Anda di halaman 1dari 4

1.

Penglihatan kabur
2. Pusing
3. Pergerakan mata yang tidak normal

D. Pathway Vertigo

E. Patofisiologi vertgigo
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan
ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke
pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling
besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.
D. IMPLEMENTASI
Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler, penatalaksanaanya sesuai
dengan tatalaksana pada kasus stroke. Pada vertigo penatalaksanaanya terdiri dari terapi kausal,
terapi simtomatik, terapi rehabilitasi yaitu dengan menggunakan metode Brand-Daroff, serta
dilakukan operasi. Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak berhasil.
Berikut contoh-contoh obat antivertigo :
1. Penyekat Kalsium : Flunarisin 5-10 mg diberikan 1x sehari, Sinarisin 25 mg diberikan 3x
sehari.
2. Antihistamin : Prometasin 25-50 mg diberikan 3x sehari, Dimenhidrat 50 mg diberikan 3x
sehari.
3. Antikolenergik : Skopolamin 0,6 mg diberikan 3x sehari, Atropin 0,4 mg diberikan 3x
sehar.
4. Monoaminergik : Amfetamin 5-10 mg diberikan 3x sehari, Efedrin 25 mg diberikan 3x
sehari.
5. Phenotiazine : Proklorperasin 3 mg diberikan 3x sehari, Klorperasin 25 mg diberikan 3x
sehari
6. Benzodiazepin : Diazepam 2-5 mg diberikan 3x sehari.
(Dewanto, 2009.Hal.113-114)

Penatalaksanaan diet diberikan minuman atau makanan rendah natrium yaitu 2000 mg per hari.
Selan itu dianjurkan untuk menghindari alkohol, nikotin, dan kafein. Sedangkan
penatalaksanaan bedah dilakukan 3 cara yaitu : Dekompresi atau pirai kantung endolimfatik,
Labirinektomi (penghancuran telinga dalam), dan terakhir dilakukan pembedahan Seksi saraf
vertibular (saraf kranial ke-8). (Baughman, 2000)
Sedangkan pada pasien ini selain diberikan tindakan mandiri perawat pasien juga diberikan
terapi farmakologi. Terapi yang diberikan antara lain :
Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi & Farmakologi
Kandungan
Cairan IV :
- Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh
- Ranitidin 25 mg Obat saluran cerna Terapi tukak lambung,
mengatasi mual
Obat Peroral :

- Captopril 25 mg Antihipertensi Mengobati hipertensi ringan


s/d sedang
b)
- Sohobion 100 mg Vitamin B Terapi defisiensi Vit B1, B6, &
B12

- Mertigo 6 mg Antineoplastik, Mengobati vertigo dan yang


Imunosupresan berhubungan dengan gangguan
keseimbangan
Terapi diatas diberikan menurut keluhan yang dialami pasien dan hanya ada satu obat
antivertigo yaitu mertigo yang menjadi terapi utama penangan vertigo.

E. EVALUASI
Pada pasien vertigo yang dikelola setelah dilakukan tindakan keperawatan berikut dengan
kolaborasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat teratasi meliputi koping individu
yang tidak efektif dan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan.
Sedangkan diagnosa yang belum dapat teratasi adalah masalah nyeri atau pusing yang berputar-
putar. Pasien mengatakan bahwa nyerinya akan hilang sejenak setelah diberikan suntikan,
namun setelah itu nyeri akan kembali dan akan lama dirasakan oleh pasien.
4. Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi :
1. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
2. Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
3. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan.
4. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi
Rasional :
1. Respon emosi, sosial, dan spiritual mempengaruhi kehendak klien dalam
melakukan aktivitas
2. Klien dapat bersemangat untuk melakukan aktivitas
3. Energi yang tidak stabil dapat menghambat dalam melakukan aktivitas, sehingga
perlu dilakukan manajemen waktu
4. Terapi okupasi dapat menentukan tindakan alternatif dalam melakukan aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai