2. Himpunan Data
Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik (klien/konseli).Himpunan data perlu diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.Penyelenggaraan
himpunan data bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan
hasil dari upaya aplikasi instrumentasi, dan apa yang menjadi hasil himpunan data
dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan.
Materi umum himpunan data diantaranya sebagai berikut:
1. Identitas siswa (klien) dan keluarga.
2. Hasil aplikasi instrumentasi.
3. Hasil belajar, karya tulis, dan rekaman kemampuan siswa.
4. Catatan anekdot.
5. Informasi pendidikan dan jabatan.
6. Laporan dan catatan khusus.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan data ialah
fungsi pemahaman.Hasil aplikasi instrumentasi pada umumnya menjadi yang dianggap
penting dalam himpunan data.Himpunan data juga dapat meliputi hasil wawancara,
konferensi kasus, kunjungan rumah, analisis hasil belajar, pengamatan dan hasil upaya
pengumpulan bahan lainnya yang dianggap relevan dengan pelayanan bantuan terhadap
siswa. Keseluruhan data yang dikumpulkan itu dapat dikelompokkan menjadi:
a. Data pribadi, adalah menyangkut diri masing-masing siswa secara perorangan. Himpunan
data pribadi dilakukan terpisah untuk setiap siswa, karena himpunan data pribadi bersifat
berkelanjutan, maka harus ada kera sama antar guru kelas.Himpunan data pribadi siswa
memang perlu lengkap dan menyeluruh, tetapi harus tetap sederhana, ringkas, dan bersifat
sepenuhnya. Himpunan data pribadi sering juga disebut Cumulative Record.
b. Data kelompok, adalah menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa, seperti gambaran
menyeluruh hasil beljar siswa stu kelas, hasil sosiometri, laporan penyelenggaraan dan hasil
diskusi atau belajar kelompok, penyelenggaraan dan isi bimbingan, dan konseling kelompok.
c. Data umum, adalah tidak secara langsung menyangkut diri siswa baik secara pribadi
(perorangan)ataupun kelompok. Data ini berasal dari luar diri siswa, seperti informasi
pendidikan dan jabatan serta informasi lingkungan fisik social dan budaya. Data ini biasanya
dihimpun dalam bentuk tersendiri, contohnya bentuk buku, kumpulan tentang informasi
pendidikan, informasi jabatan, informasi sisial budaya ( Prayitno, 1997:99-100).
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka penyelenggaraan
himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal:
a. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan
gambaran yang tepat untuk individu.
b. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis. Oleh karea itu
data tentang siswa perlu di perbarui.
c. Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut system tertentu.
d. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
e. Mengingat bahwa data yang di kumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan
dikurangisesuai dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran data dan pemasukannya
kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin
penyelenggaraan himpunan data itu.
Berbagai hal yang termuat didalam himpunan data meliputi pokok-pokok
data/keterangan tentang berbagai hal sebagaimana yang menjadi isi dari aplikasi
instrumentasi tersebut diatas.Selain itu, himpunan data juga memuat karya tulis atau rekaman
kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus, dan informasi pendidikan dan jabatan.
3. Konferensi Kasus
Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan,
keterangan kemudahan,dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan
dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.Dalam konferensi kasus secara
spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu dalam suatu forum diskusi
yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (seperti guru pembimbing/konselor, wali kelas, guru
mata pelajaran/praktik, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lainya) yang diharapkan
dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan bagi
teretasnya permasalahan tersebut.konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Pembahasan masalah dalam konferensi kasus juga menyangkut upaya pengentasan
masalah dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang di maksud itu.Dengan
demikian, fungsi utama yang diemban oleh konferensi kasus ialah fungsi pemahaman dan
pengentasan.
Tujuan konferensi kasus diantaranya sebagai berikut:
Secara umum tujuan dari konferensi kasus ialah mencari interpretasi yang tepat dan
tindakan-tindakan yang konkret yang dapat diambil. Atau dengan kata lain konferendi kasus
bertujuan untuk mendapat gambaran yang lebih tepat mengenai diri kasus dengan maksud
untuk memberikan pertolongan kepada kasus tersebut dalam memecahkan masalahnya.
a. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan
klien. Gambaran yang diperoleh lengkap dan saling sangkut paut data atau keterangan yang
satu dengan yang laiinya.
b. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
c. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya menanganan itu
lebih efektif dan efisien.
Peserta konferensi kasus, konferensi kasus dipimpin oleh ahli bimbingan yang secara
lansung mengenai kasus tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat didalamnya adalah personel
yang ada sangkut pautnya dengan permasalahan yang di hadapi seprti kepala sekolah, guru-
guru bidang studi, wali kelas, petugas kesehatan (tim medis) dan lain-lainnya
Kasifikasi masalah konferensi kasus, masalah yang akan menjadi titik pusat
pembahasan dalam konferensi kasus adalah kasus yang telah dipersiapkan dan diajukan oleh
peserta konferensi kasus. Klasifikasi masalah siswa yang dapat diajukan dalam pembahasan
konferensi kasus salah satu atau beberapa masalah yang dihadapi siswa di bawah ini:
1. Masalah belajar, yang antara lain berkenan dengan:
a. Kebiasaan belajar yang kurang efektif
b. Kemampuan belajar yang kurang memadai
c. Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai
d. Kondisi lingkungan belajar yang kurang menguntungkan
2. Masalah social pribadi diantaranya:
a. Kekurangharmonisan hubungan antar teman
b. Kekurangserasian hubungan dengan orang tua
c. Kekurangserasian hubungan dengan guru
d. Gambaran diri yang kurang tepat
e. Kebiasaan hidup yang kurang tepat
f. Kenakalan remaja
g. Gangguan psikis
3. Masalah kelanjutan studi dan pemilihan pekerjaan
a. Pemilihan jurusan yang tepat
b. Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat
c. Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memedai
d. Pengenalan sekolah sambungan dan perguruan tinggi yang kurang memadai
e. Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai
Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pihak-pihak yang di undang dan
diminta berpartisipasi secara aktif dan langsung dalam konferensi itu ialah, pertama mereka
yang berperanan sangat menentukan bagi siswa yang bermasalah seperti orang tua/ wali dan
guru), kedua pihak yang diharapkan dapat memberi keterangan ataupun masukan berkenaan
dengan permasalahan di atas, dan ketiga pihak-ppihak lain yang di harapkan dapat ikut
memberikan kemudahan bagi penangan masalah siswa. Dengan demikian tampak bahwa para
peserta konferensi kasus sangat mungkin bersal dari latar belakang yang berbeda beda,
dengan wawasan yang berbeda dan menghadiri konferensi itu dengan persepsi awal dan
tujuan yang berbeda pula.
Materi pokok yang dibicarakan dalam konferensi kasus ialah segenap hal yang
menyangkut permasalahan (kasus) yang dialami oleh siswa yang bersangkutan.Permasalahan
itu didalami dan dianalisis berbagai seginya, baik perincian masalahnya, sebab-sebab, dan
sangkut paut antara berbagai hal yang ada didalamnya, maupun berbagai kemungkinan
pemecahannya serta factor-faktor penunjangnya. Dikehendaki pula, melalui konferensi kasus
itu akan dapat terbina kerja sama yang harmonis diantara para peserta pertemuan dalam
mengatasi masalah yang dialami oleh siswa.
Kasus yang telah ditetapkan oleh konselor/guru pembimbing ada yang bisa
dipecahkan secara tuntas dengan hanya melalui penanganan konselor sekolah, tetapi banyak
pula kasus-kasus yang belum bisa ditangani sendiri yang sangat memerlukan campur tangan
dari personil lain: bantuan pemecahan masalah terhadap kasus tersebut akan ditangani secara
team: tekhnik-tekhnik bantuan yang akan diberikan dibicarakan dalam satu pertemuan yang
disebut dengan konferensi kasus atau case conference.
Kesimpulan-kesimpulan konferensi kasus, setelah semua data dapat dikumpulkan
maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut seacar komprehensif, sehingga
dapat diputuskan suatu rekomendasi, tentang tekhnik bantuan pemecahan masalah yang
diberikan.
Kesimpulan-kesimpulan konferensi kasus dapat dicatat dalam format konferensi
kasus.Dalam satu kali pertemuan, mungkin belum diputuskan suatu rekomendasi.Oleh karena
itu, perlu diadakan pertemuan berikutnya sesuai dengan wktu yang telah disepakati bersama
antara peserta konferensi kasus.
Penyelenggaraan konferensi kasus: tak semua masalah siswa perlu
dikonferensikasuskan. Guru kelas sebagai penyelenggaraan pertama menjelaskan tujuan
konferensi kasus dan menguraikan secara garis besar kasus yan hendak dibicaraan itu. Isi
pembicaraan konferensi kasus sama sekali tidak bolh dibocorkan atau dibicarakan di tempat
lain. Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses ialah apabila konselor
memperoleh data atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah
siswa, dan terbangun komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya
pengentasan masalah klien (siswa)(prayitno, 1997:101-102)
4. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
peserta didik (klien/konseli) melalui kunjungan kerumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja
sama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Penanganan permasalahan siswa sering kali memerlukan pemahaman yang lebih jauh
tentang suasana rumah atau keluarga siswa.Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah.
Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa; hanya untuk siswa yang
permasalahannya menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan ruah atau orang tua
sajalah yang memerlukan kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau keterangan tentang rumah
orang tua boleh jadi juga tidak perlu diperoleh melalui kunjungan rumah oleh konselor.Cara
yang lebih praktis untuk memperoleh data yang dikehendaki itu, selain melalui wawancara
secara langsung dengan siswa yang bersangkutan, ialah melalui wawancara dengan orang tua
yang dipanggil datang kesekolah.
Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah, setidak-
tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
a. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan klien (siswa) khususnya yang bersangkut-
paut dengan keadaan rumah, atau orang tua.
b. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.
c. Membangun komitmen terhadap orang tua terhadap penangan masalah anaknya.
Materi umum kunjungan rumah, akan diperoleh berbagai data dan keterangan tentang
berbagai hal yang besar, kemungkinan ada sangkut pautnya dengan permasalahan siswa atau
klien.
Data atau keterangan ini meliputi:
a. Kondisi rumah tangga dan orang tua.
b. Fasilitas belajar yang ada dirumah.
c. Hubungan antara keluarga.
d. Sikap atau kebiasaan siswa dirumah.
e. Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga inti lainnya terhadap siswa atau klien.
f. Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan dan pengentasan
masalah siswa atau klien (Prayitno, 1997:103)
Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang
dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik dari pihak orang tua serta atas
persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama yang ditopang oleh kegiatan kunjungan rumah
ialah fungsi pemahaman (Dewa ketut sukardi, 2002: 237)
5. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik
(klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepihak lainnya.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat
memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain
tempat kasus itu dialihtangankan)
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran/praktik, wali
kelas, dan/atau sekolah lainya, atau orang tua mengalihtangankan siswa yang bermasalah
kepada guru pembimbing.Sebaliknya bila guru pembimbing menemukan siswa bermasalah
dalam bidag pemahaman/penguasaan materi pelajaran/latihan secara khusus dapat
menglihtangankan siswa tersebut kepada guru mata pelajaran/praktik untuk dapat mendapat
pengajaran atau latihan perbaikan dan program pengayaan. Guru pembimbing atau guru kelas
juga dapat mengalihtangankan permassalahan siswa kepada ahli-ahli yang relevan, seperti
dokter, psikiater, ahli agama, dan lain-lain.
Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik, tepat,
dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan jalan memindahkan penanganan kaasus
dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Atau dengan kata lain tujuan dari alih tangan
kasus ialah layanan alih tangan bertujuan untuk membantu melimpahkan siswa yang
mengadapi masalah tertentu kepada petugas didalam sekolah sendiri atau lembaga pelayanan
alih tangan kasus (rujukan) di luar sekolah disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan
wewenang yang dimilikinya maupun karena keterbatasan sumber manusiawi dan alat.
Materi pokok kasus yang dialihtangankan pada dasarnya sama dengan keseluruhan
kasus yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Secara khusus, materi yang
dialihtangankan ialah bagian dari permasalahan yang belum tuntas ditangani oleh guru
pembimbing (konselor). Materi khusus itu perlu di alihtangankan karena guru pembimbing
(konselor) tidak secara khusus membidangi materi itu atau dengan kata lain, materi tersebut
diluar bidang keahlian ataupun wewenang guru pembimbing (konselor).
Lembaga-lembaga alih tangan kasus (rujukan), antara lain yaitu:
1. Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum.
2. Lembaga pelayanan psikologis.
3. Lembaga kepolisian.
4. Lembaga-lembaga penyelenggara tes.
5. Lembaga penempatan tenaga.
Untuk melakukan pelayanan alih tangan kasus (rujukan), berikut ini adalah syarat-
syarat pelayanan alih tangan kasus antara lain, yaitu:
1. Alih tangan kasus harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan dengan masalah yang
hadapi siswa (konseli) bersangkutan.
2. Alih tangan kasus (rujukan) harus diberikan surat pengantar atau rekomendasiyang
menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu.
3. Alih tangan kasus (rujkan) harus disetujui oleh individu siswa (klien/konseli) yang
bersangkuan.
4. Pelayanan alih tangan kasus (rujukan) itu harus tetap menjadi tanggung jawab sekolah.
5. Pihak yang dialihtangan atau dirujuk harus diminta untuk menyampaikan laporan terinci
mengenai hasil upaya alih tangan atau rujukan itu kepada sekolah.
Proses pelayanan alih tangan kasus (rujukan) bisa dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut (Depdikbud,1981 dan Dewa Ketut Sukardi,1988) adalah sebagai berikut:
1. Alih tangan kasus dapat dimulai dengan inisiatif pihak tertentu yang menemukan siswa
(klien/konseli) yang memiliki kesulitan dan tidak dapat dipecahkan oleh petugas itu sendiri.
2. Wali kelas ini memperkirakan kesulitan macam apa yang dihadapi siswa. Dalam hal ini
misalnya kesulitan psikologis.
3. Wali kelas mengajukan alih tangan atau rujukan ini kepada kepala sekolah sebagai
penanggung jawab puncak dalam program bimbingan dan konseling.
4. Kepala sekolah menunjuk terlebih dahulu diadakan pemeriksaan kesehatan fisik. Dalam hal
ini misalnya perawat sekolah.
5. Siswa tersebut bersama dengan hasil pemeriksaan ditujukan atau dirujuk kepada konselor.
6. Apabila konselor tidak bisa menangani sendiri, siswa tersebut dirujuk kepada ahli
psikologi/psikolog untuk diperiksa, apakah siswa tersebut memerlukan penanganan dalam
suatu pembahasan kasus atau pelayanan testing dan dalam hal apa.
7. Apabila hasil pemeriksaan psikolog menunjukkan bahwa sebenarnya siswa tersebut tidak
memerllukan pembahasan kasus dan tidak memerlukan layanan testing, maka psikolog
tersebut memberikan rekomondasi tentang status siswa tersebut sebagai balikan kepada
sekolah, misalnya siswa tersebut membutuhkan perlakuan lemah lebut dari pihak guru dan
sebagainya. Maka pelayanan alih tangan kasus hanya berhenti sampai disini.
8. Apabila hasil pemeriksaan itu ternyata bahwa siswa (klien) tersebut tidak memerlukan
pembahasan kasus, tetapi membutuhkan pelayanan testing, maka siswa tersebut dialih
tangankan kepada lembaga penyelenggara tes untuk dilengkapi dengan data dari wawancara
dengan orang tua pihak lain yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil testing dan hasil wawancara
itu diisusunlah rekomondasi untuk dikembalikan kepada sekolah, maka ruujukkan berakhir
sampai disin.
9. Apabila hasil pemeriksaan psikolog ternyata bahwa siswa (klien) itu memerlukan
pembahasan yang kleboh luas dengan berbagai pihak, maka diselenggaraan pembahasan
kasus yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan, miisalnya guru, kepala sekolah,
psikologi, konselor dan pihak lain yang diperlukan.
10. Dari hasil pembahasan kasus diberikan rekomondasi sesuai dengan status siswa tersebut.
Misalnya serangkaian pelayanan testing dan pembahasaan berulang- ulang sampai
masalahnya dapat diselesaikan.
Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus antara lain sebagai berikut :
1. Jika pelimpahan kasus kepada guru di dalam sekolah sendiri atau kepada lembaga pelayanan
alih tangan kasus atau rujukkan telah disertai dengan data/informasi kasus yang diperlukan.
2. Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan diberikan
rekomondasi entag masalah kasus pada sumber alih tangan kasus.
Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur
dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima kiriman klien dari pihak –
piha lain, seperti: orang tua, kepala sekolah, guru, pihak lain (dokter, psikiater, dan psikolog).
Sedang jalur dari konselor, dalam arti konselor mengirimkan klien yang belum tuntas
ditangani kepada ahli – ahli lain, seperti: konselor yang lebih senior, konselor yang
memmbidangi psesialisasi, ahli – ahli lain (guru bidang studi, psikologi, psikiater dan dokter).
Konselor menerima klien dari pihak lain daengan harapan klien itu dapat ditangani sesuai
dengan permasalahan yang ia hadapi. Disisi lain konselor mengalih tangani klien kepada
pihak lain apabila masalahan yang dihadapi klien memang diluar wewenang konselor untuk
menanganinya, atau setelah konselor berusaha sekuat tenanga memeberikan bantuan, namun
permasalahan klien tersebut belum berhasil ditangani secara tuntas.
http://richeafrina23.blogspot.co.id/2014/06/kegiatan-pendukung-bimbingan-konseling.html
2.3.1 Konselor
Konselor adalah tenaga profesi pelayanan konseling yang
menyelenggarakan berbagai jenis layanan konseling dan
kegiatan pendukungnya. Berkenaan dengan TKp. Konselor
menyediakan atau setidak-tidaknya memiliki akses dengan
berbagai bahan yang ada di perpustakaan yang disiapkan oleh
konselor sendiri, atau di perpustakaan lembaga tempat
konselor bekerja, atau diperpustakaan lainnya yang
dimungkinkan untuk diakses.
2.3.2 Peserta Kegiatan
Peserta yang terkait dengan kegiatan TKp adalah individu-
individu, baik sendiri-sendiri maupun yang terkait dengan
kelompok atau kelas tertentu yang berkepentingan dengan
pengaksesan terhadap bahan kepustakaan tertentu. Pada tahap
pra-konseling, kegiatan akses kepada bahan-bahan
kepustakaan dilakukan oleh siapa saja, tanpa terikat oleh
layanan konseling. Pada tahap dalam proses konseling,
kegiatan TKp dilakukan oleh mereka yang sedang mengalami
proses konseling. Semua jenis layanan konseling dapat
melibatkan ke dalamnya kegiatan TKp sesuai dengan
permasalahan ataupun topik yang dibahas. Sedangkan pada
tahap pasca-konseling, perilaku kegiatan TKp adalah mereka
yang sebelumnya telah menjalani proses konseling dengan
jenis layanan tertentu. Setelah layanan konseling berakhir,
atas arahan konselor dan atau inisiatif sendiri klienmengakses
bahan tertentu yang ada di perpustakaan.
Peserta kegiatan TKp adalah siapapun juga, dengan syarat
sudah pandai membaca dengan pemahaman yang cukup tinggi
dan dapat mengaitkan materi yang dibacanya itu dengan
permasalahan dan pengembangan diri. Peserta seperti itu
dapat berasal dari berbagai kalangan, yaitu siswa dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi para remaja, orang
dewasa dan lanjut usia dari semua latar belakang yang dapat
mengakses bahan-bahan perpustakaan.
2.3.3 Bahan Tampilan Kepustakaan
Bahan tampilan kepustakaan sangat bervariasi, baik dalam
jenis materinya maupun tingkat kesulitan dalam
pemahamannya. Jenis materi yang dimaksudkan itu tersebar
dalam semua bidang pelayanan konseling, yaitu:
a. Bidang pengembangan pribadi, seperti bacaan yang
menyangkut tugas perkembangan pada tiap tahap
perkembangan, potensi diri, kemampuan berfikir dan merasa,
suasana hati, cara-cara menjaga diri, upaya penampilan diri,
dan lain-lain.
b. Bidang pengembangan hubungan sosial, seperti bacaan
tentang cara berkomunikasi, kiat-kiat berhubungan dengan
orang lain, kepemimpinan, kehidupan kelompok, nilai-nilai
sosial dan moral, cara berorganisasi, dan lain-lain.
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar, seperti bacaan
tentang cara-cara belajar yang baik, kiat-kiat mengikuti
pelajaran dalam kelas, mempersiapkan dan mengikuti ujian,
menyusun makalah, mengerjakan PR, dal lain-lain.
d. Bidang perencanaan dan pengembangan pilihan karir dan
hidup berpekerjaan, misalnya bacaan tentang keterkaitan
antara bakat, minat dan pekerjaan; kisah orang-orang sukses,
kiat sukses dalam bekerja dan berusaha, hubungan
pimpinandan karyawan, pengelolaan kelembagaa, informasi
karir dan pendidikan, dan lain-lain.
e. Bidang pengembangan hidup berkeluarga,misalnya bacaan
tentang persiapan berumah tangga, reproduksi sehat, keluarga
sakinah, hubungan suami istri, cara mendidik anak, ekonomi
keluarga, perumahan sehat, keluarga berencana, dan lain-lain
f. Bidang pengembangan hidup beragama, misalnya bacaan
tentang pembinaan keimanan dan ketaqwaan, riwayat para
nabi, pahala dan dosa, hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya
sendiri, manusia dengan alam sekitar, dan manusia dengan
alam akhirat, kitab tafsir, dan lain-lain.
Berbagai materi yang tersebar dalam segenap bidang
pengembangan di atas dapat direkam dalam bentuk buku,
majalah, tabloid, gambar, film, dan bentuk rekaman lain yang
setiap kali dapat dibuka atau dimunculkan dihadapan individu
atau klien. Dengan mengakses bahan-bahan tersebut individu
atau klien memperoleh manfaat tertentu bagi pengentasan
masalah dan atau pengembangan dirinya.
A. PENGERTIAN
C. Komponen
1. Konselor
Adalah seorang yang memiliki akses dengan berbagai bahan yang tersedia di perpustakaan.
2. Peserta kegiatan
Individu (atau lebih) yang berkepentingan dalam mengakses terhadap bahan kepustakaan
tertentu. Peserta layanan untuk tahap pra-konseling adalah mereka yang tanpa terikat dengan
layanan konseling. Peserta pada dalam-konseling adalah mereka yang sedang menjalani
konseling dan peserta pasca-konseling adalah mereka yang sebelumnya sudah menjalani
layanan konseling. Peserta hendaknya paham membaca dan mampu mengaitkan materi
dengan permasalahan dan pengembangan diri.
3. Bahan-bahan yang menjadi bahasan Pustakaan
a. Bahan pengembangan pribadi: menyangkut tugas-tugas perkembangan
b. Bahan pengembanga kehidupan social: cara berkomunikasi
c. Bahan pengembangan kegiatan belajar: bacaan cara belajar yang baik
d. Bahan perencanaan dan pengembangan karir: bacaan tentang keterkaitan minat, bakat dan
pekerjaan.
e. Bahan pengembangan kehidupan keluarga: bacaan persiapan berumah tangga.
f. Bahan pengembangan hidup beragama: bacaan tentang pembinaan keimanan dan
ketakwaan.
D. ASAS
Asas Kegiatan mendominasi karena harus mencari referensi, memahami dan menyimpulkan
yang diiringi dengan asas kesukarelaan.
Waktu: diatur sendiri oleh klien, yang di sesuaikan dengan penugasan oleh konselor.
F. PENILAIAN
Penilaian hasil yang dilakukan oleh klien.
Kaitannya dengan layanan terkait dengan materi layanan
Laiseg, laijapan dan laijapen
G. OPERASIONALISASI
a. Persiapan
Menyampaikan perlunya tampilan kepustakaan, menetapkan bahan-bahan tampilan
kepustakaan, menyiapkan klien untuk mengakses bahan-bahan yang dibutuhkan, menetapkan
waktu kegiatan dan menetapkan pembicaraan terhadap hasil yang diperoleh dari tampilan
kepustakaan.
b. Monitoring pelaksanaan
Dapat dilaksanakan secara tidak langsung (klien dimandirikan) dan secara langsung dimana
peserta layanan ditugaskan menyiapkan diri dengan bahan atau topic tugas tertentu
c. Evaluasi dan tindak lanjut.
Terlaksana pada kegiatan layanan yang berlanjut, terutama layanan dengan kontrak sambil
dilaksanakan evaluasi.
https://hendrikonselor91.wordpress.com/konseling/kegiatan-pendukung/tampilan-kepustakaan-p5/