain unit kantor pelayanan, DJP juga
KPP dapat dibedakan berdasarkan memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT).
segmentasi wajib pajak yang Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdiri
diadministrasikannya, yaitu: atas:
1. KPP Wajib Pajak Besar, khusus 1. Pusat Pengolahan Data dan
mengadministrasikan wajib pajak Dokumen Perpajakan (PPDDP)
besar nasional; setingkat Eselon II;
2. KPP Madya, khusus 2. Kantor Pengolahan Data dan
mengadministrasikan wajib pajak Dokumen Perpajakan (KPDDP)
besar regional dan wajib pajak Makassar;
besar khusus yang meliputi badan 3. Kantor Pengolahan Data dan
dan orang asing, penanaman modal Dokumen Perpajakan (KPDDP)
asing, serta perusahaan masuk Jambi;
bursa; dan 4. Kantor Pengolahan Data Eksternal
3. KPP Pratama, menangani Wajib (KPDE); dan
Pajak lokasi. 5. Kantor Layanan Informasi dan
Pengaduan (KLIP).
Untuk menjangkau masyarakat yang
tinggal di daerah-daerah terpencil

6
Bagan Organisasi DJP
Direktur Jenderal

Sekretariat Direktorat Jenderal Tenaga Pengkaji


 Bidang Pelayanan Perpajakan
 Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Perpajakan
 Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Perpajakan
 Bidang Pembinaan dan Penertiban SDM

Direktorat Kantor Wilayah Unit Pelaksana Teknis


 Direktorat Peraturan Perpajakan I  Kanwil DJP Wajib Pajak Besar  Pusat Pengolahan Data dan
 Direktorat Peraturan Perpajakan II  Kanwil DJP Jakarta Khusus Dokumen Perpajakan (PPDDP)
 Direktorat Pemeriksaan &  Kanwil DJP Aceh  Kantor Pengolahan Data dan
Penagihan  Kanwil DJP Sumatera Utara I Dokumen Perpajakan (KPDDP)
 Direktorat Penegakan Hukum  Kanwil DJP Sumatera Utara II Makassar
 Direktorat Ekstensifikasi &  Kanwil DJP Riau & Kep. Riau  Kantor Pengolahan Data dan
Penilaian  Kanwil DJP Sumatera Barat & Jambi Dokumen Perpajakan (KPDDP)
 Direktorat Keberatan & Banding  Kanwil DJP Sumatera Selatan & Jambi
 Direktorat Potensi, Kepatuhan, Kep. Bangka Belitung  Kantor Pengolahan Data Eksternal
dan Penerimaan  Kanwil DJP Bangkulu & Lampung (KPDE)
 Direktorat Penyuluhan,  Kanwil DJP Banten  Kantor Layanan Informasi dan
Pelayanan, dan Hubungan  Kanwil DJP Jakarta Pusat Pengaduan (KLIP)
Masyarakat  Kanwil DJP Jakarta Utara
 Direktorat Teknologi Informasi  Kanwil DJP Jakarta Barat
Perpajakan  Kanwil DJP Jakarta Timur
 Direktorat Kepatuhan Internal dan  Kanwil DJP Jakarta Selatan I
Transformasi Sumber Daya  Kanwil DJP Jakarta Selatan II
Aparatur  Kanwil DJP Jawa Barat I
 Direktorat Transformasi Teknologi  Kanwil DJP Jawa Barat II
Komunikasi dan Informasi
 Kanwil DJP Jawa Barat III
 Direktorat Transformasi Proses
 Kanwil DJP Jawa Tengah I
Bisnis
 Kanwil DJP Jawa Tengah II
 Direktorat Perpajakan
 Kanwil DJP DI Yogyakarta
Internasional
 Kanwil DJP Jawa Timur I
 Direktorat Intelijen Perpajakan
 Kanwil DJP Jawa Timur II
 Kanwil DJP Jawa Timur III
 Kanwil DJP Kalimantan Barat
 Kanwil DJP Kalimantan Selatan &
Tengah
 Kanwil DJP Kalimantan Timur
 Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat,
dan Tenggara
 Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah,
Gorontalo, dan Maluku Utara
 Kanwil DJP Bali
 Kanwil DJP Nusa Tenggara
 Kanwil DJP Papua & Maluku

Kantor Pelayanan Pajak

KP2KP

7
E. SISTEMATIKA PELAPORAN
Sistematika penyajian LAKIN Direktorat Jenderal Pajak tahun 2017 adalah sebagai
berikut:

Ikhtisar Eksekutif, yang menguraikan Bab III. Akuntabilitas Kinerja, yang


secara singkat tentang tujuan dan sasaran menjelaskan tentang Capaian Kinerja,
yang akan dicapai beserta hasil Analisis Capaian Kinerja, dan
capaiannya. Akuntabilitas Keuangan.

Bab I. Pendahuluan, menguraikan secara Bab IV. Penutup, yang menguraikan


singkat tentang latar belakang tentang keberhasilan dan kegagalan
penyusunan LAKIN; kedudukan, tugas, pencapaian sasaran yang ditetapkan,
dan fungsi DJP; peran strategis; struktur permasalahan dan kendala, serta strategi
organisasi DJP; serta sistematika pemecahannya untuk tahun mendatang.
pelaporan.

Bab II. Rencana Strategis dan Penetapan


Kinerja, yang menguraikan tentang
Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja
tahun 2016.

8
1
PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS
Rencana Strategis (renstra) merupakan dokumen perencanaan unit organisasi
sebagai bentuk penjabaran tugas pokok dan fungsi dari organisasi untuk mencapai visi dan
tujuan yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu. Renstra DJP sendiri disusun untuk
jangka menengah (periode lima tahun). Renstra DJP Tahun 2015-2019 menjadi acuan
dalam penyusunan Perjanjian Kinerja Tahun 2017.

Penyusunan Renstra Tahun DJP Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-


2015-2019 mengacu pada dokumen- 2019.
dokumen perencanaan di level
Kementerian Keuangan dan Nasional, Secara umum Renstra DJP Tahun
meliputi Kebijakan Strategis Kementerian 2015-2019 memuat:
Keuangan Tahun 2014-2024, Cetak Biru 1) Profil DJP;
Transformasi Kelembagaan Kementerian 2) Visi dan Misi DJP serta Nilai-
Keuangan Tahun 2014-2025, Rencana nilai Kementerian Keuangan;
Pembangunan Jangka Menengah 3) Arah Kebijakan Kementerian
Nasional Tahun 2015-2019, dan Rencana Keuangan;
Strategis Kementerian Keuangan Tahun 4) Arah Kebijakan DJP;
2015-2019. Renstra DJP Tahun 2015- 5) Tujuan dan Destination
2019 telah ditetapkan dengan Keputusan Statement DJP;
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 6) Sasaran Strategis dan Indikator
95/PJ/2015 tentang Rencana Strategis Utama;

9
7) Inisiatif Strategis dan Program 2. Misi Direktorat Jenderal Pajak
Strategis;
Misi merupakan jalan yang
8) Kerangka Regulasi, Kerangka
ditentukan untuk menuju masa
Kelembagaan, dan Kerangka
depan. Misi DJP menunjukkan
Pendanaan; dan
mengapa DJP diperlukan di
9) Lembaran Strategis.
Indonesia serta apa yang dilakukan
oleh DJP sesuai dengan bidang
LAKIN DJP merupakan wujud atas tugasnya.
pertanggungjawaban kinerja DJP dalam
mencapai Sasaran Strategis DJP pada
tahun 2017 yang tergambar pada Indikator Sesuai dengan tugas dan
Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One DJP fungsi DJP, Misi DJP adalah:

tahun 2017 sebagai realisasi Penetapan ” Menjamin penyelenggaraan negara


Kinerja yang mengacu pada Renstra DJP yang berdaulat dan mandiri dengan:
Tahun 2015-2019.
 mengumpulkan penerimaan
berdasarkan kepatuhan pajak
1. Visi Direktorat Jenderal Pajak
sukarela yang tinggi dan
Sesuai Rencana Strategis Direktorat
penegakan hukum yang adil;
Jenderal Pajak Tahun 2015-2019,
Visi DJP adalah  pelayanan berbasis teknologi
modern untuk kemudahan
“Menjadi Institusi Penghimpun pemenuhan kewajiban
Penerimaan Negara yang Terbaik perpajakan;
demi Menjamin Kedaulatan dan
 aparatur pajak yang
Kemandirian Negara”
berintegritas, kompeten, dan
profesional; dan
Kalimat Visi DJP berupaya
 kompensasi yang kompetitif
mendukung Visi Pemerintah
berbasis sistem manajemen
berdasarkan Nawa Cita yaitu
kinerja”.
“Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri, dan Untuk mencapai visi dan
Berkepribadian Berlandaskan melaksanakan misi tersebut di atas,
Gotong Royong”. Kalimat visi dalam ditetapkanlah tujuan, sasaran
Renstra DJP tersebut menegaskan strategis, inisiatif strategis dan
bahwa segala strategi yang program strategis.
dituangkan dalam dokumen Renstra
DJP ditujukan untuk mensukseskan
Visi dan Misi Pemerintah.
10
3. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan optimalisasi penerimaan negara dan
Inisiatif reformasi administrasi perpajakan.
Tujuan ini kemudian dituangkan
Tujuan yang ingin dicapai oleh
dalam Destination Statement
Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Jenderal Pajak Tahun
sebagaimana juga diamanatkan
2015-2019 sebagai berikut.
dalam Renstra Kementerian
Keuangan Tahun 2015-2019 adalah

Tabel Destination Statement Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-2019

Indikator 2015 2016 2017 2018 2019


Tax Ratio* 13,2% 14,2% 14,6% 15,2% 16%
Penerimaan 1.294 T 1.512 T 1.737 T 2.007 T 2.329 T
Pajak
SPT melalui 2 Juta 7 Juta 14 Juta 18 Juta 24 Juta
e-Filing
Jumlah WP 32 Juta 36 Juta 40 Juta 42 Juta 44 Juta
terdaftar
* termasuk 1% pajak daerah

Dalam rangka mencapai • Tahun 2015 : Pembinaan Wajib

tujuan serta memastikan Pajak;

terpenuhinya destination statement • Tahun 2016: Penegakan Hukum;

sebagaimana disebutkan di atas, • Tahun 2017: Rekonsiliasi;

DJP menetapkan Arah Kebijakan • Tahun 2018: Sinergi Instansi

Direktorat Jenderal Pajak Tahun Pemerintah, Lembaga, Asosiasi,

2015-2019 sebagai berikut: dan Pihak lain (ILAP);


• Tahun 2019: Kemandirian APBN.

Sasaran Strategis DJP 2015-2019 dan penjabarannya dalam bentuk Inisiatif


Strategis adalah sebagai berikut:
No. Sasaran Strategis Inisiatif Strategis Unit in Charge
1. Penerimaan pajak yang (Berdasarkan teori Balanced Scorecard, Sasaran
optimal Strategis yang berada di Stakeholder Perspective,
merupakan hasil (outcome) dari satu atau lebih
inisiatif strategis yang dilakukan pada Internal
Process Perspective dan Learning and Growth
Perspective, sehingga tidak ada inisiatif strategis dan
UICnya)

11
No. Sasaran Strategis Inisiatif Strategis Unit in Charge
2. Pemenuhan layanan (Berdasarkan teori Balanced Scorecard, Sasaran
publik Strategis yang berada di Customer Perspective,
merupakan output dari satu atau lebih inisiatif
strategis yang dilakukan pada Internal Process
3. Kepatuhan wajib pajak Perspective dan Learning and Growth Perspective,
yang tinggi sehingga tidak ada inisiatif strategis dan UICnya)
4. Pelayanan prima a. Migrasi wajib pajak e-filing TIP*, TTKI,
TPB,
P2Humas
b. Secara drastis meningkatkan P2Humas*,
kapasitas call center TPB, TTKI

c. Ekspansi fungsionalitas website P2Humas*,


TIP, TTKI
5. Peningkatan efektivitas d. Meluncurkan strategi P2Humas*,
penyuluhan dan komunikasi terpadu Indik, P2,
kehumasan KITSDA
6. Peningkatan e. Menjangkau ekonomi informal EP*
ekstensifikasi perpajakan melalui pendekatan end-to-end

f. Penajaman ekstensifikasi Wajib EP*,TIP. TTKI,


Pajak PKP, TPB,
Setditjen
7. Peningkatan g. Memperbaiki segmentasi dan Setditjen*,
pengawasan wajib pajak model penjangkauan Wajib KITSDA, TPB,
Pajak TTKI, TIP
h. Membenahi sistem administrasi PP I*, TPB,
PPN TTKI, TIP,
PKP
i. Menyusun model manajemen PKP*,
kepatuhan Wajib Pajak berbasis Setditjen, P2,
risiko (Compliance Risk TIP, TTKI,
Management) TPB, EP, KB
j. Meningkatkan intensifikasi PKP*, TIP. PP
pengumpulan pajak I, PP II, TPB,
EP, KITSDA,
Setditjen, KB,
P2Humas
8. Peningkatan efektivitas k. Meningkatkan efektivitas P2*, TIP, TTKI,
pemeriksaan pemeriksaan Setditjen,
KITSDA
9. Peningkatan efektivitas l. Memastikan kualitas dan P2*, KB, Indik,
penegakan hukum konsistensi penegakan hukum PP1, PP2, TIP,
TTKI
m Meningkatkan efektivitas P2*, TTKI,
. penagihan TPB

12
No. Sasaran Strategis Inisiatif Strategis Unit in Charge
n. Penegakan Hukum Secara Indik*,
Selektif untuk Memberikan Efek P2Humas, P2,
Jera kepada Wajib Pajak (blokir PP I, PP II
rekening, pencegahan ke luar
negeri, penyanderaan/gijzeling,
dan penyidikan)
10. Peningkatan kehandalan o. Secara sistematis melibatkan P2Humas*,
data pihak ketiga untuk data, PP I, TPB,
penegakan , dan penjangkauan TTKI, TIP, P2,
wajib pajak Indik, EP
p. Menyempurnakan KPP TIP*, Setditjen,
TPB,
P2Humas,
TTKI, KITSDA,
PP I, PP II

11. Organisasi dan r. Penguatan Organisasi Setditjen*,


transformasi yang handal KITSDA, TPB

4. Program kegiatan DJP sesuai program di atas


antara lain sebagai berikut:
Program didefinisikan sebagai
a. Peningkatan pelayanan serta
kumpulan kegiatan nyata, sistematis,
efektivitas penyuluhan dan
dan terpadu yang dilaksanakan
kehumasan;
dalam rangka kerja sama dengan
b. Pembinaan, pemantauan dan
masyarakat untuk mencapai sasaran
dukungan teknis di bidang
dan tujuan yang telah ditetapkan.
teknologi, komunikasi dan
Program yang dilaksanakan oleh
informasi perpajakan;
DJP pada tahun 2017 adalah
c. Pelaksanaan reformasi proses
“Program Peningkatan dan
bisnis;
Pengamanan Penerimaan Pajak”.
d. Peningkatan pelaksanaan
ekstensifikasi perpajakan;
Program tersebut
e. Peningkatan efektivitas kegiatan
dilaksanakan dengan dukungan
intelijen perpajakan;
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
f. Peningkatan layanan di bidang
(DIPA) 015 Tahun Anggaran 2017,
penyelesaian keberatan dan
dengan besar sebesar
banding;
Rp6.518.655.742.000,00 Secara
teknis program tersebut dijabarkan
menjadi 19 kegiatan. Kegiatan-
13
g. Peningkatan, pembinaan dan m. Pembinaan penyelenggaraan
pengawasan SDM, dan perpajakan dan penyelesaian
pengembangan organisasi; keberatan di bidang perpajakan
h. Peningkatan efektivitas di daerah;
pemeriksaan, dan optimalisasi n. Pelaksanaan penyuluhan,
pelaksanaan penagihan; pelayanan, pengawasan dan
i. Perumusan kebijakan, konsultasi perpajakan di
standardisasi dan bimbingan daerah;
teknis, evaluasi dan o. Pengelolaan data dan dokumen
pelaksanaan di bidang analisis perpajakan;
dan evaluasi penerimaan p. Dukungan manajemen dan
perpajakan; dukungan teknis lainnya DJP;
j. Perumusan kebijakan di bidang q. Pelaksanaan kegiatan layanan
PPN, PBB, BPHTB, KUP, informasi umum perpajakan dan
PPSP, dan Bea Meterai pengelolaan pengaduan;
k. Perumusan kebijakan di bidang r. Peningkatan kegiatan
PPh; penyidikan; dan
l. Perencanaan, pengembangan, s. Perumusan kebijakan dan
dan evaluasi di bidang standardisasi perpajakan
teknologi, komunikasi dan internasional.
informasi;

B. PRIORITAS NASIONAL

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017, Bappenas


menggunakan metode baru dengan mengadopsi pendekatan Holistik-Tematik, Integratif,
dan Spasial, serta kebijakan anggaran belanja berdasarkan money follows program. Money
follows program adalah memastikan bahwa anggaran dialokasikan berdasarkan program
yang benar-benar bermanfaat kepada rakyat, bukan sekedar untuk pembiayaan tugas fungsi
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. Hal ini mengisyaratkan bahwa pencapaian
prioritas pembangunan nasional memerlukan koordinasi dari seluruh pemangku
kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas nasional/program prioritas/kegiatan prioritas
yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.

Sehubungan dengan hal tersebut, berpengaruh dalam penentuan kegiatan


penyusunan program dan kegiatan prioritas pada seluruh
prioritas nasional dalam RKP Tahun 2017 Kementerian/Lembaga. Terdapat 24 (dua
14
puluh empat) Prioritas Nasional yang Masing-masing Prioritas Nasional
ditetapkan dalam RKP Tahun 2017, yaitu: dimaksud diterjemahkan lebih lanjut dalam
Kedaulatan Pangan; Kedaulatan Energi; Program-Program Prioritas, yang
Kemaritiman dan Kelautan; Revolusi selanjutnya didetilkan kembali ke dalam
Mental; Daerah Perbatasan; Daerah Kegiatan-Kegiatan Prioritas untuk
Tertinggal; Pelayanan Kesehatan; kemudian dijabarkan dalam bentuk
Pelayanan Pendidikan; Antar Kelompok proyek-proyek yang akan dilaksanakan
Pendapatan; Desa dan Kawasan oleh Kementerian/Lembaga terkait.
Pedesaan; Perumahan dan Permukiman;
Stabilitas Keamanan dan Ketertiban; Setelah dilakukan pembahasan dan
Kepastian dan Penegakan Hukum; harmonisasi dalam forum multilateral
Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas meeting yang dilanjutkan dengan trilateral
Diplomasi; Reformasi Birokrasi; meeting Penyusunan Renja
Perkotaan; Percepatan Pertumbuhan Kementerian/Lembaga Tahun 2017,
Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK); ditetapkan bahwa pada tahun 2017
Pembangunan Pariwisata; Peningkatan Kementerian Keuangan khususnya
Iklim Investasi dan Iklim Usaha; Direktorat Jenderal Pajak memiliki proyek-
Peningkatan Ekspor Non Migasl; proyek yang mendukung pencapaian
Pengembangan Konektivitas Nasional; Prioritas Nasional. Proyek DJP yang
Reformasi Fiskal; Reformasi Agraria; dan mendukung pencapaian Prioritas Nasional
Prioritas Presiden. Tahun 2017 adalah sebagai berikut..

15
Prioritas Program Kegiatan Proyek Kementerian
Nasional Prioritas Prioritas Keuangan
Reformasi Optimalisasi Optimalisasi  Pembenahan sistem
Fiskal Penerimaan Perpajakan administrasi perpajakan.
Negara  Penyediaan layanan yang
mudah, cepat dan akurat.
 Peningkatan efektivitas
penegakan hukum bagi
penyelundup pajak (tax
evasion).

Dukungan  Harmonisasi peraturan.


Regulasi  Revisi UU terkait ketentuan
fiskal.

C. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan beserta indikator
kinerjanya serta penetapan indikator kinerja sasaran sesuai dengan program, kebijakan, dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis.

Perjanjian Kinerja tahun 2017 Perwujudan amanah/tanggung


Direktorat Jenderal Pajak didasarkan pada jawab/kinerja dituangkan dalam Perjanjian
Sasaran Strategis (SS), Indikator Kinerja Kinerja. Dengan kata lain, Perjanjian
Utama (IKU) sebagai indikator kinerja, dan Kinerja merupakan suatu janji kinerja yang
implementasi Anggaran Berbasis Kinerja akan diwujudkan Direktorat Jenderal
mengacu sama Renstra DJP Tahun 2015- Pajak oleh seorang Direktur Jenderal
2019 dan Cetak Biru Program selaku penerima amanah dari Menteri
Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Peta Strategi DJP tahun 2017
Keuangan tahun 2014-2025. adalah sebagai berikut:

16
Dari peta tersebut tergambar bahwa IKU yang mendapatkan peningkatan
jumlah Sasaran Strategis (SS) ada target adalah jumlah usulan
sebanyak 17 (tujuh belas) SS dan penyanderaan. IKU tersebut merupakan
diidentifikasikan menjadi Indikator Kinerja sebagai bentuk komitmen DJP pada
Utama (IKU) sebanyak 24 (dua puluh penegakan hukum kepada para
empat) IKU. Sasaran Strategis tersebut penunggak pajak yang tidak memiliki
saling berkaitan satu sama lain sehingga iktikad baik dalam memenuhi kewajiban
diharapkan dapat menopang pencapaian perpajakannya, Target IKU ini melonjak
Visi DJP. dua kali lipat dari tahun 2016 yang
sebesar 33 WP menjadi 66 WP pada
Penyempurnaan (Refinement) IKU tahun 2017.
pun dilakukan agar pengukuran kinerja
semakin baik dari tahun ke tahun. Tahun Direktur Jenderal Pajak telah
2017, terdapat beberapa IKU yang menandatangani Kontrak Kinerja 2017
dimunculkan, diperbaiki, maupun dihapus, dengan Menteri Keuangan dengan rincian
termasuk peningkatan target. Salah satu sebagai berikut.
:

17
Tabel Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One
Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2017
Kode
Sasaran Strategis Uraian IKU
IKU

Penerimaan pajak negara 1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak


yang optimal
Pemenuhan layanan publik 2a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan
Kepatuhan wajib pajak yang 3a-CP Persentase tingkat kepatuhan formal
tinggi wajib pajak
3b-N Persentase pertumbuhan jumlah WP
Badan dan OP Nonkaryawan yang
melakukan pembayaran
Pelayanan prima 4a-N Jumlah penyampaian SPT melalui e-
Filing
Peningkatan efektivitas 5a-N Persentase efektivitas kegiatan
penyuluhan penyuluhan
Peningkatan efektivitas 6a-N Tingkat efektivitas kehumasan
kehumasan
Peningkatan ekstensifikasi 7a-N Persentase WP Badan dan OP Non
perpajakan Karyawan yang terdaftar tahun berjalan
dan WP TLTB yang melakukan
pembayaran
Peningkatan pengawasan 8a-N Persentase himbauan SPT yang selesai
wajib pajak ditindaklanjuti
Peningkatan efektivitas 9a-N Audit Coverage Ratio
pemeriksaan 9b-N Tingkat efektivitas pemeriksaan pajak
9c-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan
joint audit
Peningkatan efektivitas 10a-CP Persentase hasil penyidikan yang
penyidikan dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-
21)
Peningkatan efektivitas 11a-N Persentase pencairan piutang pajak
penagihan
11b-N Jumlah usulan penyanderaan
Pengendalian mutu yang 12a-CP Persentase rekomendasi BPK atas
optimal
LKPP dan LKBUN yang telah
ditindaklanjuti

18
Kode
Sasaran Strategis Uraian IKU
IKU

Peningkatan kehandalan data 13a-N Persentase data eksternal teridentifikasi

SDM yang kompetitif 14a-CP Persentase pejabat yang telah


memenuhi standar kompetensi jabatan
Organisasi yang kondusif 15a-CP Persentase implementasi inisiatif
transformasi kelembagaan
15b-N Indeks Tata Kelola Organisasi
Sistem manajemen informasi 16a-N Persentase penyelesaian pembangunan
yang andal dan pengembangan modul sistem
informasi
16b-CP Tingkat downtime sistem TIK
16c-CP Indeks implementasi IT Service
Management Tahap I
Pengelolaan anggaran yang 17a-CP Persentase kualitas pelaksanaan
optimal anggaran

19
20
AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI


Pengukuran capaian kinerja Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2017 dilakukan dengan
cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU)
pada masing-masing perspektif. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut diperoleh data Nilai
Kinerja Organisasi (NKO) Direktorat Jenderal Pajak adalah sebesar 105,37. Nilai tersebut
berasal dari capaian kinerja pada masing-masing perspektif sebagaimana ditunjukan pada
tabel di berikut.
Perpektif Bobot Nilai
Stakeholder 25% 89,68
Customer 15% 114,05
Internal Process 30% 112,65
Learning & Growth 30% 106,81
Nilai Kinerja Organisasi 105,37
Catatan Status NKO:
100≤ x ≤ 120 = memenuhi ekspektasi;
80≤ x < 100 = belum memenuhi ekspektasi
X < 80 = tidak memenuhi ekspektasi

Kinerja DJP Tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.


Peningkatan tersebut dapat digambarkan sebagaimana tampak pada grafik berikut.

Nilai Kinerja Organisasi


110 105,37
101,55 100,97
98
100 95,77

90
2013 2014 2015 2016 2017

20
Penjelasan capaian IKU untuk setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut.

Stakeholder Perspective
Sasaran Strategis 1: Penerimaan pajak negara yang optimal

1 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak 100,00% 89,68% 89,68

1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak

Sampai dengan triwulan terakhir, yaitu Q4 2017, penerimaan pajak mencapai


Rp1.151,13 Triliun dari target Rp1.283,56 Triliun, atau 89,68% sehingga masih
terdapat shortfall sebesar Rp.132 Triliun dari target APBN-P 2017. Persentase
capaian penerimaan pajak s.d. Q4 2017 adalah 89,68%, lebih baik dibandingkan
persentase capaian periode yang sama tahun 2016 yaitu 81,60% dan pada tahun
2015 yaitu 81,96%.

P E R S E N TA SE R E A L ISA SI P E N E R IM A A N PA JA K
94% 92,56%
91,56%
92%
89,68%
90%
88%
86%
84%
82%
80% 81,96% 81,59%

78%
76%
2013 2014 2015 2016 2017

Adapun detil capaian persentase realisasi penerimaan per jenis pajak tahun
2016 beserta pertumbuhannya dapat dilihat dalam tabel berikut.

21
Sumber: Laporan Penerimaan Pajak DJPb run data tanggal 16 Januari 2018, Rupiah dalam Miliar

Penerimaan tahun 2017 tumbuh 4,08%, sedikit lebih rendah dibandingkan


penerimaan periode yang sama tahun 2016 yaitu 4,25%. Namun demikian, apabila
unsur Amnesti Pajak dan revaluasi aktiva tetap dikeluarkan, penerimaan 2017 tumbuh
15,8% dibandingkan dengan realisasi 2016.

1. PPh Nonmigas Peraturan Menteri Keuangan nomor


Meskipun mencatatkan 191/PMK.010/2015 s.t.d.d PMK-
pertumbuhan positif untuk 29/PMK.03/2016.
penerimaan PPh Pasal 21, 22
Impor, 23, 25/29 dan 26, secara a. PPh Pasal 21
keseluruhan pertumbuhan Realisasi penerimaan PPh
penerimaan PPh Nonmigas Pasal 21 pada tahun anggaran
mengalami penurunan sebesar - 2017 mencapai Rp117,76 triliun
5,32%. Hal ini terutama diakibatkan atau tumbuh 7,41%
oleh menurunnya penerimaan dibandingkan realisasi tahun
Amnesti Pajak, yang pada tahun anggaran 2016. Pertumbuhan
2017 hanya menyisakan periode PPh Pasal 21 ini jauh lebih baik
terakhir dengan tarif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di
dibandingkan periode sebelumnya. tahun anggaran 2016 yang
Apabila Penerimaan Amnesti Pajak mencapai -4,22%. Naiknya
dikecualikan, PPh Nonmigas secara batasan Penghasilan Tidak
keseluruhan naik 11,3%. PPh Final Kena Pajak (PTKP) pada bulan
juga mengalami penurunan -9,65% Juli 2016 menyebabkan
terutama karena telah berakhirnya perlambatan pada penerimaan
masa revaluasi aktiva tetap sesuai PPh Pasal 21 di semester I

22
2017 (tumbuh -4,4%). 79,4%. Tingginya pencairan
Perkembangan positif sektor Dana Desa juga tercermin dari
tambang tercermin pula pada penerimaan PPh Pasal 22 yang
pertumbuhan positif PPh Pasal berasal dari Bendaharawan
21 yang mencapai 26,2% dan Dana Desa dengan
sektor industri pengolahan hasil pertumbuhan 119,0%.
tambang yang tumbuh 26,9%.
Gambaran umum c. PPh Pasal 22 Impor
ketenagakerjaan di tahun 2017 Realisasi penerimaan PPh
(bulan Agustus) menunjukkan Pasal 22 Impor tahun anggaran
kondisi yang positif dengan 2017 mencapai Rp43,15 triliun
jumlah penduduk bekerja atau tumbuh 13,64%
sebanyak 121 juta jiwa (Agustus dibandingkan realisasi tahun
2016 = 118,4 juta jiwa) dan anggaran 2016. Kondisi ini
jumlah pekerja formal mencapai sejalan dengan kinerja impor di
52 juta jiwa (Agustus 2016 = tahun 2017 yang masih positif
50,2 juta jiwa). baik dari sisi nilai impor
maupaun volume impor.
b. PPh Pasal 22
Pertumbuhan nilai impor
Realisasi penerimaan PPh
mencapai 15,7% sementara
Pasal 22 pada tahun anggaran
volume impor sendiri tumbuh
2017 mencapai Rp16,27 triliun
5,7%. Sementara itu, dari sisi
atau tumbuh 43,33%
nilai tukar Rupiah terhadap
dibandingkan realisasi tahun
Dolar Amerika Serikat relatif
anggaran 2016. Pertumbuhan
stabil jika dibandingkan dengan
ini selain didorong oleh
tahun 2016 dengan realisasi
pertumbuhan realisasi belanja
nilai tukar Rp13.384/US$ 1
barang dan modal yang
(tahun 2016 = Rp13.307/US$
mencapai hampir 15%, juga
1). Sebagai tambahan, pada
ditopang oleh kondisi ekonomi
bulan September 2017 terdapat
secara umum yang masih kuat
penerbitan Surat Keterangan
seperti membaiknya harga
Bebas Pemungutan PPh Pasal
komoditas pertambangan
22 yang menyebabkan
dengan pertumbuhan
penurunan PPh Pasal 22 Impor
penerimaan PPh Pasal 22 atas
yang cukup signifikan di triwulan
Ekspor Komoditas Tambang
IV 2017.
Batu Bara dan Mineral sebesar

23
46,91% dibandingkan realisasi
d. PPh Pasal 23 tahun anggaran 2016.
Realisasi penerimaan PPh Pertumbuhan yang signifikan ini
Pasal 23 tahun anggaran 2017 merupakan salah satu dampak
mencapai Rp34,00 triliun atau langsung peningkatan
tumbuh 16,69% dibandingkan kepatuhan pasca Program
realisasi tahun anggaran 2016. Amnesti Pajak. Pertumbuhan
Pertumbuhan ini lebih banyak yang signifikan dicapai oleh
ditopang oleh membaiknya pembayaran PPh Pasal 29
Sektor Pertambangan dengan (kurang bayar dalam SPT
pertumbuhan 9,6% (tahun 2016 Tahunan) dengan pertumbuhan
= -14,6%). Meningkatnya sebesar 83,9%. Pertumbuhan
aktivitas usaha secara umum yang signifikan ini berasal dari
pada sektor utama juga Wajib Pajak yang sebelum
mendorong peningkatan PPh Program Amnesti Pajak tidak
Pasal 23 khususnya PPh Pasal menyampaikan SPT Tahunan
23 atas Jasa dan Sewa bagi ataupun menyampaikan SPT
WP di sektor Industri Tahunan tetapi nilainya nihil
Pengolahan dan Perdagangan. (tidak ada pajak yang kurang
Pembagian dividen korporasi dibayar) tetapi setelah
relatif meningkat di tahun 2017 mengikuti Program Amnesti
dengan pertumbuhan PPh Pajak menyampaikan SPT
Pasal 23 atas Dividen yang Tahunan dengan nilai kurang
mencapai 27,9%. Selain itu, bayar (PPh Pasal 29) yang
terdapat peningkatan signifikan.
pembayaran SKPKB dan STP
PPh Pasal 23 sebagai hasil dari f. PPh Pasal 25/29 Badan
upaya pemeriksaan serta Realisasi penerimaan PPh
penagihan di tahun 2017 Pasal 25/29 Badan tahun
dengan pertumbuhan 60,8%. anggaran 2017 mencapai
Rp208,25 triliun atau tumbuh
e. PPh Pasal 25/29 Orang 21,36% dibandingkan realisasi
Pribadi (OP) tahun anggaran 2016. Kinerja
Realisasi penerimaan PPh positif sektoral secara umum
Pasal 25/29 Orang Pribadi kembali terlihat pada
tahun anggaran 2017 mencapai penerimaan PPh Pasal 25/29
Rp7,80 triliun atau tumbuh Badan dimana Sektor Industri

24
Pengolahan tumbuh 24,4% Pasal 26 pada tahun anggaran
sementara Sektor 2017 sedikit tertahan oleh
Pertambangan tumbuh hingga tingginya restitusi yang tumbuh
64,5% sejalan dengan harga lebih dari 200%.
komoditas tambang yang terus
menguat di semester II tahun h. PPh Final
2017. Aktivitas pemeriksaan, Realisasi penerimaan PPh
penagihan, dan penegakan Final tahun anggaran 2017
hukum sendiri masih positif mencapai Rp106,31 triliun atau
dengan realisasi yang mampu tumbuh -9,65% dibandingkan
tumbuh 6,5% dibandingkan realisasi tahun anggaran 2016.
tahun 2016. Pertumbuhan negatif ini lebih
disebabkan oleh pengaruh
g. PPh Pasal 26 kebijakan yaitu: (1) selesainya
Realisasi penerimaan PPh masa insentif revaluasi aktiva
Pasal 26 tahun anggaran 2017 tetap melalui PMK Nomor
mencapai Rp50,92 triliun atau 191/PMK.010/2015 tentang
tumbuh 17,78% dibandingkan Penilaian Kembali Aktiva Tetap,
realisasi tahun anggaran 2016. dimana pada tahun 2016
Pertumbuhan positif ini tidak realisasinya mencapai Rp18,7
lepas dari tingginya penerimaan triliun; dan (2) penurunan tarif
yang berasal dari pembayaran PPh Final Pengalihan Hak atas
SKPKB maupun STP PPh Tanah/Bangunan berdasarkan
Pasal 26 yang tumbuh hingga PP 34/2016, dimana tarif
33,1%. Penerimaan yang berlaku secara umum turun dari
berasal dari aktivitas 5% menjadi 2,5% sehingga
pemeriksaan dan penagihan ini pada tahun 2017 realisasinya
utamanya berasal dari WP yang tumbuh -18,1%. Sementara itu
bergerak di bidang usaha relatif stabilnya suku bunga
pertambangan migas. Sejalan simpanan, khususnya simpanan
dengan tingginya PPh Pasal 23 berjangka di bank umum, turut
atas dividen korporasi, PPh menahan pertumbuhan PPh
Pasal 26 atas pembayaran Final atas Bunga
dividen kepada Subyek Pajak Deposito/Tabungan yang
Luar Negeri tumbuh signifikan tumbuh 1,8% (secara rata-rata
mencapai 40,3%. Sebagai bunga simpanan berjangka di
catatan, pertumbuhan PPh tahun 2017 sebesar 6,3%

25
dibandingkan dengan tahun melakukan pembayaran jauh
2016 yang mencapai 6,9%). lebih banyak.

i. PPh Nonmigas Lainnya 2. PPN dan PPnBM


Realisasi penerimaan PPh Pertumbuhan jenis pajak PPN
Nonmigas lainnya di tahun 2017 & PPnBM yang mencapai 16,62%,
adalah sebesar Rp12,08 Triliun, menopang pertumbuhan
atau turun 88,40% dibanding penerimaan tahun 2017 dengan
tahun 2016. Jumlah tersebut realisasi yang melampaui target
masih jauh lebih besar yang ditetapkan (101,10%).
dibandingkan penerimaan tahun
2013 s.d. 2015 karena di tahun a. PPN Dalam Negeri (PPN-
2016-2017 jenis pajak PPh DN)
Nonmigas Lainnya menjadi Realisasi penerimaan
placeholder setoran Amnesti PPN Dalam Negeri tahun
Pajak. Akibatnya, kontribusi anggaran 2017 mencapai
terhadap penerimaan nasional Rp314,34 triliun atau tumbuh
meningkat dari normalnya 15,14% dibandingkan realisasi
berada di kisaran 0,01% di tahun anggaran 2016.
tahun 2014 dan 2015 menjadi Pertumbuhan ini didorong oleh
9,5% pada tahun 2016 dan kombinasi kondisi ekonomi
1,1% untuk tahun 2017. secara umum yang masih positif
Amnesti Pajak dilaksanakan dengan indikator pertumbuhan
dalam 3 periode, yaitu Juli s.d. positif pada Sektor Industri
September 2016, Oktober s.d. Pengolahan (tumbuh 15,6%)
Desember 2016, dan Januari dan Sektor Perdagangan Besar
s.d. Maret 2017. Selain bagi (tumbuh 15,4%) serta aktivitas
Wajib Pajak UMKM, makin awal pemeriksaan, penagihan, dan
periodenya maka makin rendah penegakan hukum yang tinggi
tarif Amnesti Pajak, sehingga dengan pertumbuhan
dari sisi nominalnya pembayaran Wajib Pajak
Penerimaan di tahun 2017 jauh mencapai 39,1%. Pertumbuhan
lebih kecil dibandingkan realisasi belanja barang dan
penerimaan dua periode modal yang mencapai hampir
sebelumnya di tahun 2016, 15% juga menjadi faktor positif
meskipun Wajib Pajak yang pendorong pertumbuhan PPN
Dalam Negeri termasuk

26
tingginya Dana Desa yang realisasi tahun anggaran 2016.
tercermin pada pertumbuhan Pertumbuhan PPnBM sebagian
PPN Dalam Negeri yang besar berasal dari industri
berasal dari Bendahara Dana otomotif (termasuk
Desa sebesar 125%. perdagangan, kontribusi hingga
96%) dimana pada tahun 2017
b. PPN Impor penjualan mobil baru secara
Realisasi penerimaan umum mencapai 1,08 juta unit
PPN Impor tahun anggaran atau tumbuh 1,6%. Masih
2017 mencapai Rp149,03 triliun tingginya konsumsi jenis
atau tumbuh 21,39% kendaraan bermotor roda
dibandingkan realisasi tahun empat/lebih yang termasuk
anggaran 2016. Pertumbuhan dalam kategori LCGC (fasilitas
PPN Impor ini sejalan dengan PPnBM) sedikit menahan
tingginya nilai impor di tahun pertumbuhan PPnBM dari
2017 yang tumbuh 15,7%. sektor otomotif. Beberapa
Salah satu pendorong utama ATPM utama yang meluncurkan
peningkatan PPN Impor adalah model kendaraan bermotor baru
masih tingginya konsumsi di tahun 2017 menunjukkan
bahan bakar di dalam negeri adanya peningkatan
yang ditunjukkan dengan nilai pembayaran PPnBM yang
impor Hasil Minyak yang signifikan termasuk diantaranya
tumbuh hingga 40,5% yang mulai melakukan produksi
dibandingkan nilai impor tahun di dalam negeri sehingga
2016. Konsumsi domestik yang PPnBM khususnya atas
masih tinggi juga mendorong penjualan domestik masih
tingginya nilai impor kelompok tumbuh positif.
Barang Konsumsi yang di tahun
2017 nilai impornya tumbuh 3. PBB
hingga 14,7%. Kinerja PBB pada tahun
anggaran 2017 mampu melampaui
c. PPnBM target dalam APBNP 2017:
Realisasi penerimaan a. Penyusunan target PBB yang
PPnBM tahun anggaran 2017 berdasarkan data pokok
mencapai Rp 17,09 triliun ketetapan, baik untuk PBB
(dalam negeri dan impor) atau Sektor P3 maupun Migas
tumbuh 6,1% dibandingkan

27
sehingga meliputi basis pajak 3. Peningkatan kegiatan pengawasan
yang riil. bersama (joint analysis) dengan
b. Realisasi penerimaan PBB yang Ditjen Bea Cukai yakni tindak lanjut
berasal dari pembayaran denda KSWP Importir dan Eksportir serta
maupun ketetapan kurang Integrasi Nomor Induk Kepabeanan
bayar mencapai Rp967 miliar dengan NPWP.
atau tumbuh 113% 4. Pemanfaatan data ILAP.
dibandingkan realisasi tahun 5. Penanganan WP Tidak Lapor
anggaran 2016. Terdapat Data (TLTD) dan Tidak
Lapor Tidak Bayar (TLTB).
4. Pajak Lainnya 6. Optimalisasi Bea Meterai (sosialisasi,
Realisasi penerimaan Pajak uji petik, penegakan hukum,
Lainnya tahun anggaran 2017 koordinasi dengan kepolisian, dll.)
mencapai Rp6,73 triliun atau 7. Implementasi Peraturan Menteri
tumbuh -16,86% dibandingkan Keuangan Nomor 165/PMK.03/2017
realisasi tahun anggaran 2016. tentang Perubahan Kedua atas
Pertumbuhan negatif ini lebih Peraturan Menteri Keuangan Nomor
disebabkan oleh penerimaan yang 118/PMK.03/2017 tentang
tidak berulang berupa pembayaran Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
atas bunga penagihan di tahun 2016 11 Tahun 2016 tentang
dengan nilainya cukup signifikan Pengampunan Pajak.
(mencapai Rp1,4 triliun). Sementara 8. Pengolahan data Approweb.
itu, penerimaan dari Penjualan 9. Pembentukan Satgas Pemeriksaan.
Benda Meterai dan Bea Meterai
masih tumbuh 5,7%. Sedangkan rencana aksi di luar
kegiatan tahun 2017 yang telah dilakukan,
yang akan dilakukan untuk meningkatkan
Tindak Lanjut pencapaian IKU tersebut pada 2018
Atas kondisi dimaksud, beberapa antara lain:
tindakan yang telah dilaksanakan 1. Pengawasan kewajiban perpajakan
diantaranya: peserta TA;
1. Pengawasan pembayaran masa 2. Implementasi Peraturan Pemerintah
secara lebih intensif. nomor 36 tahun 2017 tentang
2. Penggalian potensi pajak berbasis Pengenaan Pajak Penghasilan atas
sektoral nasional dan regional Penghasilan Tertentu Berupa Harta
(kerjasama PPATK, KKP, Korsup Bersih yang Diperlakukan atau
KPK). Dianggap Sebagai Penghasilan, dan

28
Peraturan Menteri Keuangan Nomor Sentimen positif harga batubara di
165/PMK.03/2017 tentang pasaran dunia turut mendorong
Pengampunan Pajak; pertumbuhan PPh Pasal 22, yang semula
3. Peningkatan kualitas dan efektivitas di tahun 2016 sempat menyentuh kisaran
pemeriksaan pajak; US$50 per metrik ton, per Desember 2017
4. Optimalisasi data-data yang diperoleh harga berada di kisaran US$94 per metrik
dari lembaga-lembaga jasa keuangan ton. Harga minyak (ICP) pada pada bulan
sebagai implementasi Undang- Desember 2017 adalah senilai
Undang Nomor 9 Tahun 2017 tentang US$58,09/Barrel, meningkat dari tahun
Penetapan Peraturan Pemerintah sebelumnya senilai US$46,99/Barrel,
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 didukung kinerja lifting migas yang cukup
Tahun 2017 tentang Akses Informasi baik (98,6% dari target APBN) menjadi
Keuangan untuk Kepentingan salah satu faktor utama pertumbuhan
Perpajakan Menjadi Undang-Undang. penerimaan PPh Migas. Di sisi lain,
5. Optimalisasi peran Penilai PBB dalam kecenderungan penurunan bunga bank
rangka penggalian potensi WP; dan berpengaruh pada penerimaan PPh Final
6. Penyelesaian saldo potensi SP2DK. atas bunga deposito/tabungan, dengan
nilai BI 7-Day Repo Rate yang terus
Faktor-faktor eksternal juga menurun, dari 4,75% pada Januari 2017
berkontribusi terhadap pencapaian menjadi 4,25% pada Desember 2017.
realisasi penerimaan pajak. Di antaranya, Penurunan penjualan mobil impor juga
berdasarkan data BPS triwulan III 2017, berpengaruh pada penerimaan PPnBM
ekonomi Indonesia terhadap triwulan III impor.
2016 (year-on-year) tumbuh 5,06%.

Customer Perspective
Sasaran Strategis 2: Pemenuhan layanan publik

2 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


2a-CP Indeks pengguna layanan 3,95 4,27 108,10

2a-CP Indeks pengguna layanan


Sebagai sebuah organisasi publik yang mengedepankan pelayanan, DJP
dituntut untuk berproses memperbaiki kinerja pelayanan dari masa ke masa.
Pelayanan yang semakin baik akan diharapkan dapat memberikan stigma positif di
mata konsumen, dalam hal ini para wajib pajak.

29
Untuk mengukur kepuasan
pengguna layanan, Kementerian Capaian DJP atas target IKU
Keuangan melakukan Survei Indeks Kepuasan Pengguna
Kepuasan Pengguna Layanan Layanan tahun 2017 sebesar 4,27.
terhadap unit eselon I yang memiliki Capaian ini melampaui target yang
unit kerja pelayanan di berbagai telah ditetapkan di awal tahun yaitu
daerah, termasuk DJP yang memiliki sebesar 3,95 dan terdapat kenaikan
207 Kantor Pelayanan, Penyuluhan yang signifikan dibandingkan
dan Konsultasi Perpajakan dengan capaian tahun sebelumnya
(KP2KP), 341 Kantor Pelayanan yaitu 4,10. Hasil ini diharapkan
Pajak (KPP) yang tersebar pada 33 dapat menggambarkan kinerja
Kantor Wilayah (Kanwil) di seluruh pelayanan DJP yang semakin baik
Indonesia. Survei dilakukan di enam dan tentunya dapat berimbas pada
kota besar, yakni Jakarta, Surabaya, peningkatan kinerja penerimaan
Makassar, Medan, Balikpapan, dan yang semakin tinggi.
Batam.

Indeks Kepuasan Pengguna Layanan DJP


4,90

4,70

4,50

4,30 Target

4,10 Realisasi

3,90

3,70

3,50
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Trend target dan realisasi meningkat, tetapi di tahun 2015


Indeks Kepuasan Pengguna menurun karena konsep
Layanan DJP dari tahun 2011 pelaksanaan survei berbeda dari sisi
sampai dengan tahun 2014 target responden dan jumlah

30
responden per kota. Sebaliknya, antara lain melalui
dalam kurun waktu tahun 2016 program/kegiatan:
sampai dengan tahun 2017 target 1) Survei Kepuasan Penggunaan
kembali meningkat dari 3,93 menjadi Layanan DJP-Kemenkeu.
3,95 dengan capaian yang 2) Survei Tingkat Pengukuran
melampaui target yaitu sebesar 4,1 Kepuasan Pelayanan,
di tahun 2016 dan 4,27 di tahun Efektivitas Penyuluhan dan
2017. Kehumasan.
3) Survei Efektivitas Bimbingan
Salah satu sasaran strategis Penyuluhan, Pelayanan dan
pada Renstra DJP tahun 2015-2019 Konsultasi Kanwil DJP.
adalah pemenuhan layanan publik. 4) Sosialisasi peraturan terkait
Pemenuhan layanan publik salah pelayanan perpajakan kepada
satunya diukur dengan IKU Indeks unit vertikal pelaksanaan
Kepuasan Pengguna Layanan. DJP pelayanan.
selalu berupaya untuk meningkatkan 5) Koordinasi pelaksanaan
kualitas layanan dari tahun ke tahun. pemberian layanan dengan unit
Hal-hal yang mendukung vertikal.
tercapainya rencana/target di 6) Peningkatan fungsi Tax
antaranya adalah pada tahun 2017, Knowledge Base (TKB).
PER-27/PJ/2016 tentang tentang 7) Penyelesaian aplikasi
Standardisasi Pelayanan pada pendukung pelayanan seperti
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Aplikasi Mobile TKB (berbasis
mulai diterapkan di seluruh KPP di android), Aplikasi Corporate
Indonesia, dimulai dengan Notification (Corona), serta
sosialisasi, bimbingan teknis, hingga Aplikasi Helpdesk dan Layanan
piloting project. Selain itu Mandiri (HelpMi).
diluncurkannya beberapa aplikasi 8) Implementasi PER-27/PJ/2016
seperti HelpMi untuk mendukung tentang Standardisasi
layanan sangat membantu para Pelayanan pada Tempat
Front Liner dalam memberikan Pelayanan Terpadu (TPT)
layanan yang lebih berkualitas. dimulai dari bimbingan teknis
kepada para Kepala Seksi
Upaya-upaya yang dilakukan Pelayanan dan Kepala Seksi
pada tahun 2017 untuk menunjang Waskon I, workshop kepada
pencapaian pernyataan kinerja para Front Liner dan Account
Representative Waskon I,

31
piloting project di KPP dan 11) Bimbingan teknis pengaduan
pembuatan video instruksional kepada unit vertikal untuk
pemberian layanan. menyeragamkan pelaksanaan
9) Penyelenggaraan pemberian pemberian layanan di KPP.
informasi publik. 12) Bimbingan teknis pelayanan
10) Tindak lanjut pengaduan dan bimbingan konsultasi.
pelayanan perpajakan. 13) Monitoring dan evaluasi layanan
DJP.

Sasaran Strategis 3: Kepatuhan wajib pajak yang tinggi

3 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


3a-CP Persentase tingkat kepatuhan formal WP
50,00% 62,96% 120,00
Badan dan OP Non Karyawan
3b-N Persentase pertumbuhan jumlah WP Badan
dan OP Non Karyawan yang melakukan 25,00% 32,73% 120,00
pembayaran

3a-CP Persentase Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak Badan dan Orang
Pribadi Non Karyawan
Kepatuhan formal yang dimaksud adalah pemenuhan penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak (WP) Badan dan WP Orang Pribadi
(OP) Non Karyawan. Kinerja yang diukur adalah rasio kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan dengan membandingkan antara jumlah penyampaian SPT Tahunan PPh
Badan Dan OP Non Karyawan (tidak termasuk pembetulan SPT Tahunan PPh)
dengan jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan terdaftar yang wajib menyampaikan
SPT Tahunan PPh.

Adapun tujuan dari IKU pada akhirnya akan meningkatkan


Persentase Tingkat Kepatuhan penerimaan pajak.
Formal WP Badan dan OP Non
Karyawan adalah untuk Pada tahun 2017, target rasio
meningkatkan kepatuhan dalam kepatuhan penyampaian SPT
penyampaian SPT Tahunan PPh Tahunan WP Badan dan OP Non
(kepatuhan formal) Wajib Pajak Karyawan sebesar 50%. Realisasi
Badan dan OP Non Karyawan yang rasio kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh Badan dan OP Non

32
Karyawan sebesar 62,96% atau tidak menyampaikan SPT
mencapai 125,92% dari target yang Tahunan PPh;
telah ditetapkan. Realisasi SPT PPh 5. menangani WP TLTD (Tidak
Badan dan OP Non Karyawan Lapor Terdapat Data) yang tidak
tumbuh 22,83% yaitu tahun menyampaikan SPT Tahunan
sebelumnya sebesar 1.616.479 WP PPh untuk Tahun Pajak 2012
menjadi 1.985.503 WP di tahun sampai dengan 2016
2017. sebagaimana telah disajikan di
Aplikasi Portal DJP dan
Strategi Peningkatan Rasio melakukan validasi data WP
Kepatuhan Penyampaian SPT dengan cara visit, serta
Tahunan PPh WP Badan dan OP menerbitkan Surat Permintaan
Non Karyawan sebagai berikut: Penjelasan atas Data dan/atau
1. melakukan koordinasi dan Keterangan, Konseling, dan/atau
sosialisasi mengenai pemenuhan usulan pemeriksaan;
kewajiban perpajakan kepada 6. secara khusus melakukan
asosiasi-asosiasi misalnya pengawasan kepatuhan
asosiasi pengusaha sektor jasa penyampaian SPT Tahunan PPh
konstruksi, pedagang eceran, atas WP yang mengajukan
dan sebagainya; permohonan Pengampunan
2. melakukan inventarisasi terhadap Pajak sesuai dengan Undang-
WP yang tidak menyampaikan Undang Nomor 11 Tahun 2016
SPT Tahunan PPh untuk Tahun tentang Pengampunan Pajak;
Pajak 2016 dan tahun-tahun 7. melakukan inventarisasi dan
pajak sebelumnya; tindak lanjut surat
3. melakukan pemetaan terhadap himbauan/teguran/STP yang
WP yang tidak melaporkan SPT kembali pos;
Tahunan PPh dengan 8. melakukan koordinasi dan
memanfaatkan data-data yang penyuluhan kepada organisasi
bersumber dari Aplikasi Portal profesi tertentu seperti konsultan
DJP dan Approweb maupun pajak, akuntan publik, notaris,
data-data lainnya untuk dokter, pengacara dan asosiasi
meningkatkan kepatuhan; lainnya; dan
4. menerbitkan dan mengirimkan 9. implementasi Konfirmasi Status
himbauan/teguran/Surat Tagihan Wajib Pajak (KSWP) terkait
Pajak (STP) terhadap WP yang pelayanan publik, terutama untuk

33
Lembaga/Kementerian yang
memiliki data keuangan.

3b-N Persentase pertumbuhan jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan yang


melakukan pembayaran
Pertumbuhan WP Badan dan OP Non Karyawan yang melakukan pembayaran
adalah perbandingan antara selisih/penambahan jumlah WP Badan dan OP Non
Karyawan yang melakukan pembayaran pada tahun berjalan dengan jumlah WP
Badan dan OP Non Karyawan yang melakukan pembayaran pada tahun sebelumnya.

Tujuan dari IKU Persentase dalam peraturan Surat Edaran


Pertumbuhan WP Badan dan OP Direktur Jenderal Pajak Nomor
Non Karyawan yang melakukan SE-27/PJ/2012 tentang
Pembayaran adalah untuk Pengawasan Pembayaran Masa,
meningkatkan kepatuhan WP Badan dengan langkah-langkah sebagai
dan OP non karyawan yang berikut :
melakukan pembayaran. a. kegiatan penggalian potensi
b. pengawasan kepatuhan,
Target rasio pertumbuhan WP bimbingan, himbauan,
Badan dan OP Non Karyawan yang konsultasi teknis perpajakan
melakukan pembayaran pada tahun c. rekonsiliasi data
2017 sebesar 25%. Realisasi rasio d. dinamisasi
pertumbuhan jumlah WP Badan dan e. penerbitan STP
OP Non Karyawan yang melakukan f. usulan pemeriksaan;
pembayaran sampai dengan 2. memanfaatkan data internal
Desember 2017 mencapai 34,52% (Aplikasi PortalDJP dan
atau mencapai 138,08% dari target Approweb) dan data eksternal
yang ditetapkan. (data yang berasal dari
pelaksanaan Peraturan
Strategi Peningkatan Rasio Pemerintah Nomor PP 31 Tahun
Pertumbuhan Wajib Pajak Badan 2012 tentang Pemberian dan
dan OP Non Karyawan yang Penghimpunan Data dan
melakukan pembayaran adalah Informasi); dan
sebagai berikut: 3. melakukan pengawasan
1. melakukan Pengawasan kepatuhan pembayaran Wajib
Pembayaran Masa sebagaimana Pajak dengan kontribusi

34
penerimaan sebesar 90% dari dengan memaksimalkan data internal
penerimaan nasional di dan eskternal.
Dashboard Pengawasan WP 6. Identifikasi dan analisa terhadap WP-
Besar yang tersedia di menu WP yang selama ini melaporkan
Dashboard Penerimaan. pembayaran nihil.
7. Penanganan WP Tidak Lapor
Untuk mengantisipasi tantangan di Terdapat Data (TLTD) secara
tahun mendatang, beberapa rencana aksi maksimal.
yang ditetapkan untuk dilaksanakan pada 8. Implementasi Konfirmasi Status Wajib
tahun 2018 adalah sebagai berikut. Pajak (KSWP) terkait layanan publik
terutama untuk
1. Melakukan penyuluhan terhadap
Lembaga/Kementerian yang memiliki
Calon WP ( Inklusi Kesadaran WP).
data keuangan.
2. Melakukan penyuluhan terhadap WP
9. Memanfaatkan data- data yang terkait
Baru dan WP Terdaftar melalui
dengan berlakunya UU no 9 tahun
program Bussiness Development
2017 tentang Penetapan Peraturan
Services- BDS.
Pemerintah Pengganti Undang-
3. Pemanfaatan KLIP dengan Outbond
Undang Nomor 1 Tahun
Call terkait WP yang belum mematuhi
2017 Tentang Akses Informasi
kewajiban perpajakan terkait
Keuangan Untuk Kepentingan
pelaporan dan pembayaran.
Perpajakan Menjadi Undang-Undang.
4. Memanfaatkan momentum pasca TA.
5. Peningkatan kepatuhan material WP
OP Non-Karyawan dan Badan

Internal Process Perspective


Sasaran Strategis 4: Pelayanan Prima

4 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


4a-N Persentase penyampaian SPT melalui e- 78,00% 85,72% 109,90
Filing

4a-N - Persentase penyampaian SPT melalui e-Filing


SPT yang disampaikan melalui e-Filing adalah SPT Tahunan PPh Formulir
1770, 1770S, dan 1771 yang disampaikan melalui e-filing atau e-SPT pada tahun
berjalan. Target dari IKU ini adalah WP sasaran e-filing. WP sasaran e-filing adalah
WP yang diproyeksikan akan menyampaikan SPT Tahunan PPh Formulir 1770,
1770S, dan 1771, yang jumlahnya ditentukan oleh Kantor Pusat.

35
Target IKU tahun 2017 Jumlah penyampaian SPT
berbeda dengan tahun 2016 yaitu Elektronik sampai dengan tanggal
78% yang mencerminkan 31 Desember 2017 sebanyak
persentase penyampaian SPT 4.762.217 SPT dari Jumlah sasaran
melalui e-Filing. Polarisasi data WP yang telah ditetapkan sebesar
ditetapkan menggunakan Maximize, 5.555.816. Realisasi sampai dengan
dimana semakin banyak WP yang tahun 2017 berakhir adalah sebesar
menyampaikan SPT melalui e-Filing 85,72% penyampaian SPT melalui
maka realisasi penyampaian SPT e-Filing dari target s.d 31 Desember
melalui e-Filing akan semakin tinggi 2017 sebesar 78%. Sehingga
sehingga diharapkan layanan TIK capaian IKU s.d 31 Desember 2017
Kementerian Keuangan kepada sebesar 109,89.
pengguna/stakeholder eksternal
yang memiliki tingkat kritikalitas Beberapa tindakan yang telah
sangat tinggi akan menjadi lebih dilaksanakan dalam rangka menjaga
baik. Persentase penyampaian SPT Persentase penyampaian SPT
melalui e-Filing dilaporkan pada melalui e-Filing, yaitu:
setiap triwulan pada tahun 2017 1. telah diterbitkan KEP-87/PJ/2017
dengan jenis konsolidasi periode tanggal 29 Maret 2017 tentang
menggunakan take last known value Pengecualian Pengenaan Sanksi
(realisasi yang digunakan adalah Administrasi berupa Denda atas
angka periode terakhir). Keterlambatan Penyampaian
SPT bagi Wajib Pajak Orang
Jumlah penyampaian SPT Pribadi. Dengan dikeluarkan
Elektronik sampai dengan tanggal keputusan ini diharapkan jumlah
31 Maret 2017 sebanyak 3.490.635 Wajib Pajak Orang Pribadi yang
SPT dari Jumlah sasaran WP yang melaporkan SPT bertambah;
telah ditetapkan sebesar 5.555.816 2. pemberian SMS dan email/blast
WP. Maka realisasi jumlah ke kurang lebih 4 juta wajib pajak
penyampaian SPT melalui e-filing (ASN, TNI dan Polri);
sebesar 62,83% dari target Q1 3. himbauan kepada para pegawai
tahun 2017 sebesar 70%. Sehingga di lingkungan MENPAN, BI dan
capaian IKU pada Q1 sebesar OJK untuk menyampaikan SPT
89,76. secara e-filing;
4. sosialisasi kepada bendaharawan
dan konsultan pajak; dan

36
5. pembuatan video tutorial melalui
channel youtube.

Perkembangan Persentase penyampaian SPT melalui e-Filing pada tahun 2017


dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Persentase penyampaian SPT melalui e-Filing


pada tahun 2017
100%
84,01% 84,68% 85,72%
75% 78%
80% 70% 72%
62,83%
60%

40%

20%

0%
Q1 Q2 Q3 Q4

Target Realisasi

Rencana aksi yang akan dilakukan untuk meningkatkan pencapaian IKU


tersebut pada tahun 2018 adalah bahwa seluruh unit DJP melakukan sosialisasi KEP-
87/PJ/2017 kepada masyarakat.

Sasaran Strategis 5: Peningkatan efektivitas penyuluhan

5 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


5a-N Persentase efektivitas kegiatan penyuluhan 55,00% 97,52% 120,00

5a-N Persentase efektivitas kegiatan penyuluhan


Peningkatan sosialisasi/penyuluhan tentang hak dan kewajiban perpajakan serta
pemberitaan dan informasi positif mengenai perpajakan yang dapat menumbuhkan
pengertian Wajib Pajak terhadap masalah-masalah perpajakan.

Kegiatan penyuluhan sikap masyarakat, dunia usaha,


merupakan upaya dan proses aparat serta lembaga pemerintah
memberikan informasi perpajakan maupun nonpemerintah agar
untuk menghasiIkan perubahan terdorong untuk paham, sadar,
pengetahuan, keterampilan, dan peduIi dan berkontribusi dalam

37
meIaksanakan kewajiban sosialisasi dan edukasi mengenai
perpajakan sesuai dengan perpajakan, baik hak maupun
ketentuan yang berlaku. kewajiban Wajib Pajak. Namun,
Capaian DJP atas target IKU rendahnya pengetahuan dan
Tingkat Efektivitas Penyuluhan keterampilan perpajakan oleh Wajib
tahun 2017 sebesar 97,52%. Pajak menjadi tantangan bagi
Capaian ini melampaui target yang segenap aparatur pajak untuk
telah ditetapkan di awal tahun yaitu meningkatkan kuantitas maupun
sebesar 55%. Hasil ini kualitas penyuluhan sehingga
mengindikasikan upaya DJP dalam tingkat pemahaman Wajib Pajak
mengedukasi Wajib Pajak melalui semakin baik.
kegiatan Penyuluhan telah berjalan
dengan baik dan konsisten. Pencapaian target efektivitas
penyuluhan tidak terlepas dari
Salah satu sasaran strategis upaya-upaya yang dilakukan
pada Renstra DJP tahun 2015-2019 padatahun 2017 antara lain melalui
adalah Peningkatan Efektivitas program/kegiatan:
Penyuluhan dan Kehumasan. 1. materi penyuluhan yang dimuat
Peningkatan Efektivitas Penyuluhan dalam berbagai media cetak
dan Kehumasan salah satunya dan media sosial telah dibuat
diukur dengan IKU Tingkat secara informatif dan up-to-date
Efektivitas Penyuluhan. Upaya yang sesuai dengan kebutuhan Wajib
dilakukan DJP untuk meningkatkan Pajak serta peraturan
strategI dan kualitas penyuluhan perpajakan yang terbaru;
yang dilakukan oleh DJP agar 2. kegiatan penyuluhan telah
masyarakat memperoleh informasi dibuat dan direncanakan
perpajakan yang cukup dan dengan tema dan timeline yang
pemahaman mengenai pajak dapat jelas; dan
secara komprehensif diterima. 3. kegiatan kelas pajak yang
dilaksanakan secara
Pada dasarnya, penyuluhan berkelanjutan.
dilakukan untuk memberikan

38
Sasaran Strategis 6: Peningkatan Efektivitas Kehumasan

6 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


6a-N Tingkat efektivitas kehumasan 80 83,03 103,79

6a-N Tingkat efektivitas kehumasan


Kehumasan yang efektif adalah pelaksanaan kegiatan kehumasan termasuk
penyampaian informasi perpajakan kepada masyarakat dalam rangka membangun
reputasi Direktorat Jenderal Pajak dan mendukung upaya peningkatan kepatuhan
wajib pajak.

Kegiatan kehumasan adalah


semua bentuk publikasi dan Capaian DJP atas target IKU
komunikasi dengan semua institusi Tingkat Efektivitas Kehumasan
baik internal maupun eksternal yang tahun 2017 sebesar 83,03. Capaian
berkaitan dengan informasi ini melampaui target yang telah
perpajakan. Sebagai satu instansi ditetapkan di awal tahun yaitu
publik, DJP membutuhkan peran sebesar 80. Hasil ini
serta instansi pemerintah, lembaga, mengindikasikan upaya DJP dalam
asosiasi, dan pihak lain dalam menyebarluaskan informasi
mempublikasi dan mengedukasi perpajakan kepada Wajib
masyarakat dalam memperoleh Pajak/masyarakat melalui berbagai
informasi perpajakan. Oleh karena media informasi telah berjalan
itulah, peran kehumasan DJP dengan baik dan konsisten.
sangat besar dan diharapkan dapat
semakin efektif sehingga dapat
Perbandingan target dan
memberi citra DJP yang positif di
realisasi Tingkat Efektivitas
mata masyarakat.
Kehumasan DJP dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2017 terus
Efektivitas kehumasan
meningkat. Target responden pada
diterjemahkan dengan IKU Tingkat
tahun 2017 meliputi Wajib Pajak dan
Efektivitas Kehumasan yang diukur
Nonwajib Pajak di 33 Kanwil DJP.
melalui survei kehumasan yang
Aspek penilaian efektivitas
akan memberikan gambaran
kehumasan tahun 2017 dilihat dari
seberapa efektifkah kegiatan
aspek awareness terhadap
kehumasan yang dilakukan oleh
iklan/informasi perpajakan,
DJP selama tahun 2017.

39
awareness terhadap tema pentingnya pajak dan kewajiban
iklan/informasi perpajakan dan untuk memenuhi kewajiban
pemahaman terhadap tema perpajakannya dengan benar.
iklan/informasi perpajakan.
2. Menyebarluaskan informasi
perpajakan pada umumnya
Kegiatan kehumasan mampu dengan intensif melalui berbagai
membuka wawasan masyarakat media baik cetak maupun
tentang pentingnya pajak dan elektronik yang terbagi dalam
kewajiban untuk memenuhi beberapa bentuk yaitu poster,
kewajiban perpajakannya dengan baliho, spanduk, standing banner,
benar, membantu Direktorat majalah elektronik, video dan ad-
P2Humas untuk menentukan materi libs.
serta menentukan sasaran wajib
pajak/masyarakat yang dijadikan
sasaran kehumasan. Instansi Pencapaian target efektivitas

pemerintah, lembaga, asosiasi, dan kehumasan tidak terlepas dari upaya-

pihak lain pun diharapkan ke depan upaya yang dilakukan pada tahun 2017

kerjasama yang dijalin mampu antara lain melalui program/kegiatan:

membentuk simbiosis mutualisme di 1. Membuat materi publikasi


antara kedua belah pihak sehingga kehumasan yang sederhana,
mampu meningkatkan penerimaan jelas dan mudah dipahami yang
negara melalui pajak dapat tercapai. dipublikasikan melalui poster,
baliho, spanduk, standing
Pencapaian target efektivitas banner, majalah elektronik,
kehumasan tidak terlepas dari televisi, radio, dan media cetak
aktivitas dan sarana yang serta media luar ruang lainnya;
mendukung sebagai berikut: 2. Meningkatkan kemampuan
SDM di bidang kehumasan
1. Penyebarluasan informasi
dengan membuat workshop
perpajakan khususnya Program
antara lain :
Amnesti Pajak yang dicanangkan
oleh Pemerintah pada tahun
2016 dan selesai pada akhir
Maret 2017, telah membuka
wawasan masyarakat tentang

40
Bulan Output
No Nama Kegiatan Peserta
Kegiatan

Workshop KEP Tim Majalah Internal,


25 orang
Januari Peresmian nama Intax,
1 Pengelolaan Kontributor Majalah
2017 Rencana Publikasi 2017
Majalah Internal Internal
Kepala Seksi dan Dapat membuat Siaran pers
Workshop Media Pelaksana Seksi dan mengelola berita dan
Februari
2 Handling dan Kerja Sama dan cara menanggapi berita
2017
Jurnalistik Humas Kanwil DJP negatif
se-Indonesia
Desain Grafis, Infografis,
Februari &
Workshop Materi 45 orang Tim Logo, Story Board& PSA
3 Agustus
Komunikasi Kreatif DJP Layanan DJP
2017
89 orang
Workshop Konten Perbaikan kualitas dan
11-13 April Kontributor Penulis
4 kuantitas konten
dan Media Sosial 2017 dan Taxmin
Medsos
Workshop Analisis Peningkatan kompetensi
Pegawai Subdit penulisan jurnalistik dan
Berita dan
5 April 2017 Humas Direktorat analisis berita dari para
Penulisan
P2Humas DJP pegawai Subdit Humas
Jurnalistik
Sertifikasi Brand Operator
Pelatihan Pegawai
Pegawai Subdit kepada pegawai Subdit
6 di Markplus Juli 2017
Humas Humas
Institute
Kepala Seksi dan
Standard Operating
Pelaksana Seksi
Workshop Standar Agustus Procedure (SOP) Kegiatan
7 Kerja Sama dan
Kualitas Humas 2017 Kehumasan DJP
Humas Kanwil DJP
se-Indonesia
70 orang
27-28 Perbaikan kualitas dan
Workshop Konten Kontributor Penulis
8 September kuantitas konten
dan Media Sosial dan Taxmin
2017
Medsos
Pegawai DJP
terpilih yang Konten Video yang digunakan
Workshop November
9 memiliki untuk iklan DJP
Videografi 2017
kemampuan
videografi
Pelatihan Pegawai November Pegawai Seksi Artikel publikasi perpajakan
10
di MISI Education 2017 Pengelolaan Berita

41
3. Penyebarluasan informasi di bidang perpajakan melalui :

Periode Keterangan
No. Nama Kegiatan Kuantitas
Kegiatan

Penyampaian Informasi
1 Sosialisasi Perpajakan Perpajakan kepada
Maret 2017 747 Spot
Melalui Media Televisi masyarakat melalui Iklan
Layanan Masyarakat di televisi
Penyampaian Informasi
2 Sosialisasi Perpajakan Perpajakan kepada
Maret 2017 758 Spot
Melalui Media Radio masyarakat melalui Iklan
Layanan Masyarakat di radio
Mempublikasikan/
mengumumkan/ menyebarkan
Placement Iklan
informasi tentang program,
Layanan Masyarakat
3 Maret 2017 7 Lot/ kegiatan dan layanan
Commuter Line
Gerbong perpajakan Ditjen Pajak
(Jabodetabek)
dengan tujuan agar
Stakeholder/ Wajib Pajak
/Masyarakat mengetahui
Penyampaian Informasi
4 Sosialisasi Perpajakan Februari - Perpajakan kepada
66 Slot
Melalui Media Cetak Juli 2017 masyarakat melalui Iklan di
media massa cetak
Mempublikasikan/
mengumumkan/ menyebarkan
Placement Iklan informasi tentang program,
5 Layanan Masyarakat 7 Lot/ kegiatan dan layanan
Maret 2017
Kereta Api (JKT-SBY) Gerbong perpajakan Ditjen Pajak
dengan tujuan agar
Stakeholder/ Wajib Pajak/
Masyarakat mengetahui
Mempublikasikan/
mengumumkan/ menyebarkan
Placement Iklan
informasi tentang program,
Layanan Masyarakat
6 kegiatan dan layanan
PesawatTerbang Maret 2017 1 Pesawat
perpajakan Ditjen Pajak
(Batik Air)
dengan tujuan agar
Stakeholder/ Wajib Pajak
/Masyarakat mengetahui
Dilaksanakan di Bogor. Output
Focus Group kegiatan adalah perumusan
15-16
7 1 kegiatan SOP Subdit Humas
Discussion November
Perpajakan

Dilaksanakan di Yogyakarta.
Output kegiatan adalah Nota
Rapat Koordinasi 23-25
8 1 kegiatan Kesepakatan Bersama Rakor
Editor Situs DJP Agustus
Editor Situs

42
Periode Keterangan
No. Nama Kegiatan Kuantitas
Kegiatan
Penyampaian Informasi
Perpajakan kepada
September-
9 Talkshow padaTelevisi 23 Spot masyarakat melalui Talkshow
Oktober
Televisi

Penyampaian Informasi
Perpajakan kepada
September-
10 Talkshow pada Radio 17 Spot masyarakat melalui Talkshow
Oktober
Radio

Kontribusi stand/booth pada


Januari s.d.
event yang diselenggarakan
11 Pameran Desember 3 event
2017 pihak lain

1) Strakom program Amnesti


Pajak Periode III Th 2017;
Januari s.d. 4 Strategi 2) Strakom E-Filing;
12 Strategi Komunikasi Desember Komunikasi 3) Strakom Quick Win
2017 (strakom) Reformasi Perpajakan;
4) Strakom Inklusi Kesadaran
Pajak;

Penyampaian informasi
Januari s.d. penting dan terkini seputar
13 Wawancara dengan
Desember 26 Kali perpajakan kepada
Media
2017 masyarakat melalui insan
media
Januari s.d.
14 Peliputan Kegiatan Membuat dokumentasi setiap
Desember 110 Kali
Ditjen Pajak kegiatan Ditjen Pajak
2017

Januari s.d. Koordinasi antara pejabat


Forum Komunikasi
15 Desember 4 Kali eselon III Lingkungan KPDJP
Eselon III
2017

Januari s.d. Koordinasi antara pejabat


Forum Komunikasi
16 Desember 4 Kali eselon IV Lingkungan KPDJP
Eselon IV
2017

Januari s.d.
Pembuatan analisis, Desember
17 resume dan kliping 2017 236 edisi s.d. 29 Desember
berita harian setiap hari
kerja
Januari s.d.
Laporan analisis, Desember
18 resume dan kliping 2017 51 laporan s.d. akhir Desember
berita mingguan setiap
minggu

43
Periode Keterangan
No. Nama Kegiatan Kuantitas
Kegiatan
Laporan analisis, Januari s.d.
s.d. Desember
19 resume dan kliping Desember 12 laporan
berita bulanan 2017

Membuat surat Dengan tembusan ke Dewan


Januari s.d. Pers dan SPS; Termasuk yang
tanggapan, penjelasan
20 Desember 20 surat diteruskan ke Kanwil untuk
atau hak jawab ke
2017 ditindaklanjuti
media massa

Laporan kegiatan kehumasan


Januari s.d
yang dilakukan oleh setiap
21 Laporan Kehumasan Desember 4 Laporan
kanwil DJP
2017

Januari s.d. Jawaban pertanyaan untuk


Membuat Jawaban
22 Desember 12 surat wawancara
Pertanyaan ke Media
2017
Metro TV, Media Indonesia,
Januari dan
Media Visit Metrotvnews.com, Harian
23 Desember 4 kali
2017 Kompas

2 Kali Penyampaian informasi


Januari s.d. penting dan terkini seputar
24 (Belitung
Media Gathering Desember perpajakan kepada
2017 dan masyarakat melalui insan
Manado) media
Penyampaian informasi
Ngobras (Ngobrol Januari s.d. penting dan terkini seputar
25
Bareng Santai) Desember 4 Kali perpajakan kepada
2017 masyarakat melalui insan
media
Penyampaian informasi
Januari s.d. penting dan terkini seputar
26 Siaran Pers
Desember 46 Rilis perpajakan kepada
2017 masyarakat melalui insan
media
Penyampaian informasi
Januari s.d. penting dan terkini seputar
27 Konferensi Pers
Desember 28 Kali perpajakan kepada
2017 masyarakat melalui insan
media

44
Sasaran Strategis 7: Peningkatan Ekstensifikasi Perpajakan

7 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


7a-N Persentase WP Badan dan OP Non
100,00% 93,87% 93,87
Karyawan yang terdaftar tahun berjalan dan
WP TLTB yang melakukan pembayaran

7a-N Persentase WP Badan dan OP Non Karyawan yang terdaftar tahun berjalan
dan WP TLTB yang melakukan pembayaran
Persentase WP Badan dan OP Non Karyawan yang terdaftar tahun berjalan
dan WP TLTB yang melakukan pembayaran bertujuan mengukur kualitas WP baru
dengan melihat jumlah WP yang melakukan pembayaran. Pada tahun 2016, definisi
WP baru pada IKU ini adalah WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas hasil ekstensifikasi yang terdaftar pada tahun berjalan yang
melakukan pembayaran. Definisi ini kemudian berubah pada tahun 2017, dimana
WP baru yang diperhitungkan untuk IKU ini adalah WP Badan dan OP Non
Karyawan yang terdaftar tahun berjalan dan WP TLTB (Tidak Lapor dan Tidak
Bayar) yang melakukan pembayaran. Sehingga rumus perhitungan IKU ini di tahun
2016 dan 2017 adalah sebagai berikut:

Tahun Rumus Target


2016 Jumlah WP baru hasil ekstensifikasi yang melakukan pembayaran 100%
Jumlah target WP Baru hasil ekstensifikasi tahun berjalan
2017 Jumlah WP Badan, OP Non Karyawan, dan 100%
WP TLTB Badan dan OP Non Karyawan yang melakukan pembayaran
(80% x Jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan yang terdaftar tahun
berjalan)
+ (3% x Jumlah WP TLTB Badan dan OP Non Karyawan)

Penambahan WP TLTB di Target WP Badan maupun


tahun 2017 dilakukan guna WP Orang Pribadi Non Karyawan
meningkatkan pengawasan (OP NK) yang melakukan
kepada Wajib Pajak yang selama pembayaran adalah sebesar 80%
ini tidak diketahui keberadaannya, dari WP baru terdaftar. Target ini
sehingga potensi pajak dari WP bergerak dinamis mengikuti jumlah
TLTB tidak pernah tergali selama penambahan WP terdaftar tahun
ini. Pada awal tahun 2017 berjalan, dimana pada tahun 2017
teridentifikasi ± 6,8 juta WP TLTB tercatat penambahan WP Badan
yang pengawasannya kemudian sebanyak 145.590 WP dan WP OP
menjadi tanggung jawab Seksi NK 553.976 WP. Sehingga target
Ekstensfikasi dan Penyuluhan. pada akhir tahun 2017 untuk WP
Badan adalah sebesar 116.472

45
WP dan WP OPNK sebesar Realisasi IKU pada tahun
443.181 WP. 2017 adalah 93,87% dari target
100%, dengan rincian capaian
sebagai berikut:

Jenis WP Total WP Target IKU Realisasi Capaian


WP Badan 145.590 116.472 52.828 45%
WP OP NK 553.976 443.181 421.544 95%
WP TLTB 56.706 104.198 184%

Terlihat dari komposisi capaian dan yang mengikuti program


IKU, WP Baru Badan memiliki amnesti pajak tetapi
capaian yang rendah, hal ini berhenti/tidak melakukan
dikarenakan WP Badan yang baru pembayaran kepada
mendaftar banyak yang belum Kanwil/KPP; dan
operasional. Sedangkan secara c. pelaksanaan evaluasi berkala
umum pembinaan bagi WP yang dengan aplikasi PERSiL, yang
baru mendaftar belum optimal kemudian ditindaklanjuti
untuk mendorong pencapaian IKU dengan pelaksanaan kegiatan
ini. evaluasi khusus ke Kanwil
yang pencapaiannya masih
Beberapa tindakan yang rendah.
telah dilaksanakan dalam rangka
pemenuhan target IKU ini antara Rencana aksi yang akan
lain adalah: dilakukan pada tahun 2018 guna
a. sosialisasi strategi pembinaan meningkatkan pencapaian IKU
dan pengawasan bagi WP tersebut antara lain adalah:
Baru di seksi Ekstensifikasi a. pemanfaatan data pihak ketiga
dan Penyuluhan dalam Bimtek dan data internal;
SIDJP Nine; b. penyempurnaan aplikasi SIDJP
b. menyampaikan data potensi Nine Modul Ekstensifikasi hasil
pajak melalui Aplikasi release versi 2.1;
Ekstesnsifikasi SIDJP Nine, c. kegiatan Survey Lapangan
data WP Baru yang berhenti dengan GeoTagging (SLGT)
melakukan pembayaran pajak, alur pengusulan dari menginput
tidak melakukan pembayaran, hasil SLGT lembar formulir

46
pengamatan sebagai Daftar f. melakukan kelas pajak sektoral
Sasaran Ekstensifikasi (DSE); bagi WP Profesi, WP OP NK
d. penerapan CRM fungsi dan Badan seperti WP Profesi,
ekstensifikasi secara pedagang, Usaha Kecil
menyeluruh; Menengah (UKM), dan lain-lain.
e. peningkatan kompetensi AR di
seksi Ekstensifikasi dan
Penyuluhan; dan

Sasaran Strategis 8: Peningkatan pengawasan Wajib Pajak

8 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


8a-N Persentase himbauan SPT yang selesai 100,00% 120,00% 120,00
ditindaklanjuti

8a-N Persentase himbauan SPT yang selesai ditindaklanjuti


IKU ini mengukur tingkat efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh AR
terhadap wajib pajak dalam bentuk pemanfaatan data Approweb dan data lainnya
yang telah ditindaklanjuti melalui surat himbauan. Surat himbauan SPT meliputi surat
himbauan SPT Tahunan dan SPT Masa.

Surat himbauan SPT Tahunan b. usulan pemeriksaan khusus; dan


yang dimaksud adalah surat c. tanggapan/klarifikasi dari wajib
himbauan dalam rangka pembetulan pajak (harus ada pembayaran
dan/atau penyampaian SPT PPh Pasal 29).
Tahunan yang terdapat pembayaran
PPh Pasal 29, termasuk WP PP 46
Terhadap lebih dari satu
yang didokumentasikan di dalam
jumlah realisasi SP2DK SPT
Approweb. Jumlah realisasi
Tahunan kepada satu WP yang
himbauan SPT Tahunan yang
sama di tahun pajak yang sama,
selesai ditindaklanjuti adalah
dihitung sebagai satu realisasi
himbauan SPT Tahunan yang
SP2DK SPT Tahunan. Terhadap
ditindaklanjuti dengan:
lebih dari satu jumlah realisasi
a. pembetulan dan/atau
SP2DK SPT Tahunan kepada satu
penyampaian SPT Tahunan
WP yang sama di tahun pajak yang
(harus ada pembayaran PPh
berbeda, dihitung sebagai lebih dari
Pasal 29);
satu realisasi SP2DK SPT Tahunan.

47
himbauan SPT yang selesai
Surat himbauan SPT Masa ditindaklanjuti adalah sebesar
yang dimaksud adalah surat 322.565 himbauan. Realisasi atas
himbauan dalam rangka capaian IKU tersebut adalah
klarifikasi/konfirmasi faktur pajak, sebesar 494.213 himbauan
bukti pemotongan PPh dan (153,21%).
pembetulan SPT Masa , termasuk
pemanfaatan data FTZ dan hasil Sedangkan capaian realisasi
tindak lanjut pengawasan PKP IKU persentase himbauan SPT yang
sesuai PER 40/PJ/2013 yang selesai ditindaklanjuti pada tahun
didokumentasikan di Approweb. 2016 adalah sebesar 487.600
SPT Masa meliputi jenis pajak PPh himbauan atau sebesar 140,78%
21/26, PPh 22, PPh 22 Impor, PPh dari target yang ditetapkan yaitu
23/26, PPh 4(2), PPh 15, PPN, dan sebesar 346.347 himbauan
PPnBM serta PPh 25.
Untuk tahun 2017 target yang
Jumlah himbauan SPT Masa ditetapkan untuk IKU persentase
yang selesai ditindaklanjuti adalah himbauan SPT yang selesai
himbauan SPT Masa yang ditindaklanjuti adalah sebesar
ditindaklanjuti dengan: 841.107 himbauan (100%). Secara
a. Pembetulan dan/atau keseluruhan selama tahun 2017
penyampaian SPT Masa (harus realisasi atas capaian IKU tersebut
ada pembayaran). adalah sebesar 1.336.504 himbauan
b. Tanggapan/klarifikasi dari wajib atau sebesar 158,89% (maksimal
pajak (harus ada pembayaran). 120,00% berdasarkan manual IKU).
c. Dinamisasi PPh 25.
Selama 3 (tiga) tahun berturut-
turut sejak 2015-2017, target selalu
Himbauan SPT Masa terhadap
mengalami peningkatan, akan tetapi
satu Wajib Pajak atas beberapa
persentase untuk realisasi atas
jenis pajak dan beberapa masa
capaian mengalami fluktuasi.
pajak dihitung sebagai satu capaian
Perkembangan jumlah target dan
himbauan SPT Masa sepanjang
realisasi atas himbauan atas SPT
dalam tahun pajak yang sama.
yang ditindaklanjuti selama tahun
2015-2017 ditunjukkan sebagai
Pada tahun 2015 target yang
berikut:
ditetapkan untuk IKU persentase

48
1.600.000

1.400.000
1.336.504
1.200.000

1.000.000

800.000 841.107

494.213 487.600
600.000

400.000

200.000 346.347
322.565
-
2015 2016 2017

Target Realisasi

Beberapa tindakan yang telah 10. Diseminasi strategi pengawasan


dilaksanakan dalam rangka Wajib Pajak dan penggalian
pencapaian realisasi dari himbauan potensi pajak melalui
SPT yang selesai ditindaklanjuti, Pelaksanaan Forum Nasional
seperti: Kepala Seksi Waskon dan
1. Penerimaan dan penelitian Surat Account Representative.
Pernyataan Harta Wajib Pajak 11. Evaluasi Wajib Pajak Terdaftar.
yang telah dilaporkan di KPDJP.
Rencana aksi yang akan
2. Penyusunan kajian e-faktur.
dilakukan untuk meningkatkan
3. Bimbingan teknis penggalian
pencapaian IKU tersebut pada 2018
potensi pajak.
antara lain:
4. Penelitian Faktur Pajak tanpa
1. Penggalian potensi pajak sektor-
identitas pembeli.
sektor unggulan tahun 2018
5. Penelitian Nota Retur tanpa
2. Bimbingan teknis kebijakan
identitas pembeli.
penggalian potensi pajak
6. Pemetaan pelaku e-commerce.
3. Asistensi dan Evaluasi
7. Penerapan program pengawasan
penggalian potensi pajak
Wajib Pajak melalui Approweb
Gen 3.
Hal-hal atau faktor yang
8. Pembuatan pemantauan IKU AR
mendukung tercapainya target
termasuk IKU SP2DK di
adalah
Approweb.
1. ketersediaan data internal dan
9. Pembuatan LHA CTA.
eksternal yang memadai;

49
2. sumber daya manusia yang Sedangkan program atau
kompeten dengan disertai kebijakan yang menunjang
program peningkatan kapasitas keberhasilan pencapaian kinerja
yang dilakukan secara pada tahun 2017 adalah masih
berkesinambungan; dan berlangsungnya kebijakan program
3. struktur organisasi yang amnesti pajak yang dimulai pada
mendukung, misalnya dengan tahun 2016 yang memberikan
keberadaan CTA (Center for Tax kesempatan kepada Wajib Pajak
Analysis). untuk secara sukarela melaporkan
harta yang belum/tidak dilaporkan di
dalam SPT.

Sasaran Strategis 9: Peningkatan efektivitas pemeriksaan

9 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


9a-N Audit Coverage Ratio 100,00% 119,08% 119,08

9b-N Tingkat efektivitas pemeriksaan pajak 88,00% 92,81% 105,46%

9c-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan 60,00% 78,08% 120,00


joint audit

9a-N Audit Coverage Ratio


Audit Coverage Ratio (ACR) merupakan besaran untuk mengetahui tingkat
keterperiksaan Wajib Pajak secara Nasional. ACR dihitung berdasarkan hasil
pembagian antara Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi yang diperiksa dengan
jumlah Wajib Pajak terdaftar wajib SPT.

Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2017, IKU ACR mengukur


ACR bertujuan untuk meningkatkan besaran cakupan pemeriksaan
kepercayaan stakeholders dan berdasarkan jumlah Wajib Pajak
kepatuhan Wajib Pajak agar dapat terdaftar Wajib SPT per tanggal 31
menunjang penerimaan negara Desember 2016. Dalam perhitungan
melalui efektifitas kegiatan IKU ACR, dipisahkan antara
pemeriksaan yang mampu perhitungan Wajib Pajak Badan
menimbulkan deterrent effect. Pada dengan Wajib Pajak Orang Pribadi.

50
Tabel Target, Realisasi dan Capaian ACR Tahun 2017
Jenis Jumlah Target Target Realisasi Realisasi Capaian Bobot Total
WP WP ACR Periksa ACR Periksa ACR (50:50) Capaian
Wajib
SPT
Orang 1.964.331 0,39% 7.661 0,45% 8.757 114,31% 57,15%
Pribadi
119,08%
Badan 1.188.516 2,32% 27.574 2,88% 34.148 123,84% 61,92%

Berdasarkan Tabel, dapat Beberapa tindakan yang telah


diketahui target ACR untuk Wajib dilaksanakan dalam rangka
Pajak Orang Pribadi pada Tahun mencapai target Audit Coverage
2017 sebesar 0,39% dari total Ratio Tahun 2017 yaitu:
1.964.331 WP dan 2,32% dari total 1. Menerbitkan regulasi terkait
1.118.516 untuk Wajib Pajak Badan. dengan rencana dan strategi
Target tersebut didistribusikan pemeriksaan sebagai berikut:
kepada tiap UP2 yang ditetapkan a. Peraturan Direktur Jenderal
melalui Surat dari Direktur Pajak Nomor PER-
Pemeriksaan dan Penagihan 07/PJ/2017 tentang
(terlampir). Dalam memperhitungkan Pedoman Pemeriksaan
total ACR nasional, masing-masing Lapangan Dalam Rangka
capaian baik ACR WP OP maupun Pemeriksaan Untuk Menguji
Badan diberikan bobot sebesar 50% Kepatuhan Pemenuhan
sehingga total capaian ACR Kewajiban Perpajakan.
Nasional pada Tahun 2017 sebesar b. Surat Edaran Direktur
119,08% dari target capaian Jenderal Pajak Nomor SE-
sebesar 100%. Untuk kepentingan 10/PJ/2017 tentang Petunjuk
validasi dan keseragaman data, Teknis Pemeriksaan
Direktorat Pemeriksaan dan Lapangan Dalam Rangka
Penagihan menggunakan Aplikasi Pemeriksaan Untuk Menguji
Laporan Pemeriksaan Pajak (ALPP) Kepatuhan Pemenuhan
melalui menu Laporan Audit Kewajiban Perpajakan.
Coverage Ratio. c. Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-
11/PJ/2017 tentang

51
Rencana, Strategi, dan seluruh Indonesia (32 KPP
Pengukuran Kinerja Penentu Penerimaan) serta KPP
Pemeriksaan Tahun 2017. Pratama.
2. Membentuk Daftar Sasaran 4. Melakukan koordinasi dan
Prioritas Pemeriksaan (DSPP) monitoring serta evaluasi atas
sebagai bahan untuk diterbitkan kegiatan pemeriksaan selama
instruksi pemeriksaan. DSPP tahun 2017
tersebut akan terus 5. Mengadakan IHT e-audit tools
dikembangkan dari waktu ke untuk meningkatkan efektivitas
waktu. pemeriksaan.
3. Mengatur secara mendetail
strategi pemeriksaan secara Dalam 3 tahun berturut sejak
khusus pada KPP pada Kanwil 2015, IKU ACR dapat memenuhi
DJP Jakarta Khusus, Kanwil DJP target capaian dengan rincian
WP Besar, dan KPP Madya sebagai berikut:

Tabel Realisasi dan Capaian ACR Tahun 2015 - 2017


Capaian
Target ACR Realisasi ACR
Tahun ACR
Badan OP Badan OP Total
2015 1.99% 0.25% 1.69% 0.35% 114.04%
2016 1.68% 0.23% 2.00% 0.36% 137.00%
2017 2.32% 0.39% 2.87% 0.45% 119.08%

Rencana aksi yang akan kepatuhan pemenuhan


dilakukan untuk meningkatkan kewajiban perpajakan melalui
pencapaian IKU tersebut pada tahun updating DSPP sebagai bahan
2018 antara lain: instruksi pemeriksaan khusus.
1. Melakukan evaluasi terhadap 3. Pembentukan tim WP OP
kebijakan pemeriksaan Prominen sebagai salah satu
eksisting sebagai bahan untuk penunjang DSPP.
perbaikan dan penerbitan 4. Penerbitan instruksi
kebijakan pemeriksaan yang pemeriksaan khusus
lebih relevan dengan kondisi berdasarkan analisis risiko baik
lapangan saat ini. secara manual maupun
2. Optimalisasi pemeriksaan computerize.
dalam rangka menguji

52
5. Melakukan pembinaan dan 6. Optimalisasi Petugas
koordinasi dengan unit vertikal Pemeriksaan Pajak di KPP.
dalam pelaksanaan tugas dan 7. Penambahan jumlah Fungsional
fokus pemeriksaan tahun 2018. Pemeriksa Pajak.

9b-N Tingkat efektivitas pemeriksaan pajak


Tingkat Efektifitas Pemeriksaan merupakan besaran untuk mengetahui jumlah
SKP terbit yang diajukan keberatan pada tahun berjalan. Saat ini, IKU Tingkat
Efektifitas Pemeriksaan merupakan parameter untuk mengukur kualitas kegiatan
pemeriksaan. Dengan semakin tingginya tingkat efektifitas pemeriksaan diharapkan
mampu menimbulkan deterrent effect yaitu meningkatnya tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
IKU Tingkat efektifitas Pemeriskaan dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Dalam menghitung efektifitas pemeriksaan, pembobotan dilakukan dengan


menggunakan kriteria jumlah SKP yang tidak diajukan keberatan (80%) dan jumlah
SKP yang keberatannya ditolak atau dikabulkan sebagaian (20%).
Tabel Target, Realisasi dan Capaian Tingkat Efektifitas Pemeriksaan Tahun 2017
Net
Triwulan IV tahun 2017 Jumlah Realisasi Bobot Target Capaian
Realisasi
SKP yang tidak diajukan
193.384
keberatan
94,53% 80,00% 75,62%
SKP terbit (Okt-Des 16 +
204.584
Jan-Sep 17)
Keberatan yang ditolak atau
6.262
dikabulkan sebagian
85,93% 20,00% 17,19%
Saldo permohonan tahun
7.287
sebelumnya
IKU 98,21% 88,00% 105,46%

53
Berdasarkan Tabel, dapat 10/PJ/2017 tentang
diketahui target IKU Tingkat Petunjuk Teknis
Efektifitas Pemeriksaan sebesar Pemeriksaan Lapangan
88%. Dalam perhitungan realisasi Dalam Rangka
capaian IKU berdasarkan bobot, Pemeriksaan Untuk
maka diperoleh realisasi atas SKP Menguji Kepatuhan
yang tidak diajukan keberatan Pemenuhan Kewajiban
sebesar 94,53% dan Jumlah Perpajakan.
keberatan yang ditolak atau c. Surat Edaran Direktur
dikabulkan sebagian sebesar Jenderal Pajak Nomor SE-
85,93% sehingga total realisasi IKU 11/PJ/2017 tentang
Tingkat Efektifitas Pemeriksaan Rencana, Strategi, dan
sebesar 92,81% dengan capaian Pengukuran Kinerja
105,46%. Untuk kepentingan Pemeriksaan Tahun 2017.
validasi dan keseragaman data, 2. Melakukan sosialisasi dan
Direktorat Pemeriksaan dan pembinaan kepada unit vertikal
Penagihan menggunakan Aplikasi terkait regulasi pemeriksaan
Laporan Pemeriksaan Pajak (ALPP) terbaru dengan penekanan
dan SIDJP. pada beberapa hal antara lain:
Beberapa tindakan yang telah a. Fokus pemeriksaan saat
dilaksanakan dalam rangka dan pasca periode Amnesti
mencapai target Tingkat Efektifitas Pajak.
Pemeriksaan Tahun 2017 yaitu: b. Penguatan kewenangan
1. Menerbitkan regulasi terkait yang dimiliki fiskus terkait
dengan rencana dan strategi dengan kegiatan
pemeriksaan sebagai berikut: pemeriksaan.
a. Peraturan Direktur Jenderal c. Pentingnya kualitas
Pajak Nomor PER- pemeriksaan melalui
07/PJ/2017 tentang penekanan pada kredibilitas
Pedoman Pemeriksaan temuan hasil pemeriksaan
Lapangan Dalam Rangka yang memiliki dasar hukum
Pemeriksaan Untuk koreksi yang dapat
Menguji Kepatuhan diandalkan. Dengan
Pemenuhan Kewajiban demikian diharapkan agar
Perpajakan. potensi SKP yang terbit
b. Surat Edaran Direktur meningkat dan SKP terbit
Jenderal Pajak Nomor SE-

54
yang diajukan keberatan Dalam 3 tahun berturut sejak
menurun. 2015, IKU Tingkat Efektifitas
3. Melakukan koordinasi dan Pemeriksaan dapat memenuhi
monitoring serta evaluasi atas target capaian dengan rincian
kegiatan pemeriksaan selama sebagai berikut:
tahun 2017.

Tabel Target, Realisasi dan Capaian Tingkat Efektifitas Pemeriksaan


Tahun 2015-2017

Tahun Realisasi Target Capaian

2015 92.94% 87.00% 106.83%


2016 93.87% 88.00% 106.67%
2017 92.81% 88.00% 105.46%

Beberapa rencana aksi yang 3. Pembentukan tim WP OP


akan dilakukan pada tahun 2018 Prominen sebagai salah satu
antara lain: penunjang DSPP.
1. Melakukan evaluasi terhadap 4. Melakukan pembinaan dan
kebijakan pemeriksaan koordinasi dengan unit vertikal
eksisting sebagai bahan untuk dalam pelaksanaan tugas dan
perbaikan dan penerbitan fokus pemeriksaan tahun 2018.
kebijakan pemeriksaan yang 5. Menyesuaikan jumlah
lebih relevan dengan kondisi Fungsional Pemeriksa Pajak
lapangan saat ini. yang dibutuhkan dengan
2. Updating DSPP sebagai bahan memperhatikan beban kerja.
instruksi pemeriksaan khusus 6. Memperketat pengendalian
dengan menitikberatkan pada mutu pemeriksaan dan jaminan
peningkatan akurasi potensi prosedur pengujian telah tepat
pajak. dan objektif.

9c-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan joint audit

Joint Audit antara Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai adalah kegiatan pemeriksaan pajak, audit kepabeanan, dan/atau audit cukai
yang dilakukan bersama-sama oleh pemeriksa pajak dan auditor bea dan cukai
terhadap Wajib Pajak/Auditee, yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman

55
pelaksanaan berupa Keputusan Menteri Keuangan. Joint Audit dilaksanakan dalam
rangka:
1. Mengoptimalkan penerimaan Negara dan penegakan hukum di bidang
perpajakan, kepabeanan, dan/atau cukai; dan
2. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, kepabeanan, dan/atau
cukai baik untuk tahun berjalan maupun untuk tahun-tahun sebelumnya yang
ditetapkan oleh Komite Joint Audit.

Pada tahun 2017, IKU tersebut Joint Audit, dan keberhasilan Joint
mengukur realisasi jumlah Audit. Berikut ini perbandingan
penugasan Joint Audit, antara target, realisasi dan capaian
penyelesaian penugasan Joint Audit Joint Audit Tahun 2017.
dengan adanya penerbitan Laporan

Tabel Target, Realisasi, dan Capaian Joint Audit Tahun 2017


Komponen Target Bobot Target Realisasi Capaian
Target Penerbitan Surat Tugas 10.00% 6.00% 10.00%
Joint Audit
Nilai Penyelesaian Penugasan 60.00% 30.00% 18.00% 23.08%
Nilai Hasil Audit 60.00% 36.00% 45.00%
Total 100.00% 60.00% 78.08% 130.13%

Berdasarkan Tabel, diketahui membandingkan jumlah ST Joint


bahwa target Joint Audit Tahun Audit yang terbit dibagi dengan
2017 sebesar 60% yang ditetapkan rencana penerbitan ST Joint Audit.
dalam Rencana Kerja Tahunan Joint Kemudian untuk target
Audit Tahun 2017. Target tersebut Penyelesaian Penugasan, rasionya
terbagi atas 3 komponen terkait dihitung dari Laporan Joint Audit
jumlah penugasan Joint Audit, (LJA) yang selesai tepat waktu
penyelesaian penugasan Joint Audit dibagi dengan total dari outstanding
dengan adanya penerbitan Laporan ST dan ST tahun berjalan dikurangi
Joint Audit, dan keberhasilan Joint dengan ST yang belum jatuh tempo
Audit dengan bobot masing-masing yang LJA-nya belum ditetapkan
adalah 10%, 30%, dan 60%. serta ST pemeriksaan yang
dibatalkan. Sementara untuk target
Untuk target penerbitan Surat Nilai Hasil Audit, dihitung apabila
Tugas (ST) Joint Audit, pengukuran terdapat nilai pajak, bea dan cukai
yang dilakukan adalah dengan yang dihasilkan oleh Joint Audit atau

56
terdapat penegakan hukum dengan 1. melibatkan banyak pihak terkait
kriteria nilai pajak minimum (bersifat dalam penetapan objek audit;
akumulatif) adalah memiliki nilai 2. pembentukan Tim Joint Audit
tambah bayar minimum 0.7% nilai yang fully dedicated;
omzet per objek audit dan nilai 3. dilakukan rapat pembahasan
tambah bayar minimum sebesar progress report atas pelaksanaan
geomean (rata-rata geometri nilai Joint Audit dari masing-masing
tambah bayar) 3 tahun terakhir tim pelaksana; dan
ditambah persentase pertumbuhan 4. melakukan koordinasi dan
realisasi sampai dengan triwulan monitoring serta evaluasi atas
berjalan yoy dikali geomean 3 tahun pelaksanaan Joint Audit selama
terakhir. tahun 2017.

Beberapa tindakan yang telah


Sejak tahun 2013, IKU Joint
dilaksanakan dalam rangka Audit dapat memenuhi target
mencapai target Joint Audit Tahun capaian dengan rincian sebagai
2017 yaitu: berikut:
Tabel Capaian Kinerja Joint Audit Tahun 2013 s.d. 2017
2013 2014 2015 2016 2017
Realisasi 84.00% 100.00% 101.43% 88.20% 78.08%
Capaian 116.67% 138.89% 140.87% 114.34% 130.13%

Rencana aksi yang akan atas pelaksanaan Joint Audit dan


dilakukan untuk meningkatkan potensi temuannya; dan
pencapaian IKU tersebut pada tahun 2. Himbauan percepatan
2018 antara lain: penyelesaian tunggakan
1. Pelaksanaan progress report penugasan carry over Joint Audit
Joint Audit dalam bentuk rapat 2016 dan 2017 dari Ketua Komite
pembahasan secara berkala Joint Audit.
untuk melakukan pengawasan

57
Sasaran Strategis 10: Peningkatan efektivitas penyidikan

10 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


10a-CP Persentase hasil penyidikan yang telah 50,00% 115,52% 120,00
dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P-21)

10a-CP Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh


kejaksaan (P-21)

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan


yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya. Rangkaian tindakan penyidik dituangkan dalam berkas
perkara yang kemudian diserahkan kepada Jaksa/ Penuntut Umum untuk diteliti.
Status P-21 adalah status dinyatakan lengkapnya berkas perkara pidana (dinyatakan
memenuhi syarat untuk proses selanjutnya) oleh Kejaksaan.

Penghentian penyidikan dapat administrasi sebesar 4 (empat) kali


dilakukan dengan 2 (dua) alternatif. jumlah pajak yang kurang dibayar
Pertama, penghentian penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
dalam hal Menteri atau pejabat yang Pasal 44B Undang-Undang Nomor 6
ditunjuk atas nama Menteri Tahun 1983 tentang Ketentuan
menerbitkan Surat Keterangan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dalam rangka Pengampunan Pajak sebagaimana telah beberapa kali
sebagaimana dimaksud dalam diubah terakhir dengan Undang-
Pasal 11 Undang-undang Republik Undang Nomor 16 Tahun 2009.
Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Atas setiap penyidikan yang
Tentang Pengampunan Pajak. dihentikan tersebut, dapat
Dalam hal ini, Wajib Pajak yang disetarakan dengan 1 (satu) capaian
harus membayar sejumlah uang hasil penyidikan yang telah
tebusan dan pajak yang tidak/ atau dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan
kurang dibayar. Kedua, penyidikan (P-21).
juga dapat dihentikan karena
adanya ketetapan oleh Jaksa Agung Pada tahun 2017, IKU tersebut
atas permintaan Menteri Keuangan mengukur kuantitas hasil penyidikan
untuk kepentingan penerimaan yang telah dinyatakan lengkap oleh
Negara setelah Wajib Pajak Kejaksaan (P-21), penghentian
melunasi sejumlah pajak yang karena Program Amnesti Pajak dan
kurang dibayar ditambah sanksi penghentian sesuai pasal 44B UU

58
KUP dibandingkan dengan saldo
penyidikan awal tahun dikurangi Selama 5 (lima) tahun sejak
dengan jumlah penyidikan yang tahun 2012 s.d. 2017, kecuali di
tidak dapat dilanjutkan berdasarkan tahun 2013, capaian hasil
ketentuan sesuai Pasal 44A UU penyidikan yang telah dinyatakan
KUP. lengkap oleh Kejaksaan (P-21) dan
disetarakan melebihi target yang
Berdasarkan Renstra DJP telah ditetapkan. Sedangkan
Tahun 2015-2019, target IKU tahun capaian pada tahun 2013 tidak
2017 ditetapkan sama dengan tahun mencapai target dikarenakan
2016, yaitu 50% dari saldo dinamika koordinasi dalam proses
tunggakan penyidikan awal tahun pembahasan kelengkapan kasus
sejumlah 116 kasus penyidikan dari status P-19 menjadi P-21 dapat
sehingga target jumlah hasil berbeda antara satu kasus dengan
penyidikan yang telah dinyatakan kasus yang lainnya dan adanya
lengkap oleh Kejaksaan (P-21) dan perbedaan pandangan antara
disetarakan sebanyak 58 kasus Fungsional Pemeriksa Pajak DJP
penyidikan. Polarisasi data (PPNS) dengan Jaksa Peneliti di
ditetapkan menggunakan maximize, Kejaksaan sehingga cukup sulit
dimana semakin banyak hasil status untuk dapat mencapai status P-21.
P-21 dan disetarakan yang dicapai Capaian tahun 2017 untuk pertama
maka persentasenya semakin tinggi kalinya mencapai 115,52%
sehingga diharapkan kinerja dikarenakan adanya Program
penyidikan yang dilakukan semakin Amnesti Pajak yang mendorong
efektif. Persentase hasil penyidikan Wajib Pajak melunasi pajak yang
yang telah dinyatakan lengkap oleh kurang dibayar sehingga
Kejaksaan (P-21) dilaporkan pada penyidikannya dihentikan.
triwulan IV tahun 2017 dengan jenis Perkembangan jumlah hasil
konsolidasi periode menggunakan penyidikan yang telah dinyatakan
Take Last Known Value (realisasi lengkap oleh Kejaksaan (P-21) dan
yang digunakan adalah angka disetarakan tahun 2012 s.d. 2017
periode terakhir). dapat ditunjukkan sebagai berikut:

59
Capaian Kinerja Persentase Hasil Penyidikan yang Telah Dinyatakan
Lengkap Oleh Kejaksaan (P-21)
140%
PERSENTASE P-21 DISETARAKAN

120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
TARGET 45% 50% 50% 42% 50% 50%
REALISASI 54% 30% 66% 72% 63% 116%

Realisasi tahun 2017 adalah ini, diharapkan dapat mencerminkan


sebesar 134 penyidikan yang telah bahwa upaya law enforcement yang
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan dilakukan oleh Direktorat Jenderal
(P-21) dan disetarakan dari target Pajak sudah berjalan secara efektif,
116 perkara, sehingga capaian berkualitas dan konsisten, serta
realisasi diperoleh sebesar telah dilaksanakan secara selektif
115,52%. Capaian tersebut untuk memberikan efek jera kepada
merupakan hasil kinerja yang Wajib Pajak, dan pada akhirnya
optimal mulai dari tahap awal dalam diharapkan dapat meningkatkan
penetapan target P-21, koordinasi kepatuhan Wajib Pajak.
intensif dengan aparat penegakan
hukum lainnya, bimbingan dan
Beberapa tindakan yang telah
dukungan terhadap unit vertikal
dilaksanakan dalam rangka
dalam rangka menyelesaikan
mendorong penyelesaian penyidikan
penyidikan yang sedang berjalan.
tindak pidana di bidang perpajakan,
seperti:
Sebagai wujud pelaksanaan 1. Koordinasi intensif dengan
Rencana Strategis Direktorat Kepolisian dan Kejaksaan
Jenderal Pajak Tahun 2015-2019, dalam rangka membahas
dengan meningkatnya jumlah perkembangan, hambatan, dan
penyidikan yang telah berhasil tindak lanjut penyidikan tindak
dinyatakan lengkap di tahun 2017 pidana di bidang perpajakan.

60
Salah satu bentuk koordinasi pencapaian IKU tersebut pada tahun
diwujudkan dalam Diklat 2018 antara lain:
bersama Jaksa dan Polisi 1. Menetapkan target P-21 untuk
dalam rangka menyamakan Kanwil DJP berdasarkan jumlah
persepsi dan membangun PPNS dan anggaran
sinergi sehingga diharapkan penyidikan. Rata-rata jumlah
dapat mempercepat penyidik dalam 1 kelompok
penanganan perkara-perkara adalah 5 orang, sehingga
tindak pidana perpajakan di ditentukan koefisien sebesar 0,2
seluruh Indonesia. x jumlah penyidik. Untuk Tim
2. Direktorat Penegakan Hukum Penyidik di Kantor Pusat DJP
bekerja sama dengan Direktorat diberikan target P-21 sejumlah
Intelijen Perpajakan 5 kasus penyidikan per
menyelenggarakan workshop kelompok.
penegakan hukum di Kanwil 2. Optimalisasi konsultasi dan
DJP agar tiap KPP terlibat koordinasi dengan Kepolisian
dalam penanganan tindak dan Kejaksaan dilakukan
pidana perpajakan dengan secara rutin dan terencana.
mengusulkan 3 IDLP yang 3. Penyidikan tindak pidana di
selanjutnya akan menjadi bahan bidang perpajakan tahun 2018
pemeriksaan bukti permulaan. difokuskan pada pengguna
3. Menetapkan target P-21 faktur pajak tidak berdasarkan
berdasarkan cluster jumlah transaksi yang sebenarnya,
PPNS, jumlah kelompok, dan penerbit pajak dengan NPWP
anggaran penyidikan. Rata-rata 00.000.000.0-000.000, SPT
jumlah penyidik dalam 1 Lebih Bayar Berisiko Tinggi,
kelompok adalah 5 orang, dan pengembangan kasus
sehingga ditentukan koefisien penyidikan yang ditangani ke
sebesar 0,2 x jumlah penyidik. kawajiban perpajakan PPh dan
4. Menyelenggarakan Diklat PPNS penyidikan TPPU.
tahun 2017 untuk 484 orang 4. Koordinasi dengan Direktorat
pegawai. Intelijen Perpajakan mengenai
rencana pembentukan Satgas
Intelijen untuk mendorong
Rencana aksi yang akan
peningkatan jumlah IDLP yang
dilakukan untuk meningkatkan
dapat dimanfaatkan sebagai

61
bahan pemeriksaan bukti pengembangan cakupan modus
permulaan dan penyidikan. operandi kasus yang disidik dan
5. Asistensi dan supervisi ke perluasan ruang lingkup wilayah
Kanwil DJP dalam rangka (locus) penyidikan.

Sasaran Strategis 11: Peningkatan efektivitas penagihan

13 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


11a-N Persentase pencairan piutang pajak 35,00% 65,78% 120,00

11b-N Jumlah usulan penyanderaan 66 WP/PP 82 WP/PP 120,00

11a-N Persentase pencairan piutang pajak

Persentase Pencairan Piutang Pajak merupakan indikator kinerja untuk


mengukur penerimaan perpajakan melalui pencairan terhadap utang pajak
berdasarkan persentase saldo piutang outstanding melalui tindakan penagihan
sebagaimana diatur di dalam UU penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019, Target IKU Jumlah pencairan piutang
pajak ditetapkan adalah sebagai berikut:

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 30% 30% 35% 35% 40%

Persentase target tersebut berdasarkan piutang outstanding. Piutang oustanding


adalah saldo awal piutang ditambah piutang tahun berjalan dikurangi dengan
penyisihan piutang.

Realisasi IKU Jumlah pencairan piutang pajak


Tahun 2017
65,78
70
60 49,67 50,26
50
35
40
25
30
18,02 15
20
5
10
0
Q1 Q2 Q3 Q4

Target Realisasi

62
Perkembangan capaian realisasi IKU Jumlah pencairan
piutang pajak
140
120
120 111,8

100
77,63 75,75
80

60

40

20

0
2014 2015 2016 2017

Capaian IKU

Pada tahun 2017, realisasi IKU Pencairan piutang pajak


IKU Jumlah pencairan piutang pajak tertuang dalam Rencana Strategis
sebesar Rp24,07 triliun sedangkan Kementerian Keuangan Tahun
target 35% dari piutang outstanding 2015-2019 sebagai salah satu
adalah sebesar Rp 12,808 triliun Sasaran Program/Sasaran Kegiatan
sehingga capaian IKU Jumlah yaitu Persentase pencairan piutang
pencairan piutang pajak adalah pajak. Target persentase pencairan
sebesar 65,78%. piutang pajak telah ditetapkan untuk
tahun 2015 sebesar 30%, tahun
2016 sebesar 30%, tahun 2017
Indikator Kinerja Utama (IKU)
sebesar 35%, tahun 2018 sebesar
Jumlah pencairan piutang pajak
35%, dan tahun 2019 sebesar 40%
bertujuan untuk meningkatkan
masing-masing diperhitungkan dari
kepercayaan stakeholder dan
piutang outstanding. Realisasi
kepatuhan wajib pajak agar dapat
pencairan piutang pajak pada tahun
menunjang tingkat pendapatan yang
2017 mencapai Rp24.07 triliun dari
optimal dan mengamankan
piutang outstanding sebesar
pendapatan negara melalui
Rp36,59 triliun atau 65,78% lebih
peningkatan pencairan piutang
besar dari target yang telah
pajak.
ditetapkan sebesar 35%. Jumlah
pencairan piutang pajak tersebut
turut menyumbang pencapaian

63
penerimaan extra effort keseluruhan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

11b-N Jumlah usulan penyanderaan

Penyanderaan merupakan salah satu tindakan penagihan pajak. Penyanderaan


dilaksanakan terhadap penangung pajak yang memenuhi syarat kualitatif yaitu tidak
beritikad baik dan syarat kuantitatif yaitu memiliki utang pajak sekurang-kurangnya
Rp100 juta. Usulan penyanderaan adalah usulan penyanderaan Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak yang dikirimkan oleh Kantor Pelayanan Pajak, diterima lengkap di
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan dan telah dikirimkan ke Kementerian
Keuangan.
Realisasi IKU Jumlah usulan penyanderaan
No Keterangan Jumlah
1 Target 66 WP/PP
2 Realisasi 82 WP/PP
3 Capaian 120,00

Jumlah usulan penyanderaan WP/PP


90 82
80 75

70

60

50
38
40

30

20

10

0
2015 2016 2017

Indikator Kinerja Utama (IKU) diproses dan disampaikan ke


usulan penyanderaan bertujuan Menteri Keuangan dalam rangka
untuk memastikan bahwa usulan menimbulkan efek jera dan
penyanderaan terhadap wajib menunjang pencairan piutang pajak
pajak/penanggung pajak sudah yang optimal.

64
penyanderaan telah dilakukan
Pada tahun 2017, usulan beberapa upaya yaitu:
penyanderaan ditetapkan sebesar a. permintaan bantuan data Bank
66 usulan penyanderaan Wajib Pengelola Rekening Wajib
Pajak/Penanggung Pajak. Target Pajak/Penanggung Pajak
tersebut merupakan target tahunan kepada PPATK koordinasi
sehingga diperhitungkan pada ketersediaan data dan informasi
Triwulan IV (Q4). Realisasi sampai antara DJP dan PPATK telah
dengan Q4 adalah 82 usulan berlangsung pada tahun 2015
penyanderaan Wajib yang dilaksanakan berdasarkan
Pajak/Penanggung Pajak yang telah pada Keputusan Menteri
terbit Surat Ijin Menteri Keuangan. Keuangan Nomor
488/KM.1/2015 tentang
IKU Jumlah usulan Pembentukan Tim Satuan
penyanderaan termasuk dalam Tugas Penanganan Data
Sasaran Strategis DJP yaitu dan/atau Informasi dalam
Peningkatan efektifitas penagihan. rangka Optimalisasi Penegakan
Penyanderaan merupakan salah Hukum di Bidang Penagihan
satu tindakan penagihan aktif Pajak. Permintaan data Bank
berupa pengekangan sementara Pengelola Rekening Wajib
waktu terhadap wajib pajak atau Pajak/Penanggung Pajak
penanggung pajak dalam rangka kepada PPATK bertujuan untuk
penagihan utang pajak. Pada tahun memperoleh informasi bank
2017, target usulan penyanderaan pengelola rekening simpanan
ditetapkan sebanyak 66 usulan wajib pajak atau penanggung
penyanderaan wajib pajak atau pajak yang dimanfaatkan untuk
penanggung pajak. Sedangkan keperluan pemblokiran rekening
realisasinya adalah sebanyak 82 wajib pajak atau penanggung
usulan penyanderaan wajib pajak pajak.
atau penanggung pajak. Dengan b. penyampaian himbauan kepada
demikian, capaian IKU jumlah WP oleh Kantor Pelayanan
usulan penyanderaan pada tahun Pajak untuk mengikuti Amnesti
2017 mencapai 126,12%. Pajak sesuai dengan INS-
05/PJ/2016 sesuai dengan
Untuk mencapai IKU DIKTUM KESATU INS-
pencairan piutang pajak dan usulan 05/PJ/2016, WP yang masih

65
memiliki utang pajak dihimbau Hukum Umum (Ditjen AHU)
untuk memanfaatkan Program Online dalam rangka
Amnesti Pajak. Dengan Mendukung Penerimaan
mengikuti program tersebut, Negara Nomor KEP-
Wajib Pajak diwajibkan 216/PJ/2014 dan AHU.TI.01.04-
melunasi pokok utang pajak dan 2 TAHUN 2014. Aplikasi AHU
memperoleh manfaat berupa online-DJP merupakan salah
penghapusan sanksi satu bentuk hasil kerja sama
administrasi. antara Direktorat Jenderal

c. akses AHU online-DJP untuk Administrasi Hukum Umum

memvalidasi susunan pengurus dengan DJP. Melalui aplikasi

yang menjadi penanggung tersebut, Jurusita Pajak dapat

pajak pertukaran data dan memvalidasi struktur pengurus

informasi antara DJP dan Ditjen dengan melihat akta pendirian

Administrasi Hukum Umum terakhir sehingga dapat

(AHU) dilaksanakan menentukan kedudukan

berdasarkan pasal 35A ayat (1) penanggung pajak yang dapat

Undang-Undang Nomor 16 dilakukan tindakan penagihan

tahun 2009 tentang Ketentuan aktif.

umum dan Tata Cara d. kerjasama dengan pihak


Perpajakan. Berdasarkan Kepolisian terkait
ketentuan tersebut instansi lain pendampingan penyanderaan
berkewajiban untuk dalam melaksanakan
memberikan informasi terkait penyanderaan maupun tindakan
dengan perpajakan kepada penagihan lainnya. Bentuk
DJP. Pertukaran data dan bantuan yang diberikan
informasi antara DJP dan Ditjen Kepolisian kepada DJP dalam
AHU juga didasari oleh pelaksanaan tindakan
Kesepakatan Bersama antara penagihan adalah sebagai
Direktorat Jenderal Pajak berikut:
Kementerian Keuangan dan 1) memastikan keberadaan
Direktorat Jenderal Administrasi penanggung pajak yang
Hukum Umum Kementerian akan disandera;
Hukum dan Hak Asasi Manusia 2) pendampingan
tentang Pemanfaatan Database pelaksanaan penyanderaan
Direktorat Jenderal Administrasi penanggung pajak;

66
3) pengamanan dalam memberikan kuasa kepada
melaksanakan tindakan bank untuk memberitahukan
penagihan pajak. saldo harta kekayaan
e. kerjasama dengan Direktorat penanggung pajak yang telah
Jenderal Pemasyarakatan dilakukan pemblokiran,
terkait penyediaan tempat Direktorat Jenderal Pajak dapat
penyanderaan dalam mengajukan permohonan
pelaksanaan penyanderaan kepada Otoritas Jasa Keuangan
Direktorat Jenderal Pajak melalui Menteri Keuangan untuk
berkoordinasi dengan Direktorat menerbitkan perintah kepada
Jenderal Pemasyarakatan bank untuk memberitahukan
dalam hal penyediaan tempat saldo harta kekayaan
penyanderaan. Penanggung penanggung pajak yang telah
Pajak yang disandera dititipkan diblokir kepada Direktorat
di Rumah Tahanan/ Lembaga Jenderal Pajak.
Pemasyarakatan di lingkungan g. pelaksanaan asset dan debtor
Direktorat Jenderal tracing pemanfaatan unit
Pemasyarakatan sesuai dengan intelijen internal Direktorat
Keputusan Bersama Menteri Jenderal Pajak dalam rangka
Keuangan dan Menteri mencari keberadaan baik wajib
Kehakiman dan Hak Asasi pajak, penanggung pajak
Manusia Nomor maupun harta kekayaan wajib
294/KMK.03/2003, M- pajak atau penanggung pajak
02.UM.09.01 Tahun 2003 yang dapat dilakukan tindakan
tentang Tata Cara Penitipan penagihan pajak.
Penanggung Pajak yang h. pelaksanaan program
Disandera di Rumah Tahanan inventarisasi dan penilaian
Negara dalam rangka saldo pelaksanaan program
Penagihan Pajak dengan Surat inventarisasi dan penilaian
Paksa. saldo atas semua dokumen
f. koordinasi dengan Otoritas Jasa sumber piutang pajak,
Keuangan terkait proses izin memutakhirkan saldo piutang
pemberitahuan saldo sesuai pajak, serta memastikan bahwa
dengan ketentuan Peraturan penilaian piutang pajak telah
Direktur Jenderal Pajak Nomor dilaksanakan sesuai dengan
PER-24/PJ/2014, dalam hal ketentuan, program ini
penanggung pajak tidak

67
dilaksanakan sampai dengan 31
Desember 2017.

Sasaran Strategis 12: Pengendalian mutu yang optimal

12 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


12a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP 75,00% 78,08% 104,11
dan LKBUN yang telah ditindaklanjuti

12a-CP Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN yang telah
ditindaklanjuti

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara memberi mandat kepada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) untuk melakukan pemeriksaan keuangan
negara. Hasil pemeriksaan BPK RI berupa laporan hasil pemeriksaan menguraikan
adanya kelemahan dalam pengelolaan keuangan negara yang diuraikan dalam
temuan pemeriksaan serta rekomendasi yang merupakan saran perbaikan kepada
orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan perbaikan.

Pemerintah melaksanakan timeframe yang ditetapkan


rekomendasi atas Temuan pemerintah dengan menggunakan
Pemeriksaan BPK (selanjutnya dua kriteria, yaitu:
disebut Temuan) untuk memperbaiki a. rekomendasi yang
kelemahan dalam pengelolaan ditindaklanjuti merupakan
keuangan negara. Temuan pada rekomendasi yang diusulkan
Laporan Keuangan Pemerintah sesuai kepada BPK. Status
Pusat (selanjutnya disebut LKPP) rekomendasi BPK yang
dan Laporan Keuangan Bendahara diusulkan selesai, ditetapkan
Umum Negara (selanjutnya disebut pada forum pembahasan
LK BUN) ditindaklanjuti oleh setiap bersama DJPB, Itjen, unit
Kementerian atau Lembaga dan eselon I terkait, dan Auditor
Pengguna Anggaran BUN. BPK.
Pengukuran penyelesaian b. rekomendasi yang diselesaikan
rekomendasi adalah temuan yang merupakan rekomendasi yang
telah selesai ditindaklanjuti terhadap dinyatakan sesuai oleh BPK
temuan/rekomendasi BPK dan tercantum dalam Laporan
sebagaimana action plan dengan Hasil Pemeriksaan (LHP).

68
akuntabilitas dan transparansi
Pemerintah, dalam hal ini pertanggungjawaban keuangan
Direktorat Jenderal Pajak, dalam negara, memetakan dampak dari
upaya meningkatkan kinerja tidak kelemahan pengelolaan keuangan
dapat mengabaikan kelemahan negara yang berdampak kepada
dalam pengelolaan keuangan pencapaian tujuan organisasi serta
negara sehingga diperlukan memastikan bahwa orang dan/atau
pengendalian mutu yang optimal. badan yang menjadi objek
Yang menjadi Sasaran Strategis pemeriksaan keuangan negara telah
Direktorat Jenderal Pajak tahun melakukan perbaikan sehingga
2017 adalah Pengendalian Mutu meningkatkan kinerja organisasi.
yang Optimal. Sasaran strategis ini Capaian atas Indikator Kinerja
diukur dengan menggunakan satu Utama Persentase Rekomendasi
indikator yaitu Indikator Kinerja BPK atas LKPP dan LKBUN yang
Utama Persentase Rekomendasi Telah Ditindaklanjuti pada tahun
BPK atas LKPP dan LKBUN yang 2017 disajikan dalam tabel berikut:
Telah Ditindaklanjuti. Indikator ini
bertujuan untuk menjamin

Realisasi IKU Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN yang Telah
Ditindaklanjuti
No Keterangan Jumlah
1 Target 75,00%
2 Realisasi 78,08%
3 Capaian 104,11

Pengukuran indikator ini (LHPTL) BPK tahun 2016, serta


dilakukan dengan cara hasil perhitungan rekomendasi
menentukan persentase dari nilai yang diusulkan sesuai pada
rata-rata hasil perhitungan saldo semester II tahun 2017 atas
rekomendasi LHP LKPP LK BUN akumulasi dari seluruh
yang dinyatakan sesuai oleh BPK rekomendasi yang masih
atas rekomendasi yang masih berstatus belum sesuai
belum sesuai rekomendasi yang berdasarkan LHPTL BPK tahun
tercantum dalam Laporan Hasil 2016 dan rekomendasi baru
Pemantauan Tindak Lanjut dalam Laporan Hasil

69
Pemeriksaan BPK tahun 2017 penghitungan capaian IKU ini
(Tahun Anggaran 2016). Formula adalah sebagai berikut:

Penjelasan variabel formula LHP LKPP 2017


perhitungan: e = Jumlah rekomendasi BPK
a = Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut
dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan
dalam Hasil Pemeriksaan BUN tahun 2016" yang
LKPP tahun 2016" yang dinyatakan selesai
dinyatakan selesai. f = Jumlah outstanding
b = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam
rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam
"LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan BUN
Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2016"
tahun 2016" g = Jumlah rekomendasi BPK
c = Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP BUN yang
dalam LHP LKPP yang diusulkan selesai dalam
diusulkan selesai dalam tahun 2017
tahun 2017 h = Jumlah outstanding
d = Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam
rekomendasi BPK dalam LHP BUN 2017

Data realisasi tindak lanjut rekomendasi temuan pemeriksaan BPK RI atas


LKPP dan LK BUN 2017, disajikan dalam tabel berikut:
LHP LKPP s.d. Semester II Tahun 2017
Jumlah Jumlah
Rekomendasi Jumlah Rekomendasi
Rekomendasi Rekomendasi
Selesai dalam dalam LHPTL LKPP Persentase
Diusulkan Selesai dalam LHP LKPP
LHPTL LKPP 2016 2016
Tahun 2017 2017
45 45 10 11 95,45%

Sejak tahun 2016 DJP tidak memisahkan hasil pemeriksaan


lagi menerima rekomendasi BPK BUN atas DJP untuk dimasukkan
dalam LHP LK BUN karena BPK ke dalam laporan tersendiri.

70
LHP LK BUN s.d. Semester II Tahun 2017
Jumlah Jumlah
Rekomendasi Jumlah Rekomendasi
Rekomendasi Rekomendasi
Selesai dalam dalam LHPTL LKBUN Persentase
Diusulkan Selesai dalam LHP LKBUN
LHPTL LKBUN 2016 2016
Tahun 2017 2017
3 14 11 0 60,71%

Target IKU tahun 2017 naik 104,11%. Meskipun atas target


sebesar 65% dibandingkan tahun tersebut IKU DJP tercapai, nilai
2016 dari 46% menjadi 75%. capaian tahun 2017 menunjukkan
Berdasarkan angka tindak lanjut terdapat penurunan dibandingkan
atas rekomendasi dan formula dengan capaian pada tahun
penghitungan capaian indikator 2016. Detil perbandingan capaian
dihasilkan realisasi sebesar IKU tahun 2016 dan 2017
78,08% dengan capaian disajikan dalam tabel berikut.

Tahun Target Realisasi Capaian


2016 49,00% 57,65% 117,64%
2017 75,00% 78,08% 104,11%

Adapun hal-hal yang rekomendasi BPK atas LKPP dan


mendukung tercapainya target LK BUN adalah tindak lanjut
IKU ini adalah adanya kesadaran beberapa rekomendasi BPK
dari unit terkait bahwa tindak memerlukan upaya yang cukup
lanjut atas rekomendasi BPK atas komprehensif. DJP harus
LKPP dan LK BUN bersifat berkoordinasi tidak hanya antar
penting bagi DJP karena dapat instansi di jajaran Direktorat
mempengaruhi opini BPK Jenderal Pajak (KPDJP serta unit
terhadap Laporan Keuangan vertikal di seluruh wilayah
Pemerintah dan Kementerian Indonesia) tetapi juga pihak lain
Keuangan, sehingga unit terkait di luar Direktorat Jenderal Pajak
yang menjadi sample auditee dan di luar Kementerian
segera menindaklanjuti Keuangan. Koordinasi tersebut
rekomendasi BPK. dilakukan dalam rangka
perbaikan aspek peraturan,
Hal yang menjadi kendala sistem maupun proses bisnis di
DJP dalam menindaklanjuti DJP agar dapat menunjang

71
kinerja di tatanan operasional menginstruksikan untuk
yang bertujuan pada tercapainya menenerbitkan ketetapan.
target penerimaan pajak, 3. Memberikan pembinaan sesuai
sehingga tujuan dari pemeriksaan ketentuan.
auditor eksternal yaitu perbaikan 4. Melakukan kajian dan
dan nilai tambah DJP dapat penyempurnaan aturan.
terwujud. Upaya secara 5. Melakukan kajian dan
komprehensif tersebut penyempurnaan sistem.
membutuhkan waktu yang cukup 6. Melakukan monitoring tindak
lama (lebih dari setahun) lanjut unit kerja yang menjadi
sehingga waktu penuntasan objek pemeriksaan dan
menjadi lebih lama. pemantauan terhadap
penyelesaian rekomendasi.
Tindakan yang telah
dilaksanakan untuk mendukung Untuk meningkatkan
tercapainya IKU ini adalah: pencapaian target IKU ini pada
1. Melaksanakan koordinasi tahun 2018 telah dipersiapkan
dalam bentuk rapat maupun rekomendasi rencana aksi antara
surat tugas koordinasi lain yaitu:
dengan pihak terkait seperti 1. Penyelesaian yang komprehensif;
Direktorat terkait, KPP, 2. Membangun sistem informasi yang
Kanwil DJP, Direktorat memadai; dan
Jenderal Perbendaharaan, 3. Berkoordinasi dengan pihak
Kementerian ESDM, dsb. internal dan eksternal DJP.
2. Melakukan penelitian dan

Sasaran Strategis 13: Peningkatan kehandalan data

13 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


13a-N Persentase data eksternal teridentifikasi 40,00% 63,55% 120,00

13a-N Persentase data eksternal teridentifikasi

Dalam struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak terdapat satu unit pelaksana
teknis yang memiliki tugas sebagai unit pengolah data dari pihak ketiga yaitu Kantor
Pengolahan Data Eksternal (KPDE). KPDE bertugas untuk menghasilkan produk
berupa data eksternal yang siap untuk diolah lebih lanjut oleh unit kerja lainnya di
Direktorat Jenderal Pajak sebagai bahan penggalian potensi perpajakan. Untuk

72
mempersiapkan data eksternal yang handal, maka data eksternal harus diidentifikasi
subjeknya terlebih dahulu.

Data Eksternal Teridentifikasi persentase capaian data


adalah data subjek pajak yang dapat teridentifikasi pada tahun 2017
diyakini kebenaran identitasnya adalah sebesar 158,87%, atau
sesuai dengan masterfile wajib persentase tersebut meningkat
pajak atau data referensi yang sebesar 13,95% dari capaian tahun
dimiliki Direktorat Jenderal Pajak, 2016.
sehingga atas subjek pajak tersebut
dapat dilakukan tindakan Peningkatan jumlah data yang
pengawasan lebih lanjut baik dalam teridentifikasi ini sejalan dengan
bentuk intensifikasi dan/atau arah kebijakan dan strategi
ekstensifikasi perpajakan. Identitas pemerintahan Jokowi-JK pada tahun
yang wajib untuk diperoleh 2015-2019 dalam rangka
kepastiannya adalah NPWP mendukung Sembilan Agenda
dan/atau NIK (khusus untuk Subjek Prioritas Pembangunan (Nawa Cita)
Pajak Orang Pribadi) dan/atau nama yang terkait dengan DJP yaitu
kantor pelayanan pajak yang peningkatan akses kepada data
bertanggung jawab untuk pihak ketiga, dalam mendukung
melakukan upaya pengawasan upaya optimalisasi penerimaan
kepatuhan. Sedangkan data negara dan reformasi administrasi
eksternal prioritas adalah data perpajakan. Hal ini dapat dilihat
eksternal yang ditetapkan sebagai dengan dimasukkannya
prioritas dalam rangka peningkatan penghimpunan data dari pihak
pengawasan kepatuhan pemenuhan ketiga ke dalam Inisiatif Strategis
kewajiban perpajakan yang Direktorat Jenderal Pajak Nomor 15
dilakukan oleh masyarakat, baik (Secara sistematis melibatkan pihak
dalam bentuk intensifikasi dan/atau ketiga untuk data, penegakan
ekstensifikasi perpajakan. hukum, dan penjangkauan wajib
pajak).
Pada Tahun 2017 Direktorat
Jenderal Pajak berhasil mencapai Di dalam inisiatif strategis ini
target kinerja persentase data terdapat beberapa tindakan yang
eksternal prioritas teridentifikasi dilaksanakan dalam rangka
dengan realisasi sebesar 63,55% mencapai target identifikasi data
dari target sebesar 40% sehingga eksternal yaitu:

73
a. Melakukan penghimpunan data diantaranya adalah banyak data dari
dan informasi sesuai dengan ILAP yang telah disertai dengan
kamus data dari Instansi, data Nomor Pokok Wajib Pajak
Lembaga, Asosiasi, dan Pihak (NPWP) dan data Nomor Induk
Lain (ILAP) bersadasrkan PP Kependudukan (NIK) serta proses
Nomor 31 tahun 2012. matching yang ditunjang oleh
b. Melakukan normalisasi, sarana pendukung pengolahan data
perekaman data ILAP serta yang berupa server, aplikasi
matching data ILAP (data non Pentaho dan aplikasi Data Quality
keuangan). Services (DQS). Meskipun hingga
c. Melakukan perbaikan atau saat ini aplikasi Data Quality
penyempurnaan aplikasi Services (DQS) tersebut belum
matching data (DQS / Data berjalan secara maksimal, namun
Quality Service). perbaikan atau penyempurnaan
d. Melaksanakan PMK Nomor secara berkala terus dilakukan untuk
16/PMK.03/2013 jo PMK memaksimalkan kemampuan dari
Nomor 79/PMK.03/2013 jo aplikasi tersebut.
PMK Nomor 95/PMK.03/2013
jo PMK Nomor Sementara itu tantangan yang
132/PMK.03/2013 jo PMK dihadapi dalam proses pencapaian
Nomor 191/PMK.03/2014 jo IKU ini antara lain:
PMK Nomor 39/PMK.03/2016 a. Data yang diterima dari ILAP
jo PMK Nomor tidak sepenuhnya sesuai
228/PMK.03/2017 tentang dengan kamus data.
rincian jenis data dan informasi b. Terdapat data yang diterima
serta tata cara penyampaian yang perlu dinormalisasi
data dan informasi yang terlebih dahulu sebelum diolah
berkaitan dengan perpajakan. lebih lanjut sehingga
e. Melaksanakan PMK Nomor memperlambat proses
39/PMK.03/2017 mengenai pengolahan data.
tata cara pertukaran informasi
berdasarkan perjanjian Adapun rencana aksi yang
internasional. akan dilakukan untuk meningkatkan
pencapaian IKU untuk tahun 2018
Meningkatnya persentase data antara lain:
eksternal teridentifikasi pada tahun a. Melakukan optimalisasi sarana
2017 disebabkan oleh beberapa hal, pendukung yang berupa server

74
dan aplikasi Data Quality pengiriman data dari ILAP agar
Services (DQS). sesuai dengan kamus data.
b. Melakukan koordinasi dengan
ILAP dan pihak terkait dalam

Learning and Growth Perspective

Sasaran Strategis 14: SDM yang kompetitif

14 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


14a-CP Persentase pejabat yang telah 90,00% 92,16% 102,40
memenuhi standar kompetensi jabatan

14a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

Sasaran Strategis SDM yang kompetitif diukur dengan menggunakan 1 (satu)


Indikator Kinerja Utama yaitu IKU Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan.

IKU ini bertujuan Kompetensi Jabatan (SKJ). Standar


menyempurnakan sistem Kompetensi Jabatan adalah
penempatan pegawai berdasarkan persyaratan perilaku, pengetahuan
kompetensi dan tersedianya pejabat dan keterampilan yang harus ada
yang memiliki kompetensi sesuai dalam suatu posisi jabatan untuk
jabatannya guna menunjang memastikan tugas-tugas jabatan
terwujudnya sistem manajemen tersebut dapat dilaksanakan dengan
SDM berbasis kinerja dan baik.
kompetensi.
Mengacu pada Surat Edaran
Pengukuran indikator ini Menteri Keuangan Nomor SE-
adalah dengan cara 109/MK.1/2010 tentang
membandingkan jumlah pegawai pemanfaatan Assessment Center di
yang memiliki Job Person Match lingkungan Kementerian Keuangan,
(JPM) ≥ 72 % dengan jumlah JPM merupakan salah satu
pegawai yang telah di-assess. JPM pertimbangan dalam perencanaan
merupakan kesesuaian antara level karir dan mutasi jabatan dengan
kompetensi yang diperoleh dari JPM yang dipersyaratkan minimum
Assessment Center dengan Standar 72%. Tujuan yang ingin dicapai

75
adalah penyempurnaan sistem dengan mempersiapkan kamus
penempatan pegawai berdasarkan kompetensi, Standar Kompetensi
kompetensi dan ketersediaan Jabatan, metode & tools
pejabat yang memiliki kompetensi pelaksanaan Assessment Center,
sesuai jabatannya guna menunjang associate assessor, serta
sistem manajemen SDM berbasis melaksanakan Assessment Center
kinerja dan kompetensi. bagi seluruh pegawai.

Berdasarkan KMK Nomor Periode pelaporan IKU ini


130/KMK.01/2013 tentang Penataan adalah semesteran. Sampai dengan
Pegawai di Lingkungan Kementerian Triwulan IV Tahun 2017, jumlah
Keuangan bahwa pemetaan Pejabat (Eselon II, III dan IV) di
pegawai dilakukan melalui Lingkungan DJP adalah 5064 orang.
pengukuran kompetensi/ potensi Jumlah pejabat eselon yang telah
dan penilaian kinerja. Konsekuensi mengikuti kegiatan Assessment
yang dihadapi DJP adalah harus Center adalah 4794 orang. Pejabat
menjamin kompetensi yang yang telah mencapai JPM minimal
digunakan sebagai dasar pemetaan 72% sebanyak 4418 orang,
pegawai adalah data yang valid dan sedangkan pejabat yang belum
merepresentasikan sesuai dengan mencapai JPM 72%, adalah 376
kondisi yang sebenarnya. Sehingga orang dari 4794 pejabat yang telah
perlu menjamin kualitas mengikuti Assessment Center.
pelaksanaan assessment center

Tabel Pelaksanaan Assessment Center di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak


Pejabat yang Pejabat
Pejabat Pejabat yang
Jumlah telah yang Persentase
Eselon yang JPM Belum AC di
Pejabat mengikuti JPM (%)
< 72% Eselonnya
assessment ≥ 72 %
II 53 53 46 7 1 86.79%
III 586 586 520 66 68 88.74%
IV 4425 4155 3852 303 270 92.71%
Jumlah 5,064 4,794 4,418 376 339 92.16%

Penyebab adanya pejabat a. faktor individual : assesse


yang belum memenuhi ketentuan dalam keadaan sakit atau
JPM minimal 72% diantaranya kekhawatiran menghadapi
adalah : Assessment Center, assesse

76
masih memiliki kelemahan pada untuk jabatan baru dan/atau
kompetensi tertentu, dan usia; jabatan yang mengalami
b. kualifikasi assessor dalam perubahan;
menggali kompetensi assesse; d. penyusunan dan reviu alat ukur
c. masih ada pejabat yang tidak Assessment Center, untuk
memenuhi Standar Kompetensi menjamin validitas tools yang
Jabatan yang ditetapkan untuk digunakan dalam pengukuran;
setiap jabatan dan eselonnya, e. melakukan koordinasi dengan
karena penempatan jabatan Biro SDM Kementerian
tidak sesuai dengan kompetensi Keuangan dalam rangka
yang dimilikinya; penyampaian Laporan Hasil
d. kurang tepat dalam menentukan Assessment Center (LHAC)
Standar Kompetensi Jabatan Pejabat Eselon II dan III
pada jabatan tertentu; sebagai dasar penyusunan
e. alat ukur yang digunakan masih Laporan Individual Assessment
memiliki celah dalam Center (LIAC);
penggalian kompetensi untuk f. melakukan evaluasi assessor
pelaksanaan. untuk dapat memilih dan
menggunakan assesssor yang
kompeten dalam menggali
Tindakan yang telah
kompetensi sampai memiliki
dilaksanakan untuk mendukung
kualitas laporan yang sesuai
tercapainya IKU ini adalah :
diharapkan;
a. mengadakan pelatihan berbasis
g. mengadakan assessor meeting
kompetensi untuk
untuk menyamakan persepsi
mengembangkan kapasitas
assessor dan memiliki standar
pejabat, misalnya pelatihan
menilai yang sama;
Leadership Development
h. Re-Assessment Center bagi
Program (LDP) bagi pejabat
pejabat yang nilainya dibawah
eselon II dan III;
JPM dan Pejabat yang memiliki
b. pelatihan LDP berbasis
hasil Assessment yang sudah
kompetensi bagi Pejabat Eselon
kadaluwarsa;
IV di setiap Kantor Wilayah
i. penyampaian hasil Assessment
DJP;
Center melalui SIKKA, sehingga
c. reviu Standar Kompetensi
tiap pegawai mengetahui profil
Jabatan untuk menyesuaikan
kompetensinya;
jenis dan level kompetensi

77
j. melaksanakan monitoring dan b. melaksanakan Assessment Center
evaluasi tentang pelaksanaan bagi pejabat eselon IV yang belum
Assessment Center untuk memiliki hasil Assessment Center;
mendapatkan saran dan c. Re-Assessment Center bagi
masukan dari unit terkait pejabat eselon II , III dan IV yang
pelaksanaan Assessment memiliki nilai di bawah 72%;
Center. d. melakukan seleksi assessor;
e. melakukan pengembangan modul
Untuk mempertahankan penyampaian hasil Assessment
keberhasilan pencapaian target IKU Center melalui SIKKA yang
ini pada tahun 2017 telah rencananya akan dilengkapi
dipersiapkan rekomendasi rencana dengan form Individual
aksi antara lain : Development Plan;
a. pelaksanaan reviu terhadap f. mengadakan pelatihan Leadership
Kamus Kompetensi, Standar Development Program (LDP);
Kompetensi Jabatan, serta metode g. mengadakan monitoring dan
dan tools; evaluasi terkait pelaksanaan
Assessment Center.

Pejabat yang telah memenuhi Standar Kompetensi


Jabatan
93,00% 92,16%
92,00%
91,00%
90,00% 89,26%
89,00%
88,00%
87,00% 86,03%
86,00%
85,00%
84,00%
83,00%
82,00%
2015 2016 2017

78
Sasaran Strategis 15: Organisasi yang kondusif

16 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


15a-CP Persentase Implementasi IS Program RBTK 90% 96% 106,67
15b-CP Indeks tata kelola organisasi 74 81,15 109,66

15a-CP - Persentase Implementasi IS Program RBTK

Organisasi yang dinamis adalah organisasi yang mampu senantiasa beradaptasi


dan berubah ke arah yang lebih baik. Ketidakpastian lingkungan akibat perkembangan
zaman menuntut pengendalian mutu yang optimal terhadap aktivitas organisasi.
Continuous improvement akan mewujudkan penyempurnaan standar baku
pelaksanaan tugas dan fungsi yang fit-for-purpose, sehingga mampu mendukung
terciptanya kinerja organisasi secara efektif dan efisien. Perbaikan internal organisasi
Kementerian Keuangan diwujudkan melalui Program Reformasi Birokrasi dan
Transformasi Kelembagaan (RBTK) yang di dalamnya berisi berbagai inisiatif strategis
Kementerian Keuangan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan
nomor 974/KMK.01/2016 tanggal 30 Desember 2016 tentang Implementasi Inisiatif
Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian
Keuangan. Dalam program ini, Direktorat Jenderal Pajak bertindak selaku pengelola
(initiative champion) untuk 2 (dua) Inisiatif Stategis Tema Penerimaan, antara lain:
1. Pengamanan Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah (Inisiatif Strategis #5);
dan
2. Modernisasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak untuk Optimalisasi
Penerimaan Pajak (Inisiatif Strategis #6).

Pada tahun 2017, IKU tersebut besar capaian implementasi inisiatif


mengukur pelaksanaan strategis, maka diharapkan
implementasi inisiatif strategis perbaikan internal organisasi
sesuai perencanaan pengembangan semakin baik dan fit-for-purpose.
(work breakdown structure) dengan Persentase implementasi Inisiatif
constraint waktu dari awal sampai Strategis Program Reformasi
dengan akhir tahun berjalan. Birokrasi dan Transformasi
Kelembagaan dilaporkan setiap
Target IKU tahun 2017 semester pada tahun 2017 dengan
ditetapkan sebesar 90% dengan jenis konsolidasi periode take last
menggunakan polarisasi data known value (realisasi yang
maximize, yang mana semakin

79
digunakan adalah angka periode a. pengembangan aplikasi e-
terakhir). form 1770 dan 1770S telah
selesai;
Realisasi tahun 2017 adalah b. pengembangan aplikasi e-
sebesar 96% yang mencerminkan form 1771 telah selesai
bahwa sebagian besar milestone tahap UAT;
pada Inisiatif Strategis 5 dan 6 c. piloting aplikasi e-bupot PPh
Program Reformasi Birokrasi dan Pasal 23/26 telah
Transformasi Kelembagaan dapat dilaksanakan;
dicapai. d. pengadaan aplikasi KiosK
Pajak telah dilakukan;
Beberapa tindakan yang telah e. piloting Kartin1 (smartcard)
dilaksanakan dalam rangka dengan Pemerintah Daerah
implementasi Inisiatif Strategis Jawa Barat;
Program Reformasi Birokrasi dan 6. Analytical Document Core
Transformasi Kelembagaan, antara Business Process telah selesai
lain: disusun;
1. telah diterbitkan Peraturan 7. sebagian besar pengembangan
Menteri Keuangan nomor enabler integrated system (SPT
112/PMK.07/2017 tanggal 1 DB restructuring, SOA,
Agustus 2017 tentang dashboard, SSOT and self
Perubahan atas Peraturan service BI, predictive analytic
Menteri Keuangan nomor (fraud detection for VAT),
50/PMK.07/2017; network analytic, dan
2. telah disusun Kajian mengenai programming models) telah
Konsep Database Bendahara selesai dilaksanakan;
dan Belanja yang Valid, Akurat, 8. capacity building enablement
dan Terpusat; integrated system telah
3. telah disusun Kajian mengenai dilaksanakan;
Desain SIMDK Pusat dan 9. penyusunan Kajian
Daerah yang Terintegrasi; Pembayaran Pajak dan
4. telah disusun draft Peraturan Penerimaan Negara Lainnya
Menteri Keuangan tentang dengan Kartu Kredit ke
Mekanisme Pemotongan Pajak Rekening Bendahara
di Depan atas Belanja Tertentu; Penerimaan telah selesai; dan
5. pengembangan multichannel e- 10. penyusunan Kajian
Services: Pembayaran Pajak dengan

80
Kartu Kredit ke Rekening Kas Informasi Manajemen Data
Negara pada Bank Persepsi Keuangan;
telah selesai. 4. koordinasi antar unit eselon I
Kementerian Keuangan untuk
Rencana aksi yang akan menyelesaikan penyusunan
dilakukan untuk meningkatkan mekanisme pemotongan pajak
pencapaian IKU tersebut pada tahun di depan atas belanja tertentu;
2018, antara lain: 5. implementasi aplikasi e-form
1. penyelesaian revisi Peraturan 1771;
Menteri Keuangan nomor 6. implementasi aplikasi e-bupot
64/PMK.05/2013 tanggal 15 PPh Pasal 23/26;
Maret 2013 tentang Mekanisme 7. pengembangan aplikasi e-bupot
Pengawasan terhadap PPh Pasal 21/26;
Pemotongan/ Pemungutan dan 8. uji coba implementasi aplikasi
Penyetoran Pajak yang Kiosk Pajak di CS Bank;
Dilakukan oleh Bendahara 9. kerja sama Smartcard Kartin1
Pengeluaran SKPD/ Kuasa dengan Bank (sebagai
BUD; prakondisi pengembangan fitur
2. penyelesaian cleansing data create billing pada aplikasi m-
Bendahara untuk membentuk Pajak);
Database Bendahara dan 10. pengembangan predictive
Belanja yang valid, akurat, dan analytic (objek faktur pajak);
terpusat; 11. implementasi Tax Payer
3. penyusunan SRS/URS sebagai Accounting; dan
dasar pengembangan Sistem 12. penyusunan Bidding Document
Coretax System.

15b-CP – Indeks Tata Kelola Organisasi


Terdapat 2 (dua) komponen yang dipakai dalam mengukur capaian IKU ini. IKU
tesebut adalah Indeks Kesehatan Organisasi dan Hasil Penilaian Itjen. Rincian dari
formula IKU Indeks Tata Kelola Organisasi disampaikan sebagai berikut:
1. Survei internal-bobot 30% (Indeks Kesehatan Organisasi)
2. Penilaian Itjen-bobot 70%
a. Nilai Pembangunan Integritas, berupa hasil survei yang dilakukan oleh
Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Keuangan RI;

81
b. Nilai Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah unit eselon I yang dikeluarkan
oleh Itjen.

Adapun perhitungan capaian IKU disajikan sebagai berikut.


Keterangan Realisasi Bobot Nilai
Survei Internal 70,00 30% 21,00
Indeks Kesehatan Organisasi 70,00
Nilai Eksternal 85,93 70% 60,15
Nilai pembangunan integritas 80,07
Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja 91,78
Instansi Pemerintah (SAKIP)
Realisasi IKU 81,15

Indeks Kesehatan Organisasi


Organisasi Direktorat Jenderal Pajak yang sehat dan berkinerja tinggi dapat
diwujudkan dengan melakukan evaluasi sekaligus monitoring atas perkembangan
kondisi kesehatan organisasi DJP dari waktu ke waktu agar segala permasalahan yang
muncul dapat didiagnosis secara cepat. Survei kesehatan organisasi DJP merupakan
salah satu alat ukur yang objektif untuk mengetahui praktik-praktik kesehatan organisasi
yang telah diterapkan di Kementerian Keuangan. Hasil dari survei tersebut akan
menjadi bahan masukan bagi kebijakan-kebijakan Kementerian Keuangan di bidang
organisasi.

Menurut Keller dan Price (2011) programnya dengan sempurna;


Kesehatan Organisasi adalah dan
kemampuan organisasi untuk: 3. memperbaharui diri, yaitu secara
1. melakukan penyelarasan internal, efektif memahami, berinteraksi,
yaitu memiliki tujuan bersama membentuk dan beradaptasi
yang didukung oleh budaya dan dengan lingkungan eksternalnya.
iklim kerja serta memiliki arti yang
mendalam bagi para pegawainya; Kesehatan organisasi dapat
2. mengeksekusi strategi, yaitu dikelompokkan ke dalam 3 (tiga)
memiliki kemampuan, proses kluster, 9 (sembilan) dimensi, dan 37
manajemen dan motivasi yang (tiga puluh tujuh) indikator praktik
baik untuk melaksanakan kesehatan organisasi. Indikator

82
praktik kesehatan organisasi adalah
sebagai berikut.

Cluster

Keselarasan Internal Kualitas Pelaksanaan Kapasitas Pembaharuan

Organisasi yang sehat Organisasi yang sehat Organisasi yang sehat


memiliki tujuan bersama memiliki kemampuan, secara efektif
yang didukung oleh manajemen proses, dan memahami, berinteraksi
budaya dan iklim kerjanya motivasi yang baik untuk dengan, membentuk,
serta memiliki arti yang kesempurnaan dan beradaptasi dengan
mendalam bagi para pelaksanaan programnya situasi dan lingkungan
pegawainya eksternalnya
Dimensi

1. Arahan 1. Akuntabilitas 1. Orientasi eksternal


2. Kepemimpinan 2. Koordinasi dan 2. Kepemimpinan
3. Budaya dan iklim kerja pengendalian 3. Inovasi dan
3. Kepemimpinan pembelajaran
4. Kapabilitas
5. Motivasi

83
Hasil survei kesehatan DJP secara keseluruhan adalah 70.
organisasi tahun 2017 menunjukkan Nilai ini menurun dibandingkan indeks
bahwa indeks kesehatan organisasi kesehatan organisasi di tahun 2015.

Nilai Pembangunan Integritas


Indeks Penilaian Persepsi Integritas adalah nilai untuk menilai bagaimana
persepsi dari para pihak di Kementerian Keuangan baik internal maupun eksternal
terhadap nilai integritas yang telah diberlakukan di Kementerian Keuangan. Penilaian
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dalam beberapa kegiatan
diantaranya survei, diskusi, dan penilaian lapangan.

Survei Indeks Penilaian 4. Kantor Wilayah DJP Sumatera


Persepsi Integritas diberikan kepada Utara I
pihak internal, dalam hal ini pegawai 5. Kantor Wilayah DJP Kalimantan
Kementerian Keuangan dan pihak Barat
eksternal, yaitu para stakeholders 6. Kantor Wilayah DJP Sulawesi
yang mendapatkan layanan yang Selatan, Barat, dan Tenggara
disediakan oleh unit kerja 7. Kantor Wilayah DJP Papua dan
Kementerian Keuangan. Survei Maluku
dilakukan dengan menyebarkan 8. Kantor Wilayah DJP Bali
kuesioner secara online. Survei 9. KPP Penanaman Modal Asing
Indeks Penilaian Persepsi Integritas Empat
dilakukan pada tanggal 2 s.d. 31 10. KPP Madya Batam
Oktober 2017. Untuk responden 11. KPP Madya Pekanbaru
internal DJP dipilih beberapa unit 12. KPP Madya Jakarta Pusat
berdasarkan Surat Direktur KITSDA 13. KPP Madya Surabaya
nomor S-695/PJ.11/2017 tanggal 25 14. KPP Madya Balikpapan
September 2017 hal Penilaian 15. KPP Madya Makassar
Persepsi Integritas di Lingkungan 16. KPP Madya Denpasar
Kementerian Keuangan, 17. KPP Pratama Medan Polonia
diantaranya: 18. KPP Pratama Jambi
1. Direktorat Pemeriksaan dan 19. KPP Pratama Jakarta Koja
Penagihan 20. KPP Pratama Jakarta Setiabudi
2. Direktorat Penegakkan Hukum Tiga
3. Kantor Wilayah DJP Wajib 21. KPP Pratama Semarang
Pajak Besar Candisari

84
22. KPP Pratama Banjarmasin Untuk FGD internal terdapat
23. KPP Pratama Palangkaraya beberapa tema yang dibahas,
24. KPP Pratama Samarinda diantaranya
25. KPP Pratama Manado 1. Tindakan Atas Penawaran
26. KPP Pratama Gorontalo Gratifikasi;
27. KPP Pratama Bitung 2. Yang Terjadi Jika Melawan
28. KPP Pratama Badung Selatan Perintah Kedinasan;
29. KPP Pratama Badung Utara 3. Kerahasiaan Pelapor
30. KPP Pratama Mataram Barat Whistleblowing System;
31. KPP Pratama Ternate 4. Kebijakan Kantor Pusat Akan
32. KPP Pratama Ambon Reward Atas Kinerja; dan
33. KPP Pratama Jayapura 5. Kebijakan Pengelolaan SDM
34. KPP Pratama Timika Secara Keseluruhan;
dimana seluruh pegawai di unit
tersebut diharapkan untuk mengisi Penilaian lapangan dilakukan
survei tersebut. Sementara untuk dengan wawancara, pembagian
responden eksternal DJP, dipilih kuesioner langsung, dan permintaan
beberapa Wajib Pajak yang matriks hukuman disiplin. Penilaian
menerima pelayanan dari unit-unit lapangan sendiri dilakukan pada
yang dipilih tersebut. saat FGD pada masing-masing kota
di unit kantor perwakilan
Diskusi dalam Indeks Kementerian Keuangan yang
Penilaian Persepsi Integritas menjadi responden.
dilakukan dalam format Focus
Group Discussion (FGD) terhadap Survei, FGD, dan penilaian
responden internal dan eksternal lapangan yang dilakukan
yang terpilih dalam survei di atas. menghasilkan Indeks Penilaian
FGD dilakukan di 7 Kota yang Persepsi Integritas DJP dengan nilai
tersebar di Indonesia diantaranya 80,07. Hasil ini berdasarkan surat
Jakarta, Medan, Surabaya, Inspektur Jenderal Kementerian
Balikpapan, Denpasar, Makassar, Keuangan nomor S-4/IJ/2018
dan Ambon. FGD dilakukan terpisah tanggal 16 Januari 2018 hal
antara responden internal dan Penyampaian Hasil Penilaian
eksternal. Untuk responden internal Integritas Kementerian Keuangan
dipilih beberapa pegawai dari unit Tahun 2017, dengan rincian
terpilih dan untuk responden
eksternal dipilih tiga Wajib Pajak.

85
Aspek/Elemen Nilai Bobot Nilai Akhir
Survei daring
Internal 73,6 50% 38,50
Eksternal 87,7 50% 43,85
Nilai akhir survei daring 82,15
Variabel pengurang/penambah
Hasil FGD -0,43
Kuesioner dan penilaian lapangan 0,85
Hukuman disiplin selama 2017 -2,50
Indeks Integritas DJP 80,07

Hasil evaluasi atas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada
Direktorat Jenderal Pajak
Inspektorat Jenderal telah melakukan Evaluasi atas Implementasi SAKIP pada
Direktorat Jenderal Pajak untuk tahun 2016. Evaluasi dilaksanakan terhadap empat
komponen manajemen kinerja yang meliputi:
1. Perencanaan Kinerja;
2. Pengukuran Kinerja;
3. Pelaporan Kinerja; dan
4. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi.

Nilai yang diperoleh atas implementasi SAKIP DJP tahun 2016 adalah 91,78 dengan
kategori AA (Sangat Memuaskan). Nilai tersebut merupakan akumulasi penilaian terhadap
seluruh komponen manajemen kinerja yang dievaluasi, dengan rincian sebagai berikut.
No. Komponen yang Dievaluasi Nilai Maksimal Nilai Capaian
1 Perencanaan Kinerja 30,00 29,39
2 Pengukuran Kinerja 30,00 29,17
3 Pelaporan Kinerja 20,00 16,93
4 Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi 20,00 16,30
Jumlah 100,00 91,78

Sasaran Strategis 16: Sistem manajemen informasi yang handal

16 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


16a-N Persentase penyelesaian pembangunan 100,00% 98,00% 98,00
dan pengembangan modul sistem informasi
16b-CP Tingkat downtime sistem TIK 1,00% 0,0223% 120,00

16c-CP Indeks implementasi IT Service 80 96 120,00


Management Tahap I

86
16a-N Persentase penyelesaian pembangunan dan pengembangan modul
sistem informasi
Jumlah penyelesaian pembangunan dan pengembangan modul sistem informasi
direpresentasikan dari jumlah modul sistem informasi yang telah diselesaikan. Modul
sistem informasi ini dikembangkan melalui beberapa tahapan, yaitu: proses analisis
dan disain aplikasi, proses pengembangan, pengujian, implementasi dan reviu. Modul-
modul yang terkait dengan pencapaian IKU ini adalah modul yang dikembangkan
dalam rangka mendukung inisiatif strategis DJP yang disusun berdasarkan Rencana
Strategis DJP Tahun 2015-2019, sebagaimana tertuang pada Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ/2015 antara lain, inisiatif strategis 6 (penajaman
ekstensifikasi Wajib Pajak), inisiatif strategis 8 (membenahi sistem administrasi PPN),
inisiatif strategis 9 (Menyusun model manajemen kepatuhan Wajib Pajak berbasis
risiko (Compliance Risk Management) ) serta inisiatif strategis 16 (menyempurnakan
KPP).

Berdasarkan inisiatif strategis penyelesaian pengembangan


tersebut di atas, pada tahun 2017, sampai dengan piloting e-
Direktorat TTKI menetapkan 5 (lima) witholding baru untuk 15 Wajib
modul/sistem yang menjadi fokus Pajak (PPh Pasal 23/26) ;
utama pengembangan sebagai c. Pengembangan e-faktur desktop
bentuk dukungan terlaksananya service versi 2. Kriteria selesai
inisiatif strategis dan program yang adalah sampai dengan proses
telah ditetapkan. implementasi;
d. Aplikasi Amnesti Pajak modul
Modul beserta kriteria pelaporan gateway secara
penyelesaian: elektronik. Kriteria selesai adalah
a. Modul TPT Online. Kriteria sampai dengan proses
selesai adalah penyelesaian implementasi;
pengembangan modul e. Compliance Risk Management
penerimaan SPT Masa di KPP & (CRM) untuk mendukung
permohonan di KPP dan KP2KP ekstensifikasi dan penagihan.
dan pengembangan TPT Online Kriteria selesai adalah
dengan Case Management (CM) penyelesaian pengembangan
baru di KPP Mikro dan piloting CRM Ekstensifikasi
b. Pengembangan e-witholding slip. dan CRM Penagihan
Kriteria selesai adalah

87
Penyelesaian Pembangunan dan
Pengembangan Modul Sistem Informasi
98,50%
98%
98,00%

97,50%

97,00% 96,70%

96,50%
96%
96,00%

95,50%

95,00%
2015 2016 2017

Capaian

Persentase penyelesaian Menteri Keuangan Nomor


pengembangan modul sistem 150/PMK.08/2016 tentang
informasi tahun 2017 mencapai 98% Perubahan Kedua atas Peraturan
dari target 100% yang telah Menteri Keuangan Nomor
dicanangkan di awal tahun. 119/PMK.08/2016 tentang Tata
Berdasarkan hasil evaluasi, empat Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak
modul/aplikasi dari lima ke dalam Wilayah Negara
modul/aplikasi yang direncanakan Kesatuan Republik Indonesia dan
berhasil diselesaikan. Target tahun Penempatan pada Instrumen
ini tidak dapat dicapai karena Investasi di Pasar Keuangan dalam
adanya satu aplikasi yang tidak rangka Pengampunan Pajak serta
selesai sampai dengan akhir tahun. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Tidak tercapainya pengembangan 151/PMK.08/2016 tentang
aplikasi tersebut dipengaruhi oleh Perubahan atas Peraturan Menteri
adanya perubahan terhadap Keuangan Nomor 122/PMK.08/2016
peraturan yang dijadikan dasar tentang Tata Cara Pengalihan Harta
pengembangan aplikasi. Wajib Pajak ke dalam Wilayah
Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Penempatan pada
Pengembangan aplikasi
Investasi di Luar Pasar Keuangan
Amnesti (loader pelaporan gateway
dalam rangka Pengampunan Pajak.
ke KPDE) didasari oleh Peraturan
Pada tanggal 24 Oktober 2017

88
diterbitkan Peraturan Menteri akan dikembangkan sehingga jika
Keuangan Nomor 141/ terdapat perubahan terhadap suatu
PMK.08/2017 tentang Tata Cara peraturan maupun proses bisnis
Pengalihan Harta Wajib Pajak ke yang dapat mempengaruhi sistem
dalam Wilayah Negara Kesatuan informasi dapat dengan cepat
Republik Indonesia dan ditindak lanjuti. Direktorat TTKI
Penempatan pada Investasi di sudah mulai menerapkan metode
Pasar Keuangan dan di Luar Pasar pengembangan sistem berbasis
Keuangan dalam rangka Scrum methodology yang lebih
Pengampunan Pajak. Perubahan cepat beradaptasi ketika terjadi
peraturan ini menyebabkan perubahan. Selain itu, Direktorat
pengembangan aplikasi perlu TTKI juga telah mengadakan
menyesuaikan dan memerlukan workshop dan pelatihan untuk
waktu lebih lama. meningkatkan kapasitas pegawai
agar dapat menghasilkan sistem
Selain itu, dalam proses informasi yang andal.
pengembangan aplikasi/modul
sistem informasi melibatkan Pada tahun 2017, Direktorat
beberapa direktorat lain. Hal ini TTKI mendapatkan 27 pegawai baru
dilakukan untuk menyelaraskan dari D1 dan D3 Politeknik Keuangan
sistem yang akan dikembangkan Negara STAN. Penempatan
dengan peraturan, kebijakan dan pegawai baru di direktorat TTKI ini
proses bisnis. Dalam proses cukup membantu karena dapat
pembahasan dan pengumpulan menambah sumber daya dalam
kebutuhan pengguna memakan membantu pengembangan sistem
waktu yang cukup lama. informasi. Hanya saja pegawai baru
tersebut masih perlu mendapatkan
Langkah-langkah yang diambil pelatihan terkait pengembangan
untuk mengatasi kendala/hambatan sistem informasi. Beberapa
adalah berkoordinasi dan pelatihan yang diadakan di 2017
berkomunikasi dengan pihak lain seperti Java Web Development,
yang terkait dengan pengembangan identity management, System
aplikasi. Hal ini agar mempermudah Oriented Architecture (SOA), dan
perumusan kebutuhan sistem yang lain sebagainya.

89
16b-CP - Tingkat downtime sistem TIK
Tingkat downtime sistem TIK adalah terhentinya layanan TIK Kementerian
Keuangan kepada pengguna/stakeholder eksternal yang memiliki tingkat kritikalitas
sangat tinggi yang disebabkan oleh gangguan/terhentinya infrastruktur layanan TIK
yang meliputi: Kelistrikan, Internet, Intranet, Server/Operating System (OS), Aplikasi,
dan/atau Database.

Layanan TIK dengan tingkat menggunakan alat monitoring yang


kritikalitas sangat tinggi ditentukan disepakati dan hasil penyelarasan
berdasarkan dampak terhadap dengan pelaporan SLA.
kelangsungan operasional
organisasi dan dengan Target IKU tahun 2017 sama
mempertimbangkan faktor-faktor dengan tahun 2016 yaitu 1% yang
sebagai berikut: mencerminkan tingkat downtime
a. Potensi kerugian finansial; sistem TIK. Polarisasi data
b. Potensi tuntutan hukum; ditetapkan menggunakan minimize,
c. Citra Kemenkeu;dan dimana semakin sedikit unplanned
d. Jumlah pengguna yang downtime maka realisasi downtime-
dirugikan. nya semakin rendah sehingga
diharapkan layanan TIK
Perhitungan downtime layanan Kementerian Keuangan kepada
tidak termasuk planned downtime, pengguna/stakeholder eksternal
preventive maintenance, dan yang memiliki tingkat kritikalitas
downtime diluar waktu layanan TIK. sangat tinggi akan menjadi lebih
Layanan TIK yang didukung dengan baik. Tingkat downtime sistem TIK
teknologi High Availability, dilaporkan pada setiap triwulan pada
perhitungan downtime tahun 2017 dengan jenis konsolidasi
menggunakan data yang paling periode menggunakan take last
rendah. Penentuan waktu known value (realisasi yang
ketersediaan layanan TIK digunakan adalah angka periode
disesuaikan dengan karakteristik terakhir).
masing-masing layanan TIK.
Downtime layanan TIK dihitung Realisasi sampai dengan
berdasarkan hasil pemantauan tahun 2017 berakhir adalah sebesar
ketersediaan layanan dengan 0.0223% tingkat downtime sistem

90
TIK. Unplanned downtime terjadi
pada: Beberapa planned downtime
a. Tanggal 27 Maret 2017, aplikasi dilaksanakan setelah jam kerja pada
e-Filing mengalami unplanned hari libur untuk melakukan
downtime selama 46 menit, penggantian infrastuktur dan
terhitung mulai pukul 09:54 s.d pemeliharaan sistem pada aplikasi
pukul 10:40 WIB yang e-faktur (pada tanggal 6 s.d 8
dikarenakan adanya gangguan Januari 2017 sesuai dengan surat
pada server SOA. nomor S-1 /PJ.101/2017 tanggal 4
b. Tanggal 10 Maret 2017 s.d 11 Januari 2017) dan aplikasi e-billing
Maret 2017, aplikasi e-billing (pada tanggal 3 s.d 4 Februari 2017
mengalami unplanned sesuai dengan nomor surat S-
downtime selama 9 Jam 1 48/PJ.10/2017 tanggal 31 Januari
menit, terhitung mulai pukul 2017).
23:44 WIB (10 Maret 2017) s.d
pukul 08:45 WIB (11 Maret Beberapa tindakan yang telah
2017) yang dikarenakan adanya dilaksanakan dalam rangka menjaga
gangguan pada server Tingkat downtime sistem TIK,
Database e-biling. seperti:
1. Konfigurasi atau tuning di
Untuk Aplikasi lain seperti e- server/infrastruktur terkait;
Faktur, e-Registration dan situs 2. Penambahan memori menjadi
www.pajak.go.id tidak mengalami 16 GB, yang awalnya 12GB;
unplanned downtime. 3. Penambahan storage appserver
dari 50GB menjadi 75GB;
Sedangkan sampai dengan 4. Penambahan CPU dari 2 core
dengan triwulan IV Tahun 2017 tidak menjadi 4 core;
lagi terjadi uplanned downtime untuk 5. Pengaturan load balancer;
e-filing, e-billing, e-Faktur, e- 6. Penggunaan web service baru,
Registration dan situs dan terpisah dari app lain;
www.pajak.go.id, sehingga total 7. channeling aplikasi e-Filing
realisasi unplanned downtime yaitu e-form, dan;
sampai dengan triwulan IV tahun 8. Monitoring availability system.
2017 ini sebesar 0,0223%.

91
Perkembangan tingkat downtime sistem TIK pada tahun 2017 dapat ditunjukkan
sebagai berikut:

Tingkat downtime sistem TIK Tahun 2017


0,1000% 0,0893%
0,0900%
0,0800%
0,0700%
0,0600%
0,0447%
0,0500%
0,0400% 0,0298%
0,0300% 0,0223%
0,0200%
0,0100%
0,0000%
Q1 Q2 Q3 Q4

Tantangan yang dihadapi tersebut terulang kembali, maka


dalam pencapaian IKU ini adalah ditetapkan rencana aksi yang akan
banyaknya user yang mengakses dilakukan untuk meningkatkan
selama bulan Maret 2017, sehingga pencapaian IKU tersebut pada tahun
menyebabkan server mengalami 2018 yaitu peningkatan infrastruktur,
gangguan dan tidak mampu app server, database server dan
melayani user yang mengakses. jaringan serta penambahan
Untuk menanggulangi masalah monitoring aplikasi.

16c-CP Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I


IT Service Management (ITSM) atau Manajemen Layanan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) adalah suatu metode pengelolaan layanan TIK yang secara
filosofis terpusat pada perspektif pengguna layanan TIK terhadap proses bisnis
organisasi. ITSM bertujuan memastikan layanan TIK dapat dipenuhi sesuai kebutuhan
dan kemampuan organisasi.

Implementasi ITSM Tahap I Kementerian Keuangan dan


diterjemahkan sebagai ketersediaan penyusunan kajian/konsep kerangka
Katalog Layanan TIK (ICT Service kerja tata kelola ITSM Kementerian
Catalog) Kementerian Keuangan Keuangan. Katalog Layanan TIK
bagi pengguna di Lingkungan adalah basis data atau dokumen

92
terstruktur yang berisi informasi koordinasi dengan pihak internal
mengenai semua layanan TIK yang DJP (antar seksi di Direktorat TTKI
masih aktif, termasuk layanan yang maupun dengan Direktorat TIP)
tersedia untuk penggelaran serta pihak eksternal DJP (Pusintek)
(deployment). berjalan dengan lancar sehingga
penyusunan Katalog Layanan TIK
Katalog Layanan TIK dapat dilakukan sesuai dengan
Kementerian Keuangan merupakan rencana.
layanan TIK yang dikelola oleh Unit
TIK Pusat dan Unit Eselon I. Langkah-langkah yang diambil
untuk mengatasi kendala/hambatan
Implementasi ITSM Tahap I adalah Melakukan identifikasi
dilaksanakan melalui kegiatan terhadap layanan-layanan yang ada
sebagai berikut: di DJP. Hal ini dilakukan untuk
a. Penyusunan Katalog Layanan mengetahui cakupan layanan yang
TIK Unit Eselon I akan dimasukkan ke dalam service
b. Penyusunan Katalog Layanan catalog yang disusun serta update
TIK Kementerian Keuangan terhadap service catalog yang
c. Penyusunan Kajian/Konsep sudah ada. Selain itu juga, telah
Kerangka Kerja Tata Kelola dilakukan koordinasi dengan pihak
ITSM Kementerian Keuangan internal DJP (antar seksi di
Direktorat TTKI maupun dengan
Penyusunan Katalog Layanan Direktorat TIP) serta pihak eksternal
TIK (ICT Service Catalog) DJP (Pusintek). Pusintek sebagai
Kementerian Keuangan pada tahun koordinator beberapa kali
2017 berjalan sesuai rencana dan melakukan sosialisasi/workshop
diselesaikan lebih cepat dari target terkait penyusunan IT service
yang ditetapkan. Hal terjadi karena catalog di lingkungan kementerian
DJP sudah memiliki Service Catalog keuangan sehingga dapat
DJP tahun 2014 yang dijadikan membantu dalam proses
dasar penyusunan. Selain itu penyusunan service catalog DJP.

93
Sasaran Strategis 17: Pengelolaan anggaran yang optimal

17 Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja


17a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95,00% 98,82% 104,02

17a-CP - Persentase kualitas pelaksanaan anggaran

Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran


Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Tahun 2017 tercapai sebesar 98,82% di mana
capaian tersebut di atas target sebesar 95%. Unsur pengukuran dan bobot masing-
masing IKU tersebut sesuai dengan Surat Edaran Menteri Keuangan nomor SE-
35/MK.1/2017 yaitu terdiri atas 10% Penyerapan Anggaran atas Pagu Neto, 51%
Capaian Efisiensi, dan 39% Capaian Keluaran Riil. Penyerapan Anggaran atas Pagu
Neto memberikan konstribusi sebesar 100%, capaian efisiensi sebesar 98,83%, dan
capaian keluaran riil sebesar 98,50%. Hal tersebut menjelaskan bahwa realisasi
capaian keluaran riil pada 587 satuan kerja DJP mayoritas tercapai dengan disertai
adanya efisiensi atau optimalisasi anggaran untuk mencapai target capaian tersebut.
Perhitungan Penyerapan Realisasi Anggaran atas Pagu Netto
No Keterangan Jumlah
1 Pagu Bruto 6,518,655,742,000
2 Faktor Pengurang:
a. Belanja Pegawai 2,379,014,800,000
b. Self-Blocking -
c. Hasil Efisiensi 228,629,898,356
d. Dana Khusus -
3 Pagu Neto 3,911,011,043,644
4 Realisasi 3,911,011,043,644
5 Persentase Penyerapan Anggaran 100,00%

Pencapaian Keluaran Riil


Keterangan Jumlah
Persentase Pencapaian Keluaran Riil 98,50%

Efisiensi
No Keterangan Jumlah
1 0,22 x % Penyerapan Anggaran 22,00%
2 0,78 x % Pencapaian Keluaran Riil 76,83%

94
3 + Hasil Efisiensi 0,00%
4 Persentase Efisiensi 98,82%

Realisasi IKU

Capaian tersebut dapat pengadaan yang terlaksana sampai


dicapai karena adanya pelaksanaan dengan akhir tahun anggaran serta
pengadaan yang sesuai rencana adanya pembatasan revisi anggaran
(jadwal) yang telah ditetapkan, pada Kanwil Direktorat Jenderal
menginstruksikan satker untuk Perbendaharaan terkait Intruksi
melaksanakan langkah-langkah Presiden Nomor 4 Tahun 2017
strategis pelaksanaan anggaran TA sehingga usulan revisi anggaran
2017, menyelenggarakan kegiatan satker-satker di lingkungan DJP
Focus Group Discussion (FGD) perlu dieskalasi ke DJA. Kendala
Monitoring Pelaksanaan Anggaran tersebut dapat diminimalisasi dan
TA 2017 terutama untuk belanja dimitigasi dengan melakukan
modal konstruksi sesuai dengan percepatan pencairan anggaran
profil risiko berdasarkan pada belanja barang maupun
kompleksitas sesuai dengan Surat belanja modal yang telah dilakukan
Kepala Biro Perencanaan dan penyerahan sesuai dengan langkah-
Keuangan Kementerian Keuangan langkah Percepatan Penyerapan
RI Nomor S-142/SJ.1/2017, dan Anggaran Tahun 2017,
melaksanakan upaya-upaya menginstruksikan kepada seluruh
efisiensi pelaksanaan tugas dan satker untuk melakukan percepatan
efisiensi anggaran birokrasi sebagai pelaksanaan paket lelang yang telah
bagian implementasi penguatan direncanakan, dan melaksanakan
budaya Kementerian Keuangan proses revisi anggaran untuk
sesuai dengan Instruksi Menteri memenuhi kebutuhan satuan kerja
Keuangan Nomor 346/IMK.01/2017. sehingga diharapkan dapat
Adapun kendala yang dihadapi meningkatkan penyerapan anggaran
antara lain yaitu terdapat proses

95
baik dalam satu satuan kerja Menteri Keuangan Nomor
maupun antar satuan kerja. 93/PMK.02/2017.

Pada tahun 2016, IKU Dalam Peta Strategis IKU,


Persentase Kualitas Pelaksanaan Persentase Kualitas Pelaksanaan
Anggaran DJP tercapai sebesar Anggaran berada pada Perspektif
97,41% di mana capaian tersebut di Learning and Growth dan menjadi
atas target sebesar 95%. Apabila indikator dari pelaksanaan anggaran
dibandingkan antara pencapaian yang optimal. Capaian IKU tahun
IKU Persentase Kualitas 2017 DJP mengindikasikan
Pelaksanaan Anggaran pada tahun terwujudnya pelaksanaan anggaran
2016 dan 2017 terdapat kenaikan yang optimal yang dibuktikan
dari 97,41% menjadi 98,82%. dengan mayoritas tercapainya
capaian keluaran riil pada 587
Pada Triwulan I Tahun 2017 satuan kerja DJP yang disertai
DJP lebih memfokuskan pada dengan optimalisasi dan efisiensi
pelayanan Amnesti Pajak periode anggaran. Pelaksanaan anggaran
terakhir baik di Kantor Pusat, yang optimal menunjang
Kanwil, KPP, maupun KP2KP. DJP pelaksanaan kegiatan DJP untuk
terus berupaya melaksanakan mewujudkan sasaran strategis pada
efisiensi pelaksanaan tugas dan Renstra DJP yang pada akhirnya
efisiensi anggaran birokrasi sebagai turut pula medukung tercapainya
bagian implementasi penguatan tujuan utama DJP untuk
budaya Kementerian Keuangan mengoptimalkan penerimaan
sesuai dengan Instruksi Menteri negara.
Keuangan Nomor 346/IMK.01/2017
yang salah satunya melalui
mekanisme pemotongan anggaran
terhadap belanja barang operasional
dan belanja barang non operasional.
Pelaksanaan revisi anggaran telah
mengikuti Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 10/PMK.02/2017
tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tahun Anggaran 2017 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan

96
B. REALISASI AGENDA PRIORITAS

Tema/program prioritas nasional yang terdapat pada Direktorat Jenderal Pajak adalah
Reformasi Fiskal/Optimalisasi Penerimaan Negara dengan rincian sebagai berikut.

I. OPTIMALISASI PERPAJAKAN memperluas penggunaan e-Faktur


a. Pembenahan Sistem Administrasi Host-to-Host kepada PKP lain.
Perpajakan 4. Implementasi cash receipt system
1. Faktur Pajak elektronik bagi semua (CRS)
PKP Saat ini masih dalam proses
Implementasi Faktur Pajak elektronik pembahasan RPMK di Staf Ahli
kepada seluruh PKP secara nasional Menteri dan proses Public Private
telah dilakukan sesuai dengan Partnership (PPP) untuk pengadaan
Keputusan Dirjen Pajak nomor KEP- mesin cash register untuk
136/PJ/2014 mulai 1 Juli 2016. Selain implementasi CRS. Kedepannya akan
itu, pada tanggal 1 Oktober 2017 telah dilakukan kajian penerapan CRS
diluncurkan update e-Faktur versi 2.0 dengan melibatkan pihak ketiga
untuk aplikasi e-Faktur desktop. sebagai CRS Operator dengan
2. Implementasi e-Faktur versi web sasaran piloting adalah pengusaha
based ritel besar. Tantangan program
Telah dilaksanakan testing aplikasi terdapat pada proses pengadaan,
dan akan dilakukan piloting kepada terutama berkaitan dengan
Pengusaha Kena Pajak dengan pertanggungjawaban Barang Milik
kriteria penerbitan FP maksimal 100 Negara (BMN), karena mesin ini akan
per bulan. Selain itu, Direktorat tersebar di banyak tempat dan
Peraturan Perpajakan I bekerja sama lokasinya bukan di kantor DJP.
dengan Ditrektorat P2Humas telah 5. Modernisasi SIDJP untuk optimalisasi
melakukan sosialisasi lebih lanjut Penerimaan Pajak (Core Tax System)
kepada PKP yang memiliki profil Tahap yang telah dilalui antara lain:
sesuai dengan spesifikasi e-Faktur a) POC Core Tax Administration
versi web. System, dimana telah
3. Implementasi e-Faktur versi host to dilaksanakan POC dengan
host Qualisoft, Microsoft, Tata
e-Faktur Host-to-host secara efektif Consultancy Services, Oracle
telah digunakan oleh Pertamina dan Indonesia, SAP Indonesia, Fast
Mitra Pajakku (ASP). Pada tahun Enterprise (GenTax). Selain itu
2018 akan dilakukan evaluasi untuk telah dilaksanakan workshop Trial

97
Aplication oleh Qualisoft, Oracle Presiden yang mengatur teknis
Indonesia, SAP Indonesia, Tata pengadaan untuk keperluan
Consultancy Services. khusus (pekerjaan tertentu).
b) Penyusunan Analisis Document d) Data Transformation/Migration
Core Tax System, yang meliputi Tool, dimana telah dilalui proses:
proses: 1) Penyusunan Rencana
1) Problem Mapping Strategis Pelaksanaan
2) Kajian Gap Analysis Migrasi Data
3) Konsultansi Penyusunan 2) Penyusunan Vendor
Analysis Document Inspection Database
4) Finalisasi Penyusunan 6. Penerapan stratifikasi dan klasifikasi
Analysis Document kantor berdasarkan segmen WP
c) Penyusunan Bidding Document Capaian program ini antara lain:
Core Tax System, yang meliputi a) SDM dan IT sudah berhasil
proses: diimplementasikan pada 5 lokasi
1) Finalisasi Penyusunan uji coba KPP Mikro (Kantor Pajak
System Requirement Tipe D).
Specification Document b) Telah dilakukan pembahasan
termasuk estimasi biaya untuk rencana uji coba Kantor
yang akan digunakan Pajak Tipe B dan Tipe C.
sebagai dasar penyusunan c) Telah disusun Konsep Perdirjen
Bidding Document. Pedoman Uji Coba Kantor Pajak
2) Persiapan pelaksanaan Tipe B dan Tipe C dan Konsep
Market Sounding. Kepdirjen Penunjukan Lokasi
3) Pelaksanaan Rapat antar Kantor Pajak Tipe B dan Tipe C.
Kementerian penyusun Tantangan dalam penerapan
konsep Peraturan Presiden stratifikasi dan klasifikasi kantor
mengenai pembaharuan berdasarkan segmen WP, antara lain:
Sistem Administrasi a) tidak lengkapnya data pendukung
Perpajakan. b) usul tidak disetujui/hanya disetujui
4) Penyusunan Keputusan sebagian
Direktur Jenderal Pajak c) sumber daya yang tidak terpenuhi
mengenai Pembentukan d) terdapat kekhawatiran akan
Tim Persiapan Pengadaan adanya kemungkinan
Sistem Informasi DJP pengurangan jabatan
Kendala dalam tahap ini antara 7. Model Manajemen Kepatuhan Wajib
lain berupa proses bidding Pajak Berbasis Risiko atau
masih belum dapat Compliance Risk Management (CRM)
dilaksanakan karena menunggu Program ini bertujuan untuk
ditandatanganinya Peraturan menyusun risk engine yang dapat

98
menghasilkan peta risiko Wajib Pajak sesuai dengan keadaan
untuk 5 Fungsi yaitu: sebenarnya.
a) pemeriksaan dan pengawasan; 8. Pengolahan SPT kertas yang diterima
b) penagihan; oleh KPP langsung dikirim ke
c) ekstensifikasi; UPDDP.
d) keberatan dan banding; dan Capaian program ini antara lain:
e) penyuluhan dan pelayanan a) telah ditetapkan Keputusan
Capaian program ini antara lain: Direktur Jenderal Pajak Nomor
a) saat ini telah selesai dilakukan KEP-108/PJ/2017 tentang
Rapat Monitoring dan Evaluasi Perubahan Keempat atas
Piloting CRM tahun 2017 untuk Keputusan Direktur Jenderal
fungsi pemeriksaan dan Pajak Nomor KEP-289/PJ/2014
pengawasan, serta fungsi Tentang Penetapan Kantor
penagihan, Pelayanan Pajak dan Jenis Surat
b) telah menyelesaikan piloting CRM Pemberitahuan yang Diolah dalam
Fungsi Pemeriksaan dan Rangka Uji Coba Perluasan dan
Pengawasan, Fungsi Penagihan, Penerapan Wilayah Kerja Pusat
dan Fungsi Ekstensfikasi pada 16 Pengolahan Data dan Dokumen
KPP, Perpajakan dan Kantor
c) saat ini Tim CRM sedang Pengolahan Data dan Dokumen,
melakukan refinement risk engine dan
untuk fungsi pemeriksaan dan b) pembahasan rencana
pengawasan, fungsi menambahkan prakondisi SPT
ekstensifikasi, dan fungsi kirim langsung yaitu jika tingkat
penagihan, dan penyampaian SPT secara
d) saat ini Tim CRM juga sedang elektronik 90% (usul UPDDP).
menyusun risk engine awal untuk Optimalisasi fungsi UPDDP fokus
fungsi Keberatan keberatan pada pengolahan SPT kertas
banding, dan fungsi penyuluhan dahulu. Capaian sasaran strategis
dan pelayanan. (SS) yang lain, dalam hal ini
Tantangan program ini antara lain migrasi ke e-filing dan e-
berupa: withholding slip misalnya,
a) peraturan yang menghambat berdampak cukup signifikan
efektivitas CRM, dalam pembangunan database
b) komitmen dan ownership dari perpajakan, dalam hal ini
seluruh pegawai DJP masih pengolahan SPT kertas akan
kurang, dianggap sebagai pelengkap,
c) resistensi dari user, dan bukan point penting yang harus
d) risk engine menghasilkan peta diutamakan sehingga
risiko kepatuhan WP yang tidak

99
mengesampingkan program lain Kantor Pelayanan Pajak dan
yang lebih siginifikan. Jenis Surat Pemberitahuan yang
9. e-Withholding Slip (Bukti Potong Diolah Dalam Rangka Uji Coba
Elektronik) Perluasan dan Penerapan
Pelaksanaan piloting bukti potong Wilayah Kerja Pusat Pengolahan
elektronik pada 15 WP yang ditunjuk, Data Dan Dokumen Perpajakan
telah diatur melalui Keputusan Dan Kantor Pengolahan Data
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- Dan Dokumen Perpajakan
178/PJ/2017. Tantangan program ini Direktur Jenderal Pajak.
berupa masih diperlukannya c) Kapabilitas perolehan data makin
penyempurnaan regulasi terkait tim meningkat dengan penyamaan
pendamping pada saat piloting. Tim fungsi pengolahan PPDDP dan
pendamping akan melakukan KPDDP serta tersedianya
pendampingan kepada Wajib Pajak hardware dan software terkait
(WP) sesuai dengan perannya (role). implementasi single platform di
Contohnya, berkaitan dengan regulasi UPDDP yang sudah selesai
akan dilakukan oleh tim pendamping dilaksanakan.
dari Direktorat Peraturan Perpajakan Terdapat tantangan dalam
I, berkaitan dengan proses bisnis implementasi pengolahan seluruh
dengan Direktorat Transformasi jenis SPT di UPDDP dan Pengiriman
Proses Bisnis, berkaitan dengan langsung SPT berbasis kertas dari
aplikasi dengan Direktorat Teknologi WP ke DPC karena terdapat banyak
Informasi Perpajakan. Selain itu, tim prakondisi yang harus dipenuhi dan
pendamping juga akan melibatkan membutuhkan koordinasi yang tinggi
Kantor Layanan Informasi dan antara unit yang terkait.
Pengaduan DJP (KLIP) dan juga 11. Menghilangkan tumpang tindih fungsi,
Account Representative dari KPP. baik internal DJP maupun dengan
10. Standardisasi Penyimpanan Arsip Kemenkeu
Capaian program ini antara lain: Capaian program ini antara lain:
a) Program ini telah diatur melalui a) Telah disahkan Kepdirjen tentang
KEP-290/PJ/2017 tentang Cetak Penataan Tugas dan Fungsi Unit
Biru Majemen Kearsipan. Vertikal KEP-226/PJ/2017 tanggal
b) Jangkauan dokumen yang diolah 11 September 2017.
oleh Data Processing Center b) Berdasarkan persetujuan
(DPC) telah diperluas dengan MenPAN-RB tentang
terbitnya Kepdirjen Nomor KEP- pembentukan instansi vertikal
19/PJ/2016 tanggal 26 Februari baru, maka penataan tugas dan
2016 tentang Perubahan Ketiga fungsi dalam KEP-226/PJ/2017
Atas Keputusan Nomor Kep- akan dicantumkan dalam RPMK
289/Pj/2014 Tentang Penetapan

100
tentang Organisasi dan Tata b) Pengadaan Mobile Tax Unit
Kerja Instansi Vertikal DJP. (MTU).
c) Telah dilaksanakan finalisasi Telah dilakukan percontohan di 9
RPMK di Sekretariat Jenderal KPP. Selain itu telah dilakukan
Kementerian Keuangan pada pengadaan 3 mobil mikro bus
tanggal 2 November 2017. untuk percontohan selanjutnya.
d) Telah diterbitkan Tantangan dalam menjalankan
PMK.210/PMK.01/2017 tentang Program Mobile Office, antara
Organisasi dan Tata Kerja lain berupa:
Instansi Vertikal DJP. 1) Proses pengadaan mobil
12. Penyempurnaan Fungsi dan Struktur atau alat transportasi lainnya
Kantor Pusat Ditjen Pajak untuk MTU.
Capaian program ini antara lain: 2) Keterbatasan sarana dan
a) Penyusunan naskah akademis prasarana, terutama jaringan
penyempurnaan organisasi yang kurang stabil.
KPDJP dan pembahasan dengan c) Standardisasi TPT (Tempat
POKJA Organisasi dan SDM, Pelayanan Terpadu) dan
b) Gambaran umum penataan corporate identity.
Kantor Pusat DJP telah Saat ini telah diterapkan PER-
disampaikan kepada Direktur 27/PJ/2016 tentang Standar
Jenderal Pajak, dan Pelayanan Di Tempat Pelayanan
c) Telah dilaksanakan pembahasan Terpadu Kantor Pelayanan Pajak
konsep struktur KPDJP dan Keputusan Direktur Jenderal
berdasarkan Peraturan Presiden Pajak tentang penunjukan KPP
RI Nomor 28 Tahun 2015 tentang Badung Utara dalam rangka
Kementerian Keuangan. piloting Standardisasi TPT.
2. Kemudahan dalam Pelaporan SPT.
Sudah tersedia berbagai kemudahan
pelaporan SPT secara elektronik bagi
b. Penyediaan Layanan yang Mudah, Wajib Pajak, yaitu:
Cepat, dan Akurat a) Sudah tersedia loader e-SPT
1. Penjangkauan Wajib Pajak untuk pada website DJP sehingga
Kemudahan Pelayanan Wajib Pajak dapat mengunggah
a) Pembentukan KPP mikro. SPT melalui website DJP tanpa
Hingga saat ini telah disusun harus datang ke KPP.
kajian atas pembentukan KPP b) Tersedia layanan pengisian SPT
Mikro dan telah dilaksanakan secara online untuk SPT Tahunan
piloting di 5 KP2KP. Form 1770.
c) Sedang dilakukan piloting
pelaporan bukti potong secara

101
elektronik (e-withholding slip) chat dalam situs www.pajak.go.id.
mulai September 2017 pada 15 Tantangan program ini berupa
Wajib Pajak untuk bukti potong penggunaan aplikasi yang masih
SPT Masa 23/26. Ditargetkan berbasis blog personal, bukan
pada tahun 2020 e-withholding website corporate/service
slip dapat diimplementasikan di corporate, yang berakibat kurang
seluruh Indonesia. stabilnya koneksi.
3. Kemudahan dalam Pembayaran c) Penambahan 1 unit eselon IV di
Pajak. KLIP DJP untuk meningkatkan
a) Pembayaran pajak sudah dapat pelayanan kepada Wajib Pajak
dilakukan melalui berbagai yang dilakukan melalui
saluran, seperti Anjungan Tunai penambahan satu unit
Mandiri (ATM), internet banking, operasional untuk yang bertugas
mobile banking, counter, membawahi agen media sosial
Electronic Data Capture (EDC). dan inbound.
Tantangan program ini antara lain d) Peningkatan infrastruktur dan
berupa keterbatasan anggaran multichannel access: layanan
dalam hal sosialisasi layanan. dalam dua bahasa: Indonesia dan
Selain itu, tantangan lainnya Inggris (IVR), peningkatan
adalah kesulitan dalam meminta kapasitas KLIP untuk menjangkau
bank untuk menambah service zona beda wilayah, dan
point. Alternatif solusinya adalah penambahan agen KLIP.
dengan meminta bank untuk Tantangan program ini berupa
membuka akses pembayaran masih dilaksanakan koordinasi
pajak melalui mesin EDC. dengan direktorat terkait,
b) Pengembangan billing system, berkaitan dengan layanan untuk
dimana pada saat ini billing menjangkau zona beda wilayah
system sudah tersedia dan dapat e) Ekspansi fungsionalitas website
digunakan oleh Wajib Pajak. Secara keseluruhan terdapat
4. Kemudahan Dalam Akses Informasi 2.158 konten segmentasi yang
Perpajakan. telah diunggah di Situs Pajak,
a) Peningkatan infrastruktur dan pengayaan dan pemutakhiran
multichannel access: integrasi konten segmentasi akan terus
antara layanan KLIP DJP dengan dilakukan mengikuti
layanan situs pajak melalui live perkembangan peraturan yang
chat dan email informasi berlaku. Segmentasi konten untuk
b) Telah dilakukan Peningkatan segmen WP Badan, Bendahara,
layanan kring pajak, berupa email dan Konsultan di situs pajak telah
informasi dan twitter (media dilaksanakan dan sudah tampak
sosial), serta implementasi live di halaman muka situs pajak

102
www.pajak.go.id. Selain itu, dilaksanakan kerjasama dalam
kapasitas server situs pajak telah penyidikan Tindak Pidana Pencucian
ditingkatkan untuk mampu Uang (TPPU).
menangani 13 juta pengunjung. 3. Pengadaan Laboratorium Forensik
f) Pengaplikasian fitur e-faktur (e- Telah dilaksanakan rapat berkaitan
tax invoice), e-filing, live chat, dengan pengumpulan bahan kajian
sudah berjalan dengan baik di atas kebutuhan Laboratorium
situs www.pajak.go.id. Mobile Forensik. Tantangan yang dihadapi
Application sudah tersedia di berupa sumber daya (SDM,
Playstore. anggaran, dan lain-lain) di DJP yang
g) Penambahan fitur Single Sign On terbatas.
(SSO) dengan Twitter, telah 4. Rencana Aksi Koordinasi dan
dilakukan. Dengan penambahan Supervisi (Korsup) Komisi
ini, SSO dengan situs media Pemberantasan Korupsi (KPK)
sosial utama telah terpenuhi. Telah dilaksanakan penentuan
Untuk pengembangan lebih lanjut daerah/wilayah yang menjadi fokus
akan dilakukan penambahan fitur korsup Kelapa Sawit dengan KPK
SSO dengan portal layanan tahun 2017.
aplikasi online Direktorat Jenderal 5. Usulan Perubahan terkait Teknis
Pajak, DJP Online. Penegakan Hukum, Penugasan
Lintas Wilayah, Serta Regulasi yang
Mendukung Kegiatan Penegakan
c. Peningkatan Efektifitas Penegakan Hukum
Hukum bagi Penyelundup Pajak (Tax Telah disusun dan dilakukan
Evasion) permintaan pendapat dari direktorat-
1. Kerjasama antara DJP dengan direktorat terkait, berkaitan dengan
Penegak Hukum Lainnya. konsep perubahan Peraturan Menteri
Telah disusun Nota Kesepahaman Keuangan Nomor 239/PMK.03/2014
(MoU) dengan Kepolisian Negara RI, tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti
Kejaksaan Agung RI, Otoritas Jasa Permulaan Tindak Pidana Di Bidang
Keuangan (OJK), dan Pusat Perpajakan.
Pelaporan dan Analisis Transaksi 6. Penerapan Amnesti Pajak
Keuangan (PPATK). Program Amnesti Pajak telah
2. Pelatihan Bersama Dengan Penegak dilaksanakan pada triwulan III dan IV
Hukum Lainnya tahun 2016 dan triwulan I tahun 2017.
Telah dilaksanakan kegiatan Program tersebut diikuti oleh 973.426
peningkatan kapasitas penyidik Wajib Pajak (dan menghasilkan
melalui pelatihan dan koordinasi deklarasi harta sebesar Rp4.884
bersama antara Kepolisian RI, triliun, yang terbagi atas deklarasi
Kejaksaan, dan DJP. Selain itu, telah

103
dalam negeri, deklarasi luar negeri, b. Revisi UU terkait Ketentuan Fiskal
dan repatriasi. 1. Melakukan revisi Undang-Undang
7. Penegakan Hukum Secara Selektif Ketentuan Umum dan Tata Cara
untuk Memberikan Efek Jera kepada Perpajakan (KUP) dalam rangka
Wajib Pajak. penguatan penegakan hukum di
Tugas Satgas Faktur Pajak Tidak bidang perpajakan.
Berdasarkan Transaksi Sebenarnya Revisi Undang-Undang KUP telah
(FPTBTS) telah selesai melalui proses/tahap:
melaksanakan tugas dengan capaian a) Draft dan Naskah Akademik telah
sebagai berikut: disampaikan kepada DPR dan
a) 6.739 dari 8.565 WP (79%) DPD melalui Surat Presiden
mengaku menggunakan FPTBTS, Nomor R-28/Pres/05/2016
berkomitmen untuk membayar tanggal 4 Mei 2016.
dan melakukan pembetulan SPT b) Penyampaian keterangan
Masa PPN. Pemerintah mengenai RUU KUP
b) komitmen pembayaran PPN telah dilakukan pada sidang
sebesar Rp 4,1 triliun atau 77% Komisi XI DPR pada tanggal 8
dari nilai PPN yang diklarifikasi. Juni 2016.
c) efektif mencegah c) Komisi XI DPR telah melakukan
penyalahgunaan PKP dan faktur kunjungan kerja (public hearing)
pajak yang memberikan mengenai RUU KUP di Medan
kontribusi dalam pencapaian dan Yogyakarta pada tanggal 17
target penerimaan negara. Juni 2016.
d) Menteri Keuangan telah
Selain itu, telah dilakukan kerjasama membentuk Tim Pembahas RUU
antara DJP dan OJK melalui program KUP sebagai perwakilan
"Percepatan Perintah Tertulis Pemerintah dalam pembahasan
Membuka Rahasia Perbankan dengan DPR melalui Keputusan
Nasabah Penyimpan". Menteri Keuangan Nomor
653/KMK.01/2016 tanggal 9
Agustus 2016.
II. DUKUNGAN REGULASI e) Pembahasan selanjutnya
a. Harmonisasi Peraturan menunggu terbentuknya Panita
Harmonisasi peraturan dan perundang- Kerja RUU KUP dari Komisi XI
undangan terkait telah dilaksanakan, salah DPR RI.
satunya dalam bentuk koordinasi dengan 2. Melakukan revisi Undang-Undang
Direktorat Keberatan dan Banding Bea Materai
Konsep Rancangan Undang-Undang
Bea Materai telah disampaikan oleh

104
Pemerintah (sampai dengan saat ini Undang-Undang PBB oleh Badan
belum ada pembahasan kembali). Pembinaan Hukum Nasional
3. Melakukan revisi Undang-Undang Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Manusia dengan Surat Nomor
Draf Rancangan Undang-Undang PHN.KP.04.01-01 tanggal 30
PBB (RUU PBB) dan Naskah Desember 2015. Draf RUU PBB juga
Akademik RUU PBB telah selesai telah dibahas dalam panitia antar
disusun. Selain itu, telah diterbitkan kementerian dan akan dilakukan
surat keterangan penyelarasan finalisasi.
Naskah Akademik Rancangan

105
C. CAPAIAN PROGRAM RENSTRA DJP TAHUN 2015-2019
DJP telah menyusun rencana strategis jangka menengah dan jangka panjang yang
tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ/2015 tentang
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-2019.

DJP dalam hal ini adalah Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya
Aparatur (KITSDA) melakukan pemantauan terhadap Rencana Strategis DJP, Rencana
Strategis Unit Eselon II KPDJP/UPT, dan Rencana Strategis Unit Eselon II Vertikal. Pada
tahun 2017, Direktorat KITSDA telah melakukan kegiatan monitoring capaian program
Renstra DJP melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Permintaan Laporan Capaian Program d. Surat Direktur KITSDA Nomor S-


Strategis 586/PJ.11/2017 tanggal 11 Agustus
a. Surat Direktur KITSDA Nomor S- 2017 tentang Permintaan Laporan
87/PJ.11/2017 tgl 8 Februari 2017 Progres Pelaksanaan Program
tentang Permintaan Data Capaian Rencana Strategis Unit Eselon II
Pelaksanaan Program Rencana Kantor Pusat, Unit Eselon II Vertikal,
Strategis DJP Tahun 2015-2019 dan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Periode Sampai Dengan Semester II Setingkat Unit Eselon II di
Tahun 2016. Lingkungan Direktorat Jenderal
b. Surat Direktur KITSDA Nomor S- Pajak.
169/PJ.11/2017 tgl 14 Maret 2017
tentang Permintaan Laporan 2. One-on-One Meeting Renstra DJP
Progress Pelaksanaan Renstra dengan Koordinator Inisiatif Strategis
Eselon II Kantor Pusat, Eselon II Kegiatan One-on-One Meeting
Vertikal dan UPT (Renstra Eselon II dilaksanakan pada bulan Agustus
KPDJP dan Eselon II Vertikal dan 2017. Laporan kegiatan tersebut
UPT). disampaikan melalui Surat Direktur
c. Surat Direktur KITSDA Nomor S- KITSDA nomor S-994/PJ.11/2017 tgl
630/PJ.11/2017 tanggal 28 Agustus 28 Desember 2017 tentang
2017 tentang Permintaan Data Penyampaian Hasil Kegiatan One-on-
Capaian Pelaksanaan Program One Meeting Capaian Program dalam
Rencana Strategis DJP Tahun Renstra DJP 2015—2019.
2015-2019 Periode Sampai Dengan
Triwulan II Tahun 2017.

106
3. Monitoring dan Evaluasi Renstra Unit strategis DJP sampai dengan Triwulan
Eselon II Vertikal IV 2017 adalah sebagaimana terlampir.
Kegiatan monitoring dan evaluasi Unit Beberapa tantangan dalam
Eselon II Vertikal dilaksanakan di 5 pelaksanaan program antara lain :
(lima) Kantor Wilayah DJP yaitu Kanwil a. Validitas data Wajib Pajak
DJP Jawa Barat II, Kanwil DJP Jakarta b. Anggaran
Barat, Kanwil DJP Jawa Timur III, c. Kejelasan tugas fungsi, uraian
Kanwil DJP Kalimantan Barat, dan jabatan, dan SOP
Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi. d. Pengadaan barang/jasa
Hasil kegiatan ini dituangkan dalam e. SDM, sarana, dan isu grading
Laporan Hasil Rapat Kegiatan f. Wajib Pajak dan sarana dalam
Monitoring dan Evaluasi Renstra Unit layanan berbasis elektronik
Eselon II Vertikal. g. Kajian dan pembahasan lebih lanjut
h. Kerja sama dengan pihak eksternal
4. Monitoring dan Evaluasi Renstra Unit i. Koordinasi antar unit
Eselon II KPDJP/UPT j. Pergeseran timeline
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal k. Overlap antar program
2 November 2017 dengan
mengumpulkan Direktorat dan Unit 6. Inventarisasi dan pembahasan usulan
Pelaksana Teknis di lingkungan DJP. change request Program Strategis
Kegiatan ini dituangkan dalam Surat Tindak lanjut atas usulan perubahan,
Direktur KITSDA nomor S- penghapusan, dan/atau penambahan
812/PJ.11/2017 tgl 13 November 2017 program strategis yang disampaikan
tentang Penyampaian laporan Hasil oleh masing-masing Koordinator
Rapat Evaluasi Renstra Unit Eselon II Inisiatif Strategis dilakukan dengan
KPDJP dan UPT. inventarisasi dan pembahasan one-on-
one dengan para pengusul change
5. Capaian Program Renstra DJP request. Sampai dengan tanggal 29
Berdasarkan hasil monitoring atas Desember 2017, terdapat 39 usulan
capaian program pada Renstra DJP, change request. One-on-one meeting
diketahui bahwa sampai dengan dengan para UIC pengusul change
Triwulan IV 2017, dari 128 program request dilakukan pada bulan
strategis, terdapat 44 program yang Desember 2017. Hasil kajian Tim
telah selesai, 16 program belum Pengelola Renstra DJP atas usulan
dimulai, dan 68 program masih dalam change request tersebut dituangkan
proses implementasi. Detail capaian dalam Surat Direktur KITSDA Nomor S-
pelaksanaan program rencana 63/PJ.11/2018 tanggal 31 Januari

107
2018. Dari 39 usulan tersebut,
sebanyak 23 program disetujui untuk
dilakukan perubahan, baik
penambahan (1 program strategis),
penghapusan (4 program), maupun
perubahan scope, output, dan jangka
waktu (18 program).

108
D. REALISASI ANGGARAN

Dalam rangka penunjang dalam pencapaian tujuan dan sasaran, DJP menggunakan
sumber dana dari Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak Kementerian
Keuangan Bagian Anggaran (BA) 015. Pagu anggaran adalah sebesar
Rp6.518.655.742.000 dengan realisasi penyerapan anggaran DJP adalah sebesar
Rp6.234.469.190 atau 95,64 persen
Kode
No Jenis Nama Jenis Kegiatan Total Pagu Total Realisasi %
Kegiatan
1 1655 PENINGKATAN PELAYANAN SERTA
EFEKTIVITAS PENYULUHAN DAN 30.658.754.000 28.600.351.602 93,29%
KEHUMASAN
2 1656 PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN
DUKUNGAN TEKNIS DI BIDANG
172.331.086.000 164.531.698.319 95,47%
TEKNOLOGI, KOMUNIKASI DAN
INFORMASI PERPAJAKAN
3 1657 PELAKSANAAN REFORMASI PROSES
10.294.743.000 9.153.105.456 88,91%
BISNIS
4 1658 PENINGKATAN PELAKSANAAN
EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN 4.976.525.000 4.626.744.407 92,97%

5 1659 PENINGKATAN EFEKTIVITAS


KEGIATAN INTELIJEN PERPAJAKAN 10.488.638.000 9.148.431.971 87,22%

6 1660 PENINGKATAN PELAYANAN DI


BIDANG PENYELESAIAN KEBERATAN 11.366.020.000 11.134.407.932 97,96%
DAN BANDING
7 1661 PENINGKATAN, PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN SDM, DAN 24.753.209.000 21.443.580.554 86,63%
PENGEMBANGAN ORGANISASI
8 1662 PENINGKATAN EFEKTIVITAS
PEMERIKSAAN, DAN OPTIMALISASI 15.676.603.000 14.302.774.796 91,24%
PELAKSANAAN PENAGIHAN
9 1663 PERUMUSAN KEBIJAKAN,
STANDARDISASI DAN BIMBINGAN
TEKNIS, EVALUASI DAN
5.939.952.000 5.077.229.982 85,48%
PELAKSANAAN DI BIDANG ANALISIS
DAN EVALUASI PENERIMAAN
PERPAJAKAN
10 1664 PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG
PPN, PBB, BPHTB, KUP, PPSP, DAN 6.591.956.000 4.660.091.448 70,69%
BEA MATERAI
11 1665 PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG
14.877.016.000 12.463.751.656 83,78%
PPH
12 1666 PERENCANAAN, PENGEMBANGAN,
DAN EVALUASI DI BIDANG 117.685.906.000 115.065.574.025 97,77%
TEKNOLOGI, KOMUNIKASI DAN

109
Kode
No Jenis Nama Jenis Kegiatan Total Pagu Total Realisasi %
Kegiatan
INFORMASI

13 1667 PEMBINAAN PENYELENGGARAAN


PERPAJAKAN DAN PENYELESAIAN
645.998.927.000 601.563.914.430 93,12%
KEBERATAN DI BIDANG
PERPAJAKAN DI DAERAH
14 1668 PELAKSANAAN ADMINISTRASI
PERPAJAKAN DI DAERAH 3.843.811.923.000 3.679.319.745.369 95,72%

15 1669 PENGELOLAAN DATA DAN


81.989.433.000 77.617.605.780 94,67%
DOKUMEN PERPAJAKAN
16 1670 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN
DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DJP 1.480.752.491.000 1.441.359.756.304 97,34%

17 5236 PELAKSANAAN KEGIATAN LAYANAN


INFORMASI UMUM PERPAJAKAN 14.210.463.000 13.925.695.937 98,00%
DAN PENGELOLAAN PENGADUAN
18 5879 PENINGKATAN KEGIATAN
15.946.696.000 12.802.693.676 80,28%
PENYIDIKAN
19 5880 PERUMUSAN KEBIJAKAN DAN
STANDARDISASI PERPAJAKAN 10.305.401.000 7.672.228.546 74,45%
INTERNASIONAL

Jumlah 6.518.655.742.000 6.234.469.382.190 95,64%

110
E. KINERJA LAIN

I. Capaian Terkait Penerimaan Negara: Amnesti Pajak

Pengampunan Pajak atau yang lebih populer dengan Amnesti Pajak adalah kebijakan
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan
dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar
sejumlah uang tebusan dengan tarif yang sangat ringan.

Terdapat tiga sasaran utama yang digunakan untuk membiayai


dituju dengan pemberian Amnesti Pajak, pembangunan.
yaitu: akselerasi pertumbuhan dan
restrukturisasi ekonomi yang akan Pemberlakuan Amnesti Pajak
mempengaruhi performa moneter dan dilaksanakan berdasarkan Undang-
investasi, reformasi perpajakan yang lebih Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang
berkeadilan, komprehensif dan Pengampunan Pajak, dimulai sejak 1 Juli
terintegrasi; serta penambahan 2016 sampai dengan 31 Maret 2017.
penerimaan negara yang antara lain akan

Capaian Amnesti Pajak


Partisipasi Wajib Pajak Orang Pribadi 736.093 Wajib Pajak
Badan 237.333 Wajib Pajak
Jumlah 973.426 Wajib Pajak
Uang Tebusan Rp114,54 triliun
Surat Setoran Pajak 1.108.720 surat
Pengajuan Surat Pernyataan Harta 1.030.014 surat
Harta yang Diungkapkan Deklarasi Dalam Negeri Rp3.700,80 triliun
Deklarasi Luar Negeri Rp1.036,76 triliun
Repatriasi Rp146,70 triliun
Jumlah Rp4.884,26 triliun
Keterangan:
- Sumber Dashboard Amnesti Pajak per 29 Mei 2017 (diolah).
- Surat Pernyataan Harta adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan harta,
utang, nilai harta bersih, penghitungan dan pembayaran uang tebusan.

Keberhasilan program Amnesti perluasan basis pajak untuk periode


Pajak tentunya tidak hanya dilihat dari mendatang. Dengan data harta yang
angka pencapaian penerimaan negara lengkap, tentunya potensi penerimaan
dari sektor pajak, tetapi juga mencakup

111
pajak bisa meningkat pada tahun-tahun
mendatang.

Jenis Harta Utama yang Dideklarasi dalam Surat Pernyataan Harta

HAKI & Harta Tak Berwujud Lainnya 8,14

Kendaraan Bermotor 107,22

Logam Mulia, Barang Berharga & Harta Bergerak Lainnya 243,54

Piutang & Persediaan 734,29

Tanah, Bangunan & Harta Tak Bergerak Lainnya 1.039,36

Investasi & Surat Berharga 1.275,04

Kas & Setara Kas 1.743,65

- 500 1.000 1.500 2.000

Nilai Harta (triliun rupiah)

Sumber Dashboard Amnesti Pajak per 29 Mei 2017 (diolah)

Selain perluasan basis data harta Sementara itu, hanya sekitar 5 persen
Wajib Pajak, Amnesti Pajak juga Wajib Pajak yang merupakan Wajib Pajak
memberikan gambaran bahwa lebih dari yang baru terdaftar pada tahun 2016
90 persen Wajib Pajak yang ketika program Amesti Pajak berlangsung.
memanfaatkan amnesti pajak adalah Selebihnya, kurang dari 1 persen
Wajib Pajak lama yang sudah terdaftar merupakan Wajib Pajak yang terdaftar
sejak tahun 2015 dan sebelumnya. pada tahun 2016 sebelum Amnesti Pajak.

Perkembangan Wajib Pajak Terdaftar Peserta Amnesti Pajak


Terdaftar 2015 dan sebelumnya 912,1 ribu
Terdaftar 2016 sebelum Amnesti Pajak 8,4 ribu
Terdaftar 2016 selama Amnesti Pajak 52,7 ribu
Sumber Dashboard Amnesti Pajak per 29 Mei 2017 (diolah)

II. Leading Practice dan Inovasi Perpajakan


a. Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan
Sebuah langkah maju sekaligus bentuk komitmen Pemerintah Indonesia dalam inisiatif
global ditandai dengan penerbitan landasan hukum terkait Automatic Exchange of
Information (AEoI), yaitu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor
1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan yang
ditetapkan pada tanggal 8 Mei 2017 dan selanjutnya ditingkatkan menjadi Undang-Undang

112
melalui penerbitan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi
Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan Menjadi Undang-Undang yang ditetapkan pada
tanggal 23 Agustus 2017.

Penerbitan landasan hukum atas mengakses informasi keuangan yang


pelaksanaan terhadap akses informasi dimiliki lembaga keuangan, seperti
keuangan untuk kepentingan perpajakan asuransi, perbankan, dan pasar modal.
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Sejak diberlakukannya Perppu Nomor 1
Keuangan Nomor 70/PMK.03/2017 Tahun 2017, DJP telah mampu
tentang Petunjuk Teknis Mengenai Akses melaksanakan permintaan informasi
Informasi Keuangan untuk Kepentingan dan/atau bukti atau keterangan
Perpajakan yang berlaku pada tanggal 31 berdasarkan kepada lembaga jasa
Mei 2017. Selanjutnya, peraturan ini keuangan. Selanjutnya, mulai tahun 2018
diubah dengan Peraturan Menteri lembaga keuangan akan secara otomatis
Keuangan Nomor 73/PMK.03/2017 dan rutin memberikan data keuangan
tentang Petunjuk Teknis Mengenai Akses kepada DJP setiap tahunnya untuk
Informasi Keuangan untuk Kepentingan kepentingan perpajakan domestik dan
Perpajakan yang berlaku pada tanggal 12 kerja sama pertukaran informasi
Juni 2017. Pengaturan lebih lanjut keuangan secara otomatis dengan lebih
mengenai pengawasan atas pemanfaatan dari 100 negara/yurisdiksi di dunia.
akses informasi keuangan untuk Secara resiprokal, Indonesia akan
kepentingan perpajakan diatur dengan memperoleh informasi keuangan yang
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak dimiliki subjek pajak Indonesia yang
Nomor SE-16/PJ/2017 tentang disimpan di negara/yurisdiksi tersebut.
Permintaan Informasi dan/atau Bukti atau Informasi ini sangat penting untuk
Keterangan Terkait Akses Informasi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan
Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan mencegah terjadinya praktik
yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli penghindaran pajak dengan cara
2017. menyembunyikan aset keuangan di luar
negeri.
Berdasarkan peraturan dimaksud
DJP diberikan kewenangan untuk

b. Aplikasi Usulan Pembuka Rahasia Bank (Akasia)


Untuk mendukung upaya pengawasan wajib pajak pasca-Amnesti Pajak, DJP mulai
mengimplementasikan Aplikasi Usulan Pembuka Rahasia Bank (Akasia) yang berfungsi

113
untuk memproses pengajuan usulan permintaan pembukaan rahasia bank (buras) secara
elektronik untuk kepentingan perpajakan. Akasia dirancang untuk simplifikasi dan otomasi
dari beberapa proses pengajuan permintaan rahasia bank. Penggunaan aplikasi ini dapat
mempersingkat waktu proses pengajuan permintaan rahasia bank, yang tadinya
membutuhkan waktu 239 hari sekarang hanya perlu kurang dari 30 hari.

Penggunaan aplikasi ini telah Amnesti Pajak untuk peningkatan


ditetapkan dalam Keputusan Menteri efektivitas buka rahasia bank demi
Keuangan Nomor 12/KMK.03/2017 menyongsong Automatic Exchange of
tanggal 6 Januari 2017. Akasia Information (AEoI) yang akan mulai
merupakan salah satu strategi DJP pasca- diimplementasikan pada September 2018.

c. Platform Integrasi Data Administrasi: Kartin1,


DJP meluncurkan platform aplikasi Kartin1 yang mampu mengintegrasikan beberapa
identitas dan akses terhadap layanan produk dalam satu kartu. Platform aplikasi ini
merupakan pengembangan dari kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang bisa memiliki
kegunaan lebih, bukan hanya untuk data perpajakan saja. Nantinya, kartu-kartu yang
memanfaatkan platform ini dapat mengintegrasikan layanan perpajakan dengan layanan-
layanan dari institusi lain misalnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) baik
ketenagakerjaan maupun kesehatan, paspor, SIM, hingga e-money. Layanan terintegrasi
dalam platform Kartin1 dapat terwujud apabila masing-masing instansi bersedia untuk
bergabung ke dalam platform Kartin1.

Kartin1 mulai dikembangkan sejak Prosedur keamanan Kartin1 tidak


awal tahun 2016 dan telah meluncurkan kalah dengan keamanan data perbankan.
secara resmi pada tanggal 31 Maret 2017. Setidaknya ada 4 (empat) prosedur
Pada tahap awal, DJP telah menerbitkan berlapis untuk menjamin data pengguna
sekitar 450 kartu kepada pegawai tetap aman dari pihak yang tidak
Pemerintah Daerah Jawa Barat yang bertanggung jawab. Prosedur tersebut
dapat berfungsi sebagai kartu NPWP, meliputi:
kartu identitas pegawai, dan kartu debet a. personal identification number (PIN),
Bank Jabar. Implementasi Kartin1 pada Kartin1 memiliki 6 (enam) digit PIN
Pemerintah Daerah Jawa Barat dilakukan (seperti ATM/ kartu debet) yang harus
sebagai uji coba untuk melihat ada atau diinput sebelum dapat digunakan;
tidaknya bug sebelum diluncurkan secara b. enskripsi, data dalam kartu selalu
massal. dienkripsi sehingga tidak dapat

114
dibaca oleh orang yang tidak jari tidak sesuai dengan data yang
berkepentingan; terekam dalam kartu, data kartu tidak
a. digital certificate, Kartin1 hanya dapat dapat dibuka.
dibuka oleh alat pembaca yang
dilengkapi dengan sertifikat digital Dalam waktu dekat DJP akan
khusus agar terhubung dengan menempatkan mesin EDC dan KIOSK
sistem DJP; dan Pajak di setiap Kantor Pelayanan Pajak
b. biometric sidik jari, data dalam kartu dan beberapa tempat umum agar
hanya dapat dibuka dengan validasi pemegang Kartin1 bisa mendapatkan
sidik jari dari pemilik kartu. Jika sidik akses layanan perpajakan di mana saja.

III. Penghargaan/Awards
a. Rekor MURI atas Kegiatan Pajak Bertutur
DJP menerima piagam penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas
rekor edukasi Pajak Bertutur secara serentak kepada 127.459 siswa di 2.182 sekolah mulai
SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi se-Nusantara pada tanggal 11 Agustus 2017.
Pajak Bertutur merupakan bagian pembelajaran dan perbukuan. Gerakan
dari program Inklusi Kesadaran Pajak, Pajak Bertutur dilaksanakan selama satu
yaitu program yang dilakukan oleh DJP hari secara serentak di seluruh Indonesia,
bersama dengan kementerian yang di mana para pegawai DJP turun
membidangi pendidikan untuk langsung ke sekolah dan perguruan tinggi
meningkatkan kesadaran perpajakan memberikan materi yang diharapkan bisa
peserta didik, guru dan dosen yang menanamkan sejak dini akan pentingnya
dilakukan melalui integrasi materi peran pajak di sektor pembangunan.
kesadaran pajak dalam kurikulum,

b. Prestasi Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan DJP (Kring Pajak 1500200)
Berbagai prestasi yang diperoleh Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan (KLIP)
DJP dalam ajang kejuaraan contact center merupakan salah satu indikator keberhasilan
DJP dalam upaya pengembangan layanan perpajakan.

Tahun 2017 merupakan tahun tahun keikutsertaan tersebut, KLIP DJP


ketujuh KLIP DJP mengikuti ajang mendulang segudang prestasi.
perlombaan The Best Contact Center
yang diselenggarakan oleh Indonesia Pada ajang The Best Contact
Contact Center Association. Selama tujuh Center 2017, KLIP DJP meraih 22 medali

115
dan secara keseluruhan menempati posisi
Runner Up (Juara Umum Ketiga).

Prestasi KLIP DJP dalam Ajang The Best Contact Center 2017
No. Kategori Peringkat Penerima Penghargaan
1. The Best Business Contribution (Corporate) Platinum KLIP DJP
2. The Best Reporting Team Platinum - Sulfiah Mutiara
- Dona Ardiansyah
3. The Best Telemarketing Team Platinum - Ramadhan Try A.
- Adi Wiyono
4. The Best Smart Team Platinum - Andreas Aditya Nugraha
- Nur Seto Dimas P.
5. Best of the Best Back Office Platinum Sanda Pradhipta
6. Best of the Best Supervisor Platinum Ramitha Clara Sakty
7. The Best Team Leader Inbound Platinum Fajar Widiarto
8. The Best Telemarketing Platinum Christy Ivana
9. The Best Back Office Platinum Adi Yanuar Putra
10. Best of the Best Customer Service Gold Yose Marigo Tarigan
11. Best of the Best Quality Assurance Gold Aulia Rahimi
12. Best of the Best Team Leader Gold Aldy Prasetyo P.
13. Best of the Best Agent Gold Gilang Kusumabangsa
14. The Best Manager Gold Henny Setyawati
15. The Best Agent Regular Gold Arinda Luqmana
16. Multimedia Talent – Photography Gold Bustanul Maftuhin
17. Multimedia Talent – Writing Gold Rahma Intan Anindita
Muhammad Irfan
18. The Best Customer Service Silver Rika Mudya Wulandari
19. The Best Quality Team Silver - Sunarti
- Rendra Maycel Purba
20. Multimedia Talent – Video Silver Ius A. Ganny
21. The Best Reporting Team Bronze - Ario Bimo Pranoto
- Aldy Prasetyo P.
22. The Best Business Process Team Bronze - Pandiarsah
- Adhy Putranto

c. Penghargaan Public Relation Indonesia Award 2017


Majalah internal Intax DJP memperoleh penghargaan Silver Winner Public Relations
Indonesia Awards (PRIA) 2017 kategori Majalah Digital Internal subkategori Lembaga yang
diselenggarakan oleh Majalah PR Indonesia.

PRIA 2017 merupakan penghargaan mewujudkan kredibilitas dan kepercayaan


bagi insan kehumasan yang mampu suatu korporasi, lembaga, atau organisasi.

116
Penghargaan ini menghadirkan lima termasuk di dalamnya kategori PR
kategori kompetisi yaitu kategori Media Agency of The Year.
Relations, Media Internal, Program Public
Relations, Departemen Public Relations,
dan Platinum Awards atau Juara Utama,

d. World CIO 100 Award (Tingkat Dunia)


Pada tanggal 14–16 Agustus 2017, DJP bersama dengan perusahaan dan organisasi
terkemuka dunia mendapatkan anugerah CIO 100 di Colorado, Amerika Serikat. CIO 100
Award adalah penghargaan yang diberikan kepada organisasi sebagai pengakuan atas
pemanfaatan teknologi secara inovatif. Penghargaan ini diberikan kepada DJP karena
pemanfaatan teknologi big data dan analitik yang mulai diterapkan sejak tahun 2014.
Teknologi Big Data dimanfaatkan oleh DJP dalam proyek Data Warehouse Terintegrasi
(DAWET) untuk mengolah dan mengintegrasikan data internal maupun eksternal yang
memiliki volume besar, kecepatan pergerakan data yang cepat dan variasi data yang tinggi.
Dengan implementasi teknologi ini petugas pajak diharapkan dapat melaksanakan tugas
pengumpulan penerimaan negara secara lebih efektif dan efisien melalui peningkatan
kepatuhan sukarela dan pengawasan yang lebih optimal.

e. Teradata EPIC Award (Tingkat Dunia)


Pada 24 Oktober 2017, DJP mendapatkan penghargaan tertinggi di bidang
Operational Excellence dalam ajang Teradata EPIC Award 2017, yang digelar di Teradata
Global, Anaheim, California, Amerika Serikat. Penghargaan ini diberikan kepada DJP, yang
menjadi satu-satunya penerima penghargaan yang berasal dari Indonesia, sebagai
pelanggan Teradata Global yang telah berhasil melakukan inovasi pada bidang Analytics.
DJP menggunakan Teradata untuk menciptakan ekosistem informasi yang lebih terintegrasi.
Melalui proyek DAWET DJP secara efektif mengelola data dalam lingkup enterprise secara
terintegrasi.

117
PENUTUP

Laporan Kinerja Kementerian Keuangan ini merupakan laporan pertanggungjawaban


atas pencapaian pelaksanaan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak menuju good
governance dengan mengacu pada Rencana Strategis DJP tahun 2015-2019. Penyusunan
Laporan Kinerja DJP berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat sejalan dengan program Anggaran


Jenderal Pajak (DJP) tahun 2017 Berbasis Kinerja dan Balanced Scorecard
merupakan hasil evaluasi kinerja DJP atau Indikator Kinerja Utama dari program
selama satu tahun anggaran yang dan kegiatan DJP.
berisikan tentang kegiatan pelaksanaan
tugas di bidang administrasi dan kebijakan Pencapaian kinerja organisasi
perpajakan yang tertuang dalam indikator merupakan perwujudan atas perencanaan
kinerja utama DJP. Hasil evaluasi tersebut dan pemenuhan tanggung jawab dalam
diharapkan sebagai alat penilai kinerja melaksanakan tugas. Akan tetapi akan
kuantitatif yang menggambarkan DJP selalu ada faktor-faktor penghambat yang
secara transparan serta dapat dihadapi dalam kaitan pelaksanaan
menggambarkan pelaksanaan tugas dan pekerjaan. Sebagian indikator kinerja
fungsi organisasi. Penyusunan LAKIN dapat dipenuhi dengan baik tetapi

118
sebagian juga ada yang masih berada di berdasarkan APBNP- 2017, dengan
bawah target. Hasil dari laporan kinerja komposisi PPh Migas Rp41,77 triliun, PPh
organisasi dapat dijadikan sebagai bahan non migas Rp742,2 triliun, PPN dan
kajian untuk mengambil kebijakan bagi PPnBM sebesar Rp475,48 triliun, PBB
pemangku kepentingan untuk peningkatan sebesar Rp15,41 triliun, dan Pajak
kinerja DJPtahun yang akan datang. Lainnya Rp8,7 triliun. Realisasi
penerimaan pajak termasuk PPh Migas
Target Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2017 sebesar Rp1.151,13 triliun
DJP Tahun 2017 sebagaimana tertuang atau sebesar 89,68 persen.
dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun
2017 sebagian besar tercapai dengan Menghadapi tantangan tahun 2018,
baik. Dari 22 IKU Kemenkeu-One DJP, DJP akan selalu berupaya untuk
sebanyak 21 IKU (87,5 persen) berstatus mengamankan APBN terutama pada
hijau dan 3 IKU (12,5 persen) berstatus sektor penerimaan perpajakan. Kebijakan
kuning, serta tidak terdapat IKU berstatus teknis pengamanan penerimaan pun telah
merah. disusun dan didiseminasikan kepada
seluruh entitas DJP agar semua unit
Di tengah kondisi ekonomi nasional memiliki visi misi yang sama dalam
dan global yang berfluktuatif serta dengan memenuhi target penerimaan perpajakan.
membaiknya harga minyak mentah dan Kebijakan teknis tersebut telah tertuang
beberapa komoditas utama, DJP diminta dalam Undang-Undang APBN 2018 yang
untuk mengumpulkan target penerimaan diwujudkan dalam berbagai program
negara sebesar Rp1.283,57 triliun diantaranya:

Kebijakan Teknis Perpajakan 2018

No Kebijakan yang akan ditempuh


1 Kebijakan mendukung penguatan basis data perpajakan tahun 2018, yaitu:
a.) melanjutkan pembahasan RUU Perpajakan meliputi RUU KUP, RUU PPh, RUU
PPN dan RUU Bea Materai;
b.) meningkatkan kapasitas IT, melakukan updating data wajib pajak, dan melakukan
monitoring aktif pengawasan;
c.) melakukan kerja sama dan koordinasi kelembagaan dengan
Kementerian/lembaga sebagai pelaksanaan amanat pasal 35A UU KUP dan
implementasi Perpu Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan
untuk kepentingan perpajakan;

119
d.) melakukan digitalisasi data dan pertukaran informasi untuk mendukung data
perpajakan melalui program e-filing, e-form, dan e-faktur; dan
e.) mengoptimalkan data hasil implementasi Automatic Exchange of Information
(AEoI) untuk melaksanakan program tertib administrasi perpajakan dan
penegakan hukum perpajakan.
2 Kebijakan untuk meningkatkan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam jangka panjang, meliputi:
a.) Memudahkan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan:
 Mengembangkan fasilitas perpajakan secara online (e-service), antara lain e-
registration, e-biling, e-filing, dan e-withholding;.
 Memperluas jangkauan pelayanan wajib pajak melalui kerja sama antar
instansi pusat dan daerah yang terkait dengan program konfirmasi status wajib
pajak (KSWP); dan
 Memberikan informasi jatuh tempo penagihan pajak dengan outbond call.
b.) Memberikan pemahaman perpajakan kepada masyarakat luas, melalui:
 Mengembangkan kurikulum pendidikan perguruan tinggi dengan inklusi materi
kesadaran pajak; dan
 Melakukan kajian di bidang perpajakan melalui tax center di perguruan tinggi.
3 Kebijakan untuk mendukung daya saing industri nasional dan tetap mendorong
hilirisasi industri, meliputi:
a.) melanjutkan pemberian insentif perpajakan secara lebih selektif sesuai dengan
kriteria dan target tertentu, dengan mempertimbangkan besaran dampaknya
terhadap perekonomian, untuk meningkatkan efisiensi industri nasional;
b.) mereviu kebijakan exemption pada beberapa barang kena PPN; dan
c.) mendorong proses hilirisasi industri dengan memanfaatkan kebijakan Bea Masuk.
4 Kebijakan untuk mengoptimalkan perjanjian perpajakan internasional dan pelaksanaan
Automatic Exchange of Information (AEoI), melalui:
a.) menyusun kebijakan perpajakan internasional untuk mendukung transparansi
perpajakan dan menghapus praktik penghindaran pajak antar negara;
b.) melaksanakan praktik perpajakan yang lazim diterapkan secara internasional
terkait akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan, sesuai dengan
Perpu Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk
Kepentingan Perpajakan;
c.) memperkuat sistem informasi perpajakan sesuai dengan hasil pelaksanaan AEoI;
dan
d.) meningkatkan kapasitas SDM dalam rangka memperkuat penyusunan kebijakan

120
dan administrasi perpajakan internasional.
5 Kebijakan perpajakan yang lebih berkeadilan bagi masyarakat guna mengurangi
kesenjangan ekonomi, melalui:
a.) pemberian insentif perpajakan untuk meningkatkan penghasilan riil masyarakat
kelompok ekonomi menengah dan bawah; dan
b.) pPenyesuaian baik terhadap threshold pada PPN maupun lapisan tarif PPh bagi
UMKM.

Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada
pimpinan dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJP. Laporan ini juga
menjadi bahan evaluasi untuk peningkatan pengelolaan kinerja DJP, serta dapat digunakan
sebagai bahan untuk merumuskan kebijakan ke depan.

121

Anda mungkin juga menyukai